PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN JUMLAH DEWAN PENGAWAS SYARIAH TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA.
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN JUMLAH DEWAN PENGAWAS SYARIAH TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM
SYARIAH DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Oleh: OVI RATNA SUSANTI
1013010046 / FEB / EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
(2)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh gelar Sarjana EKONOMI DAN BISNIS
Progdi Akuntansi
Diajukan Oleh: OVI RATNA SUSANTI
1013010046 / FEB / EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
(3)
SKRIPSI
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN JUMLAH DEWAN PENGAWAS SYARIAH TERHADAP PENGUNGKAPAN
CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA
Disusun Oleh: Ovi Ratna Susanti 1013010046/FE/EA telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Progdi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
pada tanggal 28 Februari 2014
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
DRS. EC.MUNARI, MM. DRS. EC.MUNARI, MM,
Sekretaris
DRS. EC. EKO RIYADI, M.AKS. Anggota
DRA. SARI ANDAYANI, M.AKS.
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur
DR. DHANI ICHSANUDDIN NUR, SE,MM. NIP. 19630924 198903 1001
(4)
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Jumlah
Dewan Pengawas Syariah Terhadap Pengungkapan Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah di Indonesia.” Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis memperoleh bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang selalu memberikan petunjuk, bimbingan, dan langkah kepada penulis selama ini.
2. DR. Dhani Ichsanuddin Nur, SE., MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 3. DR. Hero Priono, M.Si, Ak, CA selaku Kaprogdi Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Drs. Ec. Munari, MM., selaku dosen pembimbing penulis, yang telah meluangkan waktu dan pikiran, memberikan arahan, nasihat, saran,
(5)
bimbingan, serta membantu kesulitan yang dihadapi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dra. Ec. Dwi Suhartini, M.Aks., selaku dosen wali.
6. Segenap dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
7. Seluruh Staf dan Karyawan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, atas kerjasama yang dilakukan.
8. Bapak Suratno dan Ibu Susana, orang tua terhebat yang telah memberikan seluruh kasih sayang dan cinta yang luar biasa kepada penulis. Terima kasih atas doa yang tiada henti, nasihat, serta motivasi setiap saat yang memberikan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
9. Adikku tersayang Nova Ratnasari. Terima kasih atas doa, dukungan, dan motivasinya.
10.Seluruh keluarga besar penulis. Terima kasih atas doa, cinta, dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis.
11.Sahabat seperjuangan Ratna, Dewi, Lala, Yunita, Tety, Arief. Terima kasih atas segala perhatian, bantuan, dan dukungannya selama proses penyusunan skripsi ini.
12.Seluruh teman kelas Akuntansi B-13 angkatan 2010. Terima kasih atas bantuan, dukungan, dan doa kalian semua.
(6)
14.Keluarga besar Paduan Suara Gita Widya Giri. Terima kasih atas kebersamaan dan pengalaman berharga selama ini.
15.Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, demi penyempurnaan skripsi ini, penulis mengharapkan saran, pendapat, dan kritik dari pembaca dan dengan rendah hati penulis akan menerimanya.
Akhirnya penulis hanya dapat mengharapkan semoga amal baik tersebut akan mendapat Rahmat serta Karunia dari Allah SWT dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak sebagaimana semestinya.
Surabaya, 20 Februari 2014 Penulis,
(7)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...xiv
ABSTRAK ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...1
1.2. Perumusan Masalah ...8
1.3. Tujuan Penelitian ...8
1.4. Manfaat Penelitian ...9
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu ... 11
(8)
2.2.3. Corporate Governance ... 19
2.2.3.1. Pengertian Corporate Governance ... 19
2.2.3.2. Pengungkapan Corporate Governance dalam Laporan Tahunan ... 22
2.2.3.3. Prinsip-prinsip Corporate Governance ... 24
2.2.3.4. Manfaat dan Tujuan Corporate Governance ... 28
2.2.3.5. Corporate Governance pada Perbankan ... 29
2.2.3.6. Corporate Governance pada Perbankan Syariah ... 31
2.2.3.6.1. Tata Kelola Keuangan Perbankan Syariah ... 35
2.2.3.6.2. Governance Structure Perbankan Syariah ... 36
2.2.3.7. Perbandingan Tata Pengelolaan Perbankan Konvensional dan Syariah ... 38
2.2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengungkapan Corporate Governance ... 43
(9)
2.2.4.1. Ukuran Perusahaan ... 43
2.2.4.2. Profitabilitas ... 44
2.2.4.3. Leverage ... 46
2.2.4.4. Jumlah Dewan Pengawas Syariah ... 47
2.3. Kerangka Pemikiran ... 50
2.3.1. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Governance ... 51
2.3.2. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate Governance ... 53
2.3.3. Pengaruh Leverage Terhadap Pengungkapan Corporate Governance ... 54
2.3.4. Pengaruh Jumlah Dewan Pengawas Syariah Terhadap Pengungkapan Corporate Governance ... 55
2.4. Hipotesis ... 56
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian ... 57
3.2. Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel ... 58
(10)
3.2.2.2. Profitabilitas (X2) ... 59
3.2.2.3. Leverage (X3) ... 60
3.2.2.4. Jumlah Dewan Pengawas Syariah (X4) ... 61
3.3. Teknik Penentuan Sampel ... 62
3.3.1. Populasi ... 62
3.3.2. Sampel ... 62
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 64
3.4.1. Jenis Data ... 64
3.4.2. Sumber Data ... 64
3.4.3. Pengumpulan Data ... 65
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 65
3.5.1. Analisis Statistik Deskriptif ... 66
3.5.2. Uji Asumsi Klasik ... 66
3.5.2.1. Uji Normalitas ... 66
3.5.2.2. Uji Autokorelasi ... 67
3.5.2.3. Uji Multikolinearitas ... 69
(11)
3.5.3. Analisis Regresi Berganda ... 75
3.5.4. Uji Hipotesis ... 75
3.5.4.1. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit) ... 75
3.5.4.1.1. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 76
3.5.4.1.2. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ... 76
3.5.4.2. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 77
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Data Penelitian ... 78
4.1.1. Pengungkapan Corporate Governaance (Y) ... 78
4.1.2. Ukuran Perusahaan (X1) ... 79
4.1.3. Profitabilitas (X2) ... 80
4.1.4. Leverage (X3) ... 80
4.1.5. Jumlah Dewan Pengawas Syariah (X4) ... 81
4.2. Hasil Penelitian ... 82
4.2.1. Uji Asumsi Klasik ... 82
4.2.1.1. Uji Normalitas ... 82
(12)
4.2.3. Pengujian Hipotesis ... 89 4.2.3.1. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ... 89 4.2.3.2. Uji Signifikansi Parameter Individual
(Uji Statistik t) ... 89 4.2.3.3. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 92 4.3. Pembahasan ... 93
4.3.1. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan
Corporate Governance ... 93 4.3.2. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Pengungkapan Corporate
Governance ... 94 4.3.3. Pengaruh Leverage Terhadap Pengungkapan Corporate
Governance ... 95 4.3.4. Pengaruh Jumlah Dewan Pengawas Syariah Terhadap
(13)
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan ... 98
5.2Saran ... 100
5.3Keterbatasan dan Implikasi ... 102
5.3.1 Keterbatasan ... 102
5.3.2 Implikasi ... 103
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(14)
Tabel 1 Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu dan Sekarang ... 13
Tabel 2 Perbandingan Antara Bank Syariah dan Konvensional ... 38
Tabel 3 Data Pengungkapan Corporate Governance Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2012 ... 78
Tabel 4 Data Ukuran Perusahaan Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2012 ... 79
Tabel 5 Data Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2012 .... 80
Tabel 6 Data Rasio Leverage Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2012 ... 81
Tabel 7 Data Jumlah Dewan Pengawas Syariah Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2012 ... 81
Tabel 8 Hasil Uji Normalitas Data (Kolmogorov-Smirnov Z) ... 83
Tabel 9 Hasil Uji Multikolinearitas (Nilai Tolerance dan VIF) ... 84
(15)
Tabel 11 Hasil Uji Autokorelasi (Durbin Watson) ... 87 Tabel 12 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 87 Tabel 13 Ringkasan Hasil Hipotesis Penelitian ... 92
(16)
Gambar 1 Para Stakeholder Utama dalam Sebuah Bank Islam ... 18
Gambar 2 Corporate Governance dalam Sebuah Bank Islam ... 37
Gambar 3 Perbedaan Cara Pandang dalam Tata Kelola Usaha Berbasis Konvensional dan Syariah ... 40
Gambar 4 Mekanisme Kerja Dewan Pengawas Syariah ... 50
Gambar 5 Gambar Kerangka Pikir ... 51
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Item Pengungkapan Corporate Governance
Lampiran 2 Data Penelitian
(18)
Ovi Ratna Susanti
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan corporate governance dalam laporan tahunan bank umum syariah di Indonesia. Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan jumlah dewan pengawas syariah.
Pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi dan pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling pada bank umum syariah di Indonesia selama tahun 2012. Sebanyak 11 bank umum syariah digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini. Terdapat 95 item pengungkapan untuk mendeteksi pengungkapan corporate governance.
Penelitian ini menggunakan regresi berganda untuk menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengungkapan corporate governance. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan jumlah dewan pengawas syariah tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan corporate governance.
Kata kunci : Laporan Tahunan, Pengungkapan Corporate Governance, Bank Umum Syariah, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Dewan Pengawas Syariah
(19)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada awalnya, Good Corporate Governance lahir karena adanya dorongan tuntutan eksternal agar perusahaan tidak melakukan suatu kebohongan publik. Istilah Good Corporate Gonernance muncul setelah terjadi beberapa skandal korporasi dan praktek korupsi yang dilakukan oleh beberapa perusahaan. Perhatian terhadap isu corporate governance internasional dipicu oleh skandal yang dilakukan beberapa perusahaan terkemuka. Kasus skandal korupsi dan penipuan akuntansi dalam laporan keuangan tersebut diantaranya dilakukan oleh Enron Corporation (US), Barings Empire (UK), WorldCom, dan Permalat (Italia), berakar dari kurangnya sistem tata kelola perusahaan yang baik (Muhamad et al., 2009 dalam Natalia, 2010). Di dalam negeri sendiri terdapat contoh kasus akibat kurangnya sistem tata kelola perusahaan yang tepat, seperti insider trading saham PT Bank Central Asia, Tbk serta overstated laporan keuangan PT Kimia Farma, Tbk. (Rini, 2010 dalam Natalia, 2010).
Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) juga dirasakan sangat penting dalam industri perbankan. Bank merupakan lembaga yang menjalankan kegiatannya bergantung dari pendanaan masyarakat dan kepercayaan. Pelaksanaan GCG sangat diperlukan untuk membangun
(20)
kepercayaan masyarakat dan dunia internasional sebagai syarat mutlak bagi dunia perbankan untuk berkembang dengan baik dan sehat.
GCG yang efektif pada bank dan nasabah pengguna dana adalah salah satu pilar penting yang harus diciptakan untuk mengganti kondisi sosial ekonomi yang lama. Namun GCG tidak hanya penting diberlakukan pada bank konvensional, tetapi juga pada bank syariah. Tanpa adanya penerapan GCG yang efektif, bank syariah akan sulit untuk bisa memperkuat posisi, memperluas jaringan, dan menunjukkan kinerjanya dengan lebih efektif. Kebutuhan bank syariah akan GCG menjadi lebih serius seiring dengan makin kompleksnya masalah yang dihadapi, dimana permasalahan ini akan mengikis kemampuan bank syariah dalam menghadapi tantangan dalam jangka panjang.
Perbankan syariah memiliki peran strategis dalam meningkatkan kesejahteraan umat, melalui proses intermediasi kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana maupun penyediaan jasa keuangan lainnya, berlandaskan kepada prinsip-prinsip syariah. Ketika sistem perbankan konvensional sempoyongan karena krisis moneter dan memerlukan biaya yang begitu besar untuk mempertahankannya, perbankan syariah justru mampu menyelamatkan sebagian ekonomi umat.
Keharusan tampilnya bankir syariah sebagai pioner penegakan GCG dibanding konvensional, karena permasalahan governance dalam perbankan syariah ternyata sangat berbeda dengan bank konvensional. Pertama, bank syariah memiliki kewajiban untuk mematuhi prinsip-prinsip syariah (shariah
(21)
3
compliance) dalam menjalankan bisnisnya. Karenanya, Dewan Pengawas Syariah (DPS) memainkan peran yang penting dalam governance structure perbankan syariah. Kedua, karena potensi terjadinya information asymmetry sangat tinggi bagi perbankan syariah maka permasalahan agency theory menjadi sangat relevan. Hal ini terkait dengan permasalahan tingkat akuntabilitas dan transparansi penggunaan dana nasabah dan pemegang saham. Karenanya, permasalahan keterwakilan investment account holders dalam mekanisme good corporate governance menjadi masalah strategis yang harus pula mendapat perhatian bank syariah. Ketiga, dari perspektif budaya korporasi, perbankan syariah semestinya melakukan transformasi budaya di mana nilai-nilai etika bisnis Islami menjadi karakter yang inheren dalam praktik bisnis perbankan syariah.
Risiko yang dihadapi oleh perbankan syariah adalah risiko kredit (aset non bagi hasil), dan aset sistem bagi hasil atau asset variable, risiko pasar (risiko harga ekuitas, risiko nilai tukar, risiko harga komoditas, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi dan lain-lain). Dimana risiko ini harus diminimalisir manajemen guna meningkatkan kinerja bank syariah. Salah satu yang dapat dilakukan adalah penerapan GCG. Risiko di perbankan syariah adalah sebagai salah satu faktor yang dapat mendorong pelaksanaan corporate governance di bank syariah.
(22)
Beberapa peraturan yang telah dikeluarkan berkaitan dengan penerapan GCG antara lain adalah PBI No. 2/27/PBI/2000 tanggal 15 Desember 2000 tentang Bank Umum, yang mana di dalamnya diatur kriteria yang wajib dipenuhi calon anggota direksi dan komisaris bank umum, serta batasan transaksi yang diperbolehkan atau dilarang dilakukan oleh pengurus bank. Kemudian dikeluarkanlah PBI No. 5/8/PBI/2003 tentang penerapan manajemen resiko bagi Bank Umum, yang selanjutnya ditinjaklanjuti dengan diterbitkannya SE No. 5/21/DPNP tanggal 29 September 2003. Sekarang sudah dikeluarkan PBI yang lebih spesifik menekankan perlunya penerapan GCG pada perbankan, yaitu PBI No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum. PBI ini juga berlaku bagi bank syariah yang artinya perbankan syariah juga diwajibkan menerapkan prinsip GCG dalam pengoperasian kegiatannya. Namun sejak tahun 2010, PBI No. 8/4/PBI/2006 sudah tidak berlaku lagi bagi bank syariah. Sebagai gantinya, telah dikeluarkan PBI No. 11/33/PBI/2009 tentang Pelaksaan GCG bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Latar belakang dikeluarkannya PBI ini adalah bahwa pelaksaan GCG di dalam industri perbankan syariah harus memenuhi prinsip syariah. Hal inilah yang membedakan GCG antara bank konvensional dengan bank syariah. Ketentuan lebih lanjut juga diatur dalam suatu Surat Edaran Bank Indonesia No.12/13/DPbs tanggal 30 April 2010 mengenai pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah.
(23)
5
Pelaksanaan GCG yang memenuhi prinsip syariah yang dimaksudkan dalam PBI ini tercermin dengan adanya pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah dalam pengelolaan kegiatan perbankan syariah. Selain itu, pelaksanaan GCG yang diatur dalam PBI ini juga merupakan amanah dari Pasal 34 Undang-Undang No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang mewajibkan perbankan syariah untuk melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik berdasarkan prinsip GCG karena ketidaksesuaian tata kelola bank dengan prinsip syariah akan berpotensi menimbulkan berbagai resiko terutama resiko reputasi bagi perbankan syariah.
Penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan corporate governance menunjukkan hasil yang beragam. Faktor-faktor yang paling sering digunakan dan memiliki hasil yang signifikan yakni ukuran perusahaan, profitabilitas, dan leverage. Namun dalam penelitian ini, peneliti menambah satu faktor yakni dewan pengawas syariah yang juga penting dalam kerangka Corporate Governance untuk sebuah bank umum syariah.
Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati (2007) menemukan bahwa besaran atau ukuran perusahaan memiliki pengaruh paling signifikan terhadap pengungkapan luas corporate governance. Semakin besar perusahaan, maka akan semakin dikenal oleh publik sehingga mengungkapkan lebih banyak informasi merupakan bagian dari upaya mewujudkan akuntabilitas publik. Temuan ini berbeda dengan hasil penelitian Murtanto dan Elvina (2005)
(24)
yang menemukan bahwa besaran perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas pengungkapan.
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba (keuntungan) dalam suatu periode tertentu. Penelitian yang dilakukan Aljifri dan Hussainey (2007) dalam penelitian Putranto (2013) menunjukkan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap praktik pengungkapan laporan tahunan perusahaan. Profitabilitas besar cenderung mengungkapkan informasi lebih banyak untuk kelangsungan hidup perusahaan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Putranto (2013) hasil menunjukan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan corporate governance.
Jensen dan Meckling (1976) berpendapat bahwa leverage perusahaan yang lebih tinggi dikenakan biaya monitoring yang lebih tinggi di mana dewan atau manajemen cenderung untuk meningkatkan tingkat pengungkapan untuk tujuan pemantauan. Corporate Governance mencakup usaha pencapaian tujuan jangka panjang, yaitu pencapaian tujuan kesejahteraan stakeholders yang merujuk kepada pihak-pihak atau kelompok-kelompok yang mempengaruhi ataupun yang dipengaruhi oleh keputusan, kebijakan, dan operasi perusahaan.
Menurut Lewis et al (2004:243) dalam Sudaryati dkk (2012) yang pokok dalam kerangka Corporate Governance untuk sebuah bank umum syariah adalah Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan kontrol internal yang mendukungnya. Ukuran dewan pengawas syariah merupakan jumlah anggota dewan pengawas
(25)
7
syariah pada Bank Syariah dan Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS. Dalam UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Dewan Pengawas diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia. Dewan Pengawas Syariah bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah. Semakin besar jumlah anggota dewan pengawas syariah, maka kinerja Bank semakin efektif sehingga pengungkapan yang dilakukan semakin luas.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu yang sudah ada. Pertama, penelitian ini menggunakan variabel jumlah dewan pengawas syariah dan menguji pengaruhnya terhadap pengungkapan corporate gorvenance. Kedua, objek dalam penelitian ini memilih seluruh Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia pada tahun 2012 sebagai objek penelitiannya. Hanya tahun 2012 yang diambil sebagai waktu penelitian karena penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya pengaruh variabel penelitian, bukan menemukan trend atau kecenderungan dari variabel tersebut.
