Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Konsep Good Corporate Governance bukan sesuatu yang baru bagi manajemen korporasi. Awalnya konsep GCG di Indonesia diperkenalkan oleh pemerintah Indonesia dan International Monetary Fund IMF dalam rangka economy recovery pasca krisis. 1 Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance mulai meningkat tajam sejak negara-negara Asia dilanda krisis moneter pada tahun 1997 dan sejak kejatuhan perusahaan-perusahaan raksasa terkemuka dunia, termasuk Enron Corporation dan WorldCom di Amerika Serikat, HIH Insurance Company Ltd dan One-Tell Pty Ltd di Australia serta Parmalat di Italia pada awal dekade 2000-an. 2 Good Corporate Governance sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu pola hubungan, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan Direksi, Dewan Komisaris, RUPS guna memberikan nilai tambah kepada pemegang saham secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku. 3 1 Ridwan Khairandy Camilia Malik, Good Corporate Governance : Perkembangan Pemikiran, dan Implementasinya di Indonesia, Yogyakarta:Kreasi Total , 2007,hlm 60. Good Corporate Governance memiliki 4 empat kaidah atau prinsip pokok yaitu transparansi keterbukaan, akuntabilitas, 2 Siswanto Sutojo E. John Alridge, Good Corporate Governance Tata Kelola Perusahaan yang Sehat, Jakarta:PT. Damar Mulia Pustaka, 2008,hlm 1. 3 Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance Konsep dan Penerapannya Dalam Konteks Indonesia, Jakarta: PT Ray Indonesia, 2006,hlm 8. Universitas Sumatera Utara responsibilitas, dan fairness. Di Amerika Serikat konsep tentang Good Corporate Governance sendiri lebih bermakna pada tanggung jawab sosial perusahaan social responsibility dan perilaku etis para stakeholders yang di dalamnya termasuk para karyawan, pelanggan, supplier, kreditur, dan sebagainya. Di sini, perusahaan berperan sebagai trustee dan hubungan antara perusahaan dan para stakeholder-nya harus didasarkan pada kontrak sosial di mana perusahaan secara moral terikat pada constituency statutes 4 untuk memperhatikan seluruh kepentingan dalam kelompoknya. 5 Secara hukum di Indonesia penerapan Good Corporate Governance terdapat dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yaitu Pasal 1 angka 25 mengenai prinsip keterbukaan. Dengan adanya prinsip keterbukaan di pasar modal, maka perusahaan dalam hal ini adalah perusahaan publik dapat mempertanggungjawabkan informasi, laporan keuangan, dan keterbukaan informasi mengenai lingkungan kepada publik. Adanya prinsip keterbukaan di pasar modal dapat dihindari kejahatan yang merugikan investor dan publik seperti manipulasi pasar dan insider trading. Selain itu penerapan Good Corporate Governance juga terdapat dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 yaitu Pasal 74 mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan dan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yaitu Pasal 15 huruf b yang menyebutkan kewajiban setiap penamam modal untuk melakukan CSR. Begitu juga dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang 4 Constituency Statue adalah perwakilan stakeholders dari kelompok – kelompok tertentu misalnya perwakilan dari seerikat pekerja untuk ditempatkan pada dewan direktur dan eksekutif dalam hal ini harus memperhatikan kepentingan stakeholders dalam keputusan – keputusan bisnisnya. 5 Ridwan Khairandy et al, op.cit, hlm 64. Universitas Sumatera Utara BUMN yaitu di Penjelasan Umum Bagian IV Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN menyebutkan Pengurusan dan pengawasan BUMN harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik Good Corporate Governance. Prinsip GCG yang dianut OECD dan beberapa lembaga lain menempatkan prinsip responsibility atau tanggung jawab sebagai pilar tegaknya GCG. 6 Prinsip Responsibilitas Pertanggungjawaban adalah kesesuaian kepatuhan di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. Peraturan yang berlaku di sini termasuk yang berkaitan dengan masalah pajak, hubungan industrial, perlindungan lingkungan hidup, kesehatankeselamatan kerja, standar penggajian, dan persaingan yang sehat. 7 Prinsip Responsibilitas juga mencakup hal-hal yang terkait dengan pemenuhan kewajiban sosial perusahaan sebagai bagian dari masyarakat. 