PENGARUH KOMPONEN ARUS KAS DAN LABA AKUNTANSI TERHADAP HARGA SAHAM PADA LQ-45 YANG TERDAFTAR DI PT. BEI (BURSA EFEK INDONESIA).

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Diajukan Oleh :

DIMAS FATCHURROHMAN RIJALI WICAKSONO 0713010166/FE/EA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

Disusun Oleh :

DIMAS FATCHURROHMAN RIJALI WICAKSONO 0713010166 / FE / EA

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh

Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Pada Tanggal : 09 Desember 2011

Pembimbing : Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Prof. DR. H. Soeparlan Pranoto. MM. AK Prof. DR. H. Soeparlan Pranoto. MM. AK

Sekretaris

Dra. Ec. Sari Andayani, MAks

Anggota

Rina Mustika, SE. MM

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM NIP. 030 202 389


(3)

dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul : “PENGARUH KOMPONEN ARUS KAS DAN LABA

AKUNTANSI TERHADAP HARGA SAHAM PADA LQ 45 YANG TERDAFTAR DI PT. BEI (BURSA EFEK INDONESIA) “.

Penyususun skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan serta saran – saran dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr H. R. Teguh Soedarto MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, SE, MM selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Rahman Amrullah Suwaidi, MS selaku Wakil Dekan

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi selaku Kaprogdi Fakultas Ekonomi

Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “veteran” Jawa Timur.


(4)

6. Ibu Anik Yuliati selaku dosen wali yang telah memberi nasihat selama ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staff Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa timur, khususnya program studi Akuntansi yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat selama ini.

8. Bapak dan ibu, kakak-kakak, keponakan saya dan seluruh keluarga

besar yang telah memberikan doa dan dukungan baik secara moril maupun materiil selama ini.

9. Yustiadi dan Citra Shinta Anggraini selaku teman dan orang terdekat

saya yang telah memberikan dukungan selama ini

10. Seluruh pihak atau pribadi yang telah membantu dalam penyusunan

skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan di masa mendatang. Besar harapan, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, Desember 2011


(5)

Dimas Fatchurrohman Rijali Wicaksono 0713010166

Abstraksi

Pasar modal adalah tempat perusahaan mencari dana segar untuk meningatkan kegiatan bisnis sehingga dapat mencetak lebih banyak keuntungan. Pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi perekonomian negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari investor. Kedua, pasar modal menjadi sarana bagi investor untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Berdasarkan uraian di atas, akan dikaji pengaruh dari arus kas aktivitas operasi, arus kas aktivitas investasi, arus kas aktivitas pendanaan, dan laba akuntansi pada LQ 45 yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.

Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan pada indeks LQ 45 yang terdaftar di BEI per 31 Desember yang telah

diaudit selama tahun 2006-2010 dan data harga saham penutupan (closing price)

tiap-tiap perusahaan per 31 Desember. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial arus kas aktivitas operasi, arus kas aktivitas investasi, arus kas aktivitas pendanaan, dan laba akuntansi tidak memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham pada LQ 45 yang terdaftar pada BEI.


(6)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 9

2.2. Landasan Teori ... 11

2.2.1. Laporan Keuangan ... 11

2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 11

2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan ... 14


(7)

2.2.3.3. Klasifikasi Arus Kas... 22

2.2.3.3.1. Arus Kas Aktivitas Operasi ... 24

2.2.3.3.2. Arus Kas Aktivitas Investasi ... 25

2.2.3.3.3. Arus Kas Aktivitas Pendanaan ... 26

2.2.4. Harga Saham ... 27

2.2.5. Kerangka Pikir ... 29

2.2.5.1. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Operasi Terhadap Harga Saham ... 29

2.2.5.2. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Investasi Terhadap Harga Saham ... 30

2.2.5.3. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Pendanaan Terhadap Harga Saham ... 32

2.2.5.4. Pengaruh Laba Akuntansi Terhadap Harga Saham 33 2.3.Hipotesis ... 36

BAB III : METODE PENELITIAN ... 37

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 37

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 39

3.2.1. Populasi ... 39


(8)

3.4. Uji Kualitas Data ... 44

3.4.1. Uji Normalitas ... 44

3.4.2. Uji Asumsi Klasik ... 45

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 48

3.5.1. Teknik Analisis ... 48

3.5.2. Pengujian Hipotesis... 49

3.5.2.1. Uji F... 49

3.5.2.2. Uji t ... 50

BAB IV : METODE PENELITIAN ... 51

4.1. Deskripsi Objek Penelitian... 51

4.1.1. PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 51

4.1.2. PT. Bumi Resources (BUMI) ... 53

4.1.3. PT. United Tractors Tbk (UNTR) ... 54

4.1.4. PT. Indosat Tbk (ISAT)... 55

4.1.5. PT. Astra International Tbk (ASII)... 56

4.1.6. PT. Gudang Garam Tbk (GGRM) ... 57

4.1.7. PT. Unilever Indonesia, Tbk (UNVR)... 58

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 59


(9)

4.2.5. Variabel Harga Saham (Y) ... 65

4.3. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda... 66

4.3.1. Hasil Uji Normalitas ... 66

4.3.2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 69

4.3.2.1. Hasil Uji Multikolinearitas ... 69

4.3.2.2. Hasil Uji Heterokedastisitas ... 69

4.3.2.3. Hasil Uji Autokorelasi... 70

4.3.3. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 71

4.3.4. Uji F dan Nilai Koefisien Determinasi ... 73

4.3.5. Uji t ... 74

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 76

4.4.1. Implikasi Hasil Penelitian... 76

4.4.2. Perbedaan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu... 79

4.4.3. Keterbatasan Penelitian ... 80

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

5.1. Kesimpulan ... 82


(10)

4.1. Data Arus Kas Operasi tahun 2006-2010... 59

4.2. Data Arus Kas Investasi tahun 2006-2010 ... 61

4.3. Data Arus Kas Pendanaan tahun 2006-2010... 62

4.4. Data Laba Akuntansi tahun 2006-2010 ... 64

4.5. Data Harga Saham tahun 2006-2010 ... 65

4.6. Hasil Uji Normalitas Sebelum Outlier ... 66

4.7. Hasil Uji Outlier ... 63

4.8. Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier ... 68

4.9. Hasil Uji Multikolinieritas ... 69

4.10. Hasil Uji Heterokedastisitas ... 70

4.11. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 71

4.12. Hasil Uji F ... 73

4.13. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi ... 74

4.14. Hasil Uji t ... 74


(11)

(12)

Lampiran 2. : Output Normalitas dan Uji Outlier

Lampiran 3. : Nilai Zscore

Lampiran 4. : Input Regresi Linier Berganda

Lampiran 5. : Output Regresi Linier Berganda

Lampiran 5.A : Regression

Lampiran 5.B : Nonparametric Correlation


(13)

Perkembangan kondisi perekonomian global yang semakin pesat merupakan suatu tantangan sekaligus peluang bagi perusahaan untuk selalu melakukan penyesuaian terutama dalam hal kebijakan agar perusahaan dapat menjawab tantangan dan peluang tersebut, salah satu kebijakan tersebut yaitu berkaitan dengan masalah pendanaan. Pendanaan digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kegiatan baik yang bersifat operasional maupun non operasional, pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dapat berasal dari dalam perusahaan (modal sendiri) maupun luar perusahaan (modal asing) (Tarigan dan Siregar: 2009).

Salah satu alternatif bagi perusahaan untuk memperoleh sumber pendanaan adalah pasar modal, bagi investor pasar modal merupakan sarana untuk berinvestasi atau menanamkan modalnya, tujuan investasi tersebut adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang. Seseorang akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang dimasa yang akan datang.

Indikator penting dalam mempelajari tingkah laku pasar bagi investor adalah dengan melihat perkembangan harga saham, harga saham merupakan


(14)

indikator keberhasilan pengelola perusahaan dimana kekuatan pasar ditunjukkan dengan transaksi perdagangan pada hasil pengamatan para investor terhadap prestasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Perusahaan yang prestasinya semakin baik dalam menghasilkan keuntungan akan meningkatkan permintaan saham sehingga harganya akan mengalami peningkatan. Perusahaan yang prestasinya semakin buruk maka akan menurunkan harga saham yang bersangkutan, sehingga dapat disimpulkan bahwa harga pasar saham merupakan ukuran indeks prestasi perusahaan, yang seberapa jauh manajemen telah berhasil mengelola perusahaan.

Mengelola perusahaan yang baik dapat dibuktikan dengan bukti empiris mengenai pengaruh arus kas aktivitas operasi, arus kas aktivitas investasi, arus kas aktivitas pendanaan dan Laba Akuntansi seperti yang telah tercantum dalam PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No.2 tentang laporan aliran kas dan laba akuntansi dengan harga saham. Bentuk tindakan lain dalam pengungkapan laporan keuangan adalah dengan melaporkan aliran kas. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI 1994) mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.2 tentang perusahaan yang harus memasukkan laporan aliran kas sebagai bagian tidak terpisahkan dari pelaporan keuangan.

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang yang paling murah dan mudah didapat dibandingkan informasi lainnya. Informasi laporan keuangan sudah cukup menggambarkan perkembangan perusahaan dan berbagai hal yang telah dicapainya (Tandelilin, 2001 : 233).


(15)

Tujuan laporan keuangan di Indonesia dalam Pernyataan Standart Akuntansi Indonesia (PSAK) paragraf 12 (IAI,2009) yaitu menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar penggunaan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Salah satu kualitas informasi keuangan

adalah predict value, yaitu kemampuan informasi keuangan untuk meningkatkan

keyakinan atas prediksi masa depan (SFAC No.2) jadi kemampuan prediktif sangat berpengaruh terhadap kualitas informasi yang ada dan untuk memenuhi

syarat informasi yang relevan informasi haruslah memiliki predict value.

