Pengawasan oleh Bank Indonesia

l meskipun secara tehnis pengawasan perbankan syariah tetap menjadi kewenangan Bank Indonesia BI. Untuk memperkuat kewenangan sebagai bank sentral yang mengurusi sistem keuangan syariah dalam Negara Republik Indonesia, Bank Indonesia perlu menjalin kerja sama dengan DSN-MUI yang memiliki otoritas di bidang hukum Syariah. Bentuk kerja sama antara Bank Indonesia dengan DSN-MUI diwujudkan melalui nota kesepahaman MOU Memorandum of Understanding untuk menjalankan fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap perbankan syariah. Dengan adanya kerja sama tersebut, berarti keberadaan DSN- MUI menjadi sangat penting dalam pengembangan system ekonomi dan perbankan syariah negeri ini.

e. Pengawasan oleh Bank Indonesia

Kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan akan terjaga apabila sektor perbankan itu sendiri diselenggarakan dan dikelola dengan prinsip kehati-hatian sehingga selalu terpelihara kondisi kesehatannya. Untuk Bank Indonesia sebagai bank sentral yang mempunyai peran pula dalam menentukan dan memberikan arah perkembangan perbankan serta dapat melindungi masyarakat, maka Bank Indonesia mempunyai kewenangan dan kewajiban untuk membina serta melakukan pengawasan terhadap seluruh kelembagaan dan kegiatan perbankan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 29 ayat 1 Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang- Undang Nomor 7 tahun 1992. Adapun pembinaan dan pengawasan tersebut ditempuh melalui upaya-upaya tertentu, baik yang bersifat preventip dalam bentuk ketentuan-ketentuan, petunjuk, nasehat, bimbingan dan pengarahan maupun secara represif dalam bentuk pemeriksaan yang disusul dengan tindakan perbaikan. 63 63 Muhamad Djumhana, Hukum Perbakan di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm.276. li Bank Indonesia pada dasarnya mengemban tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan Pasal 8 Undang- Undang nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi Bank. Khususnya dalam melakukan pengaturan dan pengawasan termasuk di dalamnya pelaksanaan pembinaan. Mengingat tugas yang diemban tersebut maka Bank Indonesia mempunyai langkah dan kewenangan tertentu sebagaimana ditetapkan dalam Undang- Undang nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yaitu : 1 Menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian. Pasal 25 ayat 1 menyebutkan bahwa dalam rangka melaksanakan tugas mengatur Bank, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati- hatian. 2 Menyangkut perizinan perbankan, meliputi kewenangan untuk memberikan izin dan mencabut izin usaha, memberikan izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank, memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu Pasal 26 3 Melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan juga dapat mencakup pemeriksaan terhadap perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait, pihak terafiliasi, dan debitur bank. Pasal 29 ayat 1 dan 2 Ketentuan tersebut berbunyi : Ayat 1 Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap Bank, baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Ayat 2 Apabila diperlukan,pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dilakukan terhadap perusahaan induk, lii perusahaan anak, pihak terkait, pihak terafiliasi dan debitur Bank. Ayat 3 Bank dan pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat 2, wajib memberikan kepada pemeriksa : keterangan dan data yang diminta; kesempatan untuk melihat semua pebukuan, dokumen, dan sarana fisik yang berkaitan dengan kegiatan usahanya; dan hal-hal lain yang diperlukan. 4 Memerintahkan bank untuk menghentikan sementara sebagian atau seluruh kegiatan transaksi tertentu apabila menurut penilaian Bank Indonesia terhadap suatu transaksi patut diduga merupakan tindak pidana di bidang perbankan. Pasal 31 ayat 2 . 5 Mengatur dan mengembangkan sistem informasi antar bank Pasal 32 ayat 1. 64 Secara eksplisit, tugas pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan perbankan syariah diatur dalam peraturan perundangan, khususnya Pasal 50 sampai dengan Pasal 54 Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 65 Kewenangan Bank Indonesia selain ditetapkan dalam Undang- Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, juga diatur dalam Undang-Undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, diantaranya yaitu ; 1 Menetapkan ketentuan tentang kesehatan bank, tata cara pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah serta kegiatan usaha lainnya dari bank, tata cara penyediaan informasi oleh bank untuk para nasabahnya. Pasal 29 ayat 5 . 2 Memeriksa buku-buku dan berkas-berkas pada bank yang dibinanya. Pasal 31. 3 Menugaskan Akuntan Publik untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan Pasal 31 A. 4 Melakukan tindakan tertentu terhadap bank yang mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya, diperkirakan mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya Pasal 37 ayat 1. 64 Ibid., hlm. 277. 65 Himpunan Peraturan Perundang-undangan Perbankan Syariah, CV Karya Gemilang, cet. Pertama, 2009, hlm.20. liii 5 Mencabut izin usaha dan memerintahkan direksi bank untuk segera menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham guna membubarkan badan hukum dan membentuk tim likuidasi terhadap bank yang tidak bisa memperbaiki kinerjanya sehingga membahayakan sektor perbankan. 6 Meminta Pemerintah untuk membentuk badan khusus yang bersifat sementara dalam rangka penyehatan perbankan nasional Pasal 37 ayat 1 7 Mengeluarkan perintah tertulis agar bank memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti tertulis serta surat-surat mengenai keadaan keuangan nasabah penyimpan tertentu kepada pejabat pajak Pasal 41 ayat 1 . 8 Memberikan izin kepada pejabat BUPLNPUPN untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan nasabah debitur Pasal 41 A. 9 Memberikan izin kepada polisi, jaksa, atau hakim untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan tersangka atau terdakwa pada bank Pasal 42 ayat 1. 10 Memberikan sanksi administratif kepada bank yang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundang- undangan. Sanksi administrasi yang dapat diberikan kepada bank berupa anatara lain : denda uang, teguran tertulis, penurunan tingkat kesehatan bank, larangan untuk turut serta dalam kegiatan kliring, pembekuan kegiatan usaha tertentu, baik untuk kantor cabang tertentu maupun untuk bank secara keseluruhan, pemberhentian pengurus bank dan selanjutnya menunjuk dan mengangkat pengganti sementara sampai RUPS atau Rapat Anggota untuk mengangkat pengganti yang tetap dengan persetujuan Bank Indonesia, pencantuman anggota pengurus, pegawai bank, pemegang saham dalam daftar orang tercela di bidang perbankan Pasal 52, dan 11 Menetapkan pengecualian bagi Bank Perkreditan Rakyat mengenai ketentuan kewajiban bank untuk mengaudit neraca dan perhitungan laba rugi tahunan untuk diaudit oleh akuntan publik Pasal 36 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan 66