Penelitian ini menarik untuk dilakukan karena praktik penerapan corporate governance dalam industri perbankan syariah mulai berkembang dan semakin ketatnya aturan atau regulasi pengungkapan corporate governance di Indonesia. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka judul skripsi ini adalah “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Jumlah Dewan Pengawas Syariah Terhadap Pengungkapan Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah di Indonesia”.
(26)
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam skripsi ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate governance bagi bank umum syariah di Indonesia?
2. Apakah profitabilitas berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate governance bagi bank umum syariah di Indonesia?
3. Apakah leverage berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate governance bagi bank umum syariah di Indonesia?
4. Apakah jumlah dewan pengawas syariah berpengaruh positif terhadap pengungkapan corporate governance bagi bank umum syariah di Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk meneliti dan mengetahui pengaruh positif antara ukuran perusahaan terhadap pengungkapan corporate governance bagi bank umum syariah di Indonesia.
2. Untuk meneliti dan mengetahui pengaruh positif antara profitabilitas terhadap pengungkapan corporate governance bagi bank umum syariah di indonesia.
(27)
9
3. Untuk meneliti dan mengetahui pengaruh positif antara leverage terhadap pengungkapan corporate governance bagi bank umum syariah di Indonesia.
4. Untuk meneliti dan mengetahui pengaruh positif antara jumlah dewan pengawas syariah terhadap pengungkapan corporate governance bagi bank umum syariah di Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan beberapa manfaat, yaitu: a. Manfaat Praktis
1. Bagi investor, dapat digunakan sebagai salah satu masukan serta sebagai bahan pertimbangan pada saat pengambilan keputusan investasi dengan informasi pengungkapan corporate governance. 2. Bagi kreditor, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
calon kreditur dalam mengambil keputusan pemberian kredit pada perusahaan dengan informasi pengungkapan corporate governance. 3. Bagi manajemen perusahaan, hasil penelitian ini akan dapat dijadikan
pertimbangan sebelum mengambil keputusan serta dapat meningkatkan Kinerja Keuangan serta mengimplementasikan Corporate Governance secara efektif dan menyeluruh, supaya nilai perusahaan semakin meningkat.
(28)
b. Manfaat Akademis
1. Dapat melengkapi penelitian-penelitian terdahulu mengenai pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan jumlah dewan pengawas syariah terhadap pengungkapan Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah di Indonesia.
2. Dapat memberikan pengetahuan di bidang akuntansi, terutama yang berkaitan dengan pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan jumlah dewan pengawas syariah terhadap pengungkapan corporate governance bagi Bank Umum Syariah di Indonesia. Penelitian ini juga diharapkan bisa memberikan kontribusi teori sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya serta acuan untuk mengembangkan pengungkapan corporate governance secara lebih luas, khususnya perusahaan perbankan syariah.
(29)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Berbagai penelitian mengenai pengungkapan corporate governance telah dilakukan. Namun, masih sedikit penelitian yang meneliti tentang pengungkapan corporate governance pada perusahaan perbankan syariah. Hal ini mungkin disebabkan karena baru dibentuknya Undang-Undang No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang mewajibkan perbankan syariah untuk melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik berdasarkan prinsip GCG.
Natalia (2012) meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan Corporate Governance pada laporan tahunan (studi empiris pada perusahaan yang terdaftar dalam LQ-45 Bursa Efek Indonesia). Dalam penelitiannya, Natalia (2012) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan corporate governance pada laporan tahunan. Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah independensi komite audit, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan klasifikasi industri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa independensi komite audit dan klasifikasi industri berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CG.
Selanjutnya, penelitian mengenai studi eksplorasi Pengungkapan Penerapan Prinsip Syariah di Bank Syariah yang dilakukan oleh Anonim (2011). Dalam penelitian ini dilakukan studi eksplorasi terhadap 3 Bank Umum Syariah
(30)
(BUS) yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI). Melalui analisis konten (content analysis) dengan disclosure index (DI) dan disclosure length (DL) diketahui bahwa BSMI telah mengungkapkan pelaksanaan prinsip syariah yang lebih luas dan panjang dalam Laporan Pelaksanaan GCG 2010. Studi ini menemukan bahwa masing-masing BUS memiliki model yang berbeda dalam pememuhan prinsip syariah. Temuan lainnya adalah bahwa belum adanya aturan tentang masa jabatan DPS.
Lebih lanjut, Akbar (2011) meneliti mengenai Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam Pelaksanaan Perbankan Syariah menurut Hukum Islam Dikaitkan dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Dalam penelitian ini Akbar (2011) mengungkapkan prinsip-prinsip GCG dalam perbankan syariah masih banyak kekurangan, antara lain belum memasyarakatnya hukum transaksi Islam di kalangan masyarakat, kurangnya SDM yang berkualitas dan mengerti mengenai perbankan syariah, kurangnya sosialisasi tentang perbankan syariah dan berikut prinsip-prinsip syariah.
Selain penelitian yang disebutkan di atas, masih terdapat banyak penelitian untuk menguji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengungkapan. Hasil dari penelitian tersebut akan diringkas pada tabel hasil penelitian berikut ini.
(31)
13
Tabel 1 : Perbedaan dan Persamaan Penelitian Terdahulu dan Sekarang
No PENELITI JUDUL / VARIABEL TEKNIK
ANALISIS 1. Rianto Jati
Putranto (2013)
Judul:
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Corporate Governance dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011
Independen:
Ukuran perusahaan, Kepemilikan dispersi, Profitabilitas, Ukuran dewan komisaris, Kualitas audit
Dependen:
Luas pengungkapan CG
Regresi Berganda
3. Ferry Andiawan Pramono (2011)
Judul:
Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kualitas Pengungkapan Corporate Governance pada Laporan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar dalam LQ-45)
Independen:
Ukuran perusahaan, profitabilitas, tingkat
persebaran modal, leverage, dan klasifikasi industri Dependen:
Kualitas Pengungkapan Corporate Governance.
Regresi Berganda
4. Amilia Kartika Rini (2010)
Judul:
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Corporate Governance dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia Independen:
Besaran perusahaan, umur listing perusahaan, Kepemilikan dispersi, Perusahaan multinasional, dan ukuran de
wan komisaris Dependen:
Luas Pengungkapan CG
Regresi Berganda
5. Endang Siti Arbaina (2012)
Judul:
Penerapan Good Corporate Governance pada Perbankan di Indonesia
Studi kepustakaan
7. Andi Prasetyo (2013)
Judul:
Implementasi Good Corporate Governance pada PT. Bank Internasional Indonesia Tbk (Studi Kasus: Bank BII Cabang Utama Surabaya)
Deskriptis
9. Daniel Syam dan Taufik Najda (2012)
Judul:
Analisis Kualitas Penerapan Good Corporate Governance pada Bank Umum Syariah di Indonesia Serta Pengaruhnya Terhadap Tingkat Pengembalian dan Risiko Pembiayaan
Independen:
Kualitas penerapan GCG Dependen:
Tingkat pengembalian, Risiko pembiayaan
Content analysis
10. Ovi Ratna Susanti (2013)
Judul:
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Jumlah Dewan Pengawas Syariah Terhadap Pengungkapan Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah di Indonesia.
Independen:
Pengungkapan Corporate Governance Dependen:
Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Jumlah Dewan Pengawas Syariah
Regresi Berganda
(32)
2.2. Landasan Teori
Pada bagian landasan teori akan dijelaskan teori-teori yang mendukung penelitian ini.
2.2.1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan (Agency Theory) merupakan salah satu teori yang menjadi dasar perusahaan untuk memahami corporate governance. Teori ini membahas hubungan antara prinsipal (pemilik dan pemegang saham) dan agen (manajemen). Menurut Jensen dan Meckling (1976) adalah:
“…a contract relationship which one or more person (the principal) engage
another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority to the agent. If both parties to the relationship are utility maximizers, there is good reason to believe that the agent will not always act in the best interests of the
principal.”
Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa hubungan keagenan muncul ketika satu atau lebih individu (principal) mempekerjakan individu lain (agen) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan kekuasaan kepada agen untuk membuat suatu keputusan atas nama principal tersebut. Dalam definisi tersebut manajemen bertindak sebagai agen dan pemegang saham sebagai principal, sehingga manajemen diberikan wewenang dalam kebijakan pengambilan keputusan yang diharapkan dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada secara maksimal untuk
(33)
15
menyejahterakan pemilik baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Tetapi dalam pelaksanaan hubungan tersebut terdapat kepentingan ekonomis yang dapat membuat agen tidak dapat selalu membuat keputusan bisnis yang sesuai dengan kepentingan principal.
Dari perspektif teori perbankan konvensional, terdapat tiga persoalan keagenan terkait dengan model pendanaan. Pertama, tidak adanya jaminan bisa memperparah problem adverse selection. Para peminjam yang ingin proyek mereka memberi manfaat non-moneter yang tinggi namun laba yang terealisasinya rendah akan memilih skema PLS, sebab mereka akan menikmati total pendapatan yang tinggi dengan pengorbanan modal yang rendah. Kedua, suatu kontrak mudharabah akan memicu problem moral hazard, karena pihak bank tidak dapat memaksa pengusaha melakukan suatu tindakan dan upaya untuk memaksimumkan pendapatan. Ketiga, “dalam kontrak PLS (profit and loss sharing), peminjam selalu terdorong untuk melaporkan jumlah laba yang kurang dari sebenarnya. Mereka menurunkan laba dengan cara mengambil penghasilan tambahan yang berlebihan atau waktu luang ekstra, atau memakai dalih akuntansi”. Kedua masalah itu, sebagaimana ditunjukkan oleh dua kutipan tersebut menjadi masalah utama yang dihadapi perbankan Islam (Lewis 2007:219).
