3.3.3. Identifikasi Variabel Penciri Tingkat Kekritisan Lahan
Untuk mengidentifikasi variabel penciri tingkat kekritisan lahan, data kedalaman efektif, lereng, batuan permukaan, drainase, singkapan batuan, erosi,
tindakan konservasi, dan tutupan vegetasi di analisis diskriminan. Dengan persamaan umum fungsi diskrminan Johnson dan Wichern, 2002 :
Z
jk
= a + W
1
X
1k
+ W
2
X
2k
+...+ W
n
X
nk
Dimana : Z
jk
= Nilai diskriminan Z dari fungsi diskriminan j untuk obyek k a
= Intersep W
i
= Koefisien diskrimian untuk variabel independen ke-i X
ik
= Nilai variabel ke-i untuk obyek ke-k
Untuk menjamin tidak terjadinya redundansi multikolinearitas antar variabel digunakan metode analisis diskriminan bertatar. Dalam analisis
diskriminan dengan prosedur bertatar stepwise, model penciri ditetapkan tahap demi tahap. Dalam setiap tahap, variabel kedalaman efektif, lereng, batuan
permukaan, drainase, singkapan batuan, erosi, tindakan konservasi, dan tutupan vegetasi dievaluasi, sehingga diperoleh variabel yang berkontribusi terbesar
dalam membedakan tingkat kekritisan lahan.
3.3.4. Menguji Tingkat Ketepatan Klasifikasi DRLKT dengan Kriteria Modifikasi DRLKT dan Puslittanak.
Tingkat ketepatan klasifikasi DRLKT di uji dengan menggunakan variabel fisik lahan kritis hasil modifikasi dari kriteria lahan kritis DRLKT dan Puslittanak.
Variabel fisik lahan kritis tersebut meliputi kedalaman efektif, lereng, batuan permukaan, drainase, singkapan batuan, erosi, tindakan konservasi, dan tutupan
vegetasi, yang kemudian di analisis diskriminan dimana keluarannya berupa matrik klasifikasi dan peluang prosterior.
3.3.5. Analisis Keterkaitan Penyimpangan Alokasi Ruang dengan Tingkat Kekritisan
Dalam menganalisis keeratan hubungan antara tingkat kekritisan lahan dengan penyimpangan penggunaan lahan dan variabel fisik lahan yang ada di
wilayah penelitian, maka dilakukan analisis korelasi. Data yang digunakan meliputi luas masing – masing tingkat kekritisan lahan, luas penyimpangan
alokasi ruang, serta data variabel fisik lahan kritis yang meliputi kedalaman efektif, lereng, batuan permukaan, drainase, singkapan batuan, erosi, tindakan
konservasi, dan tutupan vegetasi. Analisis korelasi memanfaatkan persamaan berikut :
Dimana =
Koefisien Korelasi Pearson x
1
= Luas dan tingkat kekritisan lahan x
2
= Luas penyimpangan penggunaan lahan dan nilai variabel fisik lahan
Dimana
rs = Koefisien korelasi rank spearman tx = Banyaknya observasi sama pada variabel X untuk rank tertentu
ty = Banyaknya observasi sama pada variabel Y untuk rank tertentu d
i
= Perbedaan rank X dan rank Y pada observasi ke-i i = Observasi ke-i, untuk i = 1, 2, …, n
Analisis korelasi dalam penelitian ini meliputi korelasi Person dan korelasi Rank Spearman. Dalam melihat hubungan tingkat kekritisan lahan dengan
penyimpangan penggunaan lahan maka dilakukan korelasi Person karena data berskala interval atau rasio. Untuk melihat hubungan tingkat kekritisan dengan
variabel fisik lahan yang meliputi kedalaman efektif, lereng, batuan permukaan, singkapan batuan, dan tutupan vegetasi menggunakan analisis korelasi Person
karena data berskala interval atau rasio. Sedangkan untuk melihat hubungan tingkat kekritisan lahan dengan variabel fisik lahan yang meliputi drainase, erosi,
dan tindakan konservasi menggunakan analisis korelasi Spearman karena data berskala ordinal. Interpretasi nilai r koefisien korelasi disajikan pada Tabel 6
Usman dan Akbar, 2006
Tabel 6. Interpretasi nilai r Interval nilai koefisien
Derajat hubungan
0.01 – 0.20 0.21 – 0.40
0.41 – 0.60 0.61 – 0.80
0.81 – 0.99 1
Tidak berkorelasi Sangat lemah
Lemah Sedang
Kuat Sangat Kuat
Berkorelasi sempurna
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN