Pengolahan Limbah Air Pengolahan Air Limbah Karet

• Tidak selalu cocok di semua daerah. • Sukar mengontrol operasi dan pemeliharaan. • Bila pengendalian tidak sempurna maka air limbah dibuang ke saluran drainase. • Sukar mengontrol operasi dan pemeliharaan. • Resiko mencemari air tanah bila pemeliharaan tidak dilakukan dengan baik. 2. Sistem Pembuangan Terpusat Off Site System adalah sistem pembuangan yang berada di luar pensil. Keuntungan pemakaian sistem penyaluran terpusat adalah: • Pelayanan yang lebih nyaman. • Menampung semua air limbah domestik. • Pencemaran air tanah dan lingkungan dapat di hindari. • Cocok untuk daerah dengan tingkat kepadatan tinggi. • Masaumur pemakaian relatif lebih lama. Kerugian pemakaian sistem penyaluran terpusat adalah: • Memerlukan pembiayaan yang tinggi. • Memerlukan tenaga yang trampil untuk operasional dan pemeliharaan. • Memerlukan perencanaaan dan pelaksanaan untuk jangka panjang. • Nilai manfaat akan terlihat apabila sistem telah berjalan dan semua produk yang terjalani. Kodoatie,R.J Roestam S.,2010

2.5.6. Pengolahan Limbah Air

Menurut tingkatan proesperlakuannya, pengolahan limbah aiar dapat di golongkan menjadi empat tingkatan, yaitu: 1. Pretreatment Universitas Sumatera Utara Dalam proses pretreatment biasanya di gunakan saringan filter kasar yang tidak mudah berkarat. Dimensi saringan tergantung dari debit air limbah, misalnya untuk debit air limbah 100 m 3 jam, dimensi saringan 30 x 30 cm. 2. Primary Treatment Proses penanganan primer air buangan ada prinsipnya terdiri dari tahapan-tahapan untuk memisahkan air dari limbah padat, yaitu dengan membiarkan padatan tersebut mengendap atau dengan memisahkan bagian-bagian padatan yang mengapung, seperti daun, plastik, kertas, dan sebagainya. Proses penanganan primer terdiri dari beberapa tahapan yaitu: a. Penyaringan b. Pengendapan dan pemisahan benda-benda kecil c. Pemisahan endapan d. Klorinasi 3. Secondary Treatment Perlakuan treatment kedua pada umumnya melibatkan proses biologis dengan tujuan untuk menghilangkan bahan organik melalui oksidasi biokimia. Pada proses biologis banyak digunakan reaktor lumpur aktif dan penyaringan trikel tricking filter. Suatu sistem lumpur aktif yang efisien dapat menghilangkan padatan tersuspensi dan BOD sampai 90. 4. Tertiary Treatment Berbagai proses penanganan lanjut untuk menghilangkan bahan-bahan terlarut telah dikembangkan, dimulai dari proses biologis untuk menghilangkan senyawa- Universitas Sumatera Utara senyawa nitrogen algae nitrifikasi dan fosfor, sampai pada proses pemisahan fisiko- kimia, seperti adsorbsi, destilasi, dan osmosis berlawanan reverse osmosis. Kristanto,P.,2002

2.5.7. Pengolahan Air Limbah Karet

Agar air limbah pengolahan karet bisa di buang ke saluran-saluran air umum tanpa membahayakan lingkungan, maka air limbah tersebut harus diolah terlebih dahulu. Prinsip pengolahan air limbah adalah memisahkan partikel-partikel yang berbahaya atau tidak diinginkan dari air atau mengubahnya menjadi zat-zat yang dapat dimanfaatkan. Nilai BOD dan pH limbah dibuat menjadi nilai normal yang tidak membahayakan. Pencemaran lingkungan yang bisa timbul sedapat mungkin dicegah. Dibanding dengan jenis karet lain, sisa proses pembuatan lateks pekat merupakan limbah paling berbahaya bagi lingkungan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan nilai BOD biochemical Oxygen Demand serta pH air lateks pekat yang dibuat secara pusingan lebih besar daripada limbah pengolahan karet kering. Ini dapat dimengerti karena proses pembuatan lateks kering tidak terlalu membaurkan air ulang dipakai dalam pengolahan seperti halnya pembuatan lateks pekat. Pengolahan air limbah lateks pemusingan antara lain dilakukan dengan sistem kolam anaerobaerob, oxdidation ditch, anaerobic filter, dan rotating biodisc. Berikut ini diuraikan pengolahan limbah sistem anaerobaerob yang biasa dilakukan di pabrik- pabrik pengolahan. Untuk mengolah air limbah diperlukan tempat untuk menampungnya. Tempat penampungan bisa menggunakan kolam, bak, atau tangki. Sarana pengolahan air limbah yang memadai seharusnya memiliki kolam pengolahan limbah tersendiri. Bahan yang dipergunakan untuk keperluan ini adalah Gepol 110. Konsentrasi Gepol 110 yang banyak di gunakan adalah 0,05 dan 0,10. Penggunakan Gepol Universitas Sumatera Utara dengan konsentrasi 0,05 sudah memberikan hasil yang memadai. Dosis Gepol yang diberikan adalah 60 mg untuk setiap liter limbah yang akan diolah. Dalam sistem pengolahan ini dibuat dua kolam penampungan yang terpisah. Kolam pertama untuk proses anaerob dan kolam kedua untuk proses aerob. Kapasitas kolam anaerob diperkirakan dapat menampung produksi air limbah selama 18 – 20 hari. Sedangkan kapasitas kolam aerob di harapkan dapat menampung produksi air limbah selama 8 – 10 hari. Kolam anaerob dibuat lebih besar daripada kolam aerob karena pada kolam anaerob pengurangan nilai BOD setelah hari ke tiga semakin besar. Sedangkan pada kolam aerob pengurangan nilai BOD setelah hari keempat justru semakin kecil. Besar kecilnya kolam penampungan dan pengolahan air limbah dibuat berdasarkan besar kecilnya kapasitas produksi pabrik yang hanya dimiliki kapasitas produksi kecil membangun bak-bak pengolahan limbah yang jauh lebih besar dari kapasitas olahannya, sementara pabrik yang memiliki kapasitas produksi cukup besar membangun kolam penampungan limbah dengan ukuran seadanya yang jauh dari mamadai. Setelah kadar BOD dan parameter lainnya seperti pH menurun sampai angka yang di perkenankan sebagai limbah yang dapat dibuang, maka pengolahan dapat di lanjutkan dengan limbah produksi periode berikutnya. Pabrik yang mengolah karet sheet dan karet spesifikasi teknis tidak terlalu mengalami kesulitan dalam masalah limbah. Air limbah pengolahan karet sheet dan spesifikasi teknis dapat di buang ke saluran pembuangan air umum hanya dengan pengolahan yang sederhana.

2.6. Titrimetri

Dokumen yang terkait

Penggunaanemulsipolivinil Alkohol (PVA) Lateks Pekat Karet Alamdan Asam Akrila Sebagai Perekat Agregat Pasir

6 66 92

Pengendalian Kualitas Pada Proses Produksi Crumb Rubber Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate

52 291 167

Analisa Perbandingan Kadar Kotoran (Dirt Content) Pada Karet Remah Yang Berasal Dari Bahan Baku Lump Mangkok Dengan Bahan Baku Latex PT.Bridgestone Sumatera Rubber Estate,Tbk

6 87 73

Perlakuan Pengeringan Bahan Baku Karet Remah Untuk Mendapatkan Nilai Pri Sesuai Dengan Parameter Mutu Karet Sir 10 Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate - Dolok Merangir

7 54 44

Pengaruh Pengeringan Bahan Baku Karet Remah Terhadap Nilai ASHT Sesuai Dengan Mutu Karet SIR 20 Di PT. Bridgestone Sumatera Rubber estate Dolok Merangir

10 93 52

Penentuan Jumlah Amoniak Dan Total Padatan Tersuspensi Pada Pengolahan Air Limbah PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir

4 85 51

Pengaruh Kombinasi Komposisi Bahan Olah Karet Terhadap Tingkat Konsistensi Plastisitas Retension Indeks (Pri) Karet Remah Sir 20 Di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir

3 58 55

Pengaruh Suhu Pemanasan Terhadap Plastisitas Karet Sir 20 Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir

2 51 50

Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun

5 88 103

Manajemen penyadapan karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Dolok Merangir Estate, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Simalungun, Sumatera Utara

0 28 83