Demikian pula, ada persoalan keagenan pada sisi lain permodalan. Tidak seperti bank konvensional, suatu bank Islam harus membedakan dengan jelas antara rekening lancar dan rekening investasi. Saldo rekening lancar
(34)
merupakan liabilitas (kewajiban) bank yang tidak bersyarat (non-contingent liability) dan harus dibayar bila ditagih. Rekening investasi berjalan di bawah skema PLS (profit and loss sharing), yakni modal tidak dijamin, dan juga tidak ada laba yang ditentukan sebelumnya. Pemegang rekening lancar sama dengan kreditor biasa. Pemegang rekening investasi mudharabah lebih mirip dengan pemegang saham, setidaknya dalam hal risiko kerugian. Bila terjadi kerugian, deposan mudharabah dan pemegang saham bank sama-sama menanggungnya. Namun, bank (pemegang saham) mesti bertanggung jawab atas kerugian akibat tindakan yang melanggar kontrak (Lewis 2007:220).
Corporate governance merupakan respon perusahaan terhadap persoalan keagenan tersebut. Bagaimanapun, sistem tata kelola perusahaan tidak hanya mengurusi desain mekanisme kontrol, pemecahan konflik pemodal (agen), dan pengawasan terhadap agen oportunis. Sitem tata kelola perusahaan bisa juga dipergunakan untuk membangun kepercayaan, menjalin kerja sama, dan menciptakan visi bersama antara semua pihak yang terlibat dalam perusahaan sehingga masalah keagenan dapat diantisipasi (Lewis 2007:210). Dengan demikian, diharapkan agen dapat bekerja memenuhi permintaan dari prinsipal. Hal ini akan meningkatkan perhatian terhadap masalah pengungkapan pada aspek corporate governance suatu perusahaan.
(35)
17
2.2.2. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory)
Teori pemangku kepentingan (Stakeholder Theory) merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara perusahaan dengan para pemangku kepentingan, sehingga teori ini juga dapat dipakai dalam mengungkapkan isu-isu mengenai corporate governance.
Menurut Warsono dkk. (2009) dalam Natalia (2012), pemangku kepentingan atau stakeholders adalah:
“Pihak-pihak atau kelompok-kelompok yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh keputusan, kebijakan, dan operasi suatu organisasi. Pemangku kepentingan perusahaan dapat meliputi pelanggan, karyawan, pemegang saham, media, pemerintah, asosiasi profesi dan asosiasi perdagangan, aktivis sosial dan lingkungan, dan organisasi-organisasi non pemerintah.”
Dari istilah di atas dapat disimpulkan bahwa pemangku kepentingan memiliki pengaruh yang signifikan dalam aktivitas bisnis perusahaan. Teori
stakeholder juga dapat dipahami sebagai teori yang menyatakan bahwa
perusahaan merupakan entitas yang tidak dapat dipisahkan dari lingkungan masyarakat. Hal ini berarti bahwa para pemangku kepentingan mempunyai suatu hubungan dalam aktivitas bisnis perusahaan dan juga mempunyai pengaruh dalam pembuatan keputusan bisnis perusahaan. Namun demikian dalam praktiknya, setiap pemangku kepentingan mempunyai pengaruh, kepentingan, dan hubungan yang berbeda-beda satu dengan yang lain. Misalnya dalam suatu aktivitas bisnis, perusahaan dituntut untuk memberikan produk yang berkualitas
(36)
dan bermanfaat bagi masyarakat. Namun di sisi yang lain perusahaan harus mencari sumber daya yang efisien, efektif, dan ekonomis pada suatu pemasok (supplier). Dalam hal ini dibutuhkan kemampuan dan keterampilan perusahaan dalam mengelola perbedaan tersebut sehingga tujuan utama perusahaan untuk melayani tujuan publik yang lebih luas (stakeholder) dapat tercapai (Pramono, 2011).
Gambar 1 : Para Stakeholder Utama dalam Sebuah Bank Islam
Sumber : Lewis (2007:216)
Penerapan dan pengungkapan CG merupakan salah satu upaya perusahaan dalam mencapai tujuan para pemangku kepentingan. CG memberikan panduan bagi perusahaan untuk dapat memaksimalkan fungsi, tugas, dan tanggung jawab organ-organ perusahaan sehingga tujuan para pemangku kepentingan dapat tercapai. Sedangkan pengungkapan-pengungkapan yang dilakukan perusahaan khususnya terkait dengan isu CG dapat memberikan pemahaman dan keyakinan kepada para pemegang saham bahwa perusahaan telah melakukan aktivitas dalam rangka pemenuhan tujuan
Komunitas Islam Karyawan
Manajemen Mitra Dana
Musyarakah
Pemegang saham
Pemegang rekening Investasi Mudharabah Kreditur Pemegang
(37)
19
para pemangku kepentingan. Pengungkapan-pengungkapan yang dilakukan perusahaan juga dapat digunakan sebagai media pendukung bagi para pemangku kepentingan untuk pengambilan keputusan (Pramono, 2011).
2.2.3. Corporate Governance
2.2.3.1. Pengertian Corporate Governance
Good Corporate Governance memiliki beberapa definisi yang beragam dikarenakan banyaknya lembaga yang mengeluarkan definisi mengenai Good Corporate Governance. Tidak hanya lembaga, bahkan berbagai Negara juga memiliki definisi tersendiri mengenai Good Corporate Governance. Hal ini yang dapat menyebabkan tidak adanya keseragaman definisi dari Good Corporate Governance.
Menurut Solomon (2007) dalam Pramono (2011), definisi-definisi yang ada terkait CG dapat dikelompokkan menjadi dua perspektif, yaitu perspektif konvensional dan perspektif kontemporer. Dalam perspektif konvensional hubungan yang terdapat dalam CG hanya sebatas hubungan antara perusahaan dan pemiliknya (pemegang saham). Sedangkan dalam perspektif kontemporer hubungan yang terdapat dalam CG tidak hanya antara perusahaan dengan pemiliknya, tetapi perusahaan dengan para pemangku kepentingan.
Menurut Warsono dkk (2009) dalam Natalia (2012), frasa Corporate Governance terdiri dari dua kata, yaitu corporate dan governance. Kata
(38)
yang berkaitan dengan korporasi atau perusahaan”. Kata governance merupakan kata benda (noun) yang bermakna “pengelolaan”. Di Indonesia, sebagian literatur menerjemahkan corporate governance sebagai tatakelola.
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) mendefinisikan corporate governance sebagai berikut:
“Corporate governance is the system by which business corporations are directed and controlled. The corporate governance structure specifies the distribution of right and responsibilities among different participants in the corporation, such as the board, managers, shareholders and other stakeholders, and spells out the rules and procedures for making decisions on corporate affairs. By doing this, it also provides the structure through which the company objectives are set, and the means of attaining those objectives and monitoring performance”.
OECD melihat corporate governance sebagai suatu sistem dimana sebuah perusahaan atau entitas bisnis diarahkan dan diawasi. Sejalan dengan itu, maka struktur dari corporate governance menjelaskan distribusi hak-hak dan tanggungjawab dari masing-masing pihak yang terlibat dalam sebuah bisnis, yaitu antara lain dewan komisaris dan direksi, manajer, pemegang saham, serta pihak-pihak lain yang terkait sebagai stakeholders. Selanjutnya, struktur dari corporate governance juga menjelaskan bagaimana aturan dan prosedur dalam pengambilan dan pemutusan kebijakan sehingga dengan
(39)
21
melakukan itu semua maka tujuan perusahaan dan pemantauan kinerjanya dapat dipertanggungjawabkan dan dilakukan dengan baik.
World Bank memberikan definisi singkat terhadap tata kelola perusahaan (Abu-Tapanjeh, 2009 dalam Ekayani dan Rahmadi, 2010). Definisi ini terdiri dari tiga konsep pokok, yaitu: (1) kejujuran dan peluang yang sama dalam beraktifitas (fairness), (2) keterbukaan terhadap informasi dan performa perusahaan (transparency), dan (3) tanggung jawab serta akuntabilitas atas kegiatan finansial yang dilakukan (accountability).
Cadbury Committee (1992) dalam Lewis (2007:209) mendefinisikan
corporate governance sebagai sistem yang mengarahkan dan mengontrol”
perusahaan. Resminya, corporate governance adalah sistem hak, proses, dan kontrol secara keseluruhan yang ditetapkan secara internal dan eksternal atas manajemen sebuah entitas bisnis untuk melindungi kepentingan semua stakeholder (Lannoo, 1995 dalam Lewis, 2007:209).
Dari beberapa definisi mengenai Good Corporate Governance yang diungkapkan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa CG adalah seperangkat peraturan yang digunakan mengatur hak-hak dan kewajiban para stakeholders dan untuk memastikan bahwa aktivitas dan tujuan perusahaan adalah untuk memenuhi kepentingan-kepentingan serta memberikan perlindungan bagi para stakeholders yang memiliki kepentingan dalam perusahaan, jadi tidak semata-mata hanya untuk mencapai tujuan perusahaan itu sendiri.