f. Operasionalisasi Sistem Syariah dalam Perbankan

Dokumen yang terkait

Efektifitas pengawasan Dewan Pengawasan Syariah (DPS) pada Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah

3 12 86

Peran dewan pengawas syariah (DPS) dalam pengawasan pelaksanaan kontrak di Bank Syariah (studi kasus Bank BRI Syariah)

1 9 100

PENGARUH KEBIJAKAN SISTEM OFFICE CHANNELING TERHADAP KINERJA BANK JATENG SYARIAH CABANG SURAKARTA Pengaruh Kebijakan Sistem Office Channeling Terhadap Kinerja Bank Jateng Syariah Cabang Surakarta.

0 2 17

PENGARUH KEBIJAKAN SISTEM OFFICE CHANNELING TERHADAP KINERJA BANK JATENG SYARIAH CABANG SURAKARTA Pengaruh Kebijakan Sistem Office Channeling Terhadap Kinerja Bank Jateng Syariah Cabang Surakarta.

0 3 18

PENGAWASAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH TERHADAP BANK MANDIRI SYARIAH CABANG JAKARTA SELATAN DIHUBUNGKAN DENGAN PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE.

0 0 2

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN JUMLAH DEWAN PENGAWAS SYARIAH TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA.

0 3 129

PENGARUH PENGAWASAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS), AUDITOR INTERNAL DAN KEPATUHAN SYARIAH TERHADAP PENINGKATAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI PT. BANK PEMBIAYAAN RAKSYAT SYARIAH (BPRS) BHAKTI SUMEKAR SUMENEP.

0 0 67

Peranan Dewan Pengawas Syariah terhadap Praktik Kepatuhan Syariah dalam Perbankan Syariah di Indonesia

0 0 17

EFEKTIVITAS PENGAWASAN OLEH DEWAN PENGAWAS SYARIAH PADA BANK SYARIAH (Studi Kasus pada PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Amanah Sejahtera) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 19

EKSISTENSI DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) PADA BANK SYARIAH (TINJAUAN YURIDIS)

0 0 88