Faktor penyebab Prakoagulasi Pencegahan Prakoagulasi

2.3.1. Faktor penyebab Prakoagulasi

Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya prakoagulasi adalah sebagai berikut : a. Jenis karet Setiap jenis atau klon karet memiliki kestabilan atau kemantapan koloidal yang berbeda-beda. b. Enzim Enzim adalah katalis alami untuk mempercepat terjadinya reaksi walaupun hanya terdapat dalam jumlah kecil. c. Mikroorganisme Mikroorgaisme didalam lateks akan melakukan aktivitas, sehingga terjadi reaksi dengan senyawa-senyawa yang terdapat didalam lateks, seperti asam dan sejenisnya. Semakin banyak mikroorganisme didalam lateks, semakin banyak pula senyawa asam yang dihasilkan yang mendorong semakin cepat terjadinya prakoagulasi. d. Cuaca dan Musim Pada musim hujan, kemungkinan terjadinya prakoagulasi sangat besar, sehingga pada saat seperti itu jarang dilakukan penyadapan. Sinar matahari yang terik juga dapat mempercepat terjadinya prakoagulasi. e. Kondisi tanaman Kondisi tanaman disini adalah berkaitan dengan umur dan kesehatan tanaman. Pohon karet yang terlalu muda atau menjelang tua dan sakit-sakitan cenderung menghasilkan lateks yang mudah mengalami prakoagulasi. f. Air sadah Air sadah adalah air yang mengalami reaksi kimia, umumnya bereaksi asam. Lateks yang tercampur air sadah mudah sekali mengalami prakoagulasi. Universitas Sumatera Utara g. Pengangkutan Pengangkutan melalui jalan yang jelek dan mobil pengangkutnya terguncang- guncang dan lateks terkocok-kocok akan merusak kstabilan koloidalnya, sehingga mudah menggumpal. Jarak jauh yang menyebabkan lateks tiba ditempat pengolahan terlalu lama dan terkena sinar matahari sepanjang perjalanan juga akan mempercepat terjadinya prakoagulasi. h. Kotoran Kotoran atau bahan lain yang mengandung kapur dan asam akan mempercepat terjadinya prakoagulasi. Demikian pula air kotor yang dipakai untuk pengolahan akan mempercepat prakoagulasi.

2.3.2. Pencegahan Prakoagulasi

a. Pencegahan secara Manual − Menjaga kebersihan alat-alat untuk penyadapan, penampungan dan pengangkutan. − Tidak menggunakan air kotor, seperti air sungai atau air got, untuk mengencerkan lateks dikebun. − Penyadapan dilakukan sepagi mungkin sebelum matahari terbit agar lateks sampai ketempat pengolahan sebelum udara panas. - Tidak menyadap pohon karet terlalu muda atau terlalu tua dan yang kondisinya tidak sehat. Setiawan,D.H.2008 b. Pencegahan menggunakan zat antikoagulan Jika beberapa upaya pencegahan diatas sudah dilakukan, tetapi tetap terjadi prakoagulasi, penggunaan zat antikoagulan dapat dilakukan. Beberapa zat antikoagulan yang bisa digunakan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Soda atau Natrium Karbonat Na 2 CO 3 Soda banyak digunakan di pabrik-pabrik yang sederhana. Dosis soda yang digunakan adalah 5-10 ml lautan soda tanpa air Kristal soda es 10 setiap liter latex. 2. Amoniak NH 3 Zat anti koagulan ini termasuk yang paling banyak digunakan karena : a. Desinfektan sehingga dapat membunuh bakteri b. Bersifat basa sehingga dapat mempertahankan menaikkan PH latex kebun c. Mengurangi konsentrasi logam Dosis Amoniak yang dipakai untuk mencegah terjadinya prakoagulasi adalah 5-10 liter Amoniak 2,5 untuk setiap liter lateks. 3. Formaldehid Pemakaian formaldehid sebagai anti koagulan paling merepotkan dibandingkan zat lainnya, karena a. Kurang baik apabila digunakan pada musim hujan b. Apabila disimpan zat ini akan teroksidasi menjadi asam semut atau asam format HCHO HCOOH yang dapat menyebabkan pembekuan apabila dicampur dengan latex. Dosis yang dapat dipakai adalah 5-10 ml larutan dengan kadar 5 untuk setiap liter latex yang akan dicegah prokoagulasinya. 4. Natrium sulfit Na 2 SO 3 Pemakaian zat ini sebagai zat anti koagulan paling merepotkan, karena: a. Bahan ini tidak tahan lama disimpan b. Apabila ingin digunakan harus dibuat terlebih dahulu Universitas Sumatera Utara c. Dalam jangka waktu sehari akan teroksidasi oleh udara menjadi natrium sulfat Na 2 SO 3 Na 2 SO 4 , bila sudah teroksidasi maka sifatnya sebagai antikoagulan menjadi lenyap. Dosis yang digunakan adalah 5-10 ml larutan berkadar 10 untuk setiap liter latex. Tim penulis PS,2009

2.4. Pengolahan Karet Remah Crumb Rubber

Dokumen yang terkait

Penggunaanemulsipolivinil Alkohol (PVA) Lateks Pekat Karet Alamdan Asam Akrila Sebagai Perekat Agregat Pasir

6 66 92

Pengendalian Kualitas Pada Proses Produksi Crumb Rubber Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate

52 291 167

Analisa Perbandingan Kadar Kotoran (Dirt Content) Pada Karet Remah Yang Berasal Dari Bahan Baku Lump Mangkok Dengan Bahan Baku Latex PT.Bridgestone Sumatera Rubber Estate,Tbk

6 87 73

Perlakuan Pengeringan Bahan Baku Karet Remah Untuk Mendapatkan Nilai Pri Sesuai Dengan Parameter Mutu Karet Sir 10 Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate - Dolok Merangir

7 54 44

Pengaruh Pengeringan Bahan Baku Karet Remah Terhadap Nilai ASHT Sesuai Dengan Mutu Karet SIR 20 Di PT. Bridgestone Sumatera Rubber estate Dolok Merangir

10 93 52

Penentuan Jumlah Amoniak Dan Total Padatan Tersuspensi Pada Pengolahan Air Limbah PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir

4 85 51

Pengaruh Kombinasi Komposisi Bahan Olah Karet Terhadap Tingkat Konsistensi Plastisitas Retension Indeks (Pri) Karet Remah Sir 20 Di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate Dolok Merangir

3 58 55

Pengaruh Suhu Pemanasan Terhadap Plastisitas Karet Sir 20 Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir

2 51 50

Analisis Pola Konsumsi Karyawan PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir Kabupaten Simalungun

5 88 103

Manajemen penyadapan karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) di Dolok Merangir Estate, PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate, Simalungun, Sumatera Utara

0 28 83