pemerintahannya yang mengembangkan sistem perekonomian berorientasi pasar market-oriented
economy serta
melakukan perbaikan
infrastruktur, meningkatkan ekspor, dan mendorong indutri substitusi impor. Sektor-sektor yang
memberikan kontribusi yang besar bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi negara Laos antara lain sektor pertambangan dan tenaga air, industri manufaktur
pakaian, makanan dan minuman, semen, dan baja, konstruksi, pertanian, stimulus penyediaan kredit dan pertumbuhan pengeluaran publik, serta
peningkatan permintaan regional World Bank, 2010. Brunei Darussalam merupakan negara dengan rata-rata tingkat pertumbuhan
ekonomi tahunan yang terendah selama 1980-2009 yaitu sebesar 0,12 persen Tabel 4.1. Permasalahan utama yang dihadapi Brunei Darussalam dalam
pertumbuhan ekonominya antara lain kurangnya keragaman dalam perekonomian, ketergantungan yang kuat pada sektor minyak dan gas yang fluktuatif, besarnya
subsidi pemerintah, masalah tenaga kerja dimana sektor layanan sipil yang mempekerjakan lebih dari setengah angkatan kerja Brunei Darussalam, kontrol
perekonomian oleh pemerintah yang berlebihan, sistem negara yang berbasis pajak rendah dimana tidak ada pajak pendapatan perorangan, serta kelambanan
dalam hal privatisasi Mehta, 2006.
4.2 Gambaran Umum FDI Negara ASEAN
Kerjasama negara ASEAN di sektor investasi diawali dengan adanya skema ASEAN Investment Guarantee Agreement ASEAN IGA pada tahun 1987.
Selanjutnya, pada 7 Oktober 1998 perjanjian tersebut diganti dengan Framework
Agreement on ASEAN Investment Area FA-AIA yang ditandatangani di Makati
City, Filipina, pada tahun 1998. Perkembangan yang paling akhir disepakati adalah ASEAN Comprehensive Investment Agreement ACIA di Thailand dalam
KTT ASEAN ke-14 yaitu pada 26 Februari 2009. ACIA mencakup empat pilar utama yang meliputi: liberalisation, protection, facilitation, dan promotion. ACIA
mengikat negara-negara anggota untuk menghapus hambatan-hambatan investasi, meliberalisasi peraturan-peraturan dan kebijaksanaan investasi, memberi
persamaan perlakuan nasional dan membuka investasi di industrinya terutama sektor manufaktur, sehingga dapat meningkatkan arus investasi ke kawasan
ASEAN Halwani, 2005. ACIA lebih bersifat komprehensif karena telah mengadopsi international
best practices dalam bidang investasi dengan mengacu kepada kesepakatan- kesepakatan investasi internasional. ACIA diharapkan dapat meningkatkan iklim
investasi yang baik di kawasan ASEAN melalui peningkatan daya saing serta daya tarik investasi dengan menciptakan suatu kawasan investasi ASEAN yang
liberal dan transparan. ASEAN diharapkan dapat menjadi wilayah yang sangat kompetitif sebagai tujuan FDI serta mendukung realisasi ASEAN Economic
Community. Wujud realisasi liberalisasi investasi di kawasan ASEAN terlihat dari perkembangan FDI Inflow negara ASEAN yang secara umum mengalami
peningkatan dari waktu ke waktu terutama pada dekade terakhir. Penurunan FDI Inflow negara ASEAN yang disebabkan kemerosotan daya saing terjadi
dipengaruhi krisis ekonomi yang dialami negara ASEAN tersebut Halwani, 2005.
Jumlah FDI Inflow ke negara ASEAN pada periode 1980-2009 mencapai puncaknya pada tahun 2007 yaitu sebesar US 75.731.498.831,00 Gambar 4.2.
Angka ini meningkat 33,58 persen dibandingkan jumlah FDI Inflow ke negara ASEAN tahun 2006. Hampir semua negara ASEAN mengalami peningkatan
jumlah FDI Inflow yang signifikan pada tahun 2007 kecuali Brunei Darussalam yang mengalami penurunan jumlah FDI Inflow sebesar 39,98 persen dan Filipina
yang mengalami penurunan jumlah FDI Inflow sebesar 0,17 persen. Peningkatan jumlah FDI Inflow ke negara ASEAN yang cukup tajam di tahun 2007 disebabkan
oleh pertumbuhan ekonomi regional yang baik, perkembangan iklim investasi negara ASEAN, peningkatan investasi antar negara ASEAN, dan pemberlakuan
integrasi regional.
