141 8.
Jaya Pari Steel Tbk JPRS
9. Lion Metal Works Tbk
LION 10. Lionmesh Prima Tbk
LMSH 11. Pelangi Indah Canindo Tbk
PICO 12. Budi Acid Jaya Tbk
BUDI 13. Duta Pertiwi Nusantara
Tbk DUTI
14. Ekadharma International Tbk EKAD
15. Indo Acidatama Tbk SRSN
16. Berlina Tbk BRNA
17. Kageo Igar Jaya Tbk IGAR
18. Trias Sentosa Tbk TRST
19. Chareon Pokphand Indonesia Tbk CPIN
20. Malindo Feedmill Tbk MAIN
21. Sierad Produce Tbk SIPD
22. Fajar Surya Wisesa Tbk FASW
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Analisis Statistik Deskriptif
Informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id
Variabel dari penelitian ini terdiri dari laba akuntansi, arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi dan arus kas dari aktivitas
pendanaan sebagai variabel bebas independent variable dan harga saham sebagai variabel terikat dependent variable. Statistik deskriptif dari variabel
dan Indonesian Capital Market Directory berupa data keuangan sampel perusahaan industri dasar dan kimia dari tahun
2007 sampai tahun 2009 yang dijabarkan dalam bentuk statistik.
142 tersebut dari sampel perusahaan industri dasar dan kimia selama periode 2007
sampai dengan tahun 2009 disajikan dalam tabel 4.2 berikut
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Sumber : Data yang diolah penulis, 2011.
Tabel di atas menunjukkan bahwa variabel arus kas dari aktivitas operasi AKO, arus kas dari aktivitas investasi AKI, dan arus kas dari aktivitas
pendanaan AKP memiliki nilai minimum negatif sedangkan laba akuntansi dan harga saham memiliki nilai minimum positif. Untuk nilai maksimum,
semua variabel memiliki nilai positif. Berikut perincian data deskriptif yang telah diolah :
a. Variabel LA memiliki nilai rata-rata sebesar 422,1506, artinya rata- rata perusahaan industri dasar dan kimia di BEI memiliki
perbandingan laba bersih sebelum pajak lembar saham sebesar 422,1506. Deviasi standar dari variabel LA sebesar 861.16041. Hal ini
menunjukkan penyebaran data dari laba akuntansi berkisar di sekitar nilai rata-rata 422,1506.
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation LA
66 .01
5097.01 422.1506
861.16041 AKO
66 -164.44
4550.56 375.1280
768.86187 AKI
66 -1186.46
408.26 -102.6180
226.24329 AKP
66 -2960.56
756.53 -167.2041
503.53712 HS
66 50.00
31000.00 2608.7879
5643.25933 Valid N listwise
66
143 b. Variabel AKO memiliki nilai rata-rata sebesar 375,1280, artinya rata-
rata perusahaan industri dasar dan kimia di BEI memiliki perbandingan arus kas operasi per lembar saham sebesar 375,1280.
Deviasi standar dari variabel AKO sebesar 768.86187. Hal ini menunjukkan penyebaran data dari arus kas operasi berkisar di sekitar
nilai rata-rata 375,1280. c. Variabel AKI memiliki nilai rata-rata sebesar -102,6180, artinya rata-
rata perusahaan industri dasar dan kimia di BEI memiliki perbandingan arus kas investasi per lembar saham sebesar -102,6180.
Deviasi standar dari variabel AKI sebesar 226,24329. Hal ini menunjukkan penyebaran data dari arus kas investasi berkisar di
sekitar nilai rata-rata -102,6180. d. Variabel AKP memiliki nilai rata-rata sebesar -167,2041, artinya rata-
rata perusahaan industri dasar dan kimia di BEI memiliki perbandingan arus kas pendananaan per lembar saham sebesar V.
Deviasi standar dari variabel AKP sebesar 503,53721. Hal ini menunjukkan penyebaran data dari arus kas pendanaan berkisar di
sekitar nilai rata-rata -167,2041. e. Variabel HS memiliki nilai rata-rata sebesar 2608,7879, artinya rata-
rata perusahaan industri dasar dan kimia di BEI memiliki harga saham sebesar 2608,7879. Deviasi standar dari variabel HS sebesar
5643,25933
144
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas data dalam penelitian ini mengunakan uji statistik non parametric Kolmogorov-Smirnov K-S dengan membuat
hipotesis: H
: Data residual berdistribusi normal H
a
: Data residual tidak berdistribusi normal. Apabila nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka H
diterima, sedangkan jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka H
1 Uji Normalitas Sebelum Data Ditransformasi
ditolak.
