pembiayaannya dialokasikan dari perusahaan BUMN. Dengan demikian BUMN wajib melaksanakan CSR jika BUMN tersebut mendapatkan laba.
231
Jadi, dengan adanya pengaturan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-
Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dan Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN. Maka diharapkan perusahaan dalam menjalankan
bisnisnya tetap memperhatikan keberlangsungan perusahaan, aspek sosial dan lingkungan di samping memperhatikan aspek profit sehingga perusahaan dapat
secara berkelanjutan sustainable dalam menjalankan bisnisnya. Selain itu kualitas hidup masyarakat dan lingkungan dapat ditingkatkan melalui pelaksanaan
tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan.
C. Standarisasi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan PublikEmiten
Perusahaan dalam menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan baik itu perusahaan tertutup maupun perusahaan publikemiten
memerlukan suatu standarisasi dalam pelaksanaannya. Secara internasional saat ini tercatat sejumlah implementasi CSR baik oleh Global Reporting Initiative
GRI, Organization for Economic Cooperation and Development OECD, Caux Roundtables, dan lain-lain. Di Indonesia, saat ini belum memiliki acuan
pelaksanaannya atau standarisasinya. Selain belum adanya acuan, kecenderungan
231
Martono Anggusti, op.cit, hlm 14.
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan CSR di Indonesia juga sangat tergantung pada chief executive officer CEO korporasi.
232
Pada bulan September 2004, ISO International Organization for Standardization sebagai induk organisasi standarisasi internasional, berinisiatif
mengundang berbagai pihak untuk membentuk tim working group yang membidani lahirnya panduan dan standarisasi untuk tanggung jawab sosial yang
diberi nama ISO 26000: Guidance Standard on Social Responsibility. Pengaturan untuk kegiatan ISO dalam tanggungjawab sosial terletak pada pemahaman umum
bahwa SR adalah sangat penting untuk kelanjutan suatu organisasi.
233
Kemudian pada pertemuan tim yang ketiga tanggal 15-19 Mei 2006 yang dihadiri 320 orang dari 55 negara dan 26 organisasi internasional itu telah
disepakati bahwa ISO 26000 ini hanya memuat guidelines panduan saja dan bukan requirements umumnya bersifat pemenuhan terhadap persyaratan-
persyaratan, karena ISO 26000 ini memang tidak dirancang sebagai standar sistem manajemen dan tidak digunakan sebagai standar sertifikasi sebagaimana
ISO-ISO yang lainnya.
234
Menurut Mas Achmad Daniri, ISO 26000 menyediakan standar pedoman yang bersifat sukarela mengenai tanggung tanggung jawab sosial suatu institusi
yang mencakup semua sektor badan publik ataupun badan privat baik di negara berkembang maupun negara maju. Dengan ISO 26000 ini akan memberikan
tambahan nilai terhadap aktivitas tanggung jawab sosial yang berkembang saat ini
232
Yusuf Wibisono, op.cit, hlm 38.
233
Mas Achmad Daniri, “Standarisasi Tanggung Jawab Sosial”, http:pkbl.bumn.go.idfileStandarisasi20Tanggung20Jawab20Sosial20Perusahaan20
202820Jan2008.pdf, hlm 4, diakses tanggal 23 Agustus 2006.
234
Yusuf Wibisono, op.cit, hlm 39.
Universitas Sumatera Utara
dengan cara mengembangkan suatu konsensus terhadap pengertian tanggung jawab sosial dan isunya, menyediakan pedoman tentang penterjemahan prinsip-
prinsip menjadi kegiatan-kegiatan yang efektif, serta memilah praktek-praktek terbaik yang sudah berkembang dan disebarluaskan untuk kebaikan komunitas
atau masyarakat internasional.
235
Jika dilihat dari tanggung jawab sosial perusahaan yang dikembangkan oleh ISO 26000: Guidance Standard on Social Responsibility maka masalah
Social Responsibility mencakup 7 isu pokok yaitu pengembangan masyarakat, konsumen, praktek kegiatan industri yang sehat, lingkungan, ketenagakerjaan, hak
asasi manusia, dan organizational governance governance organisasi. ISO 26000 menerjemahkan tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab
suatu organisasi atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan, melalui perilaku yang transparan dan etis, yang:
1. Konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat;
2. Memperhatikan kepentingan dari para stakeholder;
3. Sesuai hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma-norma internasional;
4. Terintegrasi di seluruh aktivitas organisasi, dalam pengertian ini meliputi baik
kegiatan, produk maupun jasa.
