BAB III PENERAPAN PRINSIP RESPONSIBILITAS DALAM PENGELOLAAN
PERUSAHAAN PUBLIK
A. Pengaturan hukum dalam Pengelolaan Perusahaan PublikEmiten
Dalam kaitannya dengan prinsip responsibilitas dalam pengelolaan emiten atau perusahaan publik maka prinsip responsibilitas diimplementasikan yaitu
diwujudkan dengan tanggung jawab perusahaan termasuk emiten atau perusahaan publik untuk mematuhi dan menjalankan setiap aturan yang telah ditentukan oleh
peraturan perundang–undangan yang berlaku termasuk peraturan di bidang lingkungan hidup.
115
Terkait kepatuhan emiten atau perusahaan publik terhadap peraturan perundang–undangan yang berlaku termasuk peraturan di bidang lingkungan,
maka perlindungan lingkungan hidup dalam pasar modal adalah yaitu dalam prospektus baik prospektus ringkas maupun prospektus dan dalam laporan
tahunan. Peraturan yang berkenaan dengan p erlindungan lingkungan hidup dalam pasar modal masih merupakan ketentuan–ketentuan yang bersifat administratif.
116
Ketentuan Bapepam yaitu Peraturan Bapepam No. IX.C.3 yaitu tentang pedoman mengenai bentuk dan isi prospektus ringkas dalam rangka penawaran
umum di mana ketentuan hanya mengatur bahwa emiten harus memberikan uraian tentang keadaan keuangan dan kegiatan usaha saat prospektus diterbitkan dan
prospek usaha sepanjang dipandang penting untuk mengetahui keadaan keuangan emiten dan pengambilan keputusan investasi oleh investor pada efek yang
115
Indra Surya et al, op.cit, hlm 81-82.
116
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, op.cit, hlm 201.
Universitas Sumatera Utara
ditawarkan emiten pada penawaran umum. Tetapi ketentuan ini tidak menyebutkan hal atau kewajiban emiten untuk melakukan keterbukaan tentang
perlindungan lingkungan hidup walaupun dalam prakteknya emiten seperti P.T. Bank Jabar dan Banten Tbk. yang merupakan BUMD mencantumkan tanggung
jawab sosial perusahaan Corporate Social Responsibility yang termasuk di dalamnya program kemitraan dan pembinaan lingkungan dalam bagian kegiatan
dan prospek usaha perseroan dari prospektus ringkas P.T. Bank Jabar dan Banten Tbk.
117
Ketentuan Bapepam lain yaitu Peraturan No. IX.B.1. tentang Pedoman mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran Perusahaan Publik juga hanya
menentukan bahwa pendapat dan laporan pemeriksaan dari segi hukum dalam pernyataan pendaftaran perusahaan publik harus memuat pendapat dari konsultan
hukum mengenai semua izin dan persetujuan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan usaha atau kegiatan yang direncanakan perusahaan publik. Karena
ketentuan Bapepam ini tidak mengatur standar dan hal-hal yang digolongkan izin– izin dan persetujuan maka Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal menetapkan
standar pemeriksaan hukum dan pendapat hukum antara lain pendapat dan pemeriksaan hukum berkenaan dengan izin dan persetujuan yang merupakan
bagian proses pemeriksaan secara menyeluruh mengenai masalah hukum legal due diligence atau legal audit yang dilakukan konsultan hukum berdasarkan
standar pemeriksaan hukum dan pendapat hukum yang ditetapkan oleh Himpunan
117
Kompas, 14 Juni 2010, hlm 25.
Universitas Sumatera Utara
Konsultan Hukum Pasar Modal.
118
Seperti izin usaha, izin Undang–Undang gangguan, izin lokasi, izin mendirikan bangunan, izin penggunaan bangunan, izin
untuk pabrik, analisis mengenai dampak lingkungan dan izin pengolahan limbah.
119
Ketentuan Bapepam lain yaitu Peraturan No. IX.C.2. tentang pedoman mengenai bentuk dan isi prospektus dalam rangka penawaran umum tidak
menentukan pencantuman maupun keterbukaan tentang maupun tanggung jawab sosial dan lingkungan walaupun dalam prakteknya emiten seperti P.T. Agung
Podomoro Land Tbk. mencantumkan uraian tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam bagian keterangan tentang emiten dari prospektus P.T. Agung
Podomoro Land Tbk.