Sumber: UNCTAD 1980-2009, Data Diolah. Gambar 4.2 Perkembangan FDI Inflow ke Negara ASEAN Tahun 1980-2009
Juta US
10,000 20,000
30,000 40,000
50,000 60,000
70,000 80,000
1980 1981
1982 1983
1984 1985
1986 1987
1988 1989
1990 1991
1992 1993
1994 1995
1996 1997
1998 1999
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
Ju m
la h
F D
I In
fl o
w Ju
ta U
S
Tahun
Penurunan jumlah FDI Inflow ke negara ASEAN terjadi pada periode 2000-2002 Gambar 4.3. Pada periode ini, di antara negara-negara ASEAN,
Indonesia bahkan mengalami FDI Inflow yang negatif yaitu jumlah investasi yang keluar lebih besar daripada yang masuk capital flight. Indonesia bukan saja
belum mampu menarik FDI yang sebanding dengan skala perekonomiannya, menyebabkan keluarnya investor yang sudah masuk. Penurunan jumlah FDI
Inflow ke negara ASEAN pada periode ini dipengaruhi juga oleh gejolak ekonomi akibat Tragedi 11 September 2001.
Sumber: UNCTAD 1980-2009, Data Diolah. Gambar 4.3 Perkembangan Rata-rata FDI Inflow Masing-masing Negara
ASEAN Tahun 1980-2009 Juta US Selama tahun 1980-2009, Laos merupakan negara dengan rata-rata jumlah
FDI Inflow yang masuk ke negaranya yang paling sedikit. Secara rata-rata, jumlah FDI Inflow yang masuk ke negara Laos sebesar US 57.865.538,53 per tahun atau
1,000 2,000
3,000 4,000
5,000 6,000
7,000 8,000
9,000 10,000
356.369 166.299
1,791.677 57.866
3,325.670
257.411 1,049.000
9,349.353
3,408.640 1,616.619
R a
ta -ra
ta Ju
m la
h F
D I
In fl
o w
j U
ta U
S
Negara
hanya 0,27 persen dari rata-rata jumlah FDI Inflow ke negara ASEAN yang mencapai US 21.378.904.232,23 per tahun Gambar 4.4. Hal ini dipengaruhi
oleh kondisi infrastruktur negara yang sebagian besar terdiri dari pegunungan dan tidak memiliki akses ke laut yang masih memprihatinkan ditambah status sebagai
Least Developed Country LDC sehingga kurang menarik investor FDI World Bank, 2010.
Tabel 4.2 Nilai Corruption Index dan Manufacture Index Masing-masing Negara ASEAN Tahun 1980-2009 Persen
Negara Corruption Index
Manufacture Index 1
2 3
Brunei Darussalam 2,3
5.3 Kamboja
21,5 2,7
Indonesia 16,0
3,6 Malaysia
8,0 5,0
Filipina 22,7
2,9 Singapura
0,1 6,2
Thailand 11,4
4,8 Vietnam
4,8 3,6
Sumber: Global Competitiveness Report 2010-2011 2009, Data Diolah.
Singapura menjadi negara ASEAN dengan FDI Inflow terbesar yaitu rata-rata mencapai US 9.349.353.117,92 per tahun atau 43,73 persen dari jumlah
FDI Inflow ke negara ASEAN Gambar 4.4. Singapura merupakan negara ASEAN yang menjadi 3 besar peringkat tertinggi dalam urutan pemeringkatan
negara yang paling menarik bagi investor asing dari seluruh dunia untuk menanamkan FDI selama tahun 2005-2010 World Investment Report 2011. Hal
ini dikarenakan Singapura memiliki sarana infrastruktur yang baik dan birokrasi yang efisien sehingga menjadi lokasi investasi yang menarik meskipun tingkat
biaya di Singapura lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain di ASEAN dan cenderung meningkat Tabel 4.2.
Pertumbuhan FDI Inflow yang sangat dasyat terjadi di negara Vietnam pada tahun 1987, yaitu sebesar 25.809,26 persen dari US 40.000 pada tahun 1986
menjadi US 10.363.703,70 pada tahun 1987. Hal ini dilatarbelakangi oleh diberlakukannya Peraturan Hukum mengenai FDI di Vietnam untuk pertama
kalinya pada tahun 1987 sehingga Vietnam dapat menarik sejumlah besar FDI Inflow Nguyen, Ngoc Anh dan Nguyen, Thang, 2007. Hal ini menjadikan
Vietnam negara dengan rata-rata tingkat pertumbuhan FDI Inflow yang tertinggi di negara ASEAN selama 1980-2009 yaitu sebesar 959,41 persen Tabel 4.2.
