Analisis Implementasi Manajemen Piutang Pada Perum Perumnas Regional I Medan.

(1)

FAKULTAS EKONOMI MEDAN

ANALISIS IMPLEMENTASI MANAJEMEN PIUTANG

PADA PERUM PERUMNAS REGIONAL I

MEDAN

DRAFT SKRIPSI

OLEH :

SELPIANI SINAGA 050521021

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara M e d a n


(2)

Segala Puji Syukur kepada Bapa Surgawi atas segala berkat dan kasih karuniaNya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Implementasi Manajemen Piutang pada Perum Perumnas Regional I Medan”. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat kelulusan dalam penyelesaian program pendidikan Strata 1 pada Departemen Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih atas segala bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung selama pengerjaan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, S.E, M.Si, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, M.BA, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan pemikirannya untuk memberi bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, M.E, selaku dosen penguji I yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.


(3)

memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melakukan riset serta memperoleh data-data yang diperlukan untuk penulisan skripsi ini.

8. Seluruh staf, pengajar dan pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dalam menyelesaikan segala administrasi perkuliahan.

9. Kedua orangtua (E. Sinaga & R. br. Sumbayak, keluarga abang (Lasker P. Sinaga & Fitriyanti Damanik) dan keluarga kakak (David Sumbayak & Dilliana Sinaga) atas perhatian, dukungan doa dan semangat dalam pengerjaan skripsi ini..

10. Teman-teman mahasiswa Ekonomi Ekstension NIM ganjil jurusan Manajemen Keuangan Stambuk ’05. Terimaksaih untuk dukungan semangat dan perhatiannya.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang namanya tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2008

Penulis


(4)

No Judul Halaman Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 6 Gambar 3.1 Struktur Organisasi Perum Perumnas


(5)

No Judul Halaman Tabel 1.1 Anggaran dan Realisasi Jumlah Piutang Perum

Perumnas Regional I Medan ... 2 Tabel 2.1 Pengaruh Pelunakan Standar Kredit Terhadap Laba ... 18 Tabel 2.2 Pengaruh Pemberian Potongan Tunai Pada Penjualan ... 20 Tabel 4.1 Rincian Jumlah Piutang, Rata-rata Piutang dan Penjualan

Perum Perumnas Regional I Medan Tahun 2000 sampai

2005 ... 44 Tabel 4.2 Tingkat Perputaran Piutang, jumlah hari Rata-rata

Pengumpulan Piutang, Rata-rata Piutang dan Penjualan


(6)

Selpiani Sinaga (2008), Analisis Implementasi Manajemen Piutang Pada Perum Perumnas Regional I Medan : dibimbing oleh Drs. Syahyunan, M.Si; Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, S.E, M.Si, selaku Ketua Departemen Manajemen; Dr. Isfenti Sadalia, S.E, M.E selaku Dosen Penguji I; Dra. Pinta Ginting selaku Dosen Penguji II.

Piutang merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit. Kebijakan penjualan kredit merupakan kebijakan yang biasa dilakukan dalam dunia bisnis untuk merangsang minat para langganan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah manajemen piutang yang dilakukan oleh Perum Perumnas Regional I Medan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 sudah efisien?. Metode penelitian yang digunakan mencakup batasan operasional, lokasi dan waktu penelitian, jenis data, teknik pengumpulan data dan metode analisis data.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analisis Deskriptif yaitu dengan mengadakan pengumpulan dan penganalisaan data yang diperoleh sehingga dapat dimengerti dan kemudian diinterpretasikan sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya mengenai objek penelitian.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan manajemen piutang yang diterapkan oleh Perum Perumnas Regional I Medan mulai dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 sudah berjalan dengan baik, dilihat dari tingkat efisiensi pengumpulan piutang yang dihitung dengan menggunakan analisa rasio.