(40)
2.2.3.2. Pengungkapan Corporate Governance dalam Laporan Tahunan
Komponen pengungkapan sebagaimana diidentifikasi oleh FASB adalah:
1. Statemen keuangan (financial statements).
2. Catatan atas statemen keuangan (notes to financial statements). 3. Informasi pelengkap (supplementary information).
4. Sarana pelaporan keuangan lain (other means of financial reporting).
5. Informasi lain (other information).
Pengungkapan wajib melalui standar akuntansi hanya diberlakukan untuk komponen (1), (2), dan dalam kondisi tertentu komponen (3).
Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan yang dilakukan perusahaan selain pengungkapan yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawas. Levinsohn (2001) dalam Juniarti (2003) menyatakan bahwa voluntary disclosures yang informatif dapat membantu para investor untuk memahami strategi perusahaan.
Praktik pengungkapan akuntansi di Indonesia mengacu kepada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang dibuat oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). PSAK yang mengatur tentang pengunkapan laporan keuangan adalah PSAK No 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan. PSAK No. 1 par 12 menyatakan bahwa:
(41)
23
Entitas dapat pula menyajikan, terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Laporan tambahan tersebut di luar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pengungkapan laporan keuangan, penyajian laporan tambahan juga diperlukan untuk membuat keputusan yang wajar dan relevan, termasuk informasi tentang CG.
Laporan tahunan adalah salah satu media yang digunakan perusahaan untuk dapat membagi informasi kepada para pemangku kepentingan. Dalam laporan tahunan terdapat dua komponen, yaitu laporan keuangan dan informasi tambahan (Pramono, 2011). Untuk perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dan perusahaan publik, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan(BAPEPAM-LK) mengeluarkan keputusan nomor: KEP-134/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang menetapkan kepada seluruh emiten dan perusahaan publik untuk menyampaikan laporan tahunan selambat-lambatnya empat bulan setelah tahun buku berakhir. BAPEPAM-LK menimbang bahwa laporan emiten merupakan sumber informasi penting bagi pemegang saham dan masyarakat dalam membuat keputusan investasi. Peraturan yang dikeluarkan oleh BAPEPAM-LK menyatakan bahwa laporan tahunan wajib memuat ikhtisar data keuangan
(42)
penting, laporandewan komisaris, laporan direksi, profil perusahaan, analisis dan pembahasan manajemen, tata kelola perusahaan, tanggung jawab direksi atas laporan keuangan, dan laporan keuangan yang telah diaudit. Dalam ketentuan tersebut, salah satu item yang harus dimuat adalah informasi tata kelola perusahaan (corporate governance). Dalam peraturan ini, terdapat sepuluh subbagian informasi mengenai CG diantaranya: informasi mengenai unsur-unsur pelaksana CG, sistem pengendalian internal, penjelasan mengenai risiko-risiko yang dihadapi perusahaan, tanggung jawab sosial, perkara penting yang sedang dihadapi perusahaan, dan tempat untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan. Selain mengacu kepada peraturan BAPEPAM-LK, dalam praktik pengungkapan informasi CG perusahaan juga mengacu kepada Pedoman Good Corporate Governance yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG) pada tahun 2006.
2.2.3.3. Prinsip-prinsip Corporate Governance
Prinsip-prinsip good corporate governance menurut Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, diantaranya: Transparency, Accountability, Responsibility, Independency dan Fairness (TARIF). Prinsip-prinsip tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Transparency (Keterbukaan)
Transparency yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan proses
(43)
25
pengambilan keputusan. Untuk dapat mewujudkan pengungkapan secara transparansi, perusahaan harus menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu kepada pihak yang memiliki kepentingan pada perusahaan tersebut. Selain itu, para investor harus dapat mengakses informasi penting perusahaan secara mudah pada saat diperlukan.
Pengungkapan yang memadai sangat diperlukan oleh investor dalam kemampuannya untuk membuat keputusan terhadap risiko dan keuntungan dari investasinya. Jika ada kekurangan pernyataan keuangan yang menyeluruh, maka dapat menyulitkan pihak luar untuk menentukan apakah perusahaan tersebut memiliki dana dalam tingkat yang mengkhawatirkan. Kurangnya informasi ini akan membatasi kemampuan investor untuk memperkirakan nilai dan risiko serta pertambahan dari perubahan modal (volatility of capital).
2. Accountability (Akuntabilitas)
Accountability (akuntabilitas) yaitu kejelasan fungsi dan
pelaksanaan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaannya berjalan secara efektif. Bila prinsip accountability (akuntabilitas) ini diterapkan secara efektif, maka perusahaan akan terhindar dari agency problem (benturan kepentingan peran).
Pengelolaan perusahaan harus didasarkan pada pembagian kekuasaan diantara manajer perusahaan, yang bertanggung jawab pada pengoperasian setiap harinya, dan pemegang sahamnya yang diwakili
(44)
oleh dewan direksi. Dewan direksi diharapkan dapat menetapkan kesalahan (oversight) dan melakukan pengawasan.
3. Responsibility (Pertanggungjawaban)
Responsibility (pertanggungjawaban) adalah kesesuaian atau kepatuhan didalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. Peraturan yang berlaku termasuk yang berkaitan dengan masalah pajak, hubungan industrial, perlindungan lingkungan hidup, kesehatan/keselamatan kerja, standar penggajian, dan persaingan yang sehat.
4. Independency (Kemandirian)
Independency atau kemandirian adalah suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Independensi penting sekali dalam proses pengambilan keputusan. Jika tidak adanya independensi dalam proses pengambilan keputusan, maka objektivitas dalam pengambilan keputusan tersebut juga tidak akan terbentuk.
5. Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran)
Fairness yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Fairness diharapkan dapat membuat
(45)
27
seluruh aset perusahaan dikelola secara baik dan prudent (hati-hati), sehingga muncul perlindungan kepentingan pemegang saham secara fair (jujur dan adil).
Secara sederhana kesetaraan didefinisikan sebagai perlakuan yang adil dan setara dalam memenuhi hak-hak stakeholder. Dalam pengelolaan perusahaan perlu ditekankan pada kesetaraan, terutama untuk pemegang saham minoritas. Investor harus memiliki hak-hak yang jelas tentang kepemilikan dan sistem dari aturan dan hukum yang dijalankan untuk melindungi hak-haknya.
Implementasi prinsip-prinsip good corporate governance dalam lingkup pasar modal di Indonesia dapat dijabarkan melalui upaya-upaya Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) mendorong perusahaan publik untuk memperhatikan dan melaksanakan prinsip-prinsip: transparancy, dengan meningkatkan kualitas keterbukaan informasi tentang kegiatan operasional perusahaan secara tepat waktu, baik yang berupa informasi finansial maupun non-finansial. Accountability, dengan mendorong optimalisasi peran dewan direksi dan dewan komisaris dalam menjalankan tugas dan fungsinya secara profesional. Responsibility, dengan mendorong optimalisasi peran stakeholders dalam rangka mendukung program-program perusahaan. Independency, dengan pengelolaan perusahaan secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun.
(46)
Fairness, dengan memaksimalkan perlindungan hak dan perlakuan adil kepada seluruh shareholders.
2.2.3.4. Manfaat dan Tujuan Good Corporate Governance
Pelaksanaan Good Corporate Governance yang baik merupakan langkah penting dalam membangun kepercayaan pasar (market convidence) dan mendorong arus investasi internasional yang lebih stabil dan bersifat jangka panjang. Menurut Bassel Committee on Banking Supervision dalam Prasetyo (2013), tujuan dan manfaat good corporate governance antara lain sebagai berikut:
a. Mengurangi agency cost, biaya yang timbul karena penyalahgunaan wewenang, ataupun berupa biaya pengawasan yang timbul untuk mencegah timbulnya suatu masalah.
b. Mengurangi biaya modal yang timbul dari manajemen yang baik, yang mampu meminimalkan risiko.
c. Memaksimalkan nilai saham perusahaan, sehingga dapat meningkatkan citra perusahaan dimata publik dalam jangka panjang.
d. Mendorong pengelolaan perbankan secara profesional, transparan, efisien serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian dewan komisaris, Direksi dan RUPS.
e. Mendorong dewan komisaris, anggota direksi, pemegang saham dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi
(47)
29
moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap perundang-undangan yang berlaku.
f. Menjaga going concern perusahaan 2.2.3.5. Corporate Governance pada Perbankan
Menurut Bank Dunia (BEI NEWS, 2004) dalam Herwiyanti (2010), “Corporate Governance is a blend of law, regulationand appropiate voluntary private sector practices which enable a corporation to attract financial and human capital, perform effectively and thereby prepetuate itself by generating long term economic value for its shareholders and society as awhole.”
Sistem tata kelola organisasi perusahaan yang baik menuntut dibangun dan dijalankannya prinsip-prinsip tata kelola perusahaan (Corporate Governance) dalam proses manajerial perusahaan. Dengan mengenal prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang berlaku secara universal diharapkan perusahaan dapat hidup secara berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi para stakeholder.
Dalam Pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance pada bulan Januari 2004 disebutkan bahwa Good Corporate Governance (GCG) mengandung lima prinsip utama yaitu keterbukaan (tranparency), akuntabilitas (accountability), tanggung jawab (responsibility), independensi (independency), serta kewajaran (fairness), dan diciptakan untuk dapat melindungi kepentingan semua pihak yang berkepentingan (stakeholder).
