Regulasi Penanaman Modal Asing Di Bidang Usaha Asuransi

meskipun jalan yang ditempuh sangat berbelit-belit. Dalam praktek penanaman modal dengan kredit investasi ini banyak dilakukan oleh para pemodal dalam negeri untuk membiayai setiap proyeknya yang ada di Indonesia 84 Penanaman modal ini mencakup transaksi di pasar modal dan pasar uang. Penanaman modal ini sering disebut penanaman modal jangka pendek, karena pada umumnya mereka melakukan jual beli saham danatau mata uang dalam jangka waktu yang relative singkat tergantung pada fluktuasi nilai saham danatau mata uang yang hendak mereka perjualbelikan. 7. Portfolio Investment 85 Permodalan yang berasal dari luar negeri dalam perusahaan asuransi saat ini sedang mengalami perkembangan. Pada umumnya bentuk hukum dari perusahaan asuransi yang didalamnya terdapat penanam modal asing adalah perseroan terbatas, sehingga penelitian ini lebih melihat kepada penanaman modal asing dalam perusahaan asuransi yang berbentuk badan hukum perseroan terbatas.

B. Regulasi Penanaman Modal Asing Di Bidang Usaha Asuransi

Kehidupan perekonomian yang semakin terbuka dan berkembang cepat, dibutuhkan layanan jasa pertanggungan atau pengelolaan risiko yang semakin beragam dan berkualitas oleh perusahaan perasuransian yang sehat, dapat diandalkan, amanah, dan kompetitif. Untuk itu, perusahaan perasuransian perlu dibangun dengan permodalan yang kuat, yang bersumber, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. 84 Ibid, hlm.67. 85 Ana Rokhmatussa’dyah Dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal Jakarta: Sinar Grafika,2010, hlm. 5. Kepemilikan Perusahaan Perasuransian di Indonesia sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang Perasuransian yaitu, perusahaan perasuransian hanya dapat dimiliki oleh: 1. Warga negara Indonesia danatau badan hukum Indonesia yang secara langsung atau tidak langsung sepenuhnya dimiliki oleh warga negara Indonesia atau 2. Warga negara Indonesia danatau badan hukum Indonesia sebagaimana dimaksud dalam huruf a, bersama-sama dengan warga negara asing atau badan hukum asing yang harus merupakan Perusahaan Perasuransian yang memiliki usaha sejenis atau perusahaan induk yang salah satu anak perusahaannya bergerak di bidang Usaha Perasuran sian yang sejenis. 86 3. Warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dapat menjadi pemilik Perusahaan Perasuransian hanya melalui transaksi di bursa efek. 87 Berdasarkan ketentuan pasal tersebut dapat dilihat bahwa kepemilikan asing pada perusahaan asuransi di Indonesia dibatasi secara kualitatif oleh Undang- Undang Perasuransian dan kepemilikan asing dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu dengaan penanaman modal langsung atau melalui transaksi di bursa efek. Kepemilikan asing pada perusahaan asuransi tersebut tidak terlepas dari berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang penanaman modal tersebut dan transaksi di bursa efek. 86 Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian. 87 Pasal 7 ayat 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian. Ketentuan bidang usaha yang dapat dimasuki oleh penanaman modal apabila diperhatikan secara sepintas, kelihatannya semua bidang usaha dapat dimasuki oleh penanaman modal, kelihatannya semua bidang usaha dapat dilakukan lewat pranata hukum penanaman modal. Interpretasi ini barangkali ada benarnya. Hal ini didukung lagi dari rumusan Pasal 2 Undang-Undang Penanaman Modal yang mengemukakan ketentuan dalam undang-undang ini berlaku bagi penanaman modal di semua sektor di wilayah negara Republik Indonesia. Akan tetapi jika dicermati secara seksama dalam penjelasan Pasal 2 Undang-Undang Penanaman Modal disebutkan bahwa ada pembatasan sektor dalam berinvestasi. 88 Demikian juga halnya dalam Undang-Undang Penanaman Modal sendiri pun ada pembatasan bidang usaha yang tidak dapat dimasuki oleh penanaman modal. Hal ini dijabarkan dalam Pasal 12 Undang-Undang Penanaman Modal yaitu semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan, dimana dalam penjelasannya dinyatakan bidang usaha atau jenis usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan ditetapkan melalui Peraturan Presiden disusun dalam suatu daftar yang berdasarkan standar klasifikasi tentang bidang usaha atau jenis usaha yang berlaku di Indonesia, yaitu klasifikasi berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan 88 Sentosa Sembiring, Hukum Investasi Bandung: Nuansa Aulia,2010, hlm. 139. Usaha Indonesia KBLI danatau Internasional Standard for Industrial Classification ISIC. 89 Sebagai tindak lanjut dari ketentuan Pasal 12 Undang-Undang Penanaman Modal Pemerintah menerbitkan: Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 76 tahun 2007 Tentang Kreteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. Pada Pasal 12 ayat 1 Peraturan ini dijabarkan bahwa Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan terdiri dari: 90 a. Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan perlindungan dan pengembangan terhadap UMKMK. b. Bidang usaha yang terbuka dengan syarat kemitraan. c. Bidang usaha yang terbuka berdasarkan kepemilikan modal. d. Bidang usaha yang terbuka berdasarkan persyaratan lokasi tertentu. e. Bidang usaha yang terbuka berdasarkan persyaratan perizinan khusus. Pasal 12 ayat 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 76 tahun 2007 Tentang Kreteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, ditentukan maksud dari ketentuan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan yang dijabarkan tersebut yaitu: 1. Bidang usaha yang terbuka sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a hanya dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan kewajaran dan kelayakan ekonomi untuk melindungi UMKMK. 89 Penjelasan Pasal 12 Undang-Undang Penanaman Modal. 90 Pasal 12 Ayat 1 Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007. 