(7)

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Kerangka Konseptual ... 4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

E. Metode Penelitian ... 7

1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 7

2. Batasan Operasional ... 7

3. Jenis dan Sumber Data ... 7

4. Teknik Pengumpulan Data ... 7

5. Metode Analisis Data ... 8

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 9

B. Pengertian Piutang ... 9

C. Penggolongan Piutang ... 10


(8)

2. Kebijakan Pengumpulan Piutang ... 20 3. Teknik Pengumpulan Piutang ... 21 F. Tingkat Efisiensi Pengumpulan Piutang ... 28 BAB III GAMBARAN UMUM PERUM PERUMNAS REGIONAL I

MEDAN

A. Sejarah Berdrinya Perum Perumnas Regional I Medan ... 30 B. Visi dan Misi ... 30 C. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas ... 31

D. Penggolongan Piutang Perum Perumnas Regional I

Medan ... ... 38 BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

A. Hasil Penelitian ... 41 B. Tingkat Efisiensi Pengumpulan Piutang ... 44 C. Analisis Deskriptif Manajemen Piutang Pada Perum

Perumnas Regional I Medan ... 46 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 52 B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

Selpiani Sinaga (2008), Analisis Implementasi Manajemen Piutang Pada Perum Perumnas Regional I Medan : dibimbing oleh Drs. Syahyunan, M.Si; Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, S.E, M.Si, selaku Ketua Departemen Manajemen; Dr. Isfenti Sadalia, S.E, M.E selaku Dosen Penguji I; Dra. Pinta Ginting selaku Dosen Penguji II.

Piutang merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit. Kebijakan penjualan kredit merupakan kebijakan yang biasa dilakukan dalam dunia bisnis untuk merangsang minat para langganan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah manajemen piutang yang dilakukan oleh Perum Perumnas Regional I Medan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 sudah efisien?. Metode penelitian yang digunakan mencakup batasan operasional, lokasi dan waktu penelitian, jenis data, teknik pengumpulan data dan metode analisis data.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analisis Deskriptif yaitu dengan mengadakan pengumpulan dan penganalisaan data yang diperoleh sehingga dapat dimengerti dan kemudian diinterpretasikan sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya mengenai objek penelitian.

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan manajemen piutang yang diterapkan oleh Perum Perumnas Regional I Medan mulai dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 sudah berjalan dengan baik, dilihat dari tingkat efisiensi pengumpulan piutang yang dihitung dengan menggunakan analisa rasio.


(10)

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang telah dilakukan Sitepu (2006) yang berjudul “Analisis Manajemen Piutang Pada PT. Daya Muda Agung Cabang Medan”, dengan perumusan masalah “Apakah PT. Daya Muda Agung Cabang Medan telah mengelola manajemen piutangnya selama tahun 2001, 2002, 2003 dengan baik?” Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan dan analisis data dengan metode analisis deskriptif dan deduktif, menjelaskan bahwa sistem manajemen piutang belum dikelola dengan baik dimana kebijakan kredit yang diterapkan mengakibatkan penjualan pada PT. Daya Muda Agung cabang Medan mengalami penurunan dari tahun 2001 dibandingkan dengan penjualan pada tahun 2002.

B. Pengertian Piutang

Setiap perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dilakukan biasanya akan disepakati terlebih dahulu bagaimana cara pembayaran transaksi tersebut apakah secara tunai atau secara kredit. Apabila pembayaran dilakukan secara kredit maka perusahaan akan menerima piutang yang akan dicatat di neraca hingga saat penagihan berhasil memperoleh pembayaran kas. Pos piutang dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar dan oleh karenanya perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar perkiraan piutang ini dapat ditangani dengan cara yang seefisien mungkin.


(11)

Menurut Syahyunan (2004: 61) alasan perusahaan untuk melakukan penjualan secara kredit adalah untuk mendorong atau meningkatkan penjualan guna meningkatkan laba perusahaan. Pengertian luas istilah piutang dapat dipergunakan bagi semua hak terhadap pihak lain atas uang, barang dan jasa. Gitosudarmo (2002: 81) Piutang adalah merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit. Kebijakan penjualan kredit ini merupakan kebijakan yang biasa dilakukan dalam dunia bisnis untuk merangsang minat para langganan. Jadi kebijakan ini sengaja dilakukan untuk memperluas pasar dan memperbesar hasil penjualan.

C. Penggolongan Piutang

Piutang merupakan semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang atau jasa terhadap seseorang atau perusahaan lain atas penjualan kredit yang dilakukan. Soemarso (2000: 339) mengemukakan bahwa piutang diklasifikasikan sebagai piutang dagang dan piutang lain-lain. Piutang dapat meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang yang timbul diluar kegiatan usaha normal perusahaan digolongkan dalam piutang lain-lain.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa piutang dapat diklasifikasikan menjadi dua (2) bagian besar, yaitu: Piutang Dagang dan Piutang Lain-lain.

