Tahun 2001 tentang Tindak Pidana korupsi, dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN.
86
C. Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG dalam Pasar Modal
Penerapan good corporate governance dalam pasar modal sangat ditekankan implementasi prinsip transparansi. Ini terlihat dari Undang-Undang
No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal sangat menekankan penerapan good corporate governance terutama penerapan transparansi disclosure. Hal itu dapat
dilihat dari Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 yang mengatur tentang pengertian keterbukaan pada Pasal 1 angka 25. Selain itu, pengaturan tersebut termuat dalam
Bagian Kelima, Pasal 82-84 yakni mengenai hak memesan efek terlebih dahulu, benturan kepentingan, penawaran tender, penggabungan, peleburan, dan
pengambilalihan.
87
Dalam proses go public, Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal mewajibkan prinsip keterbukaan disclosure principle yang
meliputi dua fase yaitu mulai dari masa sebelum listing sampai masa sesudah listing. Fase sebelum listing dimulai pada saat perusahaan ingin melakukan go
public, dan proses go public itu sendiri sudah mengharuskan emiten terbuka.
88
86
Mas Achmad Daniri, op.cit, hlm 68.
Jadi perusahaan terbuka tidak hanya harus mematuhi Undang-Undang Perseroan Terbatas tetapi juga harus mematuhi peraturan-peraturan pasar modal yang
mencakup kewajiban perusahaan terbuka.
87
Indra Surya et al, op.cit, hlm 119.
88
Adrian Sutedi, Segi – Segi Hukum Pasar Modal, Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2009, hlm 98.
Universitas Sumatera Utara
Untuk lebih mengefektifkan penerapan GCG pada perusahaan maka Komisi Nasional GCG kemudian merumuskan Pedoman Good Corporate
Governance Code for Good Corporate Governance versi 3.1. yang dapat digunakan oleh perusahaan–perusahaan dalam melaksanakan corporate
governance. Kode GCG versi 3.1. memuat hal–hal antara lain, perlindungan hak– hak pemegang saham, perlakuan adil terhadap seluruh pemegang saham, peranan
stakeholders, transparansi, serta direksi perusahaan.
89
Kode GCG versi 3.1. harus diimplementasikan dengan peraturan– peraturan dan kode ini tidak akan berarti apa–apa jika tidak disertai dengan
pelaksanaan dan penegakan. Salah satu otoritas terkait yang mempunyai peluang untuk menerapkan prinsip–prinsip GCG yang terdapat dalam kode tersebut adalah
BAPEPAM. Dikarenakan pasar modal merupakan salah satu sektor industri jasa keuangan yang sangat penting, maka sudah tepat kiranya jika BAPEPAM terus
berupaya untuk mengintensifkan penerapan GCG pada perusahaan publik dan emiten.
90
Sejak 2000, BAPEPAM bersama–sama dengan pihak–pihak lain yang terkait, terlibat secara aktif dalam berbagai kegiatan yang bertujuan untuk
mendorong penerapan prinsip–prinsip GCG kepada semua pelaku di pasar modal Indonesia. Hal ini harus dilakukan mengingat penerapan GCG yang baik
merupakan salah satu faktor yang mampu membangun dan mewujudkan pasar
89
M. Irsan Nasarudin et al, op.cit, hlm 99.
90
Ibid, hlm 100.
Universitas Sumatera Utara
modal yang sehat.
91
Komnas GCG telah menghasilkan tiga belas bidang prinsip yang tertuang dalam Ref. 4.0 tanggal 31 Maret 2001, yaitu
92
a. Hak dan tanggung jawab pemegang saham;
:
b. Fungsi, tugas, dan kewajiban dewan komasaris;
c. Fungsi, tugas, dan kewajiban dewan direksi;
d. Sistem audit, termasuk peran auditor eksternal dan komite audit;
e. Fungsi, tugas, dan kewajiban sekretaris perusahaan;
f. Hak stakeholders dan akses kepada informasi yang relevan;
g. Keterbukaan yang tepat waktu dan akurat;
h. Kewajiban para komisaris dan direksi untuk menjaga kerahasiaan;
i. Larangan penyalahgunaan informasi oleh orang dalam;
j. Etika berusaha;
k. Ketidakpatutan pemberian donasi politik;
l. Kepatuhan pada peraturan perundang-undangan tentang proteksi kesehatan,
keselamatan kerja, dan pelestarian lingkungan; m.
