B. Konsep dan Pengaturan Good Corporate Governance GCG
Konsep tata kelola perusahaancorporate governance merupakan perkembangan dari konsep governance. Menurut Faisal Basri, konsep governance
jika ditinjau secara umum dan dilhat dari aspek pelaku utamanya, konsep governance dapat dipilah menjadi tiga bagian. Pertama, publicpolitical
governance, yaitu proses di mana suatu masyarakat mengelola dirinya sendiri dan mengatasi berbagai persoalannya, dengan negara sebagai institusi utamanya.
Kedua, economic governance, yaitu keseluruhan proses produksi dan distribusi berbagai barang dan jasa yang diperlukan oleh masyarakat itu, dengan pihak
swasta perusahaan–perusahaan sebagai institusi utamanya. Ketiga, social governance, yang berkenaan dengan sistem nilai dan keyakinan yang diharapkan
dapat melandasi perilaku sosial dan pembuatan berbagai keputusan publik, dengan masyarakat sipil civil society sebagai institusi utamanya.
61
Dalam berbagai pembahasan, konsepsi governance secara umum mengacu pada publicpolitical governance. Namun dari waktu ke waktu, situasi di lapangan
menunjukkan bahwa yang harus disoroti dari jatuh bangunnya suatu bangsa, bukan hanya pemerintahnegara saja, melainkan juga perusahaan–perusahaan dan
masyarakat sipilnya.
62
Maka untuk mewujudkan good governance tidak hanya negara tetapi juga perusahaan dan masyarakat sipil. Dalam konteks pembangunan
ekonomi, maka negara dan pasar lebih dikedepankan sementara masyarakat sipil merupakan fokus pembangunan politik dan sosial.
63
61
Faisal Basri et al, op.cit, hlm 232.
62
Ibid.
63
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Dalam konteks ekonomi, baik tidaknya negara dan pasar di suatu perekonomian dalam menjalankan tugasnya masing-masing dapat diukur dari
berupa tinggi rendahnya daya saing perekonomian yang bersangkutan. Ada empat faktor utama yang menentukan daya saing secara langsung yaitu infrastruktur
fisik, kinerja makroekonomi, efisiensi pemerintah, dan efisiensi bisnis. Pada hakekatnya, efisiensi pemerintah dapat dipadankan dengan kualitas political
governance negara. Sedangkan efisiensi bisnis dapat disetarakan dengan tata kelola perusahaancorporate governance. Dari apa yang diuraikan dapat dilihat
akan pentingnya kerangka institusional publik dan privat yang menjelma sebagai political governance dan economic corporate governance.
64
Seiring dengan modernisasi dan kemajuan ekonomi, seperti di negara– negara maju, peran langsung pemerintah atau negara dalam perekonomian
semakin terbatasdibatasi dan pada unumnya hanya sampai pada peran sebagai inisiator, regulator dan pengawas. Kedudukan negara sebagai pedagang dan
pencari laba melalui perusahaan negara dianggap bertentangan dengan perannya yang lebih mendasar sebagai regulator sehingga lambat laun kegiatan itu
ditinggalkan. Sebagai gantinya peran pelaksana berbagai kegiatan ekonomi khususnya sebagai produsen, distributor, dan pengelola segenap kegiatan
pendukungnya diserahkan sepenuhnya kepada pihak swasta atau perusahaan– perusahaan.
65
Semakin maju sebuah perekonomian, semakin berperan sektor swasta sehingga peran, karakter, dan kualitas perusahaan semakin penting. Perusahaan
64
Ibid.
65
Ibid, hlm 233.
Universitas Sumatera Utara
pada hakikatnya memang sebuah institusi pencetak keuntungan bagi pemilik perusahaan dan tidak ada kewajiban legal baginya untuk memperhatikan
kepentingan pihak lain. Dalam perkembangannya, pemahaman akan hakikat perusahaan bergeser, karena perusahaan itu hidup di tengah masyarakat sehingga
sesungguhnya perusahaan tidak mungkin mengabaikan kepentingan masyarakat di mana perusahaan itu hidup. Pengabaian kepentingan umum pada akhirnya akan
merugikan perusahaan itu sendiri. Dengan demikian, sebuah perusahaan yang baik sesungguhnya bukan sekadar perusahaan yang mampu mencetak laba untuk
kepentingan shareholders, namun juga yang peka dan mau membantu pemenuhan kepentingan masyarakat banyak stakeholders.