120
Ketentuan Bapepam ini juga tidak menentukan tentang informasi yang harus termuat dalam prospektus tentang perlindungan lingkungan
hidup dalam bagian uraian kegiatan dan prospek usaha emiten. Meskipun dalam prakteknya emiten seperti P.T. Agung Podomoro Land Tbk. mencantumkan
uraian tentang analisis mengenai dampak lingkungan, izin mendirikan bangunan dan menyebutkan dokumen perizinan lingkungan sehubungan yang diperoleh
perseroan sehubungan dengan kegiatan usaha perseroan dalam bagian kegiatan dan prospek usaha P.T. Agung Podomoro Land Tbk. dari prospektus P.T. Agung
Podomoro Land Tbk.
121
118
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, op.cit, hlm 201.
Selain itu ketentuan Bapepam ini juga hanya menentukan pendapat dari segi hukum harus memuat apakah semua izin dan persetujuan yang
119
Bismar Nasution, Diktat Pasar Modal, op.cit, hlm 43.
120
http:agungpodomoroland.comfile_attachmentprospektus_apl_2010.pdf, hlm 89, diakses tanggal 26 Desember 2010.
121
Ibid, hlm 157-158.
Universitas Sumatera Utara
diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan usaha yang direncanakan emiten telah diperoleh.
Ketentuan Bapepam lain seperti Ketentuan Bapepam No. VIII.G.2 tentang laporan tahunan ada mengatur emiten atau perusahaan publik untuk bebas
memberikan penjelasan umum mengenai uraian tentang keikutsertaan perusahaan dalam kegiatan pelayanan masyarakat, program kemasyarakatan, amal atau acara
sosial dalam bagian laporan manajemen selama tidak menyesatkan dan bertentangan dengan informasi yang disajikan. Jika melihat pada ketentuan
Bapepam ini, emiten atau perusahaan publik bisa memberikan penjelasan secara umum tentang kegiatan amal filantrofi yang dapat dikategorikan tanggung jawab
sosial dan lingkungan terhadap masyarakat maupun pengelolaan perusahaan terkait masalah perlindungan lingkungan hidup karena kegiatan amal juga
merupakan bagian dari tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan. Meskipun kegiatan amal filantrofi semakin lama semakin dianggap kurang
penting karena menurut survei CSR Asia dari 22 aktivitas yang dikategorikan CSR, kegiatan amal filantrofi menempati urutan paling akhir.
122
Dalam prakteknya, emiten seperti P.T. Adaro Energy Tbk yang bergerak di bidang pertambangan batu bara di mana operasional penambangan batu bara
yang bersentuhan langsung dengan masyarakat sekitar Kalimantan Selatan. P.T. Namun
ketentuan Bapepam ini tidak mengatur secara jelas tentang perlindungan dan tanggung jawab perusahaan untuk melaksanakan keterbukaan tentang CSR dan
masalah terkait lingkungan hidup.
122
Iwan J Azis, Lydia M Napitupulu, Arianto A. Patunru, Budy P. Resosudarmo, Pembangunan Berkelanjutan: Peran dan Kontribusi Emil Salim, Jakarta: KPG, 2010, hlm 260.
Universitas Sumatera Utara
Adaro Energy Tbk dalam laporan tahunan 2008, selain memberikan penjelasan secara umum pada bagian laporan manajemen tentang keikusertaan perusahaan
dalam kegiatan pelayanan masyarakat dan program kemasyarakatan seperti program kemasyarakatan dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan pembiayaan
program koperasi di sektor pertanian, perkebunan, peternakan serta pengelolaan dan rehabilitasi lingkungan dalam operasi penambangan.
123
P.T. Adaro Energy Tbk juga memberikan penjelasan tentang laporan tanggung jawab sosial dan
lingkungan perusahaan pada bagian tersendiri dalam laporan tahunan seperti program pengembangan masyarakat di bidang ekonomi, sosial budaya,
pendidikan, kesehatan, proyek pengolahan air bersih untuk masyarakat setempat, dan pengelolaan dan rehabilitasi lingkungan dalam operasional penambangan
berdasarkan program pengelolaan lingkungan yang ketat.
124
Disadari ketentuan–ketentuan Bapepam di atas tidak cukup untuk perlindungan lingkungan hidup. Menurut Bismar Nasution, peraturan pelaksanaan
prinsip keterbukaan berkenaan masalah–masalah perlindungan lingkungan hidup di pasar modal Indonesia belum cukup untuk mengatasi masalah perlindungan
lingkungan hidup.