Kesempatan kerja yang sama bagi para karyawan. Penerapan GCG yang tepat merupakan modal utama perusahaan untuk
mendapatkan kepercayaan dari nasabah, investor, calon investor, dan stakeholders lainnya. Karena itu, prinsip-prinsip GCG harus dicapai dengan standar yang tinggi
untuk mendukung tujuan bisnis, baik pertumbuhan usaha, profitabilitas, nilai tambah untuk stakeholders, serta meningkatkan kemampuan agar kelangsungan
91
Ibid.
92
Azhar Maksum, op.cit, hlm 20.
Universitas Sumatera Utara
usaha jangka panjang dapat tercapai.
93
1. PT Aneka Tambang Tbk
Beberapa contoh implementasi perusahaan publik di Indonesia dalam menerapkan GCG seperti :
Secara formal implementasi GCG dalam PT Aneka Tambang Tbk Antam dimulai ketika perseroan mencatatkan sebagian sahamnya di Bursa
Efek Indonesia pada 3 Novermber 1997. Sejak itu sebagai perusahaan publik, PT Aneka Tambang Tbk dituntut untuk transparan dan independen.
94
PT Aneka Tambang Tbk memiliki Pedoman Kebijakan Perusahaan PKP guna memastikan agar kegiatan usahanya dilaksanakan secara adil,
bertanggungjawab dan transparan. Menurut direktur utama PT Aneka Tambang Tbk, Alwin Syah Loebis, PKP merupakan kumpulan kebijakan yang disusun
berdasarkan prinsip GCG sebagai acuan kegiatan dan pengambilan keputusan perusahaan serta sebagai pedoman dalam melaksanakan pengawasan dan
pengendalian, sekaligus menjadi kriteria penguji dalam mengkaji kesahihan dari semua keputusan dan peraturan yang dikeluarkan PT Aneka Tambang
Tbk. Selain itu dilakukan penyempurnaan standar etika code of conduct yang harus ditandatangani setiap tahunnya dan wajib ditaati seluruh insan PT Aneka
Tambang Tbk. Standar Code perbaikan terhadap GCG menurut Alwin Syah Loebis terus dilakukan dan tiap tahun dilakukan assessment oleh konsultan
independen.
95
Demi memastikan berjalannya prinsip GCG dibentuk lima komite yakni Komite Audit, Komite Pasca Tambang dan Lingkungan, Komite Manajemen
93
Ridwan Khairandy et al, op.cit, hlm 140.
94
Investor, No. 202XIIApril 2010, hlm 92.
95
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Resiko, Komite Nominasi, Remunerasi dan Pengembangan SDM serta Komite Corporate Governance. Bila manajemen atau direksi melakukan pelanggaran
GCG, para karyawan diberikan akses khusus melaporkan temuannya ke komisaris. Menurut Alwin Syah Loebis, sejak menerapkan prinsip GCG
tersebut, PT Aneka Tambang Tbk memperoleh banyak manfaat yang kemudian berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Dimulai dengan keterbukaan
informasi yang menimbulkan care trust dari investor dan para stakeholder. Kepercayaan itu membuat lembaga kreditor dan masyarakat luas berminat
menyerap pinjaman perusahaan dengan biaya murah sehingga perusahaan mengalami pertumbuhan yang berdampak pada peningkatan harga saham
karena nilai perusahaan meningkat.
96
2. PT Telkom Indonesia Tbk
PT Telkom Indonesia Tbk adalah salah satu perusahaan milik negara yang listing di BEI dan New York Stock Exchange. PT Telkom Indonesia Tbk
dalam hal ini harus mematuhi peraturan BAPEPAM-LK dan Sarbanes Oxley 404. Dalam perkembangannnya PT Telkom Indonesia Tbk telah merumuskan
dan menerapkan prinsip GCG sejak tahun 1988. Dari segi organisasi TELKOM terdiri dari Dewan komisaris, direksi, unit divisi. Dalam menjalankan tugasnya,
dewan komisaris dibantu oleh komite audit, komite nominasi dan remunerasi, serta pengkajian dan perencanaan perusahaan.