Tabel 4.3 Uji Normalitas Sebelum Data Ditransformasi
Sumber : Data diolah oleh penulis, 2011.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Laba
Akuntansi Arus Kas
Operasi Arus Kas
Investasi Arus Kas
Pendanaan Harga Saham
N 66
66 66
66 66
Normal Parameters
a,b
Mean 422.1506
375.1280 -102.6180
-167.2041 2608.7879
Std. Deviation 861.16041
768.86187 226.24329
503.53712 5643.25933
Most Extreme Differences
Absolute .312
.266 .259
.285 .325
Positive .268
.266 .219
.240 .303
Negative -.312
-.253 -.259
-.285 -.325
Kolmogorov-Smirnov Z 2.535
2.159 2.107
2.313 2.641
Asymp. Sig. 2-tailed .000
.000 .000
.000 .000
Test distribution is Normal.
145 Dari hasil pengolahan data tersebut, besarnya nilai Kolmogorov-
Smirnov untuk masing-masing variabel adalah 2,535 untuk laba
akuntansi, 2,159 untuk arus kas dari aktivitas operasi, 2,107 untuk arus kas dari aktivitas investasi, 2,313 untuk arus kas dari aktivitas pendanaan,
dan 2,641 untuk harga saham. Untuk probababilitas signifikansi Asymp. Sig 2-tailed dari masing-masing
variabel adalah 0,000 untuk laba akuntansi, arus kas dari aktivitas investasi, arus kas dari aktivitas
pend anaan dan harga saham yang mana nilainya jauh di bawah α = 0,05
maka disimpulkan data tidak terdistribusi secara normal. Data yang tidak terdistribusi secara normal tersebut juga dapat dilihat melalui grafik
histogram dan grafil normal plot data.
Gambar 4.1 Histogram sebelum data ditransformasi
Sumber : Penulis, 2011.
146 Dengan cara membandingkan antara data observasi dengan distribusi
yang mendekati distribusi normal, dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa distribusi data normal karena grafik histogram menunjukkan
distribusi data mengikuti garis diagonal.
Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot sebelum data ditransformasi
Sumber : Penulis, 2011
Namun hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya agak
menjauh dari garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data
147 dalam model regresi tidak terdistribusi secara normal. Dari hasil uji
normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov K-S, grafik histogram dan grafik normal plot menunjukkan data tidak terdistribusi secara normal.
2 Uji Normalitas Setelah Data Ditransformasi
Ada beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal menurut Jogiyanto 2004 : 172, yaitu:
1
Dengan melakukan transformasi data,
2
Lakukan trimming,
3
Lakukan winsorizing.
Untuk mengubah nilai residual agar berdistribusi normal, penulis melakukan transformasi data ke model LN dari persamaan HS = fLA,
AKO, AKI, AKP, menjadi LN_HS = fLN_LA, LN_AKO, LN_AKI, LN_AKP. Transformasi data ke dalam bentuk LN menyebabkan data
yang bernilai negatif tidak dapat ditransformasi sehingga menghasilkan missing values.
Setiap data yang terdapat missing values akan diganti dengan data mean rata-rata. Kemudian, data diuji ulang berdasarkan asumsi
normalitas. Berikut ini hasil pengujian Kolmogorov-Smirnov K-S:
Tabel 4.4 Uji Normalitas Setelah Data Ditransformasi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 66
148
Normal Parameters
a,b
Mean .0000000
Std. Deviation .90832197
Most Extreme Differences Absolute
.074 Positive
.074 Negative
-.052 Kolmogorov-Smirnov Z
.602 Asymp. Sig. 2-tailed
.861 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Penulis, 2011
Dari tabel diatas, besarnya Kolmogorv-Smirnov K-S adalah 0,602 untuk laba akuntansi, arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari
aktivitas investasi, arus kas dari aktivitas pendanaan, dan harga saham. Untuk probababilitas signifikansi Asymp. Sig 2-tailed dari masing-
masing variabel adalah 0,861 untuk laba akuntansi, arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi, arus kas dari aktivitas
pendanaan dan harga saham, dimana nilai signifikansinya 0,05. Dengan demikian, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai
observasi data telah terdistribusi secara normal dan dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas, berikut ini turut
dilampirkan grafik histogram dan plot data yang terdistribusi normal.
149
Gambar 4.3 Histogram setelah data ditransformasi
Sumber: Penulis, 2011.
150
Gambar 4.4 Grafik Normal P-P Plot setelah data ditransformasi
Sumber: Data yang diolah penulis, 2011.
Dengan cara membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal, dari grafik di atas dapat
disimpulkan bahwa distribusi data normal karena grafik histogram menunjukkan distribusi data mengikuti garis diagonal yang tidak
menceng skewness ke kiri maupun ke kanan atau normal. Demikian pula dengan hasil uji normalitas dengan menggunakan
grafik plot. Pada grafik normal plot, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mendekati dengan garis diagonal
151 sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi terdistribusi
secara normal. Hasil dari transformasi di atas menunjukkan bahwa variabel-variabel yang tidak normal dapat dinormalkan dengan cara me-
ln-kan data. Setelah data sudah menunjukkan data yang memenuhi asumsi normalitas maka pengujian dapat dilanjutkan dengan pengujian
parametrik.
b. Uji Multikolinieritas.
Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinieritas adalah dengan melihat nilai tolerance dan variance
inflation factor VIF, serta menganalisis matrik korelasi variabel- variabel independen. Besarnya tingkat kolinieritas yang masih dapat
ditolerir, yaitu: Tolerance 0.10, dan Variance Inflation Factor VIF 10. Berikut disajikan tabel hasil pengujian:
Tabel 4.5 Uji Multikolinieritas
Coefficients untuk LN_HS = fLN_LA, LN_AKO, LN_AKI, LN_AKP
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity
Statistics B
Std. Error
Beta Tolerance
VIF 1
Constant .093
1.519 .061
.952 LN_LA
.370 .068
.512 5.419
.000 .580
1.723 LN_AKO
.343 .093
.346 3.698
.000 .591
1.691
152 Sumber : Data yang diolah penulis, 2011
Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan variabel independen memiliki nilai tolerance 0,10 yaitu 0,580 untuk variabel LN_LA, 0,591
untuk variabel LN_AKO, 0,975 untuk variabel LN_AKI dan 0,933 untuk variabel LN_AKP yang berarti tidak terjadi korelasi antar variabel
independen. Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan hal yang sama dimana variabel independen memiliki nilai VIF kurang dari 10 yaitu
1,723 untuk variabel laba akuntansi, 1,691 untuk variabel arus kas dari aktivitas operasi, 1,025 untuk variabel arus kas dari aktivitas investasi,
1,072 untuk variabel arus kas dari aktivitas pendanaan. Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar
variabel independen dalam model ini.
Tabel 4.6 Cofficients Correlations
LN_HS = fLN_LA, LN_AKO, LN_AKI, LN_AKP
LN_AKI .354
.324 .080
1.092 .279
.975 1.025
LN_AKP .397
.149 .198
2.660 .010
.933 1.072
a. Dependent Variable : LN_HS
Model LN_AKP
LN_AKO LN_AKI
LN_LA 1
Correlations LN_AKP
1.000 .165
-.146 -.207
LN_AKO .165
1.000 -.011
-.638 LN_AKI
-.146 -.011
1.000 -.020
LN_LA -.207
-.638 -.020
1.000 Covariances
LN_AKP .022
.002 -.007
-.002 LN_AKO
.002 .009
.000 -.004
153
a. Dependent Variable : LN_HS
Sumber : Penulis, 2011
Hasil besaran korelasi antar variabel memperlihatkan bahwa antara variable independen yang diuji variabel laba akuntansi dan arus kas
operasi mempunyai korelasi paling tinggi yaitu sebesar 0,638 atau sebesar 63,8. Hal ini tidak menunjukkan gejala korelasi karena masih
di bawah 0,95 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikoliniaritas antar variabel independen dalam penelitian ini.
c. Uji Heteroskedastisitas
Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat plot grafik yang dihasilkan
dari pengolahan data dengan menggunakan program SPSS. Dasar
pengambilan keputusannya adalah:
1 Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian
menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas, 2 Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas.
LN_AKI -.007
.000 .105
.000 LN_LA
-.002 -.004
.000 .005
154 Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah
terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas dengan
mengamati penyebaran titik-titik pada gambar.
Gambar 4.5 Scatterplot
Sumber : Penulis, 2011
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y,
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada
155 model regresi. Adanya titik-titik yang menyebar menjauh dari titik-titik
yang lain dikarenakan adanya data observasi yang sangat berbeda dengan data observasi yang lain . Hasil tampilan output SPSS ini dengan jelas
menunjukkan tidak ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal
ini sering ditemukan pada data time series. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan
nilai uji Durbin Watson. Hasil pengujian pada tabel memperlihatkan nilai statistik Durbin –
Watson sebesar 2,073. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel Durbin – Watson dengan nilai signifikan 5 , jumlah sampel 66, jumlah
variabel independen 4 k=4, maka di tabel Durbin – Watson akan didapat nilai dl = 1,4758 dan du = 1,7319. Nilai DW sebesar 2,073
terletak di atas batas atas du lebih kecil dari 2,2681 4 – 1,7319, maka diperoleh kesimpulan tidak ada autokorelasi.