Negara ASEAN dengan rata-rata tingkat pertumbuhan FDI Inflow yang terendah adalah Kamboja, Laos, dan Myanmar yaitu sama-sama sebesar 14,50 persen
Tabel 4.3. Tabel 4.3 Perkembangan Rata-rata Tingkat Pertumbuhan FDI Inflow Masing-
masing Negara ASEAN Tahun 1980-2009 Persen Negara
Rata-Rata Pertumbuhan FDI Inflow 1
2 Brunei Darussalam
178,05 Kamboja
14,50 Indonesia
21,50 Laos
14,50 Malaysia
26,68 Myanmar
14,50 Filipina
95,52 Singapura
24,33 Thailand
30,58 Vietnam
959,41 Sumber: UNCTAD 1980-2009, Data Diolah.
Rata-rata jumlah FDI Inflow ke negara Indonesia selama 1980-2009 berada diurutan keempat yaitu mencapai US 1.791.677.039,28 per tahun atau 8,38
persen dari jumlah FDI Inflow ke negara ASEAN dengan rata-rata tingkat pertumbuhan FDI Inflow ke Indonesia sebesar 21,50 persen. Akan tetapi, jika
dibandingkan dengan rata-rata jumlah FDI Inflow ke negara Malaysia di urutan ketiga, rata-rata jumlah FDI Inflow ke negara Indonesia hanya mencapai 53,87
persennya. Rata-rata jumlah FDI Inflow ke negara Indonesia hanya lebih tinggi 0,83 persen jika dibandingkan dengan rata-rata jumlah FDI Inflow ke negara
Vietnam diurutan kelima. Kondisi FDI di Indonesia yang tidak begitu baik ini disebabkan oleh kondisi infrastruktur di Indonesia yang kurang memadai,
birokrasi perizinan usaha investasi yang rumit serta kualitas sumber daya manusia yang relatif rendah jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.
UNCTAD mendefinisikan FDI Performance Index sebagai rasio dari perbandingan FDI Inflow yang masuk ke suatu negara terhadap total FDI Inflow
ke seluruh dunia dibagi perbandingan GDP negara tersebut terhadap GDP dunia. FDI Potential Index, menurut UNCTAD, diukur berdasarkan 12 variabel antara
lain GDP per kapita, pertumbuhan ekonomi, persentase ekspor terhadap GDP, rata-rata jumlah pengguna saluran telepon kabel dan telepon seluler per 1000
penduduk, penggunaan energi komersial per kapita, persentase pengeluaran untuk RD Resource and Development terhadap GDP, persentase mahasiswa terhadap
total populasi, country risk, pangsa pasar dunia terhadap ekspor sumber daya alam, pangsa pasar dunia terhadap impor suku cadang dan komponen untuk
mobil dan produk elektronik, pangsa pasar dunia terhadap ekspor jasa, dan pangsa pasar dunia terhadap stok FDI.
Tabel 4.4 Peringkat FDI Performance Index dan FDI Potential Index Beberapa Negara ASEAN Tahun 2009
Negara Peringkat FDI
Performance Index Peringkat FDI Potential
Index 1
2 3
Brunei Darussalam 57
45 Indonesia
117 84
Malaysia 123
35 Myanmar
62 118
Filipina 108
82 Singapura
20 3
Thailand 84
56 Vietnam
22 73
Sumber: World Investment Report 2011 2009, Data Diolah.
Berdasarkan World Investment Report 2011, UNCTAD menempatkan Indonesia pada peringkat 117 untuk FDI Performance Index dan peringkat 84
untuk FDI Potential Index. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa untuk negara di kawasan ASEAN, peringkat tertinggi FDI Performance Index dan FDI Potential
Index diraih Singapura. Singapura dan Thailand termasuk negara ASEAN dalam kategori front runner high performance, high potential, Vietnam termasuk
dalam kategori above potential high performance, low potential, Brunei Darussalam dan Malaysia termasuk dalam kategori below potential low
performance, high potential, Indonesia, Filipina dan Myammar termasuk dalam kategori under performers low performance, low potential. Data FDI
Performance Index dan FDI Potential Index untuk Kamboja dan Laos tidak
tersedia tetapi sudah dipastikan nilai peringkat FDI Performance Index dan FDI Potential Index untuk Kamboja dan Laos yang terbawah di antara negara ASEAN.