97
96
Ibid.
Sebagai usaha untuk meningkatkan penerapan GCG, direksi PT Telkom Indonesia membentuk
97
Mas Achmad Daniri, op.cit, hlm 134.
Universitas Sumatera Utara
disclosure committee, komite pengawasan implementasi GCG dan proyek integrasi pengendalian internal perusahaan.
98
Untuk melengkapi kebijakan GCG yang ada, direksi menetapkan Kebijakan penerapan GCG di Telkom yang mengatur mekanisme kerja antara
dewan komisaris dengan direksi, standar etika bisnis, kebijakan dan prosedur, pengendalian internal serta manajeman resiko. Sebagai kelanjutan atas
kebijakan tersebut, telah ditetapkan etika bisnis Telkom yaitu dengan mengamalkan nilai-nilai Commited 2 U meliputi tiga nilai inti yaitu Customer
value, excellent service, dan competent people. Serta lima langkah perilaku yaitu strecth the goals, simplify, involve everyone, quality is my job, dan
rewards the winner. Dalam etika bisnis, etika Telkom menganut prinsip bisnis yang bermoral dalam menjalin hubungan dengan regulator dan stakeholder
yang meliputi pedoman dalam menjaga hubungan dengan pelanggan, membangun sinergi dengan mitra kerja, upaya memaksimalkan profit kepada
pemegang saham, menjaga persaingan yang sehat dengan kompetitor, mengemban tanggung jawab sosial dan masyarakat, serta membina hubungan
dengan karyawan.
99
D. Pertanggungjawaban Responsibilitas Perusahaan PublikEmiten dalam Menjalankan Keterbukaan Informasi kepada Investor dan Publik.
Pertanggungjawaban Responsibilitas Perusahaan publikemiten dalam pasar modal yaitu melaksanakan kewajiban keterbukaan informasi kepada
98
Ibid, hlm 135.
99
Ibid, hlm 136.
Universitas Sumatera Utara
investor dan publik. Undang-undang pasar modal suatu negara termasuk Indonesia mewajibkan keterbukaan, walaupun negara tersebut telah mempunyai
anti fraud. Suatu negara, walaupun telah mempunyai anti fraud, tetapi tidak mempunyai hukum yang mewajibkan keterbukaan bagi perusahaan akan dapat
merugikan investor. Dalam keadaan itu perusahaan dapat memberikan informasi sepanjang perusahaan bersedia, atau perusahaan diam, tidak memberikan
informasi atau memberikan infromasi tidak tepat waktu. Untuk mengantipasi keadaan itu, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal UUPM telah mewajibkan keterbukaan tetap harus ada.
100
Hal ini dikarenakan prinsip keterbukaan menjadi persoalan inti dari pasar modal dan merupakan jiwa dari pasar modal itu sendiri. Ini didasarkan pada keberadaan
prinsip keterbukaan yang memungkinkan tersedianya bahan pertimbangan bagi investor sehingga ia secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan
pembelian atau penjualan saham.
101
Kemudian, UUPM juga mengatur kewajiban keterbukaan secara subtansial menentukan pengungkapan informasi pada saat–
saat yang telah ditentukan, dan yang lebih penting undang–undang tersebut mencakup pengawasan, waktu, tempat, dan bagaimana perusahaan melakukan
keterbukaan.
102
100
Bismar Nasution, “Keterbukaan Dalam Perdagangan Saham Di Pasar Modal”, disampaikan pada Seminar Mengupas serta Mencermati Fenomena Tindak Pidana di Pasar Modal,
pada Bina Manajemen Bisnis dan Investasi Dharma Nusantara, tanggal 8 Mei 2003, Jakarta, hlm 1.
101
William H. Beaver, “The Nature of Mandated Disclosure”, dikutip dari Richard A. Posner dan Kenneth E. Scott, ed, Economic of Corporation Law and Securities Regulation,
Boston, Toronto: Little, Brown Company, 1980, hlm 317.