156
Tabel 4.7 Hasil Uji Durbin Watson
a. Predictors: Constant, LN_AKP, LN_AKO, LN_AKI, LN_LA b. Dependent Variable: LN_HS
Sumber : Data yang diolah penulis, 2011
3. Analisis Regresi
Dari hasil pengujian asumsi klasik disimpulkan bahwa bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi
yang Best Linear Unbiased Estimator BLUE dan layak dilakukan analisis regresi. Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi
berganda. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS 18, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Persamaan Regresi
Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear, dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen, melalui pengaruh LN_LA, LN_AKO, LN_AKI dan LN_AKP terhadap LN_HS. Hasil regresi dapat dilihat pada
tabel 4.8 berikut ini:
Model
R R
Square Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics Durbin-
Watson R Square
Change F change df1
df2 Sig.F
change 1
.827
a
.684 .663
.93763 .684
32.989 4
61 .000
2.073
157
Tabel 4.8 Analisis Hasil Regresi
Berdasarkan tabel di atas, didapatlah persamaan regresi sebagai berikut:
LN_HS = 0,093 + 0,370 LN_LA + 0,343 LN_AKO + 0,354 LN_AKI + 0,397 LN_AKP + e
Atau,
Y = 0,093 + 0,370X
1
+ 0,343X
2
+ 0,354X
3
– 0,397X
4
1 Konstanta sebesar 0,093 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel independen X1 = 0, X2 = 0, X3 = 0 dan X4 = 0 maka harga
saham sebesar 0,093.
+ e
Keterangan :
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity Statistics
B Std.
Error Beta
Tolerance VIF
1 Constant
.093 1.519
.061 .952
LN_LA .370
.068 .512
5.419 .000
.580 1.723
LN_AKO .343
.093 .346
3.698 .000
.591 1.691
LN_AKI .354
.324 .080
1.092 .279
.975 1.025
LN_AKP .397
.149 .198
2.660 .010
.933 1.072
a. Dependent Variable : LN_HS
Sumber : Data yang diolah penulis, 2011
158 2 b
1
sebesar 0,370 menunjukkan bahwa setiap kenaikan dari laba akuntansi sebesar 1 akan diikuti oleh kenaikan harga saham sebesar
0,370 dengan asumsi variabel lain tetap. 3 b
2
sebesar 0,343 menunjukkan bahwa setiap kenaikan arus kas dari aktivitas operasi sebesar 1 akan diikuti oleh kenaikan harga saham
sebesar 0,343 dengan asumsi variabel lain tetap. 4 b
3
sebesar 0,354 menunjukkan bahwa setiap kenaikan arus kas dari aktivitas investasi sebesar 1 akan diikuti oleh kenaikan harga saham
sebesar 0,354 dengan asumsi variabel lain tetap. 5 b
4
sebesar 0,397 menunjukkan bahwa setiap kenaikan arus kas dari aktivitas pendanaan sebesar 1 akan diikuti oleh kenaikan harga
saham sebesar 0,397 dengan asumsi variabel lain tetap.
b. Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Nilai koefisien korelasi R menunjukkan seberapa besar korelasi atau hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen.
Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila nilai R berada di atas 0.5 dan mendekati 1. Koefisien determinasi R square menunjukkan seberapa besar
variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R square adalah 0 sampai dengan 1. Apabila nilai R square semakin mendekati 1, maka
variabel-variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai
159 R square, maka kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen semakin terbatas. Nilai R square memiliki kelemahan yaitu nilai R square akan meningkat
setiap ada penambahan satu variabel independen meskipun variabel independen tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Tabel 4.9 Hasil analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
a. Predictors: Constant, LN_AKP, LN_AKO, LN_AKI, LN_LA b. Dependent Variable: LN_HS
Sumber : Data yang diolah penulis, 2011
Pada model summary, nilai koefisien korelasi R sebesar 0,827 yang berarti bahwa korelasi atau hubungan antara harga saham LN_HS dengan
variabel independennya LN_LA, LN_AKO, LN_AKI dan LN_AKP kuat karena berada diatas 0,5. Angka adjusted R square atau koefisien determinasi
adalah 0,663. Hal ini berarti 66,3 variasi atau perubahan dalam harga saham dapat dijelaskan oleh variasi dari laba akuntansi, arus kas dari aktivitas
operasi, arus kas dari aktivitas investasi dan arus kas dari aktivitas pendanaan, sedangkan sisanya 33,7 dijelaskan oleh variabel-variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam persamaan. Standar Error of Estimate SEE
Model
R R
Square Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics Durbin-
Watson R Square
Change F change df1
df2 Sig.F
change 1
.827
a
.684 .663
.93763 .684
32.989 4
61 .000
2.073
160 adalah 0,93763, yang mana semakin besar SEE akan membuat model regresi
kurang tepat dalam memprediksi variabel dependen.
c. Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui apakah variabel independen dalam model regresi berpengaruh terhadap variabel dependen, maka dilakukan pengujian dengan
menggunakan uji t t test dan uji F F test.
1 Uji t t Test
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel independennya. Berdasarkan hasil pengolahan SPSS versi 16,
diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.10 Hasil Uji t
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity Statistics
B Std.
Error Beta
Tolerance VIF
1 Constant
.093 1.519
.061 .952
LN_LA .370
.068 .512
5.419 .000
.580 1.723
LN_AKO .343
.093 .346
3.698 .000
.591 1.691
LN_AKI .354
.324 .080
1.092 .279
.975 1.025
LN_AKP .397
.149 .198
2.660 .010
.933 1.072
a. Dependent Variable : LN_HS
Sumber : Data yang diolah penulis, 2011
161 Dari tabel regresi dapat dilihat besarnya t
hitung
untuk variabel laba akuntansi sebesar 5,419 dengan nilai signifikan 0,000, sedangkan t
tabel
adalah 1,99962, sehingga t
hitung
t
tabel
5,419 1,99962 maka laba akuntansi secara individual mempengaruhi harga saham. Signifikansi
penelitian juga menunjukkan angka 0,05 0,000 0,05, maka H ditolak dan H
a
diterima, artinya laba akuntansi berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham. T
hitung
untuk variabel arus kas dari aktivitas operasi sebesar 3,698 dengan nilai signifikan 0,000, sedangkan t tabel
adalah 1,99962, sehingga t
hitung
t
tabel
3,698 1,99962, maka arus kas dari aktivitas operasi secara individual mempengaruhi harga saham.
Signifikansi penelitian juga menunjukkan angka 0,05 0,00 0,05, maka H
ditolak dan H
a
diterima, artinya arus kas dari aktivitas operasi berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham.
T
hitung
untuk variabel arus kas dari aktivitas investasi sebesar 1,092 sedangkan t
tabel
adalah 1,99962, sehingga t
hitung
t
tabel
1,092 1,99962, maka arus kas dari aktivitas investasi tidak berpengaruh terhadap harga
saham secara individual. Signifikansi 0,279 menyimpulkan bahwa sig penelitian 0,05 0,279 0,05, maka H
diterima dan H
a
Tabel diatas juga menunjukkan besarnya t ditolak,
artinya arus kas investasi tidak berpengaruh terhadap harga saham.
hitung
untuk variabel arus kas dari aktivitas pendanaan sebesar 2,660 sedangkan t
tabel
adalah 1,99962, sehingga t
hitung
t
tabel
2,660 1,99962, maka arus kas dari aktivitas
162 pendanaan secara individual mempengaruhi harga saham. Signifikansi
0,01 menyimpulkan bahwa sig penelitian 0,05 0,01 0,05, maka H ditolak dan H
a
2 Uji F F Test
diterima, artinya arus kas dari aktivitas pendanaan berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham.
Untuk melihat pengaruh laba akuntansi, arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi dan arus kas dari aktivitas pendanaan
terhadap harga saham secara simultan dapat dihitung dengan menggunakan F test. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program
SPSS 18, maka diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.11 Hasil uji F
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression
116.008 4
29.002 32.989
.000
a
Residual 53.628
61 .879
Total 169.636
65 a. Predictors: Constant, LN_AKP, LN_AKO, LN_AKI, LN_LA
b. Dependent Variable: LN_HS
Dari uji ANOVA atau F test, diperoleh F
hitung
sebesar 32,989 dengan tingkat signifikansi 0,000, sedangkan F
tabel
sebesar 2,52 dengan signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
laba akuntansi, arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas
163 investasi dan arus kas dari aktivitas pendanaan berpengaruh secara
simultan dan signifikan terhadap harga saham karena F
hitung
F
tabel
32,989 2,52 dan sig penelitian 0,05 0,000 0,05.
C. Pembahasan Hasil Penelitian