2. Bidang usaha yang terbuka sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b, terdiri atas bidang usaha yang dicadangkan dan bidang usaha yang tidak dicadangkan dengan pertimbangan kelayakan bisnis. 3. Bidang usaha yang terbuka sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c memberikan batasan kepemilikan modal bagi penanam modal asing. 4. Bidang usaha yang terbuka sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf d memberikan pembatasan wilayah administratif untuk penanaman modal. 5. Bidang usaha yang terbuka sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf e dapat berupa rekomendasi dari instansilembaga pemerintah atau non pemerintah yang memiliki kewenangan pengawasan terhadap suatu bidang usaha termasuk merujuk ketentuan peraturan perundangan yang menetapkan monopoli atau harus bekerjasama dengan Badan Usaha Milik Negara, dalam bidang usaha tersebut. Usaha perasuransian merupakan bidang usaha terbuka dengan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c yaitu memberikan batasan kepemilikan modal bagi penanam modal asing. Dimana dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 tahun 2007 Tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal ditetentukan mengenai batasan kepemilikan saham asing pada perusahaan perasuransian yaitu: 1. Perusahaan Asuransi Kerugian, maksimal 80. 2. Perusahaan Asuransi Jiwa, maksimal 80. 3. Perusahaan Reasuransi,maksimal 80. 4. Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi, maksimal 80. 5. Perusahaan Agen Asuransi, maksimal 80. 6. Perusahaan Pialang Asuransi, maksimal 80. 7. Perusahaan Pialang Reasuransi, maksimal 80 8. Perusahaan Konsultan Aktuaria, maksimal 80 Ketentuan mengenai permodalan penanaman modal langsung perusahaan perasuransian diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Perasuransian sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999, Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2008, dan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008 karena sampai saat ini belum ada peraturan pemerintah yang baru, ketentuan permodalan tersebut memuat: 1. Modal disetor minimum bagi pendirian Perusahaan Asuransi adalah Rp. 100.000.000.000.,00 seratus miliar rupiah dan setiap penambahannya harus berbentuk tunai. 91 2. Perusahaan Perasuransian harus memiliki modal sendiri paling sedikit sebagai modal disetor minimum, modal sendiri sebagaimana dimaksud adalah penjumlahan dari modal disetor, agio saham, saldo laba, cadangan umum, cadangan tujuan, kenaikan atau penurunan nilai surat berharga dan selisih penilaian aktiva tetap. 92 91 Pasal 6B Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian. 92 Pasal 6A Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian. 3. Pada saat pendirian perusahaan, kepemilikan saham pihak asing melalui penyertaan langsung dalam Perusahaan Perasuransian paling banyak 80 delapan puluh persen. Ketentuan mengenai permodalan perusahaan asuransi tersebut telah mengalami pertumbuhan yang cukup besar sehingga dapat dilihat bahwa perkembangan peraturan tentang permodalan perusahaan asuransi di Indonesia berjalan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan kondisi perkembangan perasuransian dunia saat ini. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian juga membuka kesempatan bagi warga negara asing untuk melakukan pembelian saham pada perusahaan asuransi dengan menggunakan transaksi efek. Masuknya asing dalam perusahaan dengan menggunakan transaksi efek biasa dikenal dengan portofolio investment, investasi ini pada umumnya bersifat private dan tidak mengenal batas wilayah suatu negara. Aliran dana seperti ini akan mudah keluar dan masuk dalam suatu negara, dan hanya atas pertimbangan efesiensi pasar dan iklim dan kondusif bagi tumbuhnya investasi. 93 Sumber hukum yang menjadi landasan dan ruang lingkup kehidupan dari industri pasar modal, serta menjadi dasar masuknya asing ke dalam pasar modal indonesia adalah: 94 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Selanjutnya disebut Undang-Undang Pasar Modal. 93 M. Irsan Nasarudin, et.al., Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia Jakarta: Kencana, 2008, hlm. 24. 94 Ibid, hlm. 43. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal PP ini mencabut keberlakuan Keppres Nomor 53 Tahun 1990 tentang Pasar Modal. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal. 4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 645KMK.0101995 tentang Pencabutan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548KMK.0131990 tentang Pasar Modal sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 284KMK.0101995. 5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 646KMK.0101995 tentang Pemilikan Saham atau Unit Penyertaan Reksa Dana Oleh Pemodal Asing. 6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 646KMK.0101995 tentang Pemilikan saham Efek oleh Pemodal Asing maksimal 85 dari modal disetor. 7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 455KMK.011997 tanggal 4 September 1997 tentang Pembelian Saham Oleh Pemodal Asing Melalui Pasar Modal. 8. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 179KMK.0102003 tanggal 17 Juli 2003 tentang Permodalan Perusahaan Efek. 9. Seperangkat peraturan pelaksana yang dikeluarkan Ketua Bapepam sejak 17 Januari 1996. Berdasarkan ketentuan peraturan-peraturan tersebut maka pihak investor asing dapat masuk ke dalam pasar modal indonesia dan dapat melakukan transaksi di bursa efek serta memiliki saham atas suatu perusahaan. Keseluruhan peraturan tersebut akan mengalami penyesuaian dari waktu ke waktu sesuai dengan kebutuhan pasar dan perkembangan zaman dengan tetap mengacu kepada perlindungan investor. Saat ini Otoritas Jasa Keuangan merupakan pihak yang memiliki kewenangan terhadap pengaturan dan pengawasan dalam pasar modal.

C. Kepastian Hukum Dalam Regulasi Penanaman Modal Asing Di Bidang Usaha Asuransi.