102
Frank H. Easterbrook Daniel R. Fischel, “Mandatory Disclosure and the Protection of Investors”, Virginia law Review, Vol. 70, 1984, hlm 680.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Bismar Nasution, tujuan dari keterbukaan adalah:
103
Pertama, yaitu memelihara kepercayaan publik terhadap investor. Dalam hal ini, kepercayaan investor sangat relevan ketika munculnya ketidakpercayaan
publik terhadap pasar modal yang pada gilirannya mengakibatkan pelarian modal secara besar-besaran dan seterusnya dapat mengakibatkan kehancuran pasar
modal. Kedua, yaitu menciptakan mekanisme pasar yang efisien. Pasar yang
efisien berkaitan dengan sistem keterbukaan wajib. Sistem keterbukaan wajib berusaha menyediakan informasi teknis bagi anggota saham dan profesional
pasar. Ketiga, yaitu memberi perlindungan terhadap investor. Dengan adanya
keterbukaan maka secara tidak langsung akan memberi perlindungan kepada investor, yang apabila dalam membuat perjanjian pembelian saham oleh investor,
kemudian terdapat penipuan dalam bentuk perbuatan yang menyesatkan, misalnya pernyataan misrepresentation informasi, maka perlindungan investor tersebut
dilihat dari sisi ketentuan perjanjian sebagaimana diatur dalam KUH Perdata hanya sebatas pembatalan perjanjian transaksi saham.
Pada dasarnya pelaksanaan keterbukaan di pasar modal dilakukan melalui 3 tahap yaitu:
Pertama, yaitu keterbukaan pada saat melakukan penawaran umum primary market level. Kedua, yaitu keterbukaan setelah emiten mencatat dam
memperdagangkan efeknya di bursa secondary market level. Dan ketiga yaitu
103
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, op.cit, hlm 9 – 11.
Universitas Sumatera Utara
keterbukaan karena terjadi peristiwa penting dan laporannya harus disampaikan secara tepat waktu.
Peraturan perundang–undangan pasar modal Indonesia sangat menekankan keterbukaan sehingga mengaturnya secara rinci. Tetapi ini menjadi dilema di satu
sisi hukum terus mengejar dengan merinci secara detail tentang hal–hal apa saja yang musti di-disclose oleh emiten atau perusahaan publik. Di lain pihak hukum
juga harus memperoleh kepentingan tertentu dari pihak yang diwajibkan membuka informasi sehingga kepentingan–kepentingan tersebut sering kali
bertentangan dengan kewajiban disclosure misalnya kepentingan emiten untuk tidak men-diclose tentang informasi yang tergolong rahasia perusahan. Karena itu
suatu disclosure dalam pasar modal tidaklah semata–mata full tapi juga musti fair sehingga keterbukaan dalam pasar modal adalah full and fair disclosure.
104
Jadi, keterbukaan dalam pasar modal berarti keharusan pihak–pihak yang tunduk pada UUPM termasuk emiten dan perusahaan publik untuk
menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap
keputusan pemodal terhadap efek yang dimaksud atau harga dari efek tersebut sesuai Pasal 1 angka 25 Undang–Undang No. 8 Tahun 1995. Informasi atau fakta
material adalah informasi ataupun fakta penting yang relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta penting yang dapat memengaruhi harga efek pada bursa dan
104
Munir Fuady, Pasar Modal Modern Tinjauan Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996, hlm 78.
Universitas Sumatera Utara
atau keputusan pemodalcalon pemodal atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi ataupun fakta tersebut.
105
Dalam kaitannya antara prinsip responsibilitas dengan prinsip keterbukaan, emiten, perusahaan publik, dan perusahaan terbuka dalam
menjalankan prinsip keterbukaan informasi yang bersifat material kepada investor publik, emiten atau perusahaan publik maupun perusahaan terbuka dalam
melaksanakan prinsip keterbukaan tidak hanya memperhatikan kepentingan shareholder tetapi juga kepentingan stakeholders yaitu pemegang saham publik
atau investor publik. Emiten atau perusahaan publik maupun perusahaan terbuka di pasar modal
mendapatkan sebagian besar dana dari investor publik atau pemegang saham publik di mana mereka merupakan pemegang saham minoritas yang perlu
dilindungi dengan aturan hukum. Walaupun emiten, perusahaan publik, dan perusahaan terbuka mendapat sebagian besar dana dari investor publik melalui
pasar modal, namun pengambilan keputusan setiap keputusan bisnis masih ditentukan oleh direksi yang lebih mementingkan shareholders perusahaan.