(48)
Struktur Tata Kelola Perbankan (Governance Structure of Banking) dapat diterapkan dengan adanya beberapa kriteria meliputi pemegang saham, dewan komisaris, direksi, auditor dan komite audit, compliance officer, sekretaris perusahaan, dewan pengawas syariah dan stakeholders.
Industri perbankan mempunyai regulasi yang lebih ketat dibandingkan dengan industri lain, misalnya suatu bank harus memenuhi kriteria Current Adequacy Ratio (CAR) minimum. Bank Indonesia menggunakan laporan keuangan sebagai dasar dalam penentuan status suatu bank (apakah bank tersebut merupakan bank yang sehat atau tidak). Oleh karena itu, manajer mempunyai insentif untuk melakukan manajemen laba supaya perusahaan mereka dapat memenuhi kriteria yang disyaratkan oleh BI. Perbankan di Indonesia melakukan manajemen laba untuk memenuhi kriteria BI tersebut (Rahmawati dan Baridwan, 2006 dalam Arbaina, 2012). Setiawati dan Na’im (2001) dalam penelitian Arbaina (2012) berargumen bahwa laporan keuangan yang telah direkayasa oleh manajemen dapat mengakibatkan distorsi dalam alokasi dana. Selain itu, industri perbankan merupakan industri “kepercayaan”. Jika investor berkurang kepercayaannya karena laporan keuangan yang bias akibat tindakan manajemen laba, maka mereka akan melakukan penarikan dana secara bersama-sama yang dapat mengakibatkan rush. Oleh karena itu, perlu suatu mekanisme untuk meminimalkan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan perbankan. Salah satu mekanisme yang dapat digunakan adalah praktik corporate governance.
(49)
31
2.2.3.6. Corporate Governance pada Perbankan Syariah
Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan yang baik (GCG) pada bank syariah merupakan bagian tak terpisahkan dari spirit bank syariah, yang intinya adalah semangat tanggung jawab, kewajiban, keterbukaan dan keadilan melalui pengabdian serta ketundukan kepada Allah SWT dan melalui pemerataan kemampuan, pengetahuan, informasi dan penghargaan. Semangat inilah yang menjadi dasar bagi tata kelola usaha/bisnis dan kode etik dalam bank syariah, termasuk dalam memberikan pembiayaan untuk bisnis syariah.
Ditinjau dari sistem pengelolaan, perbankan Islam menunjukkan sejumlah segi yang menarik karena menjadikan skema partisipasi ekuitas, risiko, dan PLS (Profit and loss sharing) sebagai basis pembiayaannya. Semua skema itu memiliki satu aspek penting, yakni bahwa semua transaksi yang dilakukan harus bersifat riil, bukan hanya transaksi keuangan, dan semua pihak yang terlibat dalam kontrak harus sama-sama menanggung risiko dengan memakai skema PLS (Lewis, 2007: 208)
Skema keuangan ini menunjukkan tingkat keterlibatan yang sangat berbeda (dan karenanya meniscayakan tata kelola yang berbeda pula) dengan perbankan konvensional karena para deposan mempertaruhkan uangnya langsung dalam investasi dan partisipasi ekuitas bank. Selain itu, perbankan Islam menerapkan satu lapis kontrol lainnya agar investasi dan pembiayaan benar-benar sesuai dengan syariah dan memenuhi harapan kaum muslim.
(50)
Untuk tujuan ini, bank Islam mempekerjakan Penasihat dan/atau Badan Keagamaan sendiri (Lewis, 2007:208).
Pada bank syariah untuk menerapkan GCG selain memerlukan dewan komisaris dan komite audit, juga harus terdapat dewan pengawas syariah. Dewan pengawas syariah merupakan pihak luar perusahaan yang kemudian menjadi bagian dari internal perusahaan yang diangkat dengan persetujuan Dewan Syariah Nasional (DSN). Dewan pengawas syariah merupakan institusi independen dalam bank syariah yang fungsi utamanya adalah melakukan pengawasan kepatuhan syariah dalam kegiatan operasional bank syariah.
Bankir syariah memiliki keharusan sebagai pioner penegakan GCG dibanding konvensional, karena permasalahan governance dalam perbankan syariah ternyata sangat berbeda dengan bank konvensional. Pertama, bank syariah memiliki kewajiban untuk mematuhi prinsip-prinsip syariah (shariah compliance) dalam menjalankan bisnisnya. Karenanya, Dewan Pengawas Syariah (DPS) memainkan peran yang penting dalam governance structure perbankan syariah. Kedua, karena potensi terjadinya information asymmetry sangat tinggi bagi perbankan syariah maka permasalahan agency theory menjadi sangat relevan. Hal ini terkait dengan permasalahan tingkat akuntabilitas dan transparansi penggunaan dana nasabah dan pemegang saham. Karenanya, permasalahan keterwakilan investment account holders dalam mekanisme good corporate governance menjadi masalah strategis yang harus pula mendapat perhatian bank syariah. Ketiga, dari perspektif budaya
(51)
33
korporasi, perbankan syariah semestinya melakukan transformasi budaya di mana nilai-nilai etika bisnis Islami menjadi karakter yang inheren dalam praktik bisnis perbankan syariah (Nofianti, 2013).
Di Indonesia lembaga keuangan syariah masih berpedoman Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/13/DPbs tanggal 30 April 2010 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Prinsip GCG dalam peraturan ini masih sama dengan OECD konvensional meskipun bank syariah memiliki karakteristik yang berbeda dengan bank konvensional. Prinsip Good Corporate Government pada perbankan Syariah tersebut harus berlandaskan kepada lima prinsip dasar. Pertama, transparansi (transparancy), yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan. Kedua, akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organisasi bank sehingga pengelolaannya berjalan secara efektif. Ketiga, pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan bank yang sehat. Keempat, profesional (proffesional) yaitu memiliki kompetensi, mampu bertindak obyektif, dan bebas dari pengaruh/tekanan dari pihak manapun (independen) serta memiliki komitmen yang tinggi untuk mengembangkan bank syariah. Kelima, kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan
(52)
dalam memenuhi hak-hak stakeholders berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Muhammad (2005) dalam Sudaryati dan Eskadewi (2012) menyatakan bahwa dalam Surat Al Baqoroh ayat 282 ini tersirat tiga prinsip dasar yang universal dalam operasional akuntansi syariah. Ketiga prinsip dasar tersebut adalah :
1. Prinsip Pertanggungjawaban
Prinsip pertanggungjawaban atau akuntabilitas (Accountability) merupakan konsep yang tidak asing lagi di kalangan masyarakat muslim. Pertanggungjawaban selalu berkaitan dengan konsep amanah. Bagi kaum muslim, persoalan amanah merupakan hasil transaksi manusia dengan sang Kholiq mulai dari alam kandungan. Manusia diciptakan oleh Allah sebagai kholifah di muka bumi. Manusia dibebani amanah oleh Allah untuk menjalankan fungsi-fungsi kekholifahannya. Inti kekholifahan adalah menjalankan atau menunaikan amanah.
2. Prinsip Keadilan
Jika ditafsirkan lebih lanjut maka ayat 282 surat Al Baqoroh mengandung prinsip keadilan dalam melakukan transaksi. Dalam konteks akuntansi menegaskan, kata adil dalam ayat 282 surat Al Baqoroh, secara sederhana dapat berarti bahwa setiap transaksi yang dilakukan oleh perusahaan dicatat dengan benar.
(53)
35
3. Prinsip Kebenaran
Prinsip kebenaran ini sebenarnya tidak bias dilepaskan dengan prinsip keadilan. Sebagai contoh misalnya, dalam akuntansi kita akan selalu dihadapkan pada masalah pengakuan, pengukuran, dan pelaporan. Aktivitas ini akan dapat dilakukan dengan baik apabila dilandasi pada nilai kebenaran. Kebenaran ini akan dapat menciptakan keadilan dalam mengakui, mengukur dan melaporkan transaksi-transaksi ekonomi. 2.2.3.6.1. Tata Kelola Keuangan Perbankan Syariah
Konsep ummah atau solidaritas sosial umat Islam berkaitan erat dengan konsep amanah (kepercayaan): harta harus diperoleh, dipergunakan, dan didistribusikan dalam kerangka syariah. Konsep amanah juga mengandung arti bahwa bank Islam bertindak sebagai wakil (wali) para investor yang dananya mereka kelola, dan harus memenuhi segala kewajiban dengan penuh rasa tanggung jawab (Lewis 2007:218).
Perbankan bebas-bunga dalam bentuknya yang murni didasarkan atas konsep syirkah (kemitraan) atau musyarakah, dan mudharabah (bagi-hasil). Musyarakah merupakan kerjasama antara kedua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan (Sudarsono 2004, 67). Meski dimungkinkan dalam hal ini semua penyelia modal tidak ikut serta dalam manajemen proyek, dan pada umumnya bank menyerahkan manajemen kepada mitra.
(54)
Dari sudut pandang pengusaha, tak perlu ada pembayaran tahunan untuk melunasi utang seperti dalam kredit berbunga walaupun modal itu tidak menambah risiko perusahaan sebagaimana pada pinjaman lainnya melalui daya-tuas (leverage: pembiayaan di mana rasio utang lebih besar dari modal milik sendiri) yang bertambah. Dan pihak bank memperoleh pendapatan dari laba (mirip dengan deviden) dan ia tidak dapat menyita utang seandainya laba tidak dapat menutupi utang (Lewis 2007:219).
Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola. Jika kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola yang harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut (Lewis 2004:69).