125
123
Hal ini dikarenakan ketentuan-ketentuan Bapepam yang telah diuraikan diatas tidak terdapat ketentuan yang mewajibkan perusahaan
publik atau emiten untuk melakukan keterbukaan dan melaporkan masalah– masalah yang berkaitan dengan lingkungan hidup yang mengadung fakta materiel.
Padahal menurut Leo Herzel dan Richard Shepro, keterbukaan perlindungan
http:www.adaro.comfilesADRO-consolidated_interim_financial_statements.pdf, hlm 16, diakses tanggal 27 Desember 2010.
124
Ibid, hlm 115-120.
125
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, op.cit, hlm 201.
Universitas Sumatera Utara
lingkungan hidup environmental disclosure lebih penting dibandingkan dengan keterbukaan tradisional perusahaan karena masalah lingkungan hidup dapat
menimbulkan kerugian lingkungan hidup dan polusi yang secara langsung membuat masyarakat cacat serta menimbulkan bahaya yang nyata pada fisik
seseorang.
126
Maka seharusnya peraturan pasar modal secara tegas menetapkan perusahaan atau emiten harus memuat masalah–masalah lingkungan hidup yang
dipersyaratkan hukum walaupun hukum tersebut bukan hukum pasar modal.
127
Jadi seharusnya terdapatnya suatu kewajiban bagi perusahaan publik atau emiten untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan masalah–masalah
lingkungan hidup demi kepentingan masyarakat luas.
128
Menurut peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan masalah–masalah lingkungan hidup di pasar modal Amerika tahun 1982, maka ada tiga persyaratan
berkenaan dengan keterbukaan pertanggungjawaban lingkungan hidup. Pertama, berhubungan dengan penjelasan bisnis perusahaan. Kedua, berhubungan dengan
proses keterbukaan. Ketiga, ditujukan kepada diskusi manajemen dan analisis kondisi finansial dan hasil–hasil operasi. Jadi, keterbukaan perlindungan
lingkungan hidup oleh perusahaan publik atau emiten wajib disampaikan kepada investor sepanjang masalah–masalah lingkungan hidup tersebut mengandung
fakta materiel.
129
Selain mematuhi ketentuan hukum pasar modal, emiten atau perusahaan publik di dalam pengelolaan perusahaan juga harus mematuhi undang–undang
126
Ibid, hlm 108.
127
David L. Ratner Thomas Lee Hazen, op.cit, hlm 93-95.
128
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, op.cit, hlm 110.
129
Ibid, hlm 114-116.
Universitas Sumatera Utara
lain seperti Undang–Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mewajibkan perusahaan termasuk emiten atau perusahaan publik melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan sesuai Pasal 74 Undang– Undang No. 40 tahun 2007 dan melaporkan kegiatan tanggung jawab sosialnya di
laporan tahunan sesuai Pasal 66 ayat 2 angka c. Untuk emiten atau perusahaan publik yang berbentuk BUMN dalam pengelolaannya juga harus tunduk pada
Undang–Undang No. 19 tahun 2003 tentang BUMN yang Pasal 2 huruf e Undang –undang BUMN mewajibkan BUMN turut aktif memberikan bimbingan dan
bantuan kepada golongan ekonomi, koperasi dan masyarakat. Pasal 88 ayat 1 Undang-Undang BUMN mengatur BUMN untuk menyisihkan sebagian laba
bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecilkopersai serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN. Program kemitraan dengan pengusaha kecil dan bina
lingkungan juga diatur dalam Permeneg BUMN No. PER-05MBU2007. Terkait masalah lingkungan hidup maka emiten atau perusahaan publik
yang operasionalnya bersentuhan langsung dengan lingkungan hidup juga harus mematuhi Undang–Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mengatur ruang lingkup perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup mulai dari perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharan, pengawasan, dan sampai penegakan hukum. Pasal 14 Undang–Undang No. 32 tahun 2009 ini juga mengatur tentang instrumen
pencegahan pencemaran kerusakan lingkungan hidup yang terdiri dari 12 instrumen. Undang–Undang No. 32 tahun 2009 ini juga mengatur instrumen
ekonomi lingkungan hidup dalam Pasal 42 ayat 2 b dan Pasal 43 ayat 3 c yang
Universitas Sumatera Utara
salah satu instrumennya adalah insentif dan disinsentif yang salah satu bentuk penerapannya adalah pengembangan sistem lembaga keuangan dan pasar modal
yang ramah lingkungan hidup yang menerapkan persyaratan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bagi emiten atau perusahaan publik di pasar modal
yang wajib dipenuhi oleh emiten atau perusahaan publik yang menjual sahamnya di pasar modal. A. Sonny Keraf mengatakan hal ini akan membantu pemain di
pasar modal untuk menghindari perusahaan–perusahaan yang bermasalah dari segi lingkungan.