Karena itu, organ perseroan yang mempunyai fungsi pengawasan haurs memastikan pengawsan efektif terhadap direksi ynag harus
mempertanggungjawabkan kebijaksanaan yang dibuatnya kepada perusahaan serta pemegang saham. Pertanggungjawaban kepada perusahaan merupakan
syarat yang harus dijunjung tinggi oleh direksi karena melalui corporate
105
M. Irsan Nasarudin et al, op.cit, hlm 225.
Universitas Sumatera Utara
opportunity yang dimiliki direksi, maka direksi mempunyai kesempatan yang luas untuk mengalihkan keuntungan perseroan untuk kepentingan pribadi.
106
Di samping itu, investor publik biasanya adalah investor biasa unsophisticated investors yang umumnya kurang dapat mengakses informasi
dibandingkan investor potensial yang profesional. Dari segi substansi diperlukan pelaksanaan penyamaan akses terhadap informasi di antara para pelaku pasar di
mana cara penyamaan akses tersebut adalah suatu yang dibutuhkan investor untuk menjaga kepercayaan investor dan mencegah terjadinya penipuan.
107
Emiten atau perusahaan publik maupun perusahaan terbuka harus menyadari tanggung jawab yang merupakan konsekuensi logis dari investor
publik yang mempunyai kepercayaan terhadap investor publik yang membeli saham perusahaan di pasar modal. Dalam menjalankan pertanggungjawaban
responsibilitas pelaksanaan keterbukaan informasi kepada investor atau publik, emiten, perusahaan publik, maupun perusahaan berkewajiban untuk menyiapkan
laporan keuangan financial statement. Laporan keuangan tersebut disampaikan secara akurat, tepat pada waktunya dan dengan cara yang tepat pula. Juga, emiten,
perusahaan publik maupun perusahaan terbuka wajib menyajikan dan melaporkan segala tindak tanduk dan kegiatan perusahaan di bidang adminstrasi keuangan
bukan hanya kepada pemegang saham saja tetapi kepada semua pihak yang berkepentingan.
108
Emiten atau perusahaan publik maupun perusahaan terbuka harus memperhatikan kepentingan stakeholder yang lain yaitu dalam hal ini pemerintah
106
Ridwan Khairandy et al, op.cit, hlm 84 – 85.
107
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, op.cit, hlm 69.
108
Ridwan Khairandy et al, op.cit, hlm 86.
Universitas Sumatera Utara
yang membuat regulasi atau aturan hukum. Emiten atau perusahaan publik maupun perusahaan terbuka harus mematuhi peraturan perundang–undangan yang
berlaku baik peraturan perundang–undangan mengenai pasar modal maupun peraturan perundang–undangan lain yang terkait dengan kegiatan perusahaan
seperti peraturan perundang–undangan mengenai perseroan terbatas, perlindungan lingkungan hidup, perlindungan konsumen, dan perburuhan. Emiten atau
perusahaan publik maupun perusahaan terbuka juga harus menyadari akan adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan kekuasaan, menjadi
profesional dengan tetap menjunjung etika dalam menjalankan bisnis, dan menciptakan dan memelihara lingkungan bisnis yang sehat di pasar modal.
Karena itu, sebagai pertanggungjawaban emiten, perusahaan publik, dan perusahaan terbuka terhadap investor publik dalam pelaksanaan keterbukaan
informasi, maka emiten, perusahaan publik, dan perusahaan terbuka wajib menyampaikan informasi penting yang berkaitan dengan tindakan atau efek
perusahaan tersebut pada waktu yang tepat kepada masyarakat dalam bentuk laporan berkala dan laporan peristiwa penting sesuai Pasal 86 ayat 1 Undang–
Undang No. 8 Tahun 1995. Emiten, perusahaan publik, dan perusahaan terbuka wajib menyampaikan
informasi yang disampaikan itu utuh, tidak ada yang tertinggal atau disembunyikan, disamarkan, atau tidak menyampaikan apa–apa atas fakta
material. Dikatakan akurat jika informasi yang disampaikan mengandung kebenaran dan ketepatan. Kalau tidak memenuhi syarat tersebut, maka informasi
dikatakan sebagai informasi yang tidak benar atau menyesatkan sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
Pasal 80 ayat 1 Undang–Undang No. 8 Tahun 1995.
