Gambar 10. Peta Penyimpangan Pemanfaatan Ruang di Kecamatan Klapanunggal
5.3. Variabel fisik lingkungan penciri tingkat kekritisan lahan
Hasil pengamatan variabel penciri tingkat kekritisan lahan di lapang tersaji
pada Lampiran 6 – 11. Hasil analisis diskriminan dari data tersebut disajikan pada
Tabel 11. Dari Tabel 11 memperlihatkan bahwa terdapat empat variabel yang signifikan pada tingkat kepercayaan 95 membedakan tingkat kekritisan lahan
yaitu batuan permukaan, kedalaman efektif, singkapan batuan dan erosi. Sedangkan varibel yang lain lereng, drainase, tindakan konservasi dan tutupan
vegetasi tidak terpilih. Hal ini mengindikasikan kemampuan variabel yang rendah dalam
mendiskriminasi antar
kelas kekritisan,
kemungkinan adanya
multikolinearitas antar variabel. Tabel 11 juga memperlihatkan bahwa nilai Wilks’ variabel batuan
permukaan, kedalaman efektif, erosi, dan singkapan batuan cenderung mendekati 0. Nilai Wilks’ lambda mendekati 0 menunjukkan variabel tersebut mampu
membedakan tingkat kekritisan lahan cukup sempurna. Keempat variabel tersebut memiliki nilai 1-Toler cenderung mendekati 1, nilai tersebut menunjukkan
redudansi cukup tinggi Panuju dan Rustiadi, 2010.
Tabel 11. Variabel Penciri Tingkat Kekritisan Lahan Berdasarkan Karakteristik Fisik Lahan
Variabel Wilks
p-level 1-Toler.
Batuan Permukaan 0.423
0.002 0.671
Kedalaman Efektif 0.376
0.028 0.688
Singkapan Batuan 0.370
0.039 0.466
Tingkat Erosi 0.369
0.042 0.620
5.4. Ketepatan
Klasifikasi Tingkat
Kekritisan Lahan
DRLKT Menggunakan Kriteria Modifikasi
Hasil analisis diskriminan untuk ketepatan klasifikasi DRLKT menggunakan Kriteria Modifikasi disajikan dalam matriks klasifikasi pada Tabel
12. Dari Tabel 12 menunjukkan bahwa ketepatan klasifikasi DRLKT dengan menggunakan kriteria modifikasi sebesar 66.67, sisanya 33.33 merupakan
kesalahan klasifikasi. Tingkat ketepatan klasifikasi yang rendah dikarenakan kriteria yang digunakan untuk menguji tingkat ketepatan klasifikasi berbeda dari
kriteria DRLKT. Ketepatan klasifikasi pada kelas sangat kritis sebesar 71.43, dimana 2 dari 7 sampel yang diujikan dikelaskan tidak tepat dan cenderung masuk
ke dalam kelas agak kritis dan potensial kritis. Ketepatan klasifikasi pada kelas kritis 53.85, dimana 6 dari 13 sampel yang diujikan dikelaskan tidak tepat dan
cenderung masuk ke dalam kelas sangat kritis 2 sampel , potensial kritis 3 sampel, dan tidak kritis 1 sampel. Satu sampel tidak kritis tersebut terdapat di Kecamatan
Babakan Madang dengan penggunaan lahan sawah, tingginya tutupan vegetasi, lereng yang tidak curam karena sudah di teras, batuan dan singkapan batuan yang
rendah, serta tidak terjadi erosi menyebabkan sampel tersebut cenderung masuk kedalam kelas tidak kritis dari pada kedalam kelas kritis. Ketepatan klasifikasi
pada kelas agak kritis 66.67, dimana 4 sampel dari 18 sampel yang diujikan dikelaskan tidak tepat dan cenderung masuk kedalam kelas potensial kritis.
Ketepatan klasifikasi pada kelas potensial kritis sebesar 81.25, dimana 2 sampel dari 16 sampel yang di ujikan dikelaskan tidak tepat dan cenderung masuk
kedalam kelas agak kritis. Ketepatan klasifikasi pada kelas tidak kritis 50, dimana 3 sampel dari 6 sampel yang diujikan dikelaskan tidak tepat dan
cenderung masuk kedalam kelas potensial kritis. Persentase ketepatan klasifikasi tersebut menunjukkan adanya kecenderungan bahwa kelas kritis dan tidak kritis
merupakan dua kelas yang ketepatan klasifikasinya relatif lebih rendah, jika di bandingkan dengan kelas kekritisan lainnya.