Beberapa laporan keuangan yang penting bagi calon investor dapat mengetahui bagaimana kondisi perusahaan, laporan keuangan yang penting bagi calon investor diantaranya adalah laporan keuangan laba rugi dan laporan arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan. Laporan laba rugi calon investor memperoleh gambaran mengenai kemampuan perusahaan dalam memberikan pengembalian atas investasi yang dilakukan oleh investor sejak jumlah dana yang sudah digunakannya (Swardjono, 2005:459). Laporan arus kas operasi memberikan informasi pada calon invetor mengenai apakah dari kegiatan bisnisnya perusahaan dapat mengucurkan arus kas yang ukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber pendapatan dari luar (Simamora, 2002: 182).


(16)

Pelaporan keuangan arus kas merupakan salah satu sumber informasi keuangan yang lebih lengkap dan berguna bagi pemakai untuk melakukan analisis secara mendalam sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan menghasilkan kas dan setara kas, memprediksi kegagalan, pemberian pinjaman, penaksiran resiko, manfaat investasi dan informasi tambahan relevan lainnya (Soesetio: 2005)

Laporan arus kas juga menyediakan informasi mengenai penerimaan dan pembayaran selama periode tertentu, untuk mengetahui informasi tersebut, laporan arus kas melaporkan: (1) kas yang mempengaruh operasi selama satu periode, (2) transaksi investasi perusahaan, (3) transaksi pembiayaan dan (4) kenaikan atau penurunan bersih dalam kas selama satu periode, dalam penyajianya, laporan arus kas terbagi menjadi tiga yaitu arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi arus kas dari aktivitas pendanaan. Sala satu dari aktivitas pendanaan berguna untuk penerimaan kas dari emisi saham atau instrument modal lainnya (Weygant, 1995 :237).

Penelitian mengenai aliran kas di Indonesia dilakukan oleh Suadi (1998) dalam penelitianya menunjukkan bahwa laporan aliran kas mempunyai hubungan dengan jumlah pembayaran dividen yang terjadi dalam satu tahun setelah terbitnya laporan aliran kas, hal ini menunjukkan bahwa laporan aliran kas mempunyai kandungan informasi dan bermanfaat bagi investor. Triyono dan Jogianto (2000) dalam penelitiannya memperoleh kesimpulan bahwa pembedaan komponen aliran kas (aliran kas operasi, investasi dan pendanaan) seperti yang diisyaratkan dalam PSAK


(17)

(Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No.2 mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap return sekuritas. Baridwan (1997), yang menguji hubungan informasi dalam laporan rugi laba dengan jumlah aliran kas yang diukur dengan pendekatan tidak langsung. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara laba dengan aliran kas dan pengungkapan informasi aliran kas memberikan nilai tambah bagi pemakai laporan keuangan.

Peneliti dalam penelitian ingin memilih perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian, pemilihan perusahaan LQ45 dikarenakan perusahaan ini mempunyai kinerja keuangan dan prospek perusahaan yang bagus serta saham-saham yang menjadi anggota indeks LQ45 adalah saham pilihan, selain memiliki kapitalisasi pasar besar yang masuk 45 saham tertinggi saham-saham tersebut merupakan saham yang paling liquid dan merupakan sorotan bagi para investor (www.kontanonline.com) 10/02/2011.

Berikut ini adalah grafik data untuk nilai harga saham salah satu perusahaan yang terdaftar dari indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2011


(18)

Gambar 1.1.

Grafik BUMI selama periode 2007 - 2011

Bedasarkan data grafik perusahaan PT.BUMI RESOURCES Tbk di atas dapat kita simpulkan bahwa saham mengalami fluktuasi yang cukup signifikan dan akhirnya pada tahun 2011 saham cenderung meningkat

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti melakukan suatu

penelitian yang berjudul ” Pengaruh Komponen Arus Kas dan Laba

Akuntansi Terhadap Harga Saham Pada LQ45 Yang Terdaftar di PT. BEI (Bursa Efek Indonesia) ”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :


(19)

”Apakah komponen laporan arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan dan laba akuntansi berpengaruh secara positif terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? ”

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : ” Untuk menguji dan membuktikan pengaruh kandungan informasi arus kas

operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan dan laba akuntansi berpengaruh

secara positif terhadap harga saham pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1.4. Manfaat Penelitian

Peneliti ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat dan sumbangan kepada perusahaan yang bersangkutan, dunia keilmuan dan pengetahuan maupun informasi bagi individu sebagai berikut :

1. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan perusahaan untuk lebih memperhatikan komponen arus kas dan laba akuntansi dalam menduga harga saham terhadap perusahaan yang terdapat pada indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia.


(20)

2. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai referensi dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan topik tentang pengaruh komponen arus kas dan laba akuntansi dalam menduga harga saham pada perusahaan yang terdapat pada indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia.

3. Bagi Peneliti

Peneliti lebih memahami dan dapat memberikan manfaat tambahan khususnya mengenai analisis pengaruh kandungan informasi arus kas dan laba akuntansi dalam menduga harga saham pada perusahaan yang terdapat pada indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia serta mengaplikasikan teori-teori yang telah diperoleh.


(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian terdahulu yang

sejenis, landasan teori tentang arus kas aktivitas operasi, arus kas aktivitas investasi, arus kas aktivitas pendanaan, dan laba akuntansi terhadap harga saham pada perusahaan otomotif di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Untuk mendukung penelitian ini, telah dipelajari penelitian terdahulu yang sejenis dan masih ada kaitan dengan penelitian ini. Berikut ini akan dijelaskan secara singkat mengenai hasil penelitian terdahulu tersebut antara lain :

Penelitian lainya dilakukan oleh Soesetio (2005) dengan judul Analisis Tambahan Kandungan Informasi Laporan Arus Kas. Penelitian ini mengambil sampel perusahaan yang tergabung dalam LQ45 yang tidak mengalami pergeseran selama tahun 1997-2000. Model analisis menggunakan regresi linier, uji t dan uji F. Penelitian ini berkesimpulan bahwa komponen total arus kas dari aktivitas investasi, total arus kas dari aktivitas pendanaan serta perubahan total arus kas secara signifikan memiliki kandungan informasi, dengan kata lain informasi tersebut menjadi referensi investor untuk memutuskan membeli, menahan atau menjual saham.


(22)

Suwito (2008) denga judul Pengaruh Kandungan Informasi Arus Kas dan Laba Akuntansi Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif Yang Go Publik Di BEI. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI periode 2000-2005. Model analisis ini menggunakan analisis regresi linier, Uji F dan Uji t. Penelitian ini berkesimpulan bahwa variabel yang mempengaruhi harga saham pada perusahaan otomotif hanya arus kas investasi dan laba akuntansi karena kedua variabel tersebut lebih mencerminkan besarnya pengeluaran perusahaan untuk kepentingan investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang, serta nilai laba akuntansi yang merupakan laba sebelum pajak lebih menunjukan baik tidaknya pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang khususnya perusahaan otomotif.

Berdasarkan penelitian terdahulu diatas, terdapat persamaan dengan penelitian yang dilakukan sekarang ini. persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang sama-sama menggunakan harga saham sebagai variabel terikat, alat uji hipotesis yang digunakan (uji F) dan (uji t) serta menggunakan sampel penelitian perusahaan yang masih aktif dalam perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia.


(23)

2.2. Kajian Teori

2.2.1. Laporan Keuangan

2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut SFAC No.1 (FASB, 1978), laporan keuangan merupakan ”central feature of financial reporting” yang berfungsi untuk “communicating accounting information yo yhose outside an enterprise”. Item-item yang diakui dalam laporan keuangan merupakan representasi dari sumber daya atau aset suatu entitas, klaim terhadap sumber daya atau aset-aset tersebut (kewajiban dan ekuitas pemilik), dan pengaruh transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa lain serta kejadian yang mengakibatkan perubahan dalam sumber daya atau klaim terhadap sumber daya tersebut (Lako, 2006:49).

Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 07 (IAI, 2004) adalah :

”Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau lapoan arus dana), catatan dan laporan lain, serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”.


(24)

Laporan keuangan yang lengkap menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2004) terdiri dari beberapa unsur berikut ini :

1. Neraca

Neraca adalah daftar seluruh aktiva, kewajiban, ekuitas pemilik dari suatu entitas pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada saat akhir bulan dan akhir tahun

2. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan dan pengeluaran atas beban dari suatu entitas dalam suatu jangka waktu tertentu, misalnya dalam satu bulan atau satu tahun.

3. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas menyajikan ikhtisar dari perubahan ekutias yangterjadi dalam ekuitas pemilik dari entitas dalam jangka waktu tertentu, misalnya satu tahun atau satu bulan.

4. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas memperlihatkan arus kas masuk, yaitu penerimaan, dan arus kas keluar dari sebuah entitas pada periode tertentu, sehingga laporan arus kas harus menyajikan informasi tentang dampak kas dari aktivitas operasi, investasi, pendanaan perusahaan selama masa periode akuntansi.

5. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap posisi dalam neraca laporan laba rugi, dan laporan arus kas harus


(25)

berkaitan dengan informasi yang terdapat didalam catatan atas laporan keuangan.

Menurut Statement of Financial Accounting Concept No.1, laporan

keuangan merupakan sosok kunci dalam suatu pelaporan keuangan. Laporan keuangan ini merupakan sarana utama untuk mengkomunikasikan informasi-informasi akuntansi kepada orang-orang yang berada di luar perusahaan. Laporan keuangan bukanlah akhir atau tujuan dari pelaporan keuangan itu sendiri namun laporan keuangan dimaksudkan menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi keputusan ekonomi dan bisnis.