8 Prinsip responsibilitas ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang, menyadari akan adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan kekuasaan, menjadi profesional dengan tetap menjunjung etika dalam menjalankan bisnis, menciptakan dan memelihara lingkungan bisnis yang sehat. 9 6 http:teguharifiyadi.blogspot.com200908memahami-makna-corporate-social., diakses tanggal 20 Juli 2010. Artinya perusahaan sebagai organisasi sosial yang didirikan dan dijalankan oleh manusia tidak hanya bertujuan untuk mencari keuntungan bagi shareholders yang termasuk di dalamnya pemegang saham dan karyawan tetapi juga untuk kepentingan 7 Mas Achmad Daniri, op.cit, hlm 11. 8 Ridwan Khairandy et al, op.cit,hlm 84. 9 Ibid, hlm 85. Universitas Sumatera Utara stakeholders yaitu masyarakat. Prinsip responsibilitas ini juga menentang ajaran Milton Friedman bahwa hanya manusia yang mempunyai tanggung jawab moral. Jika orang bisnis mempunyai tanggung jawab, menurut dia, itu adalah tanggung jawab pribadi, bukan tanggung jawab atas nama seluruh perusahaan. Alasannya, tanggung jawab sosial-moral tidak bisa dilemparkan kepada orang lain, dan karena itu tidak relevan mengatakan perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial. Friedman tetap menekankan bahwa tanggung jawab itu hanya terbatas pada lingkup yang mendatangkan keuntungan. Dengan demikian, tanggung jawab sosial perusahaan hanya dinilai dan diukur berdasarkan sejauh mana perusahaan itu berhasil mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya. 10 Namun a-moral theory tersebut memberi peluang “free ride” bagi pengusaha dalam menjalankan bisnis, dengan berbagai pelanggaran etis bahkan hukum. 11 Prinsip responsibilitas ini juga menuntut perusahaan di dalam menjalankan usahanya untuk semakin bertanggung jawab terhadap masalah sosial dan lingkungan. Karena menurut E. Merrick Dodd perusahaan adalah kuasi entitas publik yang tidak hanya punya kewajiban dan tanggung jawab pada satu kelompok tapi juga kepada banyak pihak. 12 10 Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan Dan Relevansinya, Yogyakarta:Penerbit Kanisius,1998, hlm 118. Teori yang mendasari hubungan antara perusahaan dengan pihak yang berkepentingan adalah teori stakeholders. Fokus daripada teori ini terletak pada 2 dua wacana utama. Pertama, apa yang menjadi tujuan dari perusahaan, dan kedua, apa tugas yang diemban oleh manajer 11 Albert Widjaja, “Mencari Arah Bisnis yang Bermoral”, 50th Years Festschrift in honor Stephen Tong, Jakarta : Reformed Center for Religion and Society STEMI, 2007, hlm 650. 12 Bismar Nasution, “Pengelolaan Stakeholders Perusahaan” , Disampaikan pada Pelatihan Mengelola Stakeholders yang dilaksanakan PT. Perkebunan Nusantara III Persero tanggal 17 s.d. Oktober 2008 di Sei Karang Sumatera Utara, hlm 4. Universitas Sumatera Utara atau pengelola perusahaan terhadap para stakeholders. Terkait dengan perusahaan, teori stakeholders secara garis besar menyatakan bahwa tujuan daripada suatu perusahaan adalah mendatangkan manfaat bagi semua stakeholders. Teori ini pada dasarnya berangkat dari asumsi bahwa nilai-nilai values merupakan faktor yang sangat penting dan secara eksplisit merupakan bagian dari kegiatan bisnis. 13 Penerapan prinsip responsibilitas oleh salah satunya adalah penerapan tanggung jawab sosial dan lingkungan atau yang lebih sering dikenal Corporate Social Responsibility CSR. Konsep Corporate Social Responsibility CSR ini merupakan konsekuensi logis dari teori stakeholder yang memandang perusahaan sebagai institusi sosial dimana tujuan perusahaan hanya untuk mencapai keuntungan maksimum. Selain itu konsekuensi logis dari teori ini juga adalah perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility CSR untuk mengambil bagian dalam mencapai kesejahteraan masyarakat dimana perusahaan bertindak dari masyarakat itu. 14 Konsep Corporate Social Responsibility CSR bukanlah hal yang baru. Konsep ini dapat dijumpai pada masa pemerintahan Hammurabi di Babilonia 1700-an SM. Dalam kode Hammurabi, terdapat sanksi bagi para pengusaha yang lalai dalam menjaga kenyamanan warga atau menyebabkan kematian bagi pelanggannya. 15 Di Indonesia, konsep Corporate Social Responsibility CSR juga bukan merupakan hal yang baru dimana pada masyarakat Sibolga di Sumatera Utara, terdapat kebiasaan bahwa bagi pemilik tambak udang yang panen, sekitar 20 13 Ibid, hlm 5. 