Tabel 12. Matriks Klasifikasi Tingkat Kekritisan Lahan Berdasarkan Karakteristik Fisik Lahan.
Tingkat Kekritisan
Persentase Ketepatan
Sangat Kritis
Kritis Agak
Kritis Potensial
Kritis Tidak
Kritis Sangat Kritis
71.43 5
1 1
Kritis 53.85
2 7
3 1
Agak Kritis 66.67
1 1
12 4
Potensial Kritis 81.25
1 2
13 Tidak Kritis
50.00 3
3 Total
66.67 8
9 15
24 4
Peluang posterior yang menunjukkan ketepatan klasifikasi setiap unit pengamatan secara detil disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 memperlihatkan bahwa
variabel fisik lahan dari pengamatan lapang terdapat 20 kasus misklasifikasi dari 60 unit pengamatan yang di analisis. Unit pengamatan yang mengalami
misklasifikasi yaitu nomor 1, 2, 4, 7, 11, 15, 20, 22, 23, 25, 27, 29, 33, 34, 35, 37, 38, 40, 50, dan 51. Pada unit pengamatan nomer 25, 29, dan 21, cenderung masuk
ke dalam kelas sangat kritis. Unit pengamatan nomor 2 dan 11, cenderung masuk ke dalam kelas kritis. Unit pengamatan nomor 15, 22, dan 37, cenderung masuk
kedalam kelas agak kritis. Unit pengamatan nomor 1, 2, 20, 23, 27, 33, 34, 35, 38, 40 dan 50, cenderung masuk kedalam kelas potensial kritis. Sedangkan unit
pengamatan nomer 4 cenderung masuk kedalam kelas tidak kritis. Sebaran secara spasial ketepatan klasifikasi setiap unit pengamatan terdapat pada Gambar 11
dan 12. Data karakteristik fisik lingkungan tersaji pada Lampiran 12.
Tabel 13. Peluang Posterior Kelas Kekritisan Lahan Berdasarkan Karakteristik Fisik Lahan.
No Simbol
Pengamatan Sangat Kritis
Kritis Agak Kritis
Potensial Kritis Tidak Kritis
1 HP.SW2.1
Kritis 0.01
0.13 0.28
0.55 0.03
2 HP.SW3
Agak Kritis 0.01
0.13 0.28
0.55 0.03
3 HP.TG3.1
Agak Kritis 0.02
0.25 0.48
0.24 0.00
4 HP.SW2.2
Kritis 0.00
0.07 0.08
0.12 0.73
5 HP.TG3.2
Agak Kritis 0.01
0.33 0.43
0.23 0.00
6 HL.SW4.1
Potensial Kritis 0.00
0.15 0.20
0.59 0.05
7 PB.TG3
Agak Kritis 0.03
0.72 0.17
0.08 0.00
8 LK.SW2
Kritis 0.05
0.55 0.31
0.10 0.00
9 LK.SW4.1
Potensial Kritis 0.00
0.17 0.19
0.38 0.26
10 HP.TG2.1
Kritis 0.08
0.66 0.17
0.06 0.03
11 LK.SW4.2
Potensial Kritis 0.05
0.55 0.31
0.10 0.00
12 HP.H4.1
Potensial Kritis 0.00
0.04 0.48
0.48 0.00
13 HP.H2.1
Kritis 0.06
0.62 0.23
0.08 0.00
14 HL.H41
Potensial Kritis 0.00
0.05 0.38
0.57 0.00
15 PB.KC4
Potensial Kritis 0.00
0.09 0.46
0.45 0.00
16 LK.TG1
Sangat Kritis 0.85
0.13 0.02
0.00 0.00
17 LK.TG3
Agak Kritis 0.13
0.32 0.44
0.11 0.00
18 LK.TG21
Kritis 0.24