Peringkat FDI Potential Index Indonesia berada di urutan ketujuh di antara sesama negara ASEAN dan hanya diatas Kamboja, Laos, dan Myanmar. Faktor
yang menyebabkan hal ini adalah hambatan untuk memulai usaha yang tinggi di Indonesia yang meliputi jumlah prosedur, waktu, dan biaya yang diperlukan untuk
memulai usaha. Data tahun 2007 dari World Bank menyatakan bahwa lamanya waktu perizinan melakukan usaha di Indonesia mencapai 105 hari yang lebih lama
dari di Singapura 5 hari, Malaysia 24 hari, Thailand 33 hari, Vietnam 50 hari, dan Filipina 58 hari.
Sumber: ASEAN Investment Database 2009, Data Diolah. Gambar 4.4 Persentase FDI Inflow Negara ASEAN berdasarkan Negara Asal
FDI Tahun 2009 Persen
18.4 13.4
11.2 8.5
3.8 3.6
2.5 1.8
0.8 0.6
35.4 Uni Eropa
Jepang ASEAN
USA China
Korea India
Australia Canada
New Zealand Lainnya
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa di tahun 2009, negara yang paling banyak menanamkan FDI ke negara ASEAN adalah negara-negara Uni Eropa 18,4
persen, disusul Jepang 13,4 persen, baru kemudian dari intra ASEAN itu sendiri 11,2 persen. Perkembangan FDI Inflow negara ASEAN dari tahun 2000-2009
menunjukkan bahwa FDI Inflow negara ASEAN dimulai dari tahun 2003 semakin lama semakin didominasi oleh sektor jasa yang terdiri dari subsektor Perantara
Keuangan dan Jasa Keuangan termasuk asuransi, perumahan, perdagangan, konstruksi dan jasa lainnya Gambar 4.5.
Sumber: ASEAN Investment Database 2009, Data Diolah Gambar 4.5 Persentase FDI Inflow Negara ASEAN berdasarkan Sektor
Tahun 2000-2009 Persen Winantyo 2008 menyatakan bahwa ASEAN merupakan kawasan yang
pertumbuhan ekonominya yang termasuk cepat di dunia. Data UNCTAD menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi negara ASEAN di tahun 2009
mencapai 1,5 persen lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi
20 40
60 80
100 120
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 35.8
56.8 38.7 44.2
49.2 44.7 63.4 55.4 62.1
67.9 39.9
40.1 46.6 28.3
40.8 38.4
24.4 28
26.4 21.5 24.2
3.2 14.7
27.5 10
16.9 12.2 16.6 11.5 10.6
Tahun
Sektor Jasa Sektor Industri Manufaktur
Sektor Primer Lainnya
dunia yang hanya mencapai -1,98 persen. Oleh karena itu, negara ASEAN mampu menyerap FDI dengan porsi yang cukup besar. Secara umum, dapat disimpulkan
bahwa iklim investasi di negara ASEAN makin matang dan menguntungkan bagi para investor. Pembentukan kawasan perdagangan bebas atau Free Trade Area
FTA pada waktu Konferensi Tingkat Tinggi KTT ASEAN ke IV di Singapura tahun 1992 bertujuan untuk meningkatkan investasi dan mencegah diversi
investasi ke negara lain. ASEAN FTA AFTA merupakan wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas
perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta
menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya. AFTA diwujudkan melalui penurunan tarif hingga menjadi 0 sampai dengan 5 persen, penghapusan
pembatasan kuantitatif dan hambatan-hambatan non tarif lainnya serta adanya kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor.
Terbentuknya AFTA membuka peluang lebih lancarnya mobilitas barang dan modal disertai penyelarasan langkah atau harmonisasi dalam pemberian
insentif investasi, tukar menukar informasi, penerbitan berbagai informasi, peluang investasi, dan promosi bersama ASEAN. Negara investor akan memilih
sendiri negara yang paling menarik sebagai tempat investasi untuk masuk seluruh ASEAN. AFTA sudah diberlakukan secara penuh di sepuluh negara ASEAN
sejak tahun 2010 Winantyo, 2008. Struktur FDI negara maju berbeda dengan struktur FDI negara berkembang.
Di negara maju seperti Brunei Darussalam dan Singapura FDI dilakukan dengan
tujuan untuk melakukan kegiatan penjualan, sedangkan untuk negara berkembang seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand FDI lebih dilakukan dengan
tujuan untuk melakukan kegiatan produksi Kurniati, et al, 2007.
4.3 Gambaran Umum Pembentukan Modal Tetap Bruto PMTB Negara