2.2.3.6.2. Governance Structure Perbankan Syariah
Bank-bank Islam mempekerjakan para ahli hukum Islam, biasanya sebagai penasihat atau konsultan, untuk memastikan bahwa kebijakan dan operasinya sesuai dengan syariah (Lewis 2007:221). Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank dengan bank konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan antar bank syariah dengan bank konvensional adalah
(55)
37
keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah (Antonio 2001:30). Jadi, komponen penting dalam corporate governance bank Islam adalah Dewan Pengawas Syariah (DPS).
Gambar 2 : Corporate Governance dalam Sebuah Bank Islam
Sumber : Lewis (2007:222)
Pemegang saham Auditor eksternal Undang-undang tentang
Perusahaan Regulasi bank/keuangan sentral Dewan Standard Akuntansi
Islam
Sistem Pengaturan Eksternal Sistem Pengaturan Internal
Dewan Direksi Direktur noneksekutif Komisi Audit
Audit internal
Dewan Penyelia Syariah Penyelia syariah
Penasihat hukum
Kontrol keuangan Kontrol operasional Tinjauan audit
Pemenuhan standar laporan keuangan
Pemenuhan syariah
(56)
Proses regulasi eksternal mencakup fungsi audit eksternal beserta syarat-syarat pelaporan menurut undang-undang perusahaan dan aturan praktik akuntansi yang terbaik, dan juga tindakan para pemegang saham serta peran Bursa Saham. Regulasi internal meliputi semua aktivitas dan dan fungsi dewan direktur, direktur non-eksekutif, komite audit, dan audit internal. Semua ini harus dilengkapi dengan sistem kontrol internal yang bertujuan untuk memastikan keamanatan laporan keuangan, kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan, dan operasi yang efisien (Lewis 2007:221).
2.2.3.7. Perbandingan Tata Pengelolaan Perbankan Konvensional dan Syariah Dalam kegiatan praktik secara nyata banyak sistem konvensional yang diadopsi oleh Bank Syariah, namun prinsip utama Bank Syariah dalam
menjalankan aktivitasnya adalah pada kesesuaian aktivitas perbankan dengan nilai-nilai syariah. Antonio (2001) dalam penelitian Sudaryati dan Eskadewi (2012) menyebutkan adanya beberapa perbedaan antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional yang antara lain adalah:
Tabel 2 : Perbandingan Antara Bank Syariah dan Konvensional
Bank Syariah Bank Konvensional
1. Melakukan investasi-investasi yang halal saja.
2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa
3. Profit dan Falah (kemakmuran dunia dan kebahagiaan di akherat) oriented
4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk
kemitraan
5. Penghimpunan dan penyaluran dana
harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah
1. Tidak membedakan antara investasi
haram dan halal
2. Memakai perangkat bunga
3. Profit oriented
4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk
hubungan debitur-kreditur
5. Tidak terdapat Dewan Pengawas Syariah
(57)
39
Tata kelola perusahaan konvensional dan syariah memiliki banyak perbedaan sudut pandang (Choudury dan Hoque, 2006 dalam Ekayani dan Rahmadi, 2010). Perbedaan yang paling signifikan adalah peletakan ideologi tauhid dalam perspektif syariah serta ideologi rasionalisme dalam perspektif konvensional. Selain itu, tujuan dari perbankan konvensional pada umumnya adalah berorientasi untuk maksimalisasi keuntungan, sementara pada perbankan syariah lebih berorientasi pada kemakmuran dunia dan kebahagiaan di akherat.
Pada sistem konvensional selalu terdapat konflik tujuan untuk memperkaya pemangku kepentingan atau menyejahterakan masyarakat. Sementara, dalam perspektif islami, kesejahteraan sosial adalah tujuan akhir dari setiap usaha, bukan pada maksimalisasi keuntungan pemangku kepentingan.
(58)
Gambar 3 : Perbedaan Cara Pandang dalam Tata Kelola Usaha Berbasis Konvensional dan Syariah
Perspektif Konvensional Perspektif Islami
Titik tolak: Rasionalisme dan Rasionalitas Titik tolak: Tauhid
Pressure Group Dewan Syariah:
Penentu Kebijakan Pemangku
Kepentingan
Musyawarah:
Otoritas / Representasi semua elemen
Regulator pemangku kepentingan dan
komunitas Lembaga non-
manajerial Regulasi lebih sedikit kecuali
Konsumen pada unsur reproduksi
pengetahuan dan kontrol
Tujuan
Privat:
SOSIAL Maksimalisasi
Keuntungan KESEJAHTERAAN
Pemangku SOSIAL:
Kepentingan Pengetahuan dan
pemenuhan keuntungan
privat dan sosial
Sumber : Choudury dan Hoque (2006) dalam Ekayani dan Rahmadi (2010)
Dewan Pimpinan Eksekutif dan Direktur Independen Manajemen Pekerja K o nl fi k
(59)
41
Hadirnya lembaga keuangan syariah pada khususnya dan sistem bisnis Islami (berdasarkan syariah) tentunya akan mempengaruhi dan menentukan organisasi akuntansi yang digunakan. Hal ini muncul, karena karakteristik masyarakat Islam menuntut aspek-aspek yang berbeda dengan apa yang terjadi dan berlaku dalam masyarakat kapitalis. Hal ini berarti pula bahwa akuntansi yang berlaku dalam sistem lembaga keuangan syariah, jelas berbeda dengan sistem akuntansi yang berlaku dalam sistem lembaga keuangan konvensional (Muhammad 2002:103).
Menurut Muhammad (2002:103), tujuan informasi akuntansi dalam lembaga keuangan syariah muncul karena dua alasan, yaitu:
1. Lembaga keuangan syariah dijalankan dengan kerangka syariah, sebagai akibat dari hakikat transaksi yang berbeda dengan lembaga keuangan konvensional;
2. Pengguna informasi akuntansi pada lembaga keuangan syariah adalah berbeda dengan pengguna informasi akuntansi di lembaga keuangan konvensional.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pengguna informasi akuntansi. Pengguna informasi akuntansi utama dalam sistem lembaga keuangan syariah meliputi:
a. Shareholder
(60)
c. Unrestricted investment account holders
d. Restricted investment account holders
e. Pengusaha, perusahaan atau agensi yang berhubungan dengan bank;
f. Dewan Pengawas Syariah
g. Lembaga pemerintah, Bank sentral, Menteri Keuangan, Badan Administrasi/ Pengelola Zakat;
h. Masyarakat luas
i. Pengamat non-Muslim; j. Peneliti;
k. Pegawai lembaga yang bersangkutan. 2. Informasi yang dibutuhkan pengguna, meliputi:
a. Informasi yang dapat membantu dalam menilai pelaksanaan operasional bank dengan aturan tertulis dan jiwa syariah;
b. Informasi yang dapat membantu dalam menilai kemampuan lembaga dalam menjaga aset, mempertahankan likuiditas, dan meningkatkan laba; c. Informasi tentang inisiatif lembaga atas
tanggungjawabnya terhadap pekerja, pelanggan, masyarakat dan lingkungan; dan
(61)
43
d. Informasi yang dapat membantu dalam pertanggungjawaban manajemen.
2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Governance 2.2.4.1. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aktiva, log size, nilai pasar saham, dll. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size), dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total aset perusahaan (Suwito dan Herawaty, 2005 : 138 dalam Widyanti, 2012).
Perusahaan besar cenderung akan mengungkapkan informasi yang lebih luas dibandingkan dengan perusahaan kecil karena perusahaan besar lebih memiliki kemampuan untuk merekrut karyawan yang ahli, serta adanya tuntutan dari pemegang saham dan para analis. Hubungan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan corporate governance dinyatakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Maingot dan Zeghal (2008) mengenai analisis pengungkapan informasi CG oleh bank-bank di Kanada. Maingot dan Zeghal (2008) menyatakan bahwa bank-bank dengan ukuran yang besar menjadi pokok perhatian atau objek yang dapat diteliti lebih bagi investor, salah satunya mengenai CG. Serta bank yang berukuran lebih besar mempunyai anggaran lebih banyak untuk hubungan investor dan mereka dapat
(62)
menyediakan waktu lebih banyak untuk mempersiapkan laporan tahunan mereka. Dari penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan semakin besar pula kuantitas dan ragam pemangku-pemangku kepentingan yang terkait, sehingga perusahaan perlu untuk menyediakan pengungkapan yang lebih luas agar dapat memenuhi kebutuhan informasi para pemangku kepentingan
Variabel ukuran perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aktiva perusahaan (Jatiningrum, 2000 : 149 dalam Widyanti, 2012). Jadi, untuk melihat besar atau kecilnya perusahaan diukur dari total aktiva berdasarkan nilai buku yang dinyatakan dalam satuan rupiah dan skala pengukurannya adalah rasio.
2.2.4.2. Profitabilitas
Profitabilitas yakni tingkat keuntungan yang dapat dicapai perusahaan dihubungkan dengan penjualannya. Bagi suatu perusahaan, masalah profitabilitas pada umumnya lebih penting daripada laba, karena laba yang besar bukan merupakan jaminan bahwa perusahaan bekerja secara efisien.
Menurut Kasmir (2008:196), pengertian rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.
(1)
106
pengawas syariah yang banyak, maka dimungkinkan saran yang diberikan kepada direksi bermacam-macam sehingga instruksi dari direksi kepada bagian tertentu kurang tepat sasaran, sehingga kinerja bagian tertentu tersebut menjadi kurang efektif termasuk pengaruhnya terhadap manajemen dalam pengambilan keputusan, serta pengungkapan corporate governance.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Buku Teks :
Antonio, Muhammad Syafi’i, 2001, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, Penerbit Gema Insani, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi, 2006, Metodelogi Penelitian, Penerbit Bina Aksara, Yogyakarta.