Penggunaan informasi keuangan melalui laporan keuangan oleh pihak luar (outsiders) yaitu untuk membuat keputusan investasi dalam menempatkan sumber daya yang akan diinvestasikan, dan juga upaya untuk memutuskan pemberian kredit oleh kreditur. Untuk kepentingan tersebut, laporan

keuangan dirancang guna mengetahui kemampuan atas solvency dan

provitability perusahaan (Parawiyati, dkk., 2000).

Laporan keuangan sebagai hasil akhir dari proses akuntansi memang dirancang untuk menyediakan kebutuhan informasi bagi calon investor, kreditur, dan pemakai eksternal lainnya untuk pengambilan keputusan investasi, kredit, dan pengambilan keputusan lainnya (Hastuti dan Bambang S, 1998).


(26)

2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan

Financial Accounting Standards Beard (FASB) menyatakan bahwa tujuan

laporan keuangan perusahaan bisnis adalah menyediakan informasi keuangan bagi para investor, kreditur, dan lainnya serta untuk menaksir jumlah, waktu,

dan ketidakpastian prospektif net cash inflows pada perusahaan-perusahaan lain

yang berhubungan (Syarif, 2002).

Menurut Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia (IAI, 2004), tujuan laporan keuangan yaitu untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, dan arus kas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi serta menunjukkan

pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber daya

yang dipercayakan kepada mereka. Tujuan tersebut bisa tercapai jika suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi : aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, dan arus kas.

Tujuan laporan keuangan menurut Belkouli (2006:212) adalah sebagai berikut:

1. Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan

sesuai prinsip akuntansi yang berterima umum, posisi keuangan, hasil operasi dan perubahan lain dalam posisi keuangan.


(27)

a. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang sumber daya ekonomi dan kewajiban suatu usaha bisnis dengan tujuan untuk:

i. Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan perusahaan.

ii. Menunjukkan pendanaan dan investasi.

iii. Mengevaluasi kemampuan perusahaan melalui komitmen.

iv. Menunjukkan basis sumber daya untuk pertumbuhan.

b. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang perubahan

sumber daya bersih sebagai hasil dari aktivitas-aktivitas perusahaan yang menghasilkan profit dengan tujuan untuk :

i. Menunjukkan tingkat kembalian deviden harapan bagi

investor.

ii. Menunjukkan kemampuan operasi untuk membayar

kreditor dan pemasok, menyediakan pekerjaan bagi karyawan, membayar pajak dan menghasilkan dana untuk ekspansi.

iii. Menyediakan informasi bagi manajemen untuk

perencanaan dan pengendalian.

iv. Menunjukkan profitabilitas jangka panjang.

c. Menyediakan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk

mengestimasi earnings potensial perusahaan.

d. Menyediakan informasi lain yang dibutuhkan tentang perubahan


(28)

e. Mengungkapkan informasi lain yang relevan dengan kebutuhan pemakai.

3. Tujuan kualitatif laporan keuangan adalah sebagai berikut:

a. Relevan, memilih informasi yang paling mungkin untuk membantu

pemakai dalam pembuatan keputusan ekonomi.

b. Dapat dipahami, selain harus jelas informasi yang dipilih, juga

harus dapat dipahami pemakai.

c. Dapat diuji kebenarannya, hasil-hasil akuntansi dibenarkan oleh

ukuran-ukuran yang independen, menggunakan metode pengukuran yang sama

d. Netral, informasi akuntansi diarahkan pada kebutuhan umum

pemakai dan bukan kebutuhan khusus pemakai tertentu.

e. Tepat waktu, berarti mengkomunikasikan infromasi seawal

mungkin untuk menghondari keterlambatan pembuatan keputusan ekonomi.

f. Dapat diperbandingkan, perbedaan-perbedaan seharusnya tidak

mengakibatkan akuntansi yang berbeda.

g. Kelengkapan, semua informasi yang memenuhi persyaratan


(29)

2.2.2. Laba Akuntansi

Laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara realisasi laba yang tumbuh dari transaksi-transaksi selama periode berlangsung dan biaya-biaya historis yang berhubungan (Belkaoui, 2000:388). Berdasarkan definisi tersebut, Belkaoui (2000:388-389) menyatakan bahwa laba akuntansi memiliki lima karakteristik, yaitu :

1. Didasarkan pada actual trasaction terutama yang berasal dari penjualan

barang dan jasa

2. Didasarkan pada period postulate dan mengacu pada kinerja perusahaan

selama satu periode tertentu

3. Didasarkan pada revenue principle yang perlu pemahaman khusus tentang

definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan (realization priciple)

4. Laba akuntansi membutuhkan pengukuran beban-beban dari segi biaya historisnya

5 Diperlukan juga konsep penandingan (matching principle) antara

pendapatan dengan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut.

Laba akuntansi merupakan salah satu indikator kinerja perusahaan yang mendapat perhatian lebih dari pihal-pihak yang berkepentingan SFAC No. 1 menyatakan bahwa laba akuntansi adalah alat ukur yang baik untuk mengukur kinerja perusahaan dan bahwa laba akuntansi bisa digunakan untuk meramalkan


(30)

aliran kas perusahaan (Hendriksen dan Van Breda dalam Febrianto dan Widiastuty, 2005).

Dapat dikatakan bahwa laba akuntansi relevan untuk membantu dalam pengambilan keputusan yang dibuat oleh investor. Namun, Bedford (dalam Febrianto dan Widiastuty, 2005) menyatakan bahwa pembaca laporan keuangan harus menyadari bahwa makna laba akuntansi hanya bisa dimengerti dengan jalan memahami bagaimana angka laba tersebut bisa dihasilkan atau diukur.

2.2.3. Arus Kas

Menurut PSAK No. 2 (IAI, 2004:2.2), arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Informasi mengenai arus kas dapat ditemukan dalam laporan arus kas. SFAC No. 1 (FASB, 1978) menyatakan bahwa

information about cash flows or other funds flows may be useful in

understanding the operation of an enterprise, evaluating its financing activities, assessing its liquidity or solvency, or interpreting earning information

provided”. Arus kas yang sehat begitu vital karena perusahaan dalam

menjalankan aktivitasnya membutuhkan kas, dengan demikian, informasi arus kas memiliki peran yang sangat penting.

Laporan arus kas mulai diwajibkan pelaporannya pada tahun 1987 melalui SFAS No.95 (Dahler dan Febrianto, 2006). Di Indonesia, kewajiban untuk melaporkan arus kas dimulai pada tahun 1994 dengan adanya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 (IAI, 2004:2.1) yang menyatakan


(31)

perusahaan harus menyusun laporan arus kas dan menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan.

Perkembangan mengenai aliran kas di Indonesia ditandai dengan dikeluarkannya Standar Akuntansi Keuangan (SAK) pada tanggal 7 September 1994 oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari 1995. PSAK No. 2 (IAI, 2004:2.3) tentang laporan aliran kas paragraf 10, yaitu perusahaan menyajikan aliran kas dari aktivitas oeprasi, investasi, dan pendanaan dengan cara yang paling sesuai dengan bisnis perusahaan tersebut.

Laporan arus kas (cash flow statement) adalah laporan keuangan yang

memperlihatkan pengaruh dari aktivitas-aktivitas operasi, pendanaan, dan investasi perusahaan terhadap arus kas selama periode akuntansi tertentu dalam suatu cara yang merekonsiliasi saldo awal ke akhir kas (Simamora, 2000:488). Melalui laporan arus kas, pengguna laporan keuangan perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian diperolehnya dalam rangka proses pengambilan keputusan ekonomi. Informasi laporan arus kas merupakan bagian dari laporan keuangan yang sangat bermanfaat terutama untuk membantu para investor dalam mengambil keputusan. Secara teoritis, setelah IAI pada PSAK No. 2 mengenai laporan arus kas diberlakukan, maka seluruh informasi keuangan di perusahaan semakin mudah diketahui oleh investor, oleh sebab itu hal ini akan berdampak pada reaksi investor dalam menanggapi informasi tersebut (Syarif, 2002)


(32)

2.2.3.1. Tujuan Laporan Arus Kas

Menurut Simamora (2000:488) tujuan utama laporan arus kas adalah

menyediakan informasi tentang penerimaan-penerimaan kas (cash receipts) dan

pembayaran-pembayaran (cash payments) dari suatu entitas selama suatu

periode tertentu. Selain tujuan utama, Simamora (2000:448) juga menyatakan bahwa laporan arus kas bertujuan untuk memaparkan informasi tentang kegiatan-kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan dari suatu entitas selama periode tertentu.

Selain itu, PSAK No. 2 (IAI, 2004:2.1) mengemukakan bahwa laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (likuiditas dan solvabilitas), dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahaan keadaan dan peluang.

2.2.3.2. Manfaat Laporan Arus Kas

Laporan arus kas bermanfaat bagi dua pihak. Pertama, pihak internal yaitu bagi manajemen. Kedua, pihak eksternal yaitu investor. Informasi tentang arus kas bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas juga menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut.

Parawiyati, Hastuti, dan Subiantoro (1999) menyatakan bahwa manfaat utama penyajian arus kas ada dua. Pertama, membantu investor memprediksi


(33)

kas yang mungkin didistribusikan dalam bentuk dividen di masa datang atau bunga serta dalam bentuk distribusi likuidasi atau pembayaran kembali kepada

prinsipal. Kedua, membantu penilaian risiko variabilitas return masa datang,

oleh karena itu, data arus kas memberikan informasi dasar dalam penilaian harga pasar sekuritas.

