Tingkat Efisiensi Pengumpulan Piutang

28

F. Tingkat Efisiensi Pengumpulan Piutang

Menurut Gitosudarmo 2002: 91 piutang sebagai bagian dari modal kerja, maka keadaanya akan selalu berputar dalam arti piutang akan tertagih pada saat tertentu, akan timbul lagi akibat penjualan kredit dan seterusnya. Periode perputaran piutang tergantung dari panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit, sehingga semakin lama syarat pembayaran kredit berarti semakin lama terikatnya modal kerja tersebut dalam piutang. Berarti makin kecil tingkat perputaran piutang dalam satu periode dan sebaliknya semakin pendek syarat pembayaran kredit berarti makin pendek tingkat terikatnya modal kerja dalam piutang, sehingga tingkat perputaran piutang dalam satu periode semakin besar. Menurut Gitosudarmo 2002: 92 analisa rasio untuk mengukur tingkat pengumpulan piutang yaitu : Tingkat perputaran piutang = g piu rata Rata kredit neto Penjualan tan  Rata-rata pengumpulan piutang = g piu perputaran tingkat hari tan 360 Metode analisis lain untuk mengendalikan kebijakan piutang adalah penentuan umur piutang atau aging piutang. Metode ini berusaha mengadakan klasifikasi piutang atas dasar umur atau lamanya piutang tersebut telah ada. Dengan diketahuinya umur piutang tersebut maka akan dapat diketahui : a. Piutang- piutang mana yang sudah dekat dengan tempo dan harus ditagih b. Piutang- piutang yang sudah lewat jatuh tempo dan perlu dihapuskan karena sudah tidak dapat ditagih kembali. Universitas Sumatera Utara 29 Apabila hal ini tidak segera dihapuskan mengakibatkan adanya likuiditas semu, yaitu tampaknya besar, tetapi riilnya kecil karena terdapat unsur piutang yang sebenarnya tidak dapat ditagih kembali. Piutang yang diberikan kepada langganan diharapkan dapat tertagih pada waktu jatuh tempo, tetapi adakalanya tidak dapat ditagih kembali.Untuk menentukan bahwa piutang itu benar-benar tidak tertagih, dapat dilihat hal-hal sebagai berikut: 1 Bila failesemen langganan telah selesai dan tidak ada lagi bagian harta yang diterima untuk pelunasan piutang. 2 Bila langganan usahanya terhenti, menghilang tidak diketahui alamatnya lagi atau meninggal dunia tanpa ada hartanya. 3 Bila penagihan dibatasi, karena adanya peraturan Undang-undang khusus. 4 Bila saldo piutang sudah lama terbuka dan surat tagihan berkali-kali tidak pernah dibalas. 5 Bila agen tidak mampu lagi menagihnya. Piutang yang diragukan tertagihnya, harus dicadangkan penghapusannya,sedang untuk piutang yang sudah dapat dianggap tidak tertagih sama sekali dihapuskan seluruhnya sebagai beban biaya penghapusan piutang ragu-ragu. Universitas Sumatera Utara 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya perusahaan bertujuan menghasilkan laba dalam mempertahankan usahanya. Salah satu kegiatan operasional tersebut adalah penjualan baik berbentuk tunai maupun penjualan secara kredit. Pada dasarnya perusahaan lebih menyukai penjualan tunai dibandingkan dengan kredit, namun adanya persaingan maka perusahaan melakukan penjualan kredit yang akan menimbulkan piutang. Menurut Soemarso 2000: 338 piutang “merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan”, kelonggaran-kelonggaran yang diberikan, biasanya dalam bentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan. Penjualan dengan syarat demikian disebut dengan penjualan kredit. Penjualan kredit memberikan resiko yang besar bagi perusahaan, karena perusahaan akan menerima piutang dari pelanggannya. Piutang ini berpengaruh sekali bagi perusahaan karena apabila dana perusahaan tersebut tertanam dalam piutang maka perusahaan tidak dapat lagi memutarkan dananya untuk kegiatan yang lain dan berakibat terganggunya arus kas dari perusahaan tersebut. Hal ini dapat saja terjadi misalkan tidak tepatnya pelanggan membayar hutangnya yang telah ditetapkan tanggal jatuh tempo oleh perusahaan. Universitas Sumatera Utara