66
Grup Penasehat Bisnis Sektor Organization for Economic Cooperation and Development OECD menetapkan empat prinsip umum good corporate
governance yaitu keadilan fairness, keterbukaan transparency, tanggung jawab accountability, dan pertanggungjawaban responsibility.
Bertolak dari hal yang diuraikan di atas, maka konsepsi good corporate governance pun menjadi
semakin penting.
67
Prinsip– prinsip dasar tersebut diuraikan sebagai berikut:
68
1. Keadilan Fairness
Prinsip ini tercermin melalui keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan memberikan
66
Ibid.
67
Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi I, Bandung : Books Terrace Library, 2007, hlm 152.
68
I Nyoman Tjager, dkk., Corporate Governance-Tantangan dan Kesempatan bagi Komuitas Bisnis Indonesia, Jakarta: PT. Prenhallindo, 2004, hlm 49.
Universitas Sumatera Utara
perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, melalui
keterbukaan informasi serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam.
Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan membuat peraturan korporasi yang melindungi kepentingan minoritas, membuat pedoman
perilaku perusahaan corporate conduct danatau kebijakan-kebijakan yang melindungi korporasi terhadap perbuatan buruk orang dalam
serta konflik kepentingan. Hal ini direalisasikan dengan menetapkan peran dan tanggung jawab dewan komisaris, direksi, dan komite,
termasuk sistem remunerasi, penyajian informasi secara wajar dan pengungkapan material secara penuh, serta mengedepankan
kesempatan kerja yang seimbangan equal job opportunity.
69
2. Keterbukaan Transparency
Prinsip ini menekankan pada keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan
informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Dalam hal ini, hak-hak para pemegang saham harus diberi informasi dengan benar
dan tepat pada waktunya serta dapat ikut berperan serta serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang
69
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
mendasar atas perusahaan dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan.
70
Prinsip keterbukaan diwujudkan dengan perusahaan harus menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu kepada
berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Setiap perusahaan diharapkan dapat mempublikasikan informasi keuangan
serta informasi lainnya yang material dan berdampak signifikan pada kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Selain itu, para
investor harus dapat mengakses informasi penting perusahaan secara mudah pada saat diperlukan.
71
3. Akuntabilitas Accountability
Prinsip ini terlihat melalui tanggung jawab manajemen melalui pengawasan yang efektif antara manajer, pemegang saham, dewan
komisaris, dan auditor secara seimbang. Hal ini merupakan bentuk kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban organ secara
efektif.
72
Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan menyiapkan laporan keuangan financial statement pada waktu yang tepat;
mengembangkan komite audit dan resiko untuk mendukung fungsi pengawasan oleh dewan komisaris; mengembangkan dan merumuskan
kembali peran dan fungsi internal audit sebagai mitra bisnis yang strategis; menjaga manajemen kontrak yang bertanggung jawab dan
70
Ibid.
71
Mas Achmad Daniri, op.cit, hlm 10.
72
I Nyoman Tjager, dkk., op.cit, hlm 49.
Universitas Sumatera Utara
menangani pertentangan dispute; penegakan hukum melalui sistem penghargaan dan sanksi; serta menggunakan external auditor yang
professional.
73
4. Responsibilitas Responsibility
Prinsip responsibilitas adalah kesesuaian atau kepatuhan di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan
yang berlaku.
74
Prinsip responsibilitas ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang, menyadari akan
adanya tanggung jawab sosial, menghindari penyalahgunaan kekuasaan, menjadi profesional dengan tetap menjunjung etika dalam menjalankan bisnis,
dan menciptakan dan memelihara lingkungan bisnis yang sehat. Selain itu, prinsip ini juga mengandung prinsip yang mencerminkan kinerja pengelolaan
perusahaan yang baik dan mengakui stakeholders serta mendorong kerjasama yang aktif antara perusahaan dengan stakeholders untuk menciptakan
kemakmuran. Juga menciptakan kesempatan kerja yang didukung oleh kesehatan finansial dan adanya kerjasama antara perusahaan dengan
stakeholders yang sangat membantu kinerja perusahaan dan tindakan perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial.
75
Selain itu, perusahaan dalam memenuhi pertanggungjawabannya kepada para pemegang saham dan stakeholders harus sesuai dengan hukum dan
perundang–undangan yang berlaku. Juga perusahaan dituntut tidak hanya tunduk
73
Ibid.
74
Mas Achmad Daniri, op.cit, hlm 9.
75
Ridwan Khairandy et al, op.cit, hlm 85.
Universitas Sumatera Utara
kepada Undang–Undang Perseroan Terbatas saja tetapi juga tunduk pada undang– undang yang lain seperti Undang–Undang Ketenagakerjaan, Undang–undang Anti
monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dan Undang–undang Lingkungan Hidup.
76
Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP- 117M-MBU2002 bahwa di samping keempat prinsip di atas, masih ada satu
prinsip tambahan lagi, yaitu prinsip kemandirian Independence. Prinsip ini diartikan sebagai suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional
tanpa benturan kepentingan dan pengaruhtekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat. Azhar Maksum mengatakan bahwa prinsip independence lebih mengarah kepada perusahaan berbentuk BUMN.
77
Prinsip–prinsip pokok corporate governance yang diuraikan di atas menurut A. Sofyan Djalil dapat dijabarkan ke dalam lima aspek utama. OECD
menyusun prinsip-prinsip corporate governance yang dikelompokkan ke dalam kategori
78
a. Hak–hak pemegang saham.
:
b. Perlakuan yang adil bagi seluruh pemegang saham.
c. Peranan stakeholders dalam corporate governance.
d. Kewajiban pengungkapan disclosure dan transparansi transparency.
76
Ibid, hlm 86.
77
Azhar Maksum, “Tinjauan Atas Good Corporate Governance di Indonesia”, disampaikan pada Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Akutansi
Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Gelanggang Mahasiswa Kampus USU, 17 Desember 2005, hlm 14.
78
Sofyan A. Djalil, op.cit, hlm 6.
Universitas Sumatera Utara
e. Tanggung jawab direksi dan komisaris.
Terkait pengaturan good corporate governance dalam kerangka hukum nasional, Indonesia telah dilanda krisis ekonomi di sekitar tahun 19971998,
sementara gerakan ke arah pembenahan kondisi corporate governance baru dimulai di tahun 1999 dengan terbentuknya Komite Nasional Kebijakan
Corporate Governance KNKCG atau NCCG.
79
Pembentukan Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance melalui Surat Keputusan Nomor: KEP-
10M.EJUIN081999 tanggal 19 Agustus 1999. Keputusan ini diperbarui kembali dengan penggantian keanggotaan melalui Surat Keputusan Nomor KEP-
31M.EKUIN062000 tentang pembentukan Komite Nasional Mengenai Kebijakan Corporate Governance. Komite Nasional Mengenai Kebijakan
Corporate Governance kemudian berubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance dengan keputusan KEP-49M.EKO112004.
80
Namun momen penting yang amat menentukan perjalanan konsep corporate governance di
Indonesia lebih lanjut baru terjadi di tahun 2001, yaitu dengan tersusunnya sebuah pedoman good corporate governance Indonesian Code oleh NCCG bersama
para pelaku bisnis.
81
Penerapan GCG dalam undang–undang Indonesia yang terkait dengan korporasi sudah diatur dalam Undang–Undang Nomor 40 Tahun 2007. Maka
79
Azhar Maksum, op.cit, hlm 15.
80
Mas Achmad Daniri, op.cit, hlm 65.
81
Azhar Maksum, op.cit, hlm 15.
Universitas Sumatera Utara
menurut Dyah Permata Budi Asri, pelaksanaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 harus mencerminkan pada hal-hal sebagai berikut :
82
a. Transparansi; yaitu keterbukaan yang diwajibkan oleh Undang–Undang
seperti misalnya mengumumkan pendirian Perseroan Terbatas dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia ataupun Surat Kabar. Serta
keterbukaan yang dilakukan oleh perusahaan menyangkut masalah keterbukaan informasi ataupun dalam hal penerapan management keterbukaan, informasi
kepemilikan Perseroan yang akurat, jelas dan tepat waktu baik kepada shareholders maupun stakeholders.
b. Akuntabilitas; yaitu dengan adanya keterbukaan informasi dala m bidang
financial dalam hal ini ada dua pengendalian yang dilakukan oleh direksi dan komisaris. Direksi menjalankan operasional perusahaan, sedangkan komisaris
melakukan pengawasan terhadap jalannya perusahaan oleh Direksi. Sehingga sudah sepatutnya dalam suatu perseroan, Komisaris Independen mutlak
diperlukan kehadirannya. Sehingga adanya jaminan tersedianya mekanisme, peran dan tanggung jawab jajaran manajemen yang professional atas semua
keputusan dan kebijakan yang diambil sehubungan dengan aktivitas operasional perseroan.
c. Responsibility; yaitu pertanggungjawaban perseroan baik kepada shareholders
maupun stakeholder dengan tidak merugikan kepentingan para shareholders maupun anggota masyarakat secara luas. Yang ditekankan dalam Undang-
Undang ini perseroan haruslah berpegang pada hukum yang berlaku.
82
http:www.janabadra.ac.iddocs00-2411-7401.pdf, hlm 4-5, diakses tanggal 14 Agustus 2009.
Universitas Sumatera Utara
d. Fairness; yaitu prinsip ini menjamin bahwa setiap keputusan dan kebijakan
yang diambil adalah demi kepentingan seluruh pihak yang berkepentingan baik itu pelanggan, shareholders ataupun masyarakat luas. Selain itu prinsip
fairness ini tercermin dalam Pasal 53 ayat 2 “ Setiap saham dalam klasifikasi yang sama memberikan kepada pemegangnya hak yang sama.” Pasal ini
menunjukkan unsur fairness non diskriminatif antarpemegang saham dalam klasifikasi yang sama untuk memperoleh hak-haknya, seperti hak untuk
mengusulkan dilaksanakannya RUPS, hak untuk mengusulkan agenda tertentu dalam RUPS dan lain–lain.
Di pasar modal, penerapan GCG terutama yang berkaitan dengan keterbukaan telah diatur Undang–Undang Nomor 8 Tahun 1995 yaitu termuat
dalam Bagian kelima, Pasal 82-84, yaitu mengenai hal memesan efek terlebih dahulu, benturan kepentingan, penawaran tender, penggabungan, peleburan, dan
pengambilalihan.
83
Selain itu beberapa peraturan BAPEPAM terkait penererapan prinsip good corporate governance yaitu:
84
1. Peraturan BAPEPAM Nomor X.K.2 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan
Keuangan 2.
Peraturan BAPEPAM No. VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan
3. Peraturan BAPEPAM No. IX.E.1 tentang Benturan Kepentingan Transaksi
Tertentu
83
Indra Surya Ivan Yustiavanda, Penerapan Good Corporate Governance Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha, Jakarta : PT Kencana Prenada
Media Group, hlm 119.
84
M. Irsan Nasarudin Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Kencana, 2004, hlm 235-236.
Universitas Sumatera Utara
4. Peraturan BAPEPAM No.IX.I.1 tentang Rencana dan Pelaksanaan RUPS
5. Peraturan BAPEPAM No. X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi yang Harus
Segera Diumumkan Kepada Publik 6.
Peraturan BAPEPAM No. X.K.4 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum
7. Peraturan BAPEPAM No. IX.H.1 tentang Pengambilalihan Perusahaan
Terbuka 8.
Peraturan BAPEPAM No. IX.F.1 tentang Penawaran Tender 9.
Peraturan BAPEPAM No. X.K.5 tentang Keterbukaan Informasi bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang Dimhonkan Pernyataan Pailit
10. Peraturan Bapepam No. IX.D.3 yaitu tentang Pedoman mengenai Bentuk dan
Isi Prospektus dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. Pada tahun 2000, BAPEPAM juga mengeluarkan Surat Edaran Ketua
BAPEPAM Nomor SE-03PM2000 tentang komite audit yang berisi himbauan perlunya komite audit dimiliki oleh setiap emiten.
85
Selain itu, dalam hal regulatory frameworkkerangka regulasi terdapat beberapa peraturan yang terkait dengan GCG dan reformasi hukum pada
umumnya yaitu Undang–Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Bank Indonesia, Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Persaingan Usaha, Undang–
Undang Nomor 31 Tahun 1999 dengan perubahan Undang–Undang Nomor 20
85
http:cgcgindonesia.org...PERKEMBANGAN20GCG20DI20INDONESIA20 short.ppt, hlm 24, diakses tanggal 8 Agustus 2010.
Universitas Sumatera Utara
Tahun 2001 tentang Tindak Pidana korupsi, dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN.
86
C. Penerapan Prinsip Good Corporate Governance GCG dalam Pasar Modal