14 Ibid, hlm 15. 15 Ibid. Universitas Sumatera Utara persen harus disisihkan untuk masyarakat. Kemudian Islam mewajibkan seluruh pengikutnya untuk melaksanakan zakat. 16 Kristen juga mengajarkan untuk memberikan perpuluhan, yaitu 10 dari penghasilannya, kepada gereja dan untuk mencintai sesama manusia seperti diri sendiri. 17 Begitu juga Buddha yang mengajarkan berderma tanpa pamrih melalui Dana Paramita. 18 Secara hukum, pengaturan tentang Corporate Social Responsibility CSR baru diatur sejak adanya Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yaitu dalam Pasal 74. Undang-Undang Perseroan Terbatas sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tidak mengaturnya. Apalagi KUHD sama sekali tidak menyinggungnya. 19 Pengaturan tentang Corporate Social Responsibility CSR juga dipertegas oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 yang pada Pasal 15 huruf b menyebutkan kewajiban setiap penamam modal untuk melakukan Corporate Social Responsibility CSR. Akan tetapi, itu hanya untuk investor asing. Selain itu untuk Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN memang ada mengatur tentang besaran dan tata cara pelaksanaan Corporate Social Responsibility CSR dan dijabarkan lagi dalam Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor 5 Tahun 2007 telah mengatur tentang program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan program bina lingkungan. 20 Hal ini yang mendasari pelaksanaan prinsip responsibilitas yang salah satunya implementasinya adalah pelaksanaan Corporate Social Responsibility . 16 Bill Clinton, Giving Ubah Diri Ubah Dunia, Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 2010, hlm 272. 17 Ibid, hlm 273 18 Ibid, hlm 274. 19 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta : Sinar Grafika, 2009, hlm 297. 20 Warta Ekonomi, No. 15XXII26 Juli – 8 Agustus 2010, hlm 50. Universitas Sumatera Utara CSR perusahaan di Indonesia termasuk juga perusahaan publik, emiten maupun perusahaan terbuka. Selain Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas yang menjadi payung hukum perseroan terbuka juga Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yang menyebutkan Perseroan Terbuka adalah Perseroan publik atau perseroan yang melakukan penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Jadi perseoran terbuka yang merupakan perseroan terbatas dan emiten dalam pasar modal selain harus mematuhi aturan dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas juga harus mematuhi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Tanggung jawab sosial dan lingkungan emiten dalam pasar modal dapat diwujudkan dengan pelaksanaan prinsip keterbukaan mengenai perlindungan lingkungan hidup. Ketentuan BAPEPAM menentukan, bahwa pendapat dan laporan pemeriksaan dari segi hukum dalam pernyataan pendaftaran dari perusahaan publik harus memuat pendapat dari konsultan hukum mengenai semua izin dan persetujuan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan usaha atau kegiatan yang direncanakan perusahaan publik. 21 21 Keputusan Ketua Bapepam Nomor KEP-49PM1996 Tanggal 17 Januari 1996. Peraturan Nomor IX. B. 1 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Perusahaan. Seperti izin lingkungan, izin – izin usaha, lokasi, mendirikan bangunan, penggunaan bangunan untuk pabrik, analisis mengenai dampak lingkungan dan pengolahan limbah. Investor dan publik berhak untuk memperoleh keterbukaan informasi mengenai perlindungan lingkungan hidup karena hak ini dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 yaitu Universitas Sumatera Utara dalam rumusan Pasal 28H ayat 1 yang menentukan setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh pelayanan kesehatan. 22 Menurut Koesnadi Hardjasoemantri masalah berkenaan dengan pemberian informasi kepada masyarakat terdiri dari pemastian penerimaan informasi, informasi tepat waktu timely information, informasi lengkap comprehensive information, informasi yang dipahami comprehensible information dan informasi lintas batas transfrontier infromation. Karena itu setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup dan mempunyai lingkungan hidup yang baik. 23 Maka perusahaan publik atau emiten harus melaksanakan keterbukaan masalah perlindungan lingkungan hidup. Sekaligus perusahaan publik atau emiten tidak boleh melakukan missrepresentation atau omission dan menyesatkan investor berkaitan dengan keterbukaan masalah lingkungan hidup. 