Anonim, 2013, Pedoman Penyususnan Usulan Penelitian dan Skripsi Program Studi
Akuntansi, UPN “Veteran” Jatim, Surabaya.
Bungin, Burhan, 2004, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Edisi Pertama, Penerbit
Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Cryer & Miller, 1994, Statistics for Business Data Analysis and Modeling,
International Thomson Publishing, California.
Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar ( Edisi Bahasa Indonesia ), Penerjemah Sumarno Zain, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Helfert, Erich, 1996, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ketujuh, Terjemahan Herman Wibowo, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Indriantoro, N., dan Supomo, B, 1999, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi
dan Manajemen, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Kasmir, 2008, Analisis Laporan Keuangan, Penerbit PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Lewis, Mervyn, K., Latifa, M. Algaoud, 2007, Perbankan Syariah: Prinsip, Praktik,
dan Prospek, Terjemahan Burhan Subrata, Penerbit PT Serambi Ilmu
Semesta, Jakarta.
Muhammad, 2002, Pengantar Akuntansi Syariah, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Nazir, Moh, 1988, Metode Penelitian, Cetakan Ketiga, Penerbit Galia Indonesia,
(3)
Santoso, Singgih, 2001, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Cetakan Kedua, PT Elex Media Computindo, Jakarta.
Sudarsono, Heri, 2004, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Edisi Kedua, Penerbit EKONISIA, Yogyakarta.
Sudrajat, 1988, Mengenal Ekonometrika Pemula, Cetakan Kedua, Penerbit CV. Armico, Bandung.
Sugiyono, 2010, Statistika Untuk Penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Sutrisno, 2003, Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi, Penerbit EKONISIA, Yogyakarta.
Umar, Husein, 2008, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Edisi Kedua, Penerbit PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Jurnal :
Akbar, Rizky, 2011, “Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam Pelaksanaan Perbankan Syariah menurut Hukum Islam Dikaitkan dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah”, Jurnal, http://fh.unpad.ac.id/repo/?p=1933.
Anonim, 2011, “Studi Eksplorasi Pengungkapan Penerapan Prinsip Syariah di Bank Syariah”, SEBI Islamic Economics & Finance Journal, Vol.04, No.1,
http://sepkymardian.wordpress.com/2013/02/20/studi-eksplorasi-pengungkapan-penerapan-prinsip-syariah-di-bank-syariah/.
Arbaina, Endang Siti, 2012, “Penerapan Good Corporate Governance pada
Perbankan Indonesia”, Jurnal Akuntansi Unesa, Vol. 1 No. 1, Unesa,
Surabaya, http://ejournal.unesa.ac.id.
Darmawati, D., Khomsiyah, dan R.G. Rahayu. 2005. “Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.
8, No. 1, Hal. 65-81.
Ekayani, Fitria dan Anton Rahmadi, 2010, “Rangkuman Prinsip Syariah dalam Tata Kelola Perusahaan yang Baik”, Samarinda: Universitas Mulawarman.
(4)
Farida, Nur Yusriati, yuli Prasetyo, dan Eliada Herwiyanti, 2010, “Pengaruh Penerapan Corporate Governance terhadap Timbulnya Earnings Management dalam Menilai Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perbankan di Indonesia”,
Jurnal Bisnis dan Akuntansi (JBA), Vol. 12 No. 2, Hal 69-80.
Herwiyanti, Eliyada, Y.N. Farida dan Yuli Prasetyo, 2010, “Pengaruh Penerapan
Corporate Governance terhadap Timbulnya Earnings Management dalam
Menilai Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perbankan di Indonesia”, Jurnal
Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12 No. 2, Hal. 69-80, Agustus.
Hidayah, Erna, 2008, “Pengaruh Kualitas Pengungkapan Informasi Terhadap Hubungan Antara Penerapan Corporate Governance dengan Kinerja
Perusahaan di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Akuntansi Auditing Indonesia, Vol.
12, No. 1, Hal. 53-64.
Isgiyarta, Jaka dan Nila Tristiarini. 2005. “Pengaruh Penerapan Prinsip Corporate
Governance Terhadap Abnormal Return pada saat Pengumuman Laporan
Keuangan”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol. 12, No. 2, Hal. 169-187.
Juniarti dan Yunita .F, 2003, “Pengaruh Tingkat Disclosure Terhadap Biaya Ekuitas,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan”, Vol. 5 No. 2, Hal. 150-168.
Kartika, Andi, 2009, “Faktor-faktor yang mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan
Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”, Kajian Akuntansi, Vol. 1 No. 1, Hal. 29-47, Februari.
Michael C. Jensen and W.H. Meckling, 1976, “Theory of The Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure”, Journal of Financial Economics 3, pp, 305-360.
Kusumawati, Dwi Novi 2007. “Profitability and Corporate Governance Disclosure:
An Indonesian Study”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 10, No. 2, Hal.
131-146.
M. Maingot and D. Zeghal, 2008, “An Analysis of Corporate Governance
Information Disclosure by Canadian Banks”, Journal of Corporate Ownership and Control, Vol. 5 No. 2, Hal. 225-236.
Murtanto dan Elvina. 2005. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perusahaan yang Terdaftar
(5)
Prasetyo, Andi, 2013, “Implementasi Good Corporate Governance pada PT. Bank Internasional Indonesia Tbk (Studi Kasus: Bank BII Cabang Utama Surabaya)”, Jurnal Akuntansi Unesa, Vol. 1 No. 3, Mei, Unesa, Surabaya,
http://ejournal.unesa.ac.id.
Prasetyoningrum, Ari Kristin, 2010, “Analisis Pengaruh Independensi dan Profesionalisme Dewan Pengawas Syariah terhadap Kinerja Bank Perkreditan Rakyat Syariah di Jawa Tengah”, Aset, Vol.12 No.1, Hal 27-36.
Sudaryati, Dwi dan Yunita Eskadewi, 2012, “Pengaruh Corporate Governance
terhadap tingkat pengungkapan Corporate Social Responsibility di Bank Syariah”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis (JEBI), Vol. 11 No. 1, Hal 14-28.
Syam, Daniel dan Taufik Najda, 2012, “Analisis Kualitas Penerapan Good Corporate Governance pada Bank Umum Syariah di Indonesia Serta Pengaruhnya
Terhadap Tingkat Pengembalian dan Risiko Pembiayaan”, Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan (JRAK), Vol. 2 No. 1, Hal 195-206.
Skripsi :
Natalia, Petri, 2012, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan
Corporate Governance pada Laporan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar dalam LQ-45 Bursa Efek Indonesia), Skripsi,
Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Nurtanti, Oktavia Ika, 2006, Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Tingkat
Pengungkapan Sukarela dan Kepercayaan Investor, Skripsi, Malang:
Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.
Pramono, Ferry Andriawan, 2011, Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Terhadap Kualitas Pengungkapan Corporate Governance (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar pada LQ-45), Skripsi, Semarang: Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro.
Putranto, Rianto Jati, 2013, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan
Corporate Governance dalam Laporan Tahunan Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011, Skripsi, Semarang:
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Rini, Amilia Kartika, 2010, Analisis Luas Pengungkapan Corporate Governance
dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia, Skripsi, Semarang:
(6)
Widyanti, Cholila, 2012, Pengaruh Profitabilitas, Leverage Operasi, dan Ukuran
Perusahaan terhadap Praktik Perataan Laba Perusahaan Food and Beverage yang Go Public di Bursa Efek Indonesia, Skripsi, Surabaya: UPN “Veteran”
Jawa Timur.
Website :
bankvictoriasyariah.co.id/
bjbsyariah.co.id/laporan-keuangan/
http://banksyariahcenter.blogspot.com/p/daftar-lengkap-bank-syariah-di-indonesia.html?m=1
http://www.syariahbukopin.co.id/annual_report/AR_2012.pdf&sa=U&ei=g4cAU6Kn Go7YoATJ4oGoBQ&ved=0CAsQFjAA&usg=AFQjCNEjU9u_VN8jD_Pupq 640mR8XqZgtg
http://maybank.com/iwov_resources/corporate/document/my/en/pdf/annual_report/20 13/20130306_Maybank_Annual_Report_2012_Financial_Statements_BM.pd f&sa=U&ei=o1YAU8LgDMruoAT5qoKYDQ&ved=0CBQQFjAD&usg=AF QjCNHzvvEMtzpncU2ptQRQLNAtBGJLEg
http://www.megasyariah.co.id/report/annual/2012.pdf&sa=U&ei=81gAU7SBGYvho ATV14KwCg&ved=0CAsQFjAA&usg=AFQjCNFeruWF8ONJM325I_j5nQ FM0G2f2Q
Nofianti, Leny, 2013, “Tata Kelola Bank dalam Islam”, http://www.riaupos.co/1836-opini-tata-kelola-bank-dalam-islam.html
www.bcasyariah.co.id/laporan-keuangan/tahunan/2012-2/ www.bnisyariah.co.id/laporan-tahunan-bni-syariah-tahun-2012 www.brisyariah.co.id/?q=laporan_tahunan
www.muamalatbank.com/home/investor/annual_report
www.syariahmandiri.co.id/category/investor-relation/laporan-tahunan/ www.paninbanksyariah.co.id/index.php/mtentangkami/laporantahunan