109
Jadi keterbukaan ini merupakan suatu bentuk perlindungan kepada masyarakat investor.
110
E. Pelanggaran Prinsip Pertanggungjawaban Responsibilitas yang Mengakibatkan Terjadinya Bentuk-Bentuk Pelanggaran dan Kejahatan di
Pasar Modal.
Pelanggaran dan kejahatan perusahaan di pasar modal merupakan pelanggaran dan kejahatan yang khas yang dilakukan oleh pelaku pasar modal
termasuk emiten, perusahaan publik dan perusahaan terbuka dalam pasar modal.
111
Pelanggaran dan kejahatan di pasar modal yang dilakukan oleh emiten, perusahaan publik, dan perusahaan terbuka merupakan salah satu bentuk
kejahatan korporasi karena dapat dikenakan sanksi pidana, administratif, dan perdata di mana menurut Marshall B. Clinard dan Peter C. Yeager; kejahatan
korporasi adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh korporasi yang bisa diberi hukuman oleh negara, apakah di bawah hukum administratif, hukum perdata atau
hukum pidana.
112
Jadi keterbukaan ini merupakan suatu bentuk perlindungan kepada masyarakat investor. Dari segi substansial, keterbukaan memampukan publik
untuk mendapatkan akses informasi penting yang berkitan dengan perusahaan. suatu pasar modal dikatakan fair dan efisien apabila semua pemodal memperoleh
informasi dalam waktu yang bersamaan disertai kualitas yang sama equal
109
M. Irsan Nasarudin et al, op.cit, hlm 226.
110
Ibid, hlm 227.
111
M. Irsan Nasarudin et al, op.cit, hlm 257.
112
Mahmud Mulyadi Feri Antoni Surbakti, Politik Hukum Pidana Terhadap Kejahatan Korporasi, Jakarta: PT SOFMEDIA, 2010, hlm 22.
Universitas Sumatera Utara
treatment dalam akses informasi. Ditinjau dari segi yuridis, keterbukaan merupakan jaminan bagi hak publik untuk terus mendapatkan akses penting
dengan sanksi untuk hambatan atau kelalaian yang dilakukan perusahaan. Pengenaan sanksi yang termuat dalam Undang – Undang No. 8 Tahun 1995 serta
penegakan hukum atas setiap pelanggaran terhadap ketentuan mengenai keterbukaan atau transparansi ini menjadikan pemegang saham atau investor
terlindungi secara hukum dari praktik–praktik manipulasi dalam perusahaan publik.
113
Pengenaan sanksi terhadap emiten, perusahaan publik dan perusahaan terbuka di pasar modal yang melakukan pelanggaran terhadap pelaksanaan prinsip
keterbukaan sebagai pertanggungjawaban hukum emiten, perusahaan publik dan perusahaan terbuka dalam menjalankan keterbukaan informasi kepada investor
atau publik. Undang–Undang No 8 Tahun 1995 tentang pasar modal menetapkan sanksi hukum terhadap pelanggaran peraturan prinsip keterbukaan berupa sanksi
administratif, pidana dan perdata. Pasal 102 menentukan kewenangan BAPEPAM untuk memberikan sanksi administratif atas pelanggaran Undang-Undang Pasar
Modal. Pasal 104 dan Pasal 107 Undang–Undang Pasar Modal itu menentukan pemberian sanksi bagi pihak yang melakukan perbuatan yang menyesatkan dalam
bentuk misrepresentation dan omission serta insider trading. Sedang Pasal 111 Undang–Undang pasar modal menentukan pula sanksi perdata berupa
pertanggungjawaban ganti kerugian.
114
113
M. Irsan Nasarudin et al, op.cit, hlm 227.
114
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, op.cit, hlm 196 – 197.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PENERAPAN PRINSIP RESPONSIBILITAS DALAM PENGELOLAAN