Pengertian dan Latar Belakang Good Corporate Governance GCG

BAB II PRINSIP RESPONSIBILITAS DALAM KERANGKA GOOD

CORPORATE GOVERNANCE GCG

A. Pengertian dan Latar Belakang Good Corporate Governance GCG

Good Corporate Governance GCG atau dalam bahasa Indonesia yang berarti tata kelola perusahaan yang baik berasal dari istilah corporate governance. Istilah corporate governance sendiri berasal dari istilah governance yang secara umum diartikan dalam bahasa Indonesia disebut tata kelola. Sir Adrian Cadbury memberikan pengertian corporate governance yaitu keseimbangan antara tujuan ekonomi dan sosial serta tujuan individu dan tujuan komunitas. Di samping itu juga menekankan akuntabilitas dalam pengelolaan segala sumber daya yang memperhatikan seluruh kepentingan, baik individu, perusahaan dan masyarakat. 34 Menurut Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117 M-MBU 2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan Good Corporate Governance GCG pada BUMN, Corporate Governance adalah suatu prosedur struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Definisi ini menekankan pada keberhasilan usaha dengan memperhatikan akuntabilitas yang berlandaskan pada peraturan perundangan dan nilai-nilai etika serta memperhatikan stakeholders 34 BAPEPAM-LK, Studi Penerapan Prinsip – Prinsip OECD 2004 dalam Peraturan BAPEPAM mengenai Corporate Governance, Jakarta: Departemen Keuangan RI BAPEPAM - LK, 2006, hlm 6. Universitas Sumatera Utara yang tujuan jangka panjangnya adalah untuk mewujudkan dan meningkatkan nilai pemegang saham. 35 Corporate governance menurut John Lowry dan Alan Dignam adalah subjek yang memiliki banyak aspek. Tema utama dari corporate governance adalah masalah akuntabilitas dan tanggung jawab mandat. Hal terkait namun merupakan pembahasan yang terpisah dari fokus pembahasan pada dampak dari sistem corporate governance yaitu dalam efisiensi ekonomi dengan perhatian yang lebih besar pada kesejahteraan para pemegang saham. Selain itu ada aspek lain dari corporate governance seperti sudut pandang pemangku kepentingan atau stakeholders yang menuntut perhatian, transparansi, pertanggungjawaban atau responsibilitas serta keadilan lebih terhadap pihak-pihak selain pemegang saham misalnya terhadap karyawan, masyarakat, dan lingkungan. 36 Perhatian terhadap praktik tata kelola perusahaan di perusahaan modern telah meningkat pada awal tahun 2000-an hingga sekarang, terutama sejak keruntuhan perusahaan-perusahaan besar AS seperti Enron Corporation, Worldcom, dan Parmalat di Italia. Pentingnya penerapan Good Corporate Governance dalam suatu perusahaan baru diakui banyak pihak setelah terjadi skandal korporasi terbesar beberapa perusahaan raksasa di Amerika Serikat seperti Enron Corporation, Health South, Tyco, dan WorldCom yang telah menurunkan tingkat kepercayaan investor dan publik terhadap perusahaan. 37 35 Ibid, hlm 8. Dari hasil penyelidikan para regulator pemerintah dan analisis para cendekiawan manajemen 36 http:en.wikipedia.orgwikiCorporate_governance, diakses tanggal 29 September 2010. 37 Anup Agrawal Sahiba Chadha, “Corporate Governance and Accounting Scandals”, Journal of Law and Economics, Vol. 48, Oktober 2005, hlm 371. Universitas Sumatera Utara dapat disimpulkan penyebab utama tumbangnya perusahaan–perusahaan besar itu adalah karena lemahnya penerapan prinsip–prinsip good corporate governance mereka. Kelemahan penerapan prinsip good corporate governance itu dapat ditandai empat macam hal. Pertama adalah lemahnya peranan the board of directors dalam mengendalikan pengelolaan perusahaan. Board of directors kurang aktif dalam menganalisis startegi bisnis perusahaan. Kedua yaitu semakin bebasnya manajemen perusahaan mengelola harta dan utang perusahaan dan mengambil keputusan–keputusan penting yang bersangkutan dengan kelangsungan hidup perusahaan. Ketiga adalah tidak transparan, akurat dan tepat waktunya pengungkapan laporan perkembangan bisnis dan keuangan oleh board of directors kepada pemagang saham dan kreditor. Keempat yaitu dalam banyak kasus auditor yang mengaudit laporan keuangan perusahaan tidak bekerja di bawah pengawasan langsung komite audit dan tidak bebas dari pengaruh manajemen senior. 