Informasi dalam laporan arus kas menurut Simamora (2000:489) akan membantu para pemakai laporan keuangan dalam menilai aspek dari posisi keuangan perusahaan yaitu kemampuan entitas untuk menghasilkan arus kas di masa depan, kemampuan entitas untuk membagikan dividen dan memenuhi kewajibannya, sebab-sebab perbedaan antara pendapatan bersih dan akas bersih yang dipakai oleh kegiatan-kegiatan operasi, serta transaksi-transaksi pendanaan dan investasi kas selama periode tertentu.

Manfaat laporan arus kas ini telah dibuktikan oleh beberapa peneliti, salah

satunya Bowen et al (1986). Penelitian Bowen et al (1986) menyatakan bahwa

data arus kas mempunyai manfaat dalam beberapa konteks keputusan, seperti :

1. Memprediksi kesulitan keuangan.

2. Menilai risiko, ukuran, dan waktu keputusan pinjaman.

3. Memprediksi peringkat (rating) kredit.

4. Menilai perusahaan.

5. Memberikan informasi tambahan pada pasar modal

Beberapa literatur menganggap bahwa data arus kas merupakan indikator keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan laba akuntansi karena laporan


(34)

arus kas relatif lebih mudah diintrepretasikan dan relatif lebih sulit untuk dimanipulasi (Meythi, 2006)

2.2.3.3. Klasifikasi Arus Kas

The Statement of Financial Accounting Standards No. 95 (SFAS No. 95)

menginginkan informasi arus kas diklasifikasikan ke dalam tiga kegiatan, yaitu arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan (Syarif, 2002). Klasifikasi menurut aktivitas tersebut akan memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk menilai pengaruh aktivitas tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan serta terhadap jumlah kas dan setara kas (Simamora, 2000:490). Informasi tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan di antara ketiga aktivitas tersebut (IAI, 2004:2.3), dengan demikian, komponen arus kas dapat memberikan informasi yang berarti bagi investor untuk menilai kinerja perusahaan.

Menurut Kieso et al. (2004:1206), klasifikasi tipe cash inflows dan cash

outflows berdasarkan tiga aktivitas yaitu aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan seperti diilustrasikan pada tabel 2.1. Aktivitas operasi berhubungan

dengan Income statement items, aktivitas investasi berhubungan dengan

generally long-term asset items, dan aktivitas pendanaan berhubungan dengan


(35)

Tabel 2.1.

Klasifikasi Tipe Cash Inflows dan Cash Outflows Operating

Cash Inflows From sales of goods or services

From retruns on loans (intereset) and on equity securities (dividends)

Cash Outflows To Suppliers for inventory To employees for services To Government for taxes To others for expenses Investing

Cash Inflows From sale of property, plant, and equipment

From sale of debt or equity securities of other entities From collection of principal loans to other entities Cash Outflows To purchase property, plant, and equipment

To purchase debt or equity securities of other entities To make loans to other entities

Financing

Cash Inflows From sale of equity securities

From issuance of debt (bonds and notes) Cash Outflows To stockholders as dividends

To redeem long-term debt or reacquire capital stock

Sumber : Kieso, Weygandt and Warfield. 2004. Intermediate Accounting. Eleventh


(36)

2.2.3.3.1 Arus Kas Aktivitas Operasi

Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan (IAI, 2004:2.2). Umumnya arus kas aktivitas operasi berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih (Daniati dan Suhairi, 2006).

Menurut Parawiyatim Hastuti, dan Subiantoro (1999), arus kas dari aktivitas operasi menjadi perhatian, karena dalam jangka panjang unutk kelangsungan hidupnya suatu bisnis harus menghasilkan arus kas bersih yang positif dari aktivitas operasi. Jumlah arus kas dari aktivitas operasi merupakan indikator untuk menentukan apakah arus kas yang dihasilkan dari aktivitas cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar (Parawiyati, Hastuti, dan Subiantoro, 1999)

Menurut PSAK No.2 (IAI, 2004:2.4), beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas operasi adalah a) penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa; b) penerimaan kas dari royalty, fees, komisi, dan pendapatan lain; c) pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa; d) pembayaran kas kepada karyawan; e) penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi, klaim, anuitas, dan manfaat asuransi lainnya, f) pembayaran kas atau penerimaan kembali pajak penghasilan kecuali jika dapat diidentifikasi secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan


(37)

investasi; g) penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi usaha dan perdagangan.

2.2.3.3.2. Arus Kas Aktivitas Investasi

Aktivitas investasi adalah aktivitas ayng menyangkut perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang (aktiva tidak lancar) serta investasi lain yang tidak termasuk dalam setara kas ( IAI, 2004:2.2). Arus kas ini mencakup aktivitas meminjamkan uang dan mengumpulkan piutang tersebut serta memperoleh dan menjual investasi dan aktiva jangka panjang produktif (Daniati dan Subairi, 2006).

Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan, sebab arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas di masa depan (IAI, 2004:2.4). Informasi dalam aktivitas investasi membantu para pengambil keputusan untuk memahami apa yang sudah dilakukan oleh perusahaan. Secara umum, kenaikan investasi memungkinkan timbulnya aliran kas masa depan yang lebih tinggi apabila kinerja perusahaan baik. Namun, apabila kinerja perusahaan rendah, investasi mengangkat menyebabkan kenaikan risiko investasi yang berakibat pada penurunan aliran kas masa depan.

Menurut PSAK No. 2 (IAI, 2004:2.5), beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah a) pembayaran kas untuk membeli aktiva


(38)

tetap, aktiva tidak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain; b) penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan, dan peralatan, aktiva tidak berwujud, dan aktiva jangka panjang lain; c) perolehan saham atau instrument keuangan perusahaan lain; d) uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan); e) pembayaran

kas sehubungan dengan future contracts, forward contracts, option contracts,

dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan perdagangan atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.

2.2.3.3.3. Arus Kas Aktivitas Pendanaan

PSAK No. 2 (IAI, 2004:2.2) menyatakan bahwa aktivitas pendanaan (financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Arus kas aktivitas pendanaan berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan (Daniati dan Subairi, 2006). Dengan demikian, pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu dilakukan (IAI, 2004:2.5).

Menurut PSAK No. 2 (IAI, 2004:2.5), beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah a) penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya; b) pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menebus saham perusahaan; c) penerimaan kas dari emisi


(39)

obligasi, pinjaman, wesel, hipotik, dan pinjaman lainnya; d) pelunasan

pinjaman; e) pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (leasing) untuk

mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna usaha pembiayaan.

2.2.4. Harga Saham

Secara sederhana, saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan (pemilikan) modal seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau

perseroan terbatas (Widoatmodjo, 2007:54). Saham (stock) merupakan salah

satu instrumen pasar keuangan yang paling populer. Keuntungan (return) atas

saham merupakan hal yang menyebabkan mengapa para investor menginvestasikan dana pada saham di pasar modal, pada prinsipnya investor membeli saham untuk mendapatkan dividen serta menjual saham tersebut pada harga yang lebih tinggi (capital gain).

Aktivitas perdagangan saham, harga saham mengalami fluktuasi, baik berupa kenaikan maupun penurunan. Naik-turunnya harga saham pada umumnya ditentukan oleh hukum ekonomi klasik, yaitu hukum permintaan dan

penawaran (supply and demand theory) (Tambunan, 2007:10). Pembentukan

harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut, dengan demikian, harga saham di pasar modal ditentukan pencerminan dari ekspektasi pemodal terhadap kinerja saham di masa yang akan datang (Indra dan Syam, 2004).


(40)

Supply and demand atas saham terjadi karena adanya dua faktor (www.idx.co.id). Pertama, faktor yang sifatnya spesifik atas saham tersebut seperti kinerja perusahaan dan industri dimana perusahaan tersebut bergerak. Kedua, faktor yang sifatnya makro seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar, dan faktor-faktor non ekonomi seperti kondisi sosial dan politik, dan faktor lainnya, dapat dikatakan bahwa harga saham dipengaruhi oleh banyak faktor, baik makroekonomi maupun mikroekonomi (Samsul, 2006:210).

Di dalam melakukan penawaran dan permintaan atas saham ada faktor fundamental perusahaan yang selalu diperhatikan oleh para investor dalam melakukan pembelian ataupun penjualan atas saham. Faktor fundamental tersebut adalah kinerja keuangan perusahaan (Taufik, 2001). Informasi tentang kinerja keuangan dapat berperan dalam mempengaruhi harga saham. Secara fundamental harga suatu jenis saham dipengaurhi oleh kinerja perusahaan (Samsul, 2006:200).

Pergerakan harga saham pada waktu tertentu memberikan indikasi terjadinya perubahan kinerja keuangan perusahaan. Jika kinerja keuangan perusahaan baik, maka akan memberikan efek positif terhadap harga saham (Taufik, 2001). Dengan demikian, harga saham dapat dikatakan sebagai indikator perusahaan dan merupakan pencerminan informasi yang relevan (Kharisma dan Maskie, 2003).

Pada dasarnya, harga saham adalah harga yang telah disepakati bersama antara penjual dan pembeli pada saat saham diperdagangkan. Harga saham


(41)

merupakan harga konsensus di antara para investor (Samsul, 2006:269). Pergerakan harga timbul melalui mekanisme perdagangan bursa saham. Dalam mengambil keputusan, investor membutuhkan informasi yang jelas, wajar dan tepat waktu agar dapat mengambil keputusan beli atau jual yang tepat pada harga yang tepat.