236
Berdasarkan konsep ISO 26000, penerapan sosial responsibility hendaknya terintegrasi di seluruh aktivitas organisasi yang mencakup 7 isu pokok
diatas. Dengan demikian jika suatu perusahaan hanya memperhatikan isu tertentu saja, misalnya suatu perusahaan sangat peduli terhadap isu lingkungan, namun
235
Mas Achmad Daniri, “Standarisasi Tanggung Jawab Sosial”, op.cit, hlm 4-5.
236
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
perusahaan tersebut masih mengiklankan penerimaan pegawai dengan menyebutkan secara khusus kebutuhan pegawai sesuai dengan gender tertentu,
maka sesuai dengan konsep ISO 26000 perusahaan tersebut sesungguhnya belum melaksanakan tanggung jawab sosialnya secara utuh. Contoh lain, misalnya suatu
perusahaan memberikan kepedulian terhadap pemasok perusahaan yang tergolong industri kecil dengan mengeluarkan kebijakan pembayaran transaksi yang lebih
cepat kepada pemasok UKM sehingga jika perusahaan membantu pemasok UKM tersebut, maka bisa dikatakan perusahaan tersebut telah melaksanakan bagian dari
tanggung jawab sosialnya. Prinsip-prinsip dasar tanggung jawab sosial yang menjadi dasar bagi
pelaksanaan yang menjiwai atau menjadi informasi dalam pembuatan keputusan dan kegiatan tanggung jawab sosial menurut ISO 26000 meliputi kepatuhan
kepada hukum, menghormati instrumenbadan-badan internasional, menghormati stakeholders dan kepentingannya, akuntabilitas, transparansi, perilaku yang
beretika, melakukan tindakan pencegahan, serta menghormati dasar-dasar hak asasi manusia.
237
Menurut Mas Acmad Daniri, ISO 26000 sesuatu yang tidak bisa ditawar. Meskipun, dalam rilis yang diambil dari website resmi ISO, standarisasi mengenai
Social Responsibility, memang dinyatakan sebagai sesuatu yang tidak wajib, tetap saja ini akan menjadi trend di masa yang akan datang dan harus dihadapi dengan
sungguh–sungguh, jika ingin tetap eksis dalam dunia usaha di Indonesia. ISO
237
Ibid, hlm 6.
Universitas Sumatera Utara
26000 ini bisa dijadikan sebagai rujukan atau pedoman dalam pembentukan pedoman prinsip pelaksanaan CSR di Indonesia.
238
Jadi, Mas Achmad Daniri menyimpulkan ISO 26000 menyediakan standar pedoman yang bersifat sukarela mengenai tanggung tanggung jawab sosial suatu
institusi yang mencakup semua sektor badan publik ataupun badan privat. ISO 26000 tidak wajib dan bukan requirements karena tidak dimaksudkan sebagai
standar sistem manajemen dan tidak digunakan sebagai standar sertifikasi.
239
Maka kita dapat melihat bahwa ISO 26000 adalah pedoman yang bersifat sukarela bukanlah standarisasi yang wajib diikuti oleh perusahaan atau merupakan pilihan
standarisasi bagi perusahaan termasuk perusahaan publikemiten dalam mengimplementasikan CSR. Karena menurut Thendri Supriatno, Ketua Umum
Corporate Forum For Community Development CFCD, ISO 26000 bukan undang-undang. Kalau tidak applicable, boleh diabaikan.
240
Artinya pengelolaan CSR diserahkan sepenuhnya kepada perusahaan bersangkutan dengan cara memilih lembaga sosial independen yang menurut
perusahaan amanah untuk menjalankannya. Pemerintah dalam hal ini tidak perlu terlibat secara mendalam, cukup dengan membuat aturan main saja. Yang
terpenting pengelolaan CSR dimasukkan dalam laporan tahunan perusahaan dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari objek audit akuntan publik. Begitu
juga dalam proses pembuatan pelaporan tersebut, perusahaan dapat menggunakan beberapa alternatif pihak yang dilibatkan. Pilihan panduan pelaporan kinerja
perusahaan pun telah beraneka ragam seperti GRI, UN Global Compact, ISO
238
Ibid, hlm 24.
239
Ibid, hlm 33.
240
Warta Ekonomi, No. 21XXII25 Oktober 2010 - 4 November 2010, hlm 74.
Universitas Sumatera Utara
26000, dan lain-lain.
241
Pertimbangannya, menurut Martono Anggusti adalah perusahaan lebih mengetahui kondisi riil perusahaan dan masyarakat
sekitarnya.
242
Dengan demikian perusahaan boleh memilih standarisasi di dalam mengimplementasikan CSR yang sesuai dengan kondisi keuangan perusahaan,
ukuran perusahaan, kebutuhan masyarakat, dan rencana pengembangan masyarakat.
D. Implementasi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan CSR Perusahaan PublikEmiten