38 Sebagai reaksi terhadap kejatuhan banyak perusahaan publik di dunia secara tidak wajar. Pemerintah Amerika Serikat mengundangkan undang- undang reformasi corporate governance yang sering disebut Sarbanes-Oxley Act. 39 Kejatuhan perusahaan–perusahaan besar belum berakhir. Kejatuhan perusahaan–perusahaan besar di Amerika Serikat berlanjut pada krisis ekonomi global pada tahun 2008. Krisis ekonomi global ini dimulai dari krisis ekonomi yang menimpa Amerika Serikat AS. Krisis ekonomi yang menimpa Amerika 38 Siswanto Sutojo et al, op.cit, hlm 32 39 Ibid, hlm 62. Universitas Sumatera Utara Serikat berasal dari kredit macet sektor perumahan AS atau hipotek mortgage. Krisis hipotekmortgage berawal dari gagal bayarnya sejumlah kredit perumahan oleh warga Amerika Serikat sendiri. 40 Puncaknya Bear Stearns, perusahaan investasi dan keuangan terbesar di Amerika Serikat tumbang pada 11 Juli 2008. Mencegah hal serupa, pemerintah federal melalui Federal Housing Finance Agency FHFA pada 7 September 2008 mengambil alih dua perusahaan yaitu Fannie Mae dan Freddie Mac. Krisis keuangan di Amerika Serikat ini benar– benar menjadi krisis berskala global. Lehman Brothers pada 14 September 2008 mengajukan pailit ke pengadilan dan dikabulkan. 41 Kebangkrutan Lehman Brothers adalah yang terbesar sepanjang sejarah kebangkrutan AS. 42 Pada hari yang sama muncul pengumuman dijualnya perusahaan investasi dan keuangan Merryl Linch karena mengalami masalah likuiditas. 43 Krisis berlanjut setelah perusahaan asuransi American International Group AIG pada 16 September 2008 turut mengalami kelangkaan likuiditas dan gagal menemukan investor strategis, AIG masih bertahan dengan pemberian pinjaman penyelamatan dari bank sentral Amerika Serikat The Fed. 44 delisting Begitu juga dengan Washington Mutual pada tanggal 26 September 2008 mengajukan pailit. Washington Mutual, Inc segera dari perdagangan di New York Stock Exchange. 45 40 http:antoderman.blogspot.com, diakses tanggal 1 Januari 2009. 41 Faisal Basri Haris Munandar, Lanskap Ekonomi Indonesia, Penerbit : Kencana Prenada Media Group ,2009, hlm 544. 42 http:nasional.kompas.comread2008091707380260lehman.menggoyang.dunia, diakes tanggal 17 September 2008. 43 Faisal Basri et al, op.cit, hlm 544. 44 Ibid, hlm 545. 45 http:en.wikipedia.orgwikiWashington_Mutual, 2 Oktober 2010. Universitas Sumatera Utara Masalah krisis belum selesai muncul lagi skandal Goldman Sachs. Goldman Sachs melakukan ommision dalam investasi perbankan terhadap informasi vital tentang produk portofolio. 46 Ada dua kesalahan Goldman Sachs, yakni mengakali investor dan tak jujur kepada para investornya. 47 Menurut ekonom A Prasetyantoko ada salah satu inti masalah yang menyebabkan kehancuran finansial Amerika Serikat adalah semata–mata kesalahan prosedur tata kelola yang mengakibatkan fenomena kegagalan market failure. Ommision yang dilakukan Goldman Sachs ini tidak sesuai dengan prinsip-prinsip good corporate governance yaitu prinsip transparansi atau keterbukaan terutama mengenai informasi yang mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan dan mempengaruhi harga. 48 Menurutnya, secara teknis krisis terjadi karena pelaku ekonomi terlalu ekspansif dan spekulatif dalam kebijakan keuangan sehingga tak mampu membayar kewajibannya. Untuk melunasi utangnya, seluruh aset harus dijual. Tipikal ini menurutnya disebut ekonomi gelembung bubble. 