0.66 0.08
0.01 0.00
19 HP.H4.2
Potensial Kritis 0.00
0.04 0.48
0.48 0.00
20 HP.H2.2
Kritis 0.00
0.04 0.48
0.48 0.00
21 Pp.TG1
Sangat Kritis 0.66
0.22 0.11
0.01 0.00
22 Prw.RP1
Sangat Kritis 0.02
0.25 0.48
0.24 0.00
23 Pp.KC1
Sangat Kritis 0.01
0.20 0.25
0.52 0.02
24 Prw.TG2
Kritis 0.08
0.53 0.31
0.08 0.00
25 LK.TG2.2
Kritis 0.52
0.31 0.15
0.02 0.00
26 Pp.TG2
Kritis 0.00
0.56 0.18
0.25 0.01
27 Pp.KC3.1
Agak Kritis 0.01
0.13 0.28
0.55 0.03
28 Pp.KC3.2
Agak Kritis 0.00
0.25 0.41
0.34 0.00
29 Pp.TG3
Agak Kritis 0.66
0.22 0.11
0.01 0.00
30 HL.H4.2
Potensial Kritis 0.00
0.14 0.38
0.47 0.01
31 Pp.SW4
Potensial Kritis 0.01
0.09 0.27
0.51 0.12
32 PP.TG4
Potensial Kritis 0.01
0.09 0.27
0.59 0.05
33 PP.TG5.1
Tidak Kritis 0.01
0.09 0.27
0.59 0.05
34 PP.TG5.2
Tidak Kritis 0.01
0.09 0.27
0.59 0.05
35 PP.RP5
Tidak Kritis 0.00
0.10 0.21
0.61 0.07
36 HP.KC3
Agak Kritis 0.00
0.06 0.64
0.29 0.00
37 HP.SW4
Potensial Kritis 0.01
0.04 0.58
0.37 0.00
38 HP.SW3
Agak Kritis 0.01
0.13 0.28
0.55 0.03
40 LK.SW3
Agak Kritis 0.01
0.13 0.28
0.55 0.03
41 HP.H3
Agak Kritis 0.09
0.23 0.62
0.07 0.00
42 HP.H4
Potensial Kritis 0.00
0.10 0.34
0.56 0.01
43 LK.TG3
Agak Kritis 0.00
0.03 0.50
0.47 0.00
44 LB.SW4
Potensial Kritis 0.00
0.07 0.27
0.65 0.01
45 HP.H31
Agak Kritis 0.01
0.22 0.55
0.22 0.00
46 ZT.GC1
Sangat Kritis 0.99
0.01 0.01
0.00 0.00
47 IN.LT11
Sangat Kritis 0.90
0.05 0.04
0.00 0.00
48 IN.LT12
Sangat Kritis 0.71
0.06 0.23
0.01 0.00
49 IN.LT2
Kritis 0.05
0.67 0.16
0.08 0.04
50 Pp.SW2
Kritis 0.00
0.07 0.27
0.65 0.01
51 IN.SE2
Kritis 0.65
0.30 0.05
0.00 0.00
52 LK.H3
Agak Kritis 0.14
0.09 0.69
0.07 0.01
53 PD.KC3
Agak Kritis 0.00
0.25 0.41
0.34 0.00
54 Pp.SE3
Agak Kritis 0.10
0.02 0.80
0.07 0.01
55 LB.SW41
Potensial Kritis 0.00
0.07 0.27
0.65 0.01
56 PD.KC4
Potensial Kritis 0.00
0.15 0.07
0.60 0.19
57 LB.SW42
Potensial Kritis 0.00
0.09 0.07
0.60 0.23
58 IN.KC5
Tidak Kritis 0.00
0.00 0.00
0.00 0.99
59 IN.SE51
Tidak Kritis 0.00
0.00 0.00
0.00 1.00
60 IN.SE52
Tidak Kritis 0.00
0.00 0.00
0.00 0.99
Keterangan : kasus bertanda terjadi salah klasifikasi; nilai cetak merah peluang di kelas DRLKT dan dicetak biru
peluang terbesar hasil pemodelan.
Gambar 11. Peta Ketepatan Klasifikasi Setiap Unit Pengamatan di Kecamatan Babakan Madang
35
Gambar 12. Peta Ketepatan Klasifikasi Setiap Unit Pengamatan di Kecamatan Klapanunggal
36
5.5. Keterkaitan Penyimpangan Pemanfaatan Alokasi Ruang dengan