2.2.5. Kerangka Pikir

2.2.5.1. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Operasi Terhadap Harga Saham

Menurut PSAK No.2 (IAI, 2009), jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan apakah perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kegiatan operasional perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru yang tidak mengandalkan dana dari pihak luar perusahaan.

Arus kas dari aktivitas operasi dapat menjadi perhatian penting karena dalam jangka panjang untuk kelangsungan hidup perusahaan, suatu bisnis harus menghasilkan arus kas bersih yang poitif dari aktivitas operasi. Jika suatu bisnis harus menghasilkan arus kas bersih yang positif dari aktiitas operasi, maka tiak akan meningkatkan kas dari sumber lain dalam jangka waktu yang tidak terbatas (Parawiyati, dkk., 2000).

Arus kas operasi bernilai negatif, karena perusahaan masih mencari pangsa pasar dan belum mampu menghasilkan arus kas masuk dari aktiitas operasi dalam jumlah yang besar daripada arus keluarnya. Walaupun arus kas


(42)

operasi bernilai negatif, perusahaan masih memiliki prospek dan kesempatan tumbuh yang lebih besar dimasa yang akan datang untuk menghasilkan arus kas positif sehingga harga saham tinggi, yang mengindikasikan bahwa arus kas operasi berpengaruh negatif dengan harga saham. Sedangkan arus kas operasi yang positif karena pangsa pasar perusahaan relatif sangat tinggi dan mencerminkan realitas ekonomi perusahaan yang baik sehingga harga saham tinggi, mengindikasikan arus kas operasi berpengaruh poitifdengan harga saham (Susanto dan Ekawati, 2006).

Penelitian Triyono dan Hartono (2000) menyatakan bahwa arus kas dari aktivitas operasi mempunyai hubungan yang signifikan dengan harga saham. Berbeda dengan Ferry dan Wati (2004) yang menemukan bahwa aliran kas dari aktiviats operasi berpengaruh negatif terhadap harga saham. Penelitian Meythi (2006) menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh arus kas aktivitas operasi

terhadap harga saham dengan persistensi laba dengan variabel Intervening.

2.2.5.2 Pengaruh Arus Kas Aktivitas Investasi Terhadap Harga Saham

Menurut PSAK No.2 (IAI, 2009) arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Secara umum, kenaikan investasi memungkinkan timbulnya aliran kas masa depan yang lebih tinggi apabila kinerja perusahaan baik. Namun, apabila kinerja


(43)

perusahaan rendah, investasi meningkat menyebabkan kenaikan resiko investasi yang berakibat penurunan aliran kas masa depan.

Arus kas investasi perusahaan bernilai negatif karena perusahaan

melakukan pengeluaran investasi yang sangat besar terutama dalam mengembangkan pangsa pasarnya maupun dalam penguasaan teknologi. Nilai arus kas negatif mencerminkan perusahaan masih memiliki peluang bertumbu dan prosek di masa yang akan datang, sehingga diharapkan harga sahamnya tinggi, sehingga dapat dikatakan arus kas investasi berpengaruh negatif terhadap harga saham. Sedangkan arus kas investasi bernilai positif karena perusahaan lebih banyak menjual aktiva yang tidak produktif, daripada membeli aktiva. Tindakan manajer menjual aktiva yang tidak produktif ini dipandang oleh investor sebagai tindakan menyelamatkan kelangsungan hidup perusahaan sehingga diharapkan harga saham cukup tinggi, sehingga dikatakan bahwa arus kas investasi berpengaruh positif terhadap harga saham (Susanto dan Ekawati, 2006). Sedangkan berdasarkan Miller dan Rock (1985) ada tambahan kemampuan prediksi hubungan arus kas ivestasi dengan harga saham. Seara gerneral, kenaikan investasi memungkinkan timbulnya arus kas masa depan yang lebih tinggi apabila kinerja perusahaan baik. Namun apabila kinerja perusahaan rendah kenaikan investasi menyebabkan kenaikan resiko inevstasi yang berakibat pada penurunan arus kas masa depan. Hal ini memberikan konsekuensi adanya hubungan positif atau negatif antara arus kas investasi dengan harga saham pada saat pengumuman investasi baru.


(44)

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh arus kas dari aktivitas investasi ini memberikan hasil yang berbeda- beda. Hasil penelitian Triyono dan Hartono (2000) menyatakan bahwa arus kas dari aktivitas investasi memiliki kandungan informasi dan hubungan yang signifikan dengan harga saham. Penelitian lain oleh Ferry dan Wati (2004) memberikan hasil yang menunjukkan bahwa komponen arus kas dari aktivitas inestasi tidak berhubungan dengan harga saham.

2.2.5.3. Pengaruh Arus Kas Aktivitas Pendanaan Terhadap Harga Saham

Menurut PSAK No.2 (IAI,2009) arus kas dari aktivitas pendanaan berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok modal perusahaan. Keputusan pendanaan tidak dapat mereflreksikan kinerja perusahaan yang dianggap sebagai tolok ukur nilai perusahaan. Oleh karena itu, nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh keputusan untuk mendanai kebutuhan kasnya melalui penerbitan obligasi/ surat hutang, penerbitan saham biasa maupun prefern.

Hubungan antara arus kas dari aktivitas pendanaan dengan harga saham umumnya dijelaskan pada peneltian Triyono dan Hartono (2000) dengan

menggunakan signaling theory. Dalam signaling theory terdapat hubungan

antara arus kas dari aktivitas pendanaan dengan harga saham. Penerbitan hutang merupakan sinyal kurang baik untuk menaksir arus kas karena pemilik dapat mempertahankan proporsi kepemilikannya daripada menerbitkan saham. Dari


(45)

teori ini dapat dijelaskan bahwa pasar akan bereaksi positif terhadap terhadap pengumuman penerbitan hutang. Miller dan Rock (1985) menjelaskan bahwa pasar akan bereaksi negatif terhadap pengumuman pendanaan dari kas karena akan berpengaruh terhadap arus kas dari operasi yang lebih rendah untuk masa yang akan datang, selain itu juga diidentifikasi adanya sinyal lain yang berpengaruh terhadap arus kas dari pendanaan yaitu perubahan dividen yang sangat erat hubungannya dengan harga saham.

Penelitian mengenai pengaruh arus kas pendaan oleh Triyono dan Hartono (2000) memberikan kesimpulan bahwa arus kas aktivitas pendanaan mempunyai hubungan yang signifikan dengan harga saham. Penelitian Ferry dan Wati (2004) memberikan hasil yang menunjukkan bahwa komponen arus kas dari aktivitas pendanaan tidak berhubungan dengan harga saham.

2.2.5.4. Pengaruh Laba Akuntansi Terhadap Harga Saham

Hasil riset empiris yang menguji reaksi pasar terhadap pengumuman laba telah mendokumentasikan bahwa pengumuman laba akuntansi membawa informasi ke pasar saham dan memiliki kandungan informasi (Lako, 2006:24). Hal ini tercermin dari perubahan harga saham pada tanggal publikasi pengumuman laba. Laba tahunan memiliki kandungan informasi, apabila pengumuman laba akan menyebabkan perubahan harga saham.

Menurut Watt dan Zimmerman (dalam Nasrizal dan Jogiyanto, 2001),


(46)

mempengaruhi harga saham, hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan

harga saham pada saat pengumuman earnings oleh perusahaan. Beaver et al.;

Foster et al.; Bernard dan Thomas; Easton et al.; dan Kothari dan Sloan (dalam

Tryono dan Jogiyanto, 2000) menunjukkan bahwa adanya hubungan pengumuman laba dengan harga saham. Sloan (dalam Meythi, 2006) juga

menunjukkan bahwa harga saham bereaksi jika investor “fixate” (percaya) pada

earnings.

Brown dan Hancock (dalam Triyono dan Jogiyanto, 2000) menemukan bahwa publikasi laba akuntansi mempunyai pengaruh pada perubahan harga

saham. Kemudian, Brown et al. (dalam Triyono dan Jogiyanto, 2000) juga

menemukan adanya hubungan positif antara pengumuman laba akuntansi dengan harga saham.

Berdasarkan penelitian Finger (1994) menyimpulkan bahwa laba

memberikan isi informasi incremental dibandingkan aliran kas. Hal yang sama

dikemukakan oleh Parawiyati dan Baridwan (1998) yang menyimpulkan bahwa prediktor laba mempunyai kandungan informasi yang lebih besar dibanding aliran kas. Hal ini juga didukung oleh Ball dan Brown (1968) dan Dechow (1994).

Hasil penelitian Triyono dan Jobgiyanto (2000) menunjukkan bahwa laba akuntansi berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal tersebut juga diperkuat oleh hasil penelitian Ferry dan Ekawati (2004) yang menemukan bahwa kandungan informasi laba akuntansi memberikan pengaruh positif


(47)

terhadap harga saham. Indra dan Syam (2004) juga membuktikan bahwa informasi laba akuntansi berhubungan dengan harga saham. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara teoritis laba akuntansi dapat mempengaruhi harga saham ketika kandungan informasi yang terdapat dalam laba akuntansi dapat digunakan oleh investor untuk pengambilan keputusan beli, tahan, atau jual suatu saham. Hal ini tercermin dalam perubahan harga saham pada saat investor merespon informasi laba akuntansi.

Dari penjelasan kerangka pikir diatas, maka dapat digambarkan bagan kerangka pikir sebagai berikut :

Bagan Kerangka Pikir

Gambar 2.1. Arus Kas Aktivitas Operasi

Laba Akuntansi

Harga Saham Arus Kas Aktivitas Investasi

Arus Kas Aktivitas Pendanaan


(48)

2.3. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah

diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: ” Diduga bahwa kandungan informasi arus kas operasi, arus kas investasi, arus kas pendanaan dan laba akuntansi berpengaruh secara positif terhadap harga saham pada indeks LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.


(49)

37

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah suatu variabel yang diberikan kepada suatu

variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasi kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Nazir, 2005: 126).

Berdasarkan uraian diatas, maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat variabel bebas (X) dan satu variabel terikat (Y) antara lain sebagai berikut:

1. Variabel bebas (independent variabel)

Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau perubahanya variabel terikat. Variabel bebas yang berupa arus kas terdiri dari 3 (tiga) komponen, yaitu :

a. Arus kas dari aktivitas operasi (X1)

Adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lainnya yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Aktivitas-aktivitas operasi melibatkan transaksi-transaksi pembelian atau produksi barang dan jasa serta penjualan dan distribusi barang dan jasa tersebut kepada para pelanggan. Skala pengukuran


(50)

 

variabel operasional adalah skala rasio dengan satuan pengukuran rupiah (Rp).

b. Arus kas dari aktivitas Investasi (X2)

Adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lainnya yang tidak termasuk setara kas. Skala pengukuran variabel operasional adalah skala rasio dengan satuan pengukuran rupiah (Rp).

c. Arus kas dari aktivitas pendanaan (X3)

Adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Arus kas dari aktivitas-aktivitas pendanaan lazimnya muncul dari penerbitan utang atau surat berharga ekuitas. Skala pengukuran variabel operasional adalah skala rasio dengan satuan pengukuran rupiah (Rp).

d. Laba Akuntansi (X4) :

Laba akuntansi adalah laba bersih atau rugi bersih selama periode tertentu sebelum perusahaan berhenti beroperasi (discontinued operations). Skala pengukuran variabel operasional adalah skala rasio dengan satuan pengukuran rupiah (Rp).

2. Variabel Terikat (dependent variabel)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari variabel bebas. Variabel terikat(Y) dalam penelitian ini adalah harga saham.


(51)

 

Harga Saham (Y)

Harga Saham adalah harga saham yang terbentuk dari mekanisme antara penjual dan pembeli atau harga yang berlaku dalam pasar bursa saat terjadi transakasi saham. Dalam penelitian ini, harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan (closing price) rata-rata bulanan.

Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio dan dalam satuan rupiah. Rumus yang digunakan:

(Rachmawati, 2009)

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan perusahaan indeks LQ45 yang telah terdaftar pada PT. Bursa Efek Indonesia pada periode 2006-2010 sebanyak 45 perusahaan. Berikut ini adalah nama-nama perusahaan yang dijadikan populasi dalam penelitian ini yaitu :

1. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).

2. PT Adaro Energy Tbk (ADRO).


(52)

 

4. PT Astra International Tbk (ASII).

5. PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI).

6. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

7. PT Bank Bukopin Tbk (BBKP)

8. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).

9. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

10. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN).

11. PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN).

12. PT BPD Jawa Barat Tbk (BJBR)

13. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

14. PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR)

15. PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU)

16. PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)

17. PT Bakrie Telecom (BTEL).

18. PT Bumi Resources Tbk (BUMI).

19. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN)

20. PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID).

21. PT Elnusa Tbk (ELSA).

22. PT Bakrieland Development Tbk (ELTY).

23. PT Energi Mega Persada Tbk (ENGR).


(53)

 

25. PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL).

26. PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO).

27. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).

28. PT Indika Energy Tbk (INDY).

29. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).

30. PT Indosat Tbk (ISAT).

31. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).

32. PT Jasa Marga Tbk (JSMR).

33. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).

34. PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR).

35. PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP)

36. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).

37. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).

38. PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA).

39. PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB).

40. PT Semen Gresik Tbk (SMGR).

41. PT Timah Tbk (TINS).

42. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).

43. PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP).

44. PT United Tractors Tbk (UNTR).


(54)

 

3.2.2. Sampel

Menurut Soemarsono (2004: 44), sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut. Kriteria sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi.

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah purposive sampling, yaitu teknik penarikan sampel yang digunakan

non probabilitas untuk menyeleksi responden-responden berdasarkan ciri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel tersebut (Soemarsono, 2004: 54).

Berikut ini adalah kriteria-kriteria perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini :

1. Perusahaan yang sahamnya selalu terdaftar indeks LQ45 di Bursa Efek

Indonesia dari tahun 2006-2010.

2. Perusahaan yang masih aktif dalam melakukan perdagangan saham di

Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006-2010.

3. Perusahaan yang masuk dalam daftar deviden payment company pada

tahun 2010.

4. Perusahaan yang telah menyampaikan laporan keuangan tahunan auditan

per 31 Desember 2010 ke BEI. Berdasarkan kriteria diatas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6 perusahaan dari 45 perusahaan indeks LQ45 terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(55)

 

Berikut ini adalah nama-nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini:

1. PT Bumi Resources Tbk (BUMI).

2. PT United Tractors Tbk (UNTR)

3. PT Indosat Tbk (ISAT).

4. PT Astra International Tbk (ASII).

5. PT Gudang Garam Tbk (GGRM).

6. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

Adapun perusahaan yang diambil untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan 6 perusahaan selama 5 tahun berturut-turut yaitu tahun 2006-2010, sehingga terdapat 30 sampel.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang berasal dari Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006-2010, yaitu berupa laporan keuangan yang diterbitkan setiap tahun perusahaan yang telah diaudit dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2006 sampai 2010. Laporan keuangan yang digunakan terdiri dari laporan neraca konsolidasi serta laporan laba rugi masing-masing perusahaan.


(56)

 

3.3.2. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dan dikumpulkan melalui situs resmi BEI di (www.idx.co.id) serta laporan keuangan perusahaan yang didapat dari situs IDX. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan, metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah pengumpulan data dengan menggunakan komputer dengan menggunakan sarana internet dari situs www. Idx.co.id dan www.financing-yahoo.com

3.4. Uji Kualitas Data 3.4.1. Uji Normalitas

Uji normalitas diperlukan untuk memastikan bahwa sebaran data yang digunakan bersifat normal. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah Metode Kolmogorov merupakan pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distibusi data mengikuti distribusi normal, berikut ini adalah pedomannya :

a. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5% maka distribusinya adalah tidak normal.


(57)

 

b. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5% maka distibusi adalah normal (Soemarsono, 2004 : 43).

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

Ghozali (2009: 159) menyatakan bahwa teknik estimasi variabel dependen yang melandasi analisis regresi disebut Ordinary Least Square (OLS) atau pangkat terkecil biasa. Regresi dengan model estimasi OLS akan memberikan hasil yang Best Linier Unbiased Estimator (BLUE) jika memenuhi semua asumsi klasik. Hasil asumsi klasik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Multikolinearitas

Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas (independen). Alat uji yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dalam penelitian ini dengan melihat besarnya nilai variance inflation factor (VIF).

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai variance inflation factor (VIF) < 10, dan mempunyai angka tolerance mendekati 1 maka hal ini berarti dalam persamaan regresi tidak ditentukan adanya kolerasi antar variabel bebas atau bebas multikolinieritas (Ghozali, 2009: 96).


(58)

 

2. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain, jika variance dari residual suatu pengamat ke pengamat yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang bersifat homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009: 125).

Menurut Santoso (2002:301) deteksi adanya heteroskedastisitas : a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedasitas. b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas.

Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi Rank Spearman (Gujarati, 1995 : 188)

rs = 1 – 6

Keterangan :

d1 = Perbedaan dalam rank spearman antara residual dengan

variabel bebas N = Banyaknya data (Gujarati, 1995: 188)


(59)

 

3. Autokorelasi

Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam

suatu model linier ada korelasi antara korelasi pengganggu periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji apakah terjadi autokorelasi atau tidak, digunakan uji Durbin-Watson (DW-Test). Suatu observasi dikatakan tidak terjadi autokorelasi jika nilai Durbin Watson terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du) (Ghozali, 2009: 99).

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi, yaitu:

a. Bila nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.

b. Bila nilai DW lebih rendah dari batas bawah (dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol, berarti ada autokorelasi positif. c. Bila nilai DW lebih besar dari batas atas (4-dl), maka koefisien

autokorelasi lebih kecil dari nol, berarti ada autokorelasi negatif. d. Bila nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah

(4-du) atau terletak di antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.


(60)

 

3.5 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.5.1. Teknik Analisis

Berdasarkan variabel-variabel yang telah diuraikan dimuka, maka model regresi linier berganda dirumuskan sebagai berikut :

Y =

α

+

β

1X1 +

β

2 X2 +

β

3 X3 +

β

4 X4 +

ε

(Hasan, 2002: 117)

Dimana:

Y = Harga Saham

X1 = Arus Kas Operasi

X2 = Arus Kas Investasi

X3 = Arus Kas Pendanaan

X4 = Laba Akuntansi

α

= Konstanta

β1, β2, β3, β4 = Koefisien Regresi X1,X2,X3,X4


(61)

 

3.5.2 Uji Hipotesis 3.5.2.1 Uji F

Suatu persamaan regresi pada dasarnya dapat diuji dengan

menggunakan statistik uji F yang digunakan untuk menguji kecocokan pengaruh X1, X2, X3, X4 terhadap Y. prosedur Uji F dengan kriteria sebagai

berikut:

a. H0 : β1=β2 = β3 = 0 (model tidak cocok)

H1 : β1=β2 = β3 ≠ 0 (model cocok)

b. Level signifikan (βo) = 0,05 atau 5% c. Kriteria pengujian :

 Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan > 0,05 maka H0

diterima dan H1 ditolak.

 Jika nilai probabilitas (P value ) / signifikan < 0,05 maka H0 di


(62)

 

3.5.2.2 Uji t

Uji t dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, digunakan uji t dengan prosedur sebagai berikut:

a. Hipotesis

H0 : βi = 0 (secara parsial tidak terdapat pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat).

H1 : βi ≠ 0 (secara parsial terdapat pengaruh positif variabel bebas

terhadap variabel terikat) Dimana i = 1, 2, 3, 4

b. Level of signifikan (βo) = 0,05 atau 5% c. Ketentuan pengujian:

 Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan > 0,05 maka H0

diterima dan H1 ditolak.

 Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan < 0,05 maka H0 ditolak


(63)

4.1. Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1. PT. Bursa Efek Indonesia (BEI)

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pertama kali berdiri pada abad 19. Dimana pada waktu itu berada pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, kemudian dibentuk ulang melalui Undang-Undang Republik Indonesia No.15 tahun 1952. Selama dua dasawarsa kemudian, BEI mengalami pasang surut yang ditandai pula leh pemberhentian kegiatan sepanjang decade 60-an dan awal 70-an, pada tahun 1977 pemerintah Indonesia menghidupkan kembali BEI dengan mencatatkan saham 13 perusahaan PMA. Namun demikian, baru sekitar akhir decade 80-an dan awal 90-an,BEJ benar-benar berkembang menjadi bursa efek seperti yang kita kenal sekarang.

Dengan diberlakukannya Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang

Pasar Modal, peran BEI sebagai salah satu Self Regualtory Organization

(SRO) Pasar Modal Indonesia semakin dikukuhkan. Sejak itu BEI tumbuh pesat, berkat sejumlah pencapaian di bidang teknologi perdagangan,

diantaranya mulai dipakainya Jakarta Automated Trading System (JATS)

pada tahun 1995, perdagangan tanpa warkat tahun 2001 dan remote trading

tahun 2004, serta pemberlakuan peraturan baru tentang pencatatan, perdagangan dan keanggotaan bursa.


(64)

Pada tahun 2004 BEI telah memulai revisi atas Pedoman Akuntansi Perusahaan Efek (PAPE), dengan tujuan untuk standarisasi laporan keuangan perusahaan efek. Revisi ini dilakukan untuk mengikuti perkembangan pasar modal yang sangat pesat dengan melibatkan seluruh

pelaku pasar antara lain BAPEPAM, Self Regulatory Organization (SRO),

Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI), dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Revisi telah dimulai sejak Agustus 2004 dan selesai pada tahun 2005.

Dalam membangun hubungan international, BEI secara proaktif

melakukan serangkaian kegiatan kerjasama dengan beberapa lembaga internasional yang mentangkut moneter dan pasar modal, diantaranya adalah

Seminar Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) di Malaysia, Asian

Development Bank (ADB), Annial Meeting di Korea Selatan. BEI juga

berpartisipasi dalam pertemuan East Asian and Oceanian Stock Exchange

Federation (EAOSEF) dan International Organization of Securities

Commisions (IOSCO) di Taiwan, Singapura, dan Jordania. Tidak hanya

aktif dalam membina hubungan international, BEI juga menjalin kerja sama dengan organisasi profesi di dalam negeri, baik dengan cara berpartisipasi sebagai narasumber maupun memberikan dukungan penyelenggaraan seminar dengan APEI, Asosiasi Emiten Indonesia (AEI), Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), IAI, Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas), Komite Pemulihan Ekonomi Nasional, Kamar Dagang Indonesia (KPEN-KADIN), dan organisasi profesi pasar modal lainnya.


(65)

4.1.2. PT. Bumi Resources, Tbk (BUMI)

PT. Bumi Resources didirikan pada tahun 1973 yang bergerak di

bidang perhotelan dan pariwisata, pada tanggal 13 Agustus 1988 perusahaan merubah usaha ini menjadi perusahaan yang bergerak dibidang minyak, gas alam dan pertambangan, Tahun 1990 perusahaan terbuka dengan menjual sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (yang sekarang bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia atau BEI). Pada bulan November 2001, perusahaan mengakuisisi 80% saham PT. Arutmin Indonesia dari BHP Minerals Exploration Inc. Arutmin Indonesia adalah produsen batubara dengan 2 tambang batubara terbuka yang berada di Senakin dan Satuui di Kalimantan Selatan. Oktober 2003, perusahaan membeli 100% kepemilikan PT. Kaltim Prima Coal (KPC) sebagai langkah lebih lanjut untuk melakukan ekspansi usaha. Dengan mengakuisisi KPC maka perusahaan memberikan kontribusi sebesar 40% dari total produksi batubara nasional tahun 2004.

Bumi Resources merupakan sebuah perusahaan yang bergerak pada

eksplorasi sumber daya alam khususnya batubara. Perusahaan ini mempunyai visi yaitu menjadi perusahaan operator bertaraf internasional dalam sektor energy, serta misi untuk menjaga kesinambungan usaha dan daya saing perseroan dalam menghadapi persaingan terbuka di masa mendatang.


(66)

4.1.3. PT. United Tractors Tbk (UNTR)

United Tractors Grup (UT) adalah perusahaan yang menyediakan jasa dan peralatan berat terkemuka kelas dunia di Indonesia dengan jumlah aktiva melebihi 5,58 triliun pada akhir tahun 2000. PT United Tractors Tbk (UT) berdiri pada 13 Oktober 1972 dengan nama PT Astra Motor Works dan PT Astra International Tbk sebagai pemegang saham mayoritas. Selanjutnya nama tersebut diubah menjadi United Tractors (UT). Segera setelah beroperasi, UT memperoleh kepercayaan sebagai agen tunggal berbagai macam alat berat yang memiliki reputasi internasional, antara lain merek KOMATSU dari Komatsu Ltd, Japan yang sudah sejak awal menjadi perintis kerja sama dengan UT.

Sepanjang dasawarsa tahun 1970-an, UT yang telah mengembangkan industri pada areal seluas 20 ha di Jl. Raya Bekasi km. 22, Cakung, Jakarta Timur, terus membangun reputasi pemasar yang paling berorientasi ke service atau product support. Untuk memenuhi kebutuhan pasar, sejak 1981 UT mulai melangkah ke bidang produksi. Selanjutnya UT mulai mendirikan beberapa Affiliated Company (Affco) yang semakin memperkokoh usaha

yang digelutinya. Selain menjadi distributor terbesar untuk alat-alat berat

di Indonesia, United Tractors juga aktif dalam bidang manufaktur, jasa penambangan serta pertambangan batubara.


(67)

4.1.4. PT. Indosat, Tbk (ISAT)

Indosat didirikan pada tahun 1967 sebagai Perusahaan Modal Asing,

dan memulai operasinya pada tahun 1969. Pada tahun 1980 Indosat

menjadi Badan Usaha Milik Negara yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Hingga sekarang, Indosat menyediakan layanan seluler, telekomunikasi internasional dan layanan satelit bagi penyelenggara layanan broadcasting.

PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) didirikan pada tahun 1993 di bawah pengawasan PT Indosat. Satelindo beroperasi pada tahun 1994 sebagai operator GSM. Pendirian Satelindo sebagai anak perusahaan Indosat menjadikannya sebagai operator GSM pertama di Indonesia yang

mengeluarkan kartu prabayar Mentari dan pascabayar Matrix. Pada

tanggal 19 Oktober 1994 Indosat mulai memperdagangkan sahamnya di Bursa Efek di Indonesia, dan Amerika Serikat New York Stock Exchange. Pada akhir tahun 2002 Pemerintah Indonesia menjual 41,94% saham

Indosat ke Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd.. Dengan demikian,

Indosat kembali menjadi PMA. Pada bulan November 2003 Indosat

melakukan penggabungan usaha tiga anak perusahaannya (akuisisi) PT Satelindo, PT IM3, dan Bimagraha, sehingga menjadi salah satu operator selular utama di Indonesia

Pada tanggal 1 Maret 2007 STT menjual kepemilikan saham Indosat sebesar 25% di Asia Holdings Pte. Ltd. ke Qatar Telecom. Pada 31 Desember 2008, saham Indosat dimiliki oleh Qatar telecom Q.S.C. (Qtel)


(68)

secara tidak langsung melalui Indonesia Communication Limited (ICLM) dan Indonesia Communications Pte Ltd (ICLS) sebesar 40,81%, sementara Pemerintah Republik Indonesia dan Publik memiliki masing-masing 14,29% dan 44,90%. Di tahun 2009 Qtel memiliki 65% saham Indosat melalui tender offer (memiliki tambahan 24,19% saham seri B dari publik). Pada tanggal 25 mei 2011 di Ritz Carlton – Pacific Place, Jakarta, launching Indosat Mobile.

4.1.5. PT. Astra International Tbk (ASII)

PT. Astra International Tbk didirikan tahun 1957 dengan nama PT

Astra International Incoporated. Pada tahun 1990, perseroan merubah namanya menjadi PT. Astra International Tbk. Perseroan berdomisili di Jakarta, Indonesia dengan kantor pusat berlokasi di jalan Gaya Motor Raya No.8 Sunter II Jakarta. Perseroan didirikan dengan akta notaris Sie Khwan Djioe No.67 tanggal 20 Februari 1957 dan disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan No. J.A.5/53/5 tanggal 1 juli 1957.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, ruang lingkup kegiatan perseroan adalah perdagangan umum, perindustrian, jasa pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan dan jasa konsultasi. Ruang lingkup anak perusahaan meliputi perakitan dan penyaluran mobil, sepeda motor berikut dengan suku cadangnya, penjualan dan penyewaan


(69)

alat-alat berat, jasa pertambangan, pengembangan perkebunan, jasa keuangan dan teknologi informasi.