49 Pemerintah Amerika Serikat akhirnya mengesahkan Undang-Undang Reformasi Sektor Keuangan yang lebih sering disebut Dodd-Frank Wall Street Reform Act dengan ditandatanganinya undang-undang tersebut oleh Presiden Jadi dari pendapat ekonom A Prasetyantoko dapat diketahui salah satu penyebab krisis global 2008 adalah kesalahan dalam penerapan corporate governance di Amerika Serikat. 46 TIME, 3 May 2010, hlm 22. 47 http:bisniskeuangan.kompas.comread2010041712265119Inilah.Dosa.Ganda.Gold man.Sachs, diakes tanggal 17 April 2010. 48 A. Prasetyantoko, Krisis Finansial Dalam Perangkap Ekonomi Neoliberal, Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2009, hlm 228. 49 Ibid, hlm 229. Universitas Sumatera Utara Barack Obama tanggal 21 Juli 2010 sebagai salah satu upaya untuk mengatasi krisis global di Amerika Serikat. 50 Undang-Undang ini memberi kewenangan baru kepada pemerintah untuk mengeluarkan perusahaan gagal keuangannya yang berpotensi membahayakan seluruh sistem. 51 Undang-undang juga menetapkan standar yang ketat dan pengawasan untuk melindungi konsumen dan ekonomi Amerika Serikat, investor dan bisnis, berakhir didanai dana talangan wajib pajak dari lembaga keuangan, memberikan sistem peringatan lanjutan pada stabilitas ekonomi, menciptakan aturan tentang kompensasi eksekutif dan tata kelola perusahaan, dan menghilangkan celah yang mengarah ke resesi ekonomi. 52 Presiden Barack Obama dalam pidatonya saat penandatanganan Dodd-Frank Wall Street Reform Act menyatakan undang-undang ini dirancang agar semua orang mengikuti aturan yang sama sehingga perusahaan bersaing dengan sehat berdasarkan harga dan kualitas bukan dengan trik dan jebakan. Menurutnya ini menuntut akuntabilitas dan pertanggungjawabkan dari semua pihak. 53 Konsep good corporate governance GCG di Asia juga mulai menjadi perhatian sejak terjadi krisis ekonomi Asia 1998 yang melanda negara-negara kawasan Asia dan juga Indonesia. Krisis ekonomi Asia 1998 ditandai dengan gejala keguncangan keuangan di Thailand sudah terlihat beberapa bulan 50 Undang - Undang tersebut diberi nama Dodd-Frank Wall Street Reform. Dodd diambil dari nama senator wakil Connecticut, Christopher Dodd, sedangkan Frank berasal dari nama anggota Kongres wakil Massachusetts, Barney Frank. 51 http:web.bisnis.comkeuanganekonomi-internasional1id194976, diakses tanggal 22 Juli 2010. 52 http:en.wikipedia.orgwikiDoddFrank_Wall_Street_Reform_and_Consumer_Protecti on_Act, diakes tanggal 16 Oktober 2010. 53 http:www.whitehouse.govthe-press-officeremarks-president-passage-financial- regulatory-reform, diakes tanggal 15 Juli 2010. Universitas Sumatera Utara sebelumnya, tetapi mulai terasa di negara-negara tetangga setelah Thailand mengambangkan kursnya pada awal Juli 1997. 54 Pada tahun 1999, Asian Development Bank ADB mengadakan survei tentang kelemahan penerapan corporate governance and finance di negara– negara Asia yang ekonominya paling parah terkena imbas krisis moneter tahun 1997. Negara-negara tersebut adalah Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Dalam survei ini ditemukan salah satu ciri khusus struktur kepemilikan dan kepengurusan perusahaan–perusahaan di kelima negara tersebut yaitu adanya konsentrasi kepemilikan perusahaan pada keluarga atau kelompok keluarga, bahkan pada perusahaan sekalipun. 55 Para pelaksana proyek riset Bank Dunia menulis sebuah paper untuk American Economic Review bulan Maret 2001 bahwa problem pengelolaan korporat Asia timur tiada lain lebih parah dari yang dikemukan para pengamat ketika puncak–puncaknya krisis finansial. Para peneliti juga menyimpulkan bahwa konsetrasi pengambilan dalam segelintir kelompok yang cukup besar untuk memanipulasi sistem politik negara berarti isu pentingnya adalah kemauan politik untuk menegakkan hukum dan regulasi yang tertulis. Poin terakhir ini penting karena ketidakmauan politisi yang duduk di pemerintahan untuk menegakkan norma–norma regulasi paling tidak sama pentingnya dengan kurangnya undang– undang sehingga menyebabkan para konglomerat bisa berbuat semaunya. 56 54 Boediono, Ekonomi Indonesia Mau ke Mana? Kumpulan Esai Ekonomi, Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia, 2009, hlm 83. Jadi 55 Siswanto Sutojo et al, op.cit, hlm 17. 56 Joe Studwell, op.cit, hlm 166. Universitas Sumatera Utara krisis Asia terjadi karena penerapan prinsip good corporate governance yang lemah dan sistem penegakan hukum yang lemah. Hal yang sama juga dijumpai pada waktu krisis Asia tahun 1998 melanda Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru di mana krisis ini mempengaruhi krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia. Kajian yang dilakukan oleh Asian Development Bank ADB menunjukkan faktor-faktor yang memberi kontribusi pada krisis di Indonesia. Pertama, konsentrasi kepemilikan perusahaan yang tinggi. Kedua, tidak efektifnya fungsi pengawasan Dewan Komisaris. Ketiga, inefisiensi dan rendahnya transparansi mengenai prosedur pengendalian merger dan akuisisi perusahaan. Keempat, terlalu tingginya ketergantungan pada pendanaan eksternal dan kelima yaitu tidak memadainya pengawasan oleh para kreditor. 57 Selain itu, kajian Booz-Allen Hamilton pada tahun 1998 menunjukkan bahwa indeks good corporate governance Indonesia adalah yang paling rendah di Asia Timur dibandingkan Malaysia, Thailand, Singapura dan Jepang. Hal tersebut diperparah oleh inefisiensi hukum dan peradilan. Dalam studi yang sama ditemukan bahwa indeks efisiensi hukum dan peradilan di Indonesia paling rendah apabila dibandingkan dengan Malaysia, Thailand, Singapura dan Jepang. 58 Rendahnya good corporate governance adalah rendahnya transparansi dalam lingkungan bisnis di Indonesia. Indeks transparansi lingkungan bisnis yang dikeluarkan oleh Political Economic Risk Consultancy PERC menunjukkan bahwa lingkungan bisnis di Indonesia relatif tidak transparan.Ketidaktransparanan 57 Mas Achmad Daniri, op.cit, hlm 63. 58 Sofyan Djalil, “Good Corporate Governance”, Disampaikan pada Seminar Good Corporate Governance di Universitas Sumatera Utara pada tanggal 26 Juni 2000, hlm 3. Universitas Sumatera Utara ini memungkinkan tumbuh berkembangnya praktik-praktik korporasi yang tidak sehat yang tidak saja merugikan pemegang saham publikminoritas dan Pemerintah, menyulitkan investor atau mitra memperhitungkan dengan cermat kualitas perusahaan mitra atau proyek investasi, meningkatkan premi resiko, dan pada akhirnya juga akan menyuburkan praktik KKN. 59 Jika ini dibiarkan terus berlanjut maka rendahnya transparansi dalam lingkungan bisnis, rendahnya efisiensi penegakan hukum, dan suburnya praktik KKN akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Boediono, pertumbuhan ekonomi yang didasarkan pada praktik kroniisme, kolusi antara penguasa dan pengusaha, serta praktik–praktik monopolistik lainnya mungkin dapat menghasilkan laju yang tinggi tapi tidak sustainable karena tidak melahirkan kelompok yang mau memperjuangkan demokrasi, good governance, dan kepastian hukum. Yang muncul bukanlah kelompok pembaharu melainkan kelompok pemburu rente, bukan sistem ekonomi pasar yang penuh vitalitas, melainkan kapitalisme palsu, yang lebih kompatibel dengan oligarki daripada dengan demokrasi. 60 Jadi penerapan prinsip corporate governance dan penegakan hukum yang benar dan baik menjadi suatu kebutuhan di tengah-tengah rendahnya penerapan prinsip corporate governance oleh korporasi–korporasi di Indonesia dan penegakan hukum yang lemah di Indonesia. 59 Ibid, hlm 4. 60 Boediono, op.cit, hlm 22. Universitas Sumatera Utara

B. Konsep dan Pengaturan Good Corporate Governance GCG