130
Padahal, pendekatan ekonomi dengan metode insentif dan disinsentif diharapkan dapat mengatasi masalah perlindungan lingkungan hidup sebagai
akibat munculnya gugatan yang masalahnya berpusat pada tuntutan terhadap pelanggaran lingkungan hidup yang berkaitan dengan perizinan dalam rangka
pelaksanaan prinsip keterbukaan. Selain itu pendekatan ekonomi tersebut memudahkan para pengusaha dalam usahanya melestarikan lingkungan.
Permasalahannya adalah peraturan pelaksana sebagaimana yang diamanatkan undang–undang ini yaitu peraturan pemerintah tentang
instrumen ekonomi belum diterbitkan oleh pemerintah.
131
Pelaksanaan keterbukaan secara penuh termasuk mengenai informasi penerapan insentif ekonomi akan membuat posisi investor lebih baik dalam
memutuskan pembelian atau penjualan saham.
132
130
A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010, hlm 275.
Menurut Benjamin Richardson, beberapa studi menunjukkan korelasi antara lingkungan perusahaan corporate
environmental dan kinerja sosial social performance dan nilai saham share
131
Koesnadi Hardjasoemantri, op.cit, hlm 353 - 354.
132
Ibid, hlm 210.
Universitas Sumatera Utara
value.
133
Di mana pasar dapat secara tidak langsung menghukum emiten atau perusahaan publik yang menjadi pencemar dengan menurunkan harga dari saham
emiten atau perusahaan publik.
134
Maka suatu perusahaan termasuk emiten atau perusahaan publik dalam pengelolaannya dapat memiliki insentif untuk mengelola
masalah perlindungan lingkungan hidup secara efisien dengan tujuan untuk melindungi nilai harga saham sesuai dengan harga yang ditentukan oleh pasar.
135
Karena itu, peraturan perlindungan lingkungan hidup yang berlaku di luar peraturan pasar modal harus diterapkan secara bersama dengan peraturan
pelaksanaan prinsip keterbukaan di pasar modal Indonesia. Menurut Bismar Nasution, peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan di pasar modal harus
diperbaiki dengan memformulasikan ketentuan–ketentuan yang berkaitan dengan perlindungan lingkungan hidup. Pertama, yaitu membuat ketentuan yang
mensyaratkan penjelasan bisnis perusahaan yang berpotensi merusak lingkungan hidup. Kedua, yaitu membuat ketentuan yang mewajibkan keterbukaan bagi
perusahaan yang mempunyai masalah lingkungan hidup yang mengandung fakta materiel. Ketiga, yaitu membuat ketentuan yang mewajibkan emiten untuk
melaporkan dalam prospektus mengenai informasi fakta materiel yang berkaitan dengan tanggung jawab perlindungan lingkungan hidup. Keempat, yaitu membuat
ketentuan penerapan pendekatan ekonomi dengan metode insentif dan disinsentif untuk mengatasi bahaya yang ditimbulkan kerusakan lingkungan hidup dengan
mensejajarkan pengaturannya sebagaimana yang diatur oleh Undang–Undang
133
Suzanne Benn Dexter Dunphy, Corporate Governance And Sustainability: Challenges For Theory And Practice, New York: Routledge Taylor Francis Group, 2007, hlm
122.
134
Ibid.
135
Perry E. Wallace, op.cit, hlm 1131-1132.
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan Hidup. Di mana yang diamanatkan Undang–Undang Lingkungan Hidup ini untuk mengatur selanjutnya dari penerapan pendekatan secara ekonomi
yaitu diatur dalam Peraturan Pemerintah. Kelima, yaitu membuat ketentuan yang melarang emiten atau perusahaan publik melakukan pernyataan yang
menyesatkan berkaitan dengan keterbukaan lingkungan hidup.
136
Dengan demikian peraturan perlindungan lingkungan hidup serta tanggung jawab sosial dan lingkungan terhadap masyarakat yang berlaku di luar peraturan
pasar modal harus diterapkan secara bersamaan dengan peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan di pasar modal oleh emiten atau perusahaan publik terutama
terkait dengan keterbukaan masalah– masalah lingkungan hidup.
B. Kaitan Prinsip Responsibilitas dalam Pengelolaan Emiten atau Perusahaan Publik.