4.1.6. PT. Gudang Garam Tbk (GGRM)

PT. Gudang Garam, Tbk adalah sebuah perusahaan produsen rokok populer asal Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 26 Juni 1958 oleh Surya Wonowidjojo, yang merupakan pemimpin dalam produksi rokok kretek. Surya Wonowidjoyo adalah seorang pengusaha Indonesia yang merupakan pendiri Gudang Garam, salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia. Ia berimigrasi ke Indonesia pada waktu berumur 3 tahun bersama keluarganya. Di Indonesia, mereka pertama kali menetap di Sampang, Madura. Surya sejak kecil sudah bergelut di bidang industri rokok. Ia sempat bekerja di pabrik rokok "93" milik pamannya. Berkat kerja keras dan kerajinannya dia mendapatkan promosi dan akhirnya menduduki posisi direktur diperusahaan tersebut.

Surya Wonowidjoyo kemudian keluar dari pabrik rokok "93" dan pada

usia 35 tahun, ia mendirikan perusahaannya sendiri yaitu pabrik rokok Gudang Garam di Kediri, Jawa Timur. Dia membeli tanah di Kediri dan memulai produksi rokok sendiri, diawali dengan rokok kretek dari kelobot. Gudang Garam didirikannya pada tahun 1958 yang kemudian berkembang pesat dengan jumlah karyawan mencapai 500.000 orang yang menghasilkan 50 juta batang kretek setiap bulannya. Pada tahun 1966, Gudang Garam telah tercatat sebagai pabrik kretek terbesar di Indonesia. Produk PT.


(70)

Gudang Garam diantaranya adalah Gudang Garam International, Surya 12, Surya 16, Surya Slims, Surya Signature, Surya Profesional, Surya Pro Mild, Gudang Garam Nusantara, Gudang Garam Nusantara Mild, Gudang Garam Merah, Gudang Garam Djaja, Nusa, Taman Sriwedari dan Sigaret Kretek Filter Klobot.

4.1.7. PT. Unilever Indonesia, Tbk (UNVR)

PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3. Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39. Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan Pelaksana


(1)

451581

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah arus kas aktivitas operasi, arus kas aktivitas investasi, arus kas aktivitas pendanaan dan laba akuntansi tidakmemberikan kontribusi terhadap harga saham pada perusahaan indeks LQ45 terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

5.2. Saran

Dari hasil pembahasan, maka saran yang dapat disampaikan oleh peneliti yang berkaitan dengan penelitian ini, sebagai berikut :

1. Bagi manajemen perusahaan hendaknya memperhatikan kinerja perusahaan sehingga menarik para investor untuk membeli saham, dengan banyaknya lembar saham yang terjual maka harga saham juga akan meningkat

2. Bagi investor hendaknya mempertimbangkan banyak faktor untuk menilai kinerja suatu perusahaan, antara lain : 1) faktor teknis yang terjadi pada emiten yang bersangkutan seperti merger dan akuisisi, kondisi ekonomi makro, situasi politik, perubahan kebijaksanaan pemerintah baik dalam bidang ekonomi, industri maupun dunia usaha nasional. 2) Faktor makro ekonomi yang secara langsung dapat


(2)

82  

mempengaruhi kinerja saham maupun kinerja perusahaan antara lain : tingkat bunga umum domestik, tingkat inflasi, peraturan perpajakan, kebijakan khusus pemerintah yang terkait dengan perusahaan tertentu, kurs valuta asing, tingkat bunga pinjaman luar negeri, kondisi perekonomian internasional, siklus ekonomi, faham ekonomi, dan peredaran uang

3. Bagi penelitian selanjutnya yang hendaknya menguji pengaruh arus kas aktivitas operasi, arus kas aktivitas investasi, arus kas aktivitas pendanaan dan laba akuntansi terhadap harga saham, sebaiknya memperluas jangkauan populasi, tidak hanya pada perusahaan indeks LQ 45 saja serta menambah faktor lain seperti : faktor-faktor fundamental.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks :

Baridwan, Zaki, 2000, Intermediate Accounting,EdisiKetujuh, BPFE, Yogyakarta. Belkaouli, Ahmed Riahi. 2000. Accounting Theory. 4th ed. California:Business Press. Draper, N. dan Smith, H. 1981. Applied regression analysis. Wiley, New York. FASB.1978. Statement of financial Accounting Concept No.1. FASB.

FASB.1980 Statement of financial Accounting Concept No.2. FASB.

Ghozali, Imam, 2009, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi keempat, Penerbit Universitas Dipenegoro, Semarang.

Gujarati, Damodar, 1995, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hasan, Iqbal. 2002. Pokok- Pokok Materi Metodologi Penelitian & Aplikasinya . Ghalia Indonesia

Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Kieso D.E., J.J. Weygandt an T.D. Warfield. 2004. Intermediate Accounting 11ed.

J. Wiley and Sons, Inc.

Lako, Andreas. 2006. Relevansi Informasi Akuntansi Untuk Pasar Saham Indonesia : Teori dan Bukti Empiris, Amara Books, Yogyakarta.

Nazir, Moh. 2005. Desain Penelitian. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Samsul, M. 2006. PasarmModal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga. Santoso, Singgih, 2003, Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik. Penerbit

Elex Media Komputindo, Jakarta


(4)

Simamora, henry. 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan. Jilid II. Jakarta: Salemba Empat.

Sumarsono, 2004, Metode Penelitian Akuntansi Beserta Contoh Interprestasi Hasil Pengolahan Data. Edisi Revisi, Surabaya.

Suwardjono, 2005. Teori Akuntansi : Perekayasaan Pelaporan Keuangan (Edisi III). Yogyakarta: BPFE.

Tambunan, Andy Porman. 2007. Menilai Harga Wajar Saham (Stock Valuation).

Jakarta: Pt Elex media Komputindo.

Tandelilin, Eduardus, 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi pertama, BPFE, Yogyakarta.

Weygandt, Kieso, 1995, Akuntansi Intermediate, Edisi Ketujuh, Binarupa Aksara, Jakarta.

Widoatmodjo, Sawidji. 2007. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Jurnal :

Bowen, Robert M., David Burgstahler,and Lane A. Daley. 1986. Evidence on the Relationship between Earning and Various Measures of Cash Flows. The Accounting Review. Vol XI, No.4, October: 213-225.

Daniati, Ninna dan Suhairi. 2006. Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor, dan Size Perusahaan Terhadap Expected Return Saham (Survey Pada Industri Textile dan Automotive yang Terdaftar di BEJ). Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. 23-26 Agustus: 1-23.

Febrianto, Rahmat dan Erna Widiastuty. 2005. Tiga Angka Laba Akuntansi: Mana yang Lebih Bermakna Bagi Investor. Simposium Nasional Akuntansi VIII.


(5)

Ferry dan Ekawati Erni, 2005, Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor, dan Size Perusahaan terhadap Expected Return Saham, Simposium Nasional Akuntansi Ke-9, Padang.

Hastuti, Ambar Woro dan ambang Sudibyo. 1998. Pengaruh Publikasi Laporan Arus Kas Terhadap Volume Perdagangan Saham Perusahaan di BEJ.

Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.1, No.2. Juli:1-15

Indra dan Fazli Syam. 2004. Hubungan Laba Akuntans, Nilai Buku dan Total Arus Kasdengan Market Value. Simposium Nasional Akuntansi VII.

Denpasar: 1-15.

Kharisma, Erina dan Ghozali Maskie. 2003. Analisis Pengaruh Variabel Fundametal dan Teknikal terhadap Harga Saham : Studi di Bursa Efek Surabaya. Lintasan Ekonomi. Vol. XX, No.2, Juli: 188-203.

Lako, Andreas. 2004. Pengujian Empiris Indikasi Free-riding dalam Reaksi Pasar. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.X, No.2. September: 200-220.

Meythi. 2006. Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham Dengan presistensi Laba Sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi IX. Padang. 23-26 Agustus: 1-24.

Narizal dan Jogiyanto. 2001. Pengaruh Perubahan Metode Akuntansi Terhadap Harga Saham. Makalah Simposium Nasional Akuntansi IV. IAI. 30-31 Agustus: 728-760.

Parawiyati dan Zaki Baridwan. 1998. Kemampuan Laba dan Arus kas dalam Memprdiksi Laba dan Arus Kas Perusahaan Go Publik di Indonesia.

Jurnal riset Akuntani Indonesia. Vol 1, No.1, Januari: 1-11.

Parawiyati, Ambar Woro Hastuti, dan Edi Subiantoro. 1999. Penggunaan Informasi Keuangan Untuk Memprediksi keuntungan Investasi Bagi Investor Di Pasar Modal. Makalah Simposium Nasional Akuntansi II. IAI. 24-25 September: 1-15.

Rachmawati, Lilik, 2009, Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental Dan Resiko Sistematis Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Go Publik Di Bursa Efek Jakarta, Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur.


(6)

Soesetio, Yuli, 2005, Analisis Tambahan Kandungan Informasi Laporam Arus Kas, Jurnal Eksekutif, Vol 2, No.2, Agustus

Syarif, Firman. 2002. Peranan Informasi Arus Kas: Studi Sebelum dan Sesudah Diberlakukannya PSAK No.2 serta Hubungannya dengan The Bid-Ask-Spreads. Makalah Simposium Nasional Akuntansi V. Semarang. 5-6 September: 27-38.

Tarigan dan Siregar, 2009, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI, Jurnal Akuntansi, Vol 9. Triyono dan Jogianto, 2000, Hubungan Kandungan Informasi Arus Kas,

Komponen Arus Kas dan Laba Akuntansi dengan Harga Atau Return Saham, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.3, No.1, Januari.

Web :

www.google.co.id

www.idx.co.id

www.investasi-saham.com www.financing.yahoo.com