24 Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan emiten dalam pasar modal dapat mempengaruhi harga saham emiten di pasar modal. Karena apabila terdapat informasi yang jelek berkaitan dengan kewajiban dan tanggung jawab perlindungan lingkungan hidup mengakibatkan harga saham dari emiten bergerak ke bawah. 25 22 Jimly Asshiddiqie, Green Constitution Nuansa Hijau Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2010, hlm 174. Hal ini dapat dilihat dari kasus bocornya sumur minyak bawah laut yang mengakibatkan pencemaran lingkungan hidup di Teluk Meksiko oleh British 23 Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1999, hlm 109 – 111. 24 Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Jakarta : Univesitas Indonesia Press, 2001, hlm 204. 25 Ibid, hlm 212. Universitas Sumatera Utara Petroleum di Amerika Serikat di mana nilai sahamnya mengalami pemurunan hingga 40 pada beberapa akhir pekan kedua Juni 2010 di bursa saham Amerika Serikat. 26 Indikator lain yang dapat digunakan untuk mengukur komitmen emiten dalam pasar modal terhadap lingkungan dan sosial adalah Sri Kehati Indeks. Yayasan Keanekaragaman Hayati Kehati bekerja sama dengan PT Bursa Efek Indonesia BEI untuk mendorong investasi di pasar modal agar mengacu pada tata cara Sustainable and Responsible Investment Index dengan nama Sri Kehati Indeks. Kedua lembaga ini bekerja sama atas dasar ingin mengoreksi kegagalan pasar dalam menampung isyarat lingkungan hidup dan lingkungan sosial. Pasar Modal adalah alat yang mempertemukan penawar dan peminta modal. Dalam mekanisme pasar modal ini, kini dikembangkan tolok ukur yang memuat segi lingkungan hidup dan lingkungan sosial melalui Sri Kehati Indeks. 27 Indeks harga saham SRI-KEHATI dimaksudkan untuk memberikan tambahan pedoman investasi bagi pemodal. Dengan membangun suatu benchmark indeks harga saham baru yang secara khusus memuat kinerja harga saham emiten yang memiliki kinerja yang sangat baik dalam mendorong usaha- usaha berkelanjutan melalui kinerja metodologi yang berdasarkan kepada kepedulian mengenai lingkungan hidup, sosial, dan tata kelola perusahaan yang baik. Corporate Social Responsibility CSR adalah komitmen yang berkesinambungan dari kalangan bisnis. Untuk berperilaku secara etis dan memberi kontribusi bagi perkembangan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas 26 Warta Ekonomi, No.16XXII9 – 22 Agustus 2010, hlm 54. 27 Emil Salim, Ratusan Bangsa Merusak Satu Bumi, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010, hlm 168. Universitas Sumatera Utara kehidupan dari karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya . 28 Adanya prinsip responsibilitas dalam pasar modal membuat perusahaan atau emiten mempunyai kewajiban untuk benar-benar berkomitmen terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan. Pelaksanaan Corporate Social Responsibility CSR oleh emiten sebenarnya menguntungkan emiten sendiri karena dengan pelaksanaan Corporate Social Responsibility CSR yang baik yang merupakan salah satu implemenatsi prinsip responsibilitas oleh emiten, maka sebenarnya menaikkan nilai dan kualitas emiten sendiri di mata investor dan publik. Dengan adanya komitmen dan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan atau Corporate Social Responsibility CSR serta keterbukaan informasi mengenai masalah lingkungan hidup oleh emiten terhadap terhadap investor maka emiten di sini dapat mempertanggungjawabkan infromasi dan kebijakan bisnisnya baik secara moral dan hukum mengenai masalah lingkungan hidup dan pelaksanaan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan atau Corporate Social Responsibility CSR terhadap investor dan publik. Dengan demikian Sri Kehati Indeks merupakan indikator untuk melihat komitmen perusahaan terbuka terhadap lingkungan hidup dan sosial termasuk di dalamnya komitmen perusahaan atau emiten terhadap Corporate Social Responsibility CSR. 28 http:us.suarapembaca.detik.com , diakses tanggal 31 Desember 2009. Universitas Sumatera Utara

B. Perumusan Masalah