BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Karet alam Havea sp. merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet alam
merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunujang perekonomian negara. Sebagai tanaman yang banyak dibutuhkan untuk bahan
industri, karet banyak dibudidayakan sebagai tanaman perkebunan di Indonesia. Tanaman karet diusahakan mulai dari luasan kecil yang hanya ratusan meter persegi
hingga mencapai luasan ribuan kilometer persegi. Secara umum usaha perkebunan karet di Indonesia dapat di bagi dalam beberapa kelompok seperti:
- Perkebunan besar negara atau yang diusahakan oleh pihak pemerintah, biasanya
oleh PTP atau PNP. -
Perkebunan besar yang diusahakan oleh swasta. -
Perkebunan karet yang diusahakan oleh rakyat.
Dalam proses pengolahan karet untuk menghasilkan produk-produk yang diinginkan, juga dihasilkan produk lain yang disebut limbah. Limbah yang menjadi
masalah di pabrik-pabrik biasanya berupa cairan. Limbah cair industri karet mengandung senyawa organik antara lain dalam bentuk senyawa karbon dan nitrogen,
Universitas Sumatera Utara
juga biasanya mengandung air cucian dari lateks yang tidak terkoagulasi, protein, lipid, karoten, dan lain-lain. Selain itu limbah cair industri karet juga mengandung
bahan-bahan kimia yang ditambahkan selama proses pengolahan seperti Amoniak. Sehingga bila air limbah itu di biarkan beberapa hari saja, maka akan mengeluarkan
bau yang busuk yang dapat mengganggu lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu pengolahan terhadap limbah tersebut. Pengolahan air limbah yang
dilakukan biasanya menggunakan lumpur aktif untuk mengurangi jumlah polutan yang terkandung dalam air limbah karet, karena dengan cara menguraikan senyawa
organik di dalam air limbah menjadi senyawa sederhana.
Kadar amoniak yang tinggi pada air sungai selalu menunjukkan adanya pencemaran. Rasa NH
3
kurang enak, sehingga kadar NH
3
harus rendah; pada air minum kadarnya harus nol dan pada air sungai harus di bawah 0,5 mgl N syarat
mutu air sungai di Indonesia. Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-51MENLH101995 Baku Mutu limbah cair untuk industri Karet
adalah untuk kandungan amoniak total pada limbah lateks adalah sebesar 15mgl dan untuk limbah karet bentuk kering sebesar 5 mgl. Oleh sebab itu saya mengambil judul
Penentuan Ammoniak pada limbah cair pengolahan karet remah dengan bahan baku lateks pekat dan lump mangkok di PT. Bridgestone Sumatera Rubber
Estate Dolok Merangir adalah untuk mengetahui apakah limbah cair pada pabrik PT.
Bridgestone Sumatera Rubber Estate apakah sudah sesuai dengan baku Mutu limbah cair karet yang ditetapkan oleh Mentri Lingkungan Hidup.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Permasalahan