1. Piutang Dagang

Piutang dagang merupakan piutang yang berasal dari penjualan barang-barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Piutang ini merupakan penjualan kredit jangka


(12)

pendek kepada pelanggan. Pembayarannya biasanya jatuh tempo 30-50 hari. Perjanjian kreditnya merupakan persetujuan informan antara penjual dan pembeli yang di dukung oleh dokumen-dokumen perusahaan seperti faktur pesanan penjual dan kontrak penyerahan. Biasanya piutang dagang tidak melibatkan bunga meskipun bunga atau biaya jasa dapat saja ditambahkan bilamana pembayaran tidak dilakukan dalam periode tertentu. Piutang dagang merupakan tipe piutang yang paling lazim ditemukan dan umumnya mempunyai jumlah yang paling besar. Piutang dagang dibagi atas dua bagian, yaitu:

a. Piutang Usaha

Menurut Kieso dan Weigand (2002: 182) bahwa piutang usaha adalah jumlah yang terhutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa yang diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal. Seperti yang telah dikemukakan piutang timbul dari transaksi penjualan kredit. Transaksi penjualan kredit terjadi apabila ada kesepakatan antara penjual dan pembeli mengenai harga, jenis barang maupun syarat pembayaran kemudian penjual menerbitkan faktur penjualan sebagai dasar untuk pencatatan penjualan barulah resmi terjadi piutang usaha. Piutang usaha diklasifikasikan dalam neraca sebagai aktiva lancar.

b. Piutang wesel

Piutang wesel adalah suatu janji tertulis yang tidak bersyarat dari seseorang kepada pihak lain untuk membayar sejumlah uang pada tanggal tertentu. Piutang dalam bentuk wesel biasanya berakhir setelah 30 hari atau paling lama 90 hari. Wesel ini dapat diperjualbelikan kepada pihak lain jika sipemegang wesel membutuhkan uang sebelum jatuh temponya sipemegang wesel akan menagih dari pihak yang mengeluarkan wesel.


(13)

Menurut Kieso dan Weygand (2002: 252) Piutang wesel atau bisa juga disebut wesel tagih dapat dikategorikan atas dua bagian, yaitu:

1. Wesel tagih berbunga dinyatakan suatu tingkat bunga tertentu dari jangka waktu jatuh temponya. Pihak yang menandatangani wesel harus membayar sejumlah nilai nominal wesel ditambah dengan bunga yang terhutang.

2. Wesel tagih tanpa bunga, pembayaran akan diterima pada saat jatuh tempo akan sama dengan nilai nominal yang dinyatakan dalam satu wesel tesebut.

2. Piutang Lain-lain

Menurut Smith (1997: 286) bahwa piutang lain-lain meliputi seluruh tipe piutang lainnya. Piutang lain-lain dari berbagai transaksi seperti :

1. Penjualan sekuritas atau harta benda lain selain persediaan

2. Uang muka kepada pemegang saham, para direktur, pejabat dan karyawan

3. Setoran atau deposito kepada kreditor, perusahaan utilitas (Perum) dan instilasi-instilasi lainnya

4. Pembayaran dimuka atas pembelian 5. Tuntutan atas kerugian atau kerusakan 6. Harga saham yang masih harus ditagih 7. Piutang deviden dan bunga

Penjualan kredit ini akan menimbulkan resiko bagi perusahaan jika tidak dapat ditagihnya sebagian atau bahkan mungkin seluruh dari piutang. Oleh karena itu lalu memperhitungkan biaya atas resiko tidak dapat ditagihnya piutang tersebut dalam bentuk bad debt expense.


(14)

Kebijakan penjualan kredit dapat menimbulkan keuntungan-keuntungan dalam bentuk:

a. Kenaikan hasil penjualan

b. Kenaikan laba. Hal ini adalah sebagai akibat dari kenaikan dalam hasil penjualan akan dapat menimbulkan kenaikan pada laba perusahaan.

c. Memenangkan persaingan. Dalam bisnis saat ini maka hampir semua perusahaan melaksanakan politik penjualan kredit. Oleh karena itu untuk menjaga posisi perusahaan di dalam persaingan maka haruslah dilakukan politik penjualan kredit tersebut, apabila tidak ingin merosot dalam posisi persaingan di pasar.

Menurut Gitosudarmo (2002: 82) besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :

1. Volume penjualan kredit

Makin besar jumlah penjualan kredit dari keseluruhan penjualan akan memperbesar jumlah piutang dan sebaliknya makin kecil jumlah penjualan kredit dari keseluruhan piutang akan memperkecil jumlah piutang.

2. Syarat pembayaran bagi penjualan kredit

Semakin panjang batas waktu pembayaran kredit berarti semakin besar jumlah piutangnya dan sebaliknya semakin pendek batas waktu pembayaran kredit berarti semakin kecil besarnya jumlah piutang

3. Ketentuan tentang batas volume penjualan kredit

Apabila batas maksimal volume penjualan kredit ditetapkan dalam jumlah yang relatif besar, maka bersarnya piutang juga semakin besar.


(15)

4. Kebiasaan membayar para pelanggan kredit

Apabila kebiasaan membayar para pelanggan dari penjualan kredit mundur dari waktu yang dipersyaratkan maka besarnya jumlah piutang relatif besar.

5. Kegiatan penagihan piutang dari pihak perusahaan

Apabila kegiatan penagihan piutang dari perusahaan bersifat aktif dan pelanggan melunasinya maka besarnya jumlah piutang relatif kecil, tetapi apabila kegiatan penagihan piutang bersifat pasif maka besarnya jumlah piutang relatif besar.

D. Biaya Atas Piutang

Menurut Gitosudarmo (2002: 82) dengan dilaksanakanya penjualan secara kredit yang kemudian menimbulkan piutang maka perusahaan sebenarnya tidak terlepas dari penanggungan risiko berupa biaya. Biaya yang timbul akibat adanya piutang adalah : 1. Biaya penghapusan piutang

Biaya penghapusan piutang/piutang ragu-ragu (bad debt) risiko terhadap tidak tertagihnya sejumlah tertentu dari piutang akan dimasukkan sebagai biaya piutang ragu-ragu yang nantinya akan diadakan penghapusan piutang. Oleh karena itu perlu diperhitungkan pada setiap periode.

2. Biaya pengumpulan piutang

Dengan adanya piutang maka timbul kegiatan penagihan piutang yang akan mengeluarkan biaya yang disebut sebagai biaya pengumpulan piutang.

3. Biaya administrasi


(16)

4. Biaya sumber dana

Dengan terjadinya piutang maka diperlukan dana dari dalam maupun dari luar perusahaan untuk menjagainya. Dana tersebut diperlukan biaya untuk sumber dana.

E. Manajemen Piutang

Manajemen Piutang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan yang menjual produk secara kredit, karena itu sebelum perusahaan berani menawarkan penjualan kredit kepada masyarakat maka terlebih dahulu harus memanajemen atau membuat perencanaan yang matang sehingga langkah-langkah yang harus ditempuh pengorganisasiannya,pengendalian dan hal-hal yang terkait didalamnya.Manajemen piutang merupakan bagaimana perusahaan membuat suatu kebijakan tentang pengumpulan piutang.

1. Kebijakan Kredit

Kebijakan penjualan kredit merupakan pedoman yang harus ditempuh oleh perusahaan dalam menentukan apakah kepada seseorang langganan akan diberikan kredit dan kalau diberikan kredit berapa banyak atau berapa jumlah kredit yang akan diberikan tersebut. Perusahaan-perusahaan tidak hanya mementingkan penentuan standar kredit yang diberikan tetapi juga penerapan standar tersebut secara tepat dalam membuat keputusan-keputusan kredit.

Sumber-sumber informasi dan analisa-analisa kredit merupakan suatu hal yang penting bagi keberhasilan manajemen piutang perusahaan.Penerapan yang tepat dari kebijaksanaan yang tidak tepat ataupun penerapan yang tidak tepat dari kebijaksanaan yang tepat tidak akan dapat memberikan hasil yang optimal bagi perusahaan.


(17)

Menurut Syamsuddin (2000: 256-258) variabel-variabel kebijakan kredit yang terpenting adalah:

a. Standar Kredit

Standar kredit dari suatu perusahaan didefenisikan sebagai kriteria minimum yang harus dipenuhi oleh seorang langganan sebelum memberikan kredit. Hal-hal seperti nama baik langganan sehubungan dengan kredit atau utang-utang dagangnya baik kepada perusahaan sendiri maupun kepada perusahaan lain, referensi-referensi kredit, rata-rata jangka waktu pembayaran utang dagang akan dapat memberikan suatu dasar penilaian bagi perusahaan sebelum memberikan atau melakukan penjualan kredit.

Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan apabila perusahaan bermaksud untuk mengubah standar kredit yang akan ditetapkan perusahaan menurut Syamsuddin (2000: 257) adalah:

1) Biaya Administrasi

Perusahaan memperlunak standar kredit yang diterapkan maka berarti lebih banyak kredit yang diberikan dan tugas-tugas yang tidak dapat dipisahkan dengan adanya pertambahan penjualan kredit tersebut juga akan semakin bertambah besar. Sebaliknya apabila standar kredit diperketat maka jumlah penjualan kredit yang diberikan akan semakin kecil dan tugas-tugas untuk itupun semakin sedikit. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa perlunakan standar kredit yang lebih ketat akan mengurangi biaya-biaya administrasi.

2) Investasi Piutang

Penanaman modal dalam piutang mempunyai biaya-biaya tertentu, semakin besar piutang semakin besar pula biaya-biayanya (carrying cost), demikian pula sebaliknya.


(18)

Bila perusahaan memperlunak standar kredit yang diterapkan maka rata-rata jumlah piutang akan memperkecil rata-rata piutang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perlunakan standar kredit akan memperbesar carrying cost dan apabila sebaliknya, biaya-biaya tersebut akan semakin kecil. Perubahan rata-rata piutang dikaitkan dengan perubahan standar kredit yang disebabkan oleh perubahan volume penjualan dan perubahan dalam pengumpulan piutang.

Perlunakan standar kredit diharapkan untuk meningkatkan volume penjualan sedangkan standar kredit yang semakin ketat akan menurunkan volume penjualan. Peningkatan volume penjualan akan memperbesar rata-rata piutang sedangkan penurunan volume penjualan akan berakibat sebaliknya yaitu semakin rendahnya jumlah rata-rata piutang. Perusahaan bila memperlunak standar kredit yang diterapkan maka dapat diduga bahwa perusahaan sudah mengambil kebijaksanaan untuk memberikan kredit kepada langganan-langganan yang selama ini kurang memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan, misalnya mungkin mereka membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membayar hutang-hutangnya kepada perusahaan. Sebaliknya yaitu perusahaan semakin memperketat standar kredit yang diberikan, maka penjualan kredit tersebut akan diberikan terbatas kepada langganan-langganan yang benar-benar memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan dan dapat diharapkan untuk membayar utang-utang mereka lebih awal atau paling tidak tepat waktu dari yang sudah ditentukan. Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa dengan diperlunaknya standar kredit yang ditetapkan maka rata-rata piutang akan semakin meningkat, sedangkan memperketat piutang akan memperkecil rata-rata piutang.


(19)

3) Kerugian Piutang

Variabel lain yang diperkirakan akan dipengaruhi oleh adanya perubahan standar kredit adalah Bad Debt Expenses. Probabilitas (resiko) kerugian piutang akan semakin meningkat dengan diperlunaknya standar kredit dan akan menurun bilamana standar kredit diperketat.

4. Volume Penjualan

Perubahan standar kredit dapat diharapkan akan mengubah volume penjualan. Bila standar kredit diperlunak maka diharapkan dapat meningkatkan volume penjualan, sedangkan apabila sebaliknya yang terjadi dimana perusahaan memperketat standar kredit yang diterapkan maka dapat diperkirakan bahwa volume penjualan akan menurun. Pengaruh dari perlunakan standar kredit atas keuntungan perusahaan serta perubahan-perubahan yang ditimbulkan dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 2.1

Pengaruh Pelunakan Standar Kredit Terhadap Laba Keterangan Arah pengaruh perubahan

Terhadap laba

Volume penjualan N +

Periode rata-rata pengumpulan piutang N - Biaya piutang ragu-ragu N - Sumber: Syahyunan, (2004: 64)

b. Jangka Waktu Kredit

Pada prinsipnya jangka waktu kredit ditempuh dengan harapan agar penjualan bisa meningkat karena yang ditingkatkan hanyalah jangka waktu kreditnya, maka pada umumnya resiko tidak terbayar piutang tidaklah banyak berubah. Perpanjangan jangka waktu kredit akan meningkatkan volume penjualan baik rata-rata pengumpulan piutang


(20)

maupun piutang juga akan meningkat. Peningkatan volume penjualan akan mempunyai pengaruh yang positif atas keuntungan perusahaan, sedangkan peningkatan rata-rata pengumpulan piutang akan membawa pengaruh yang negatif bagi keuntungan perusahaan.

Jangka waktu kredit merupakan kondisi yang disyaratkan untuk pembayaran kembali piutang dari para langganan. Kondisi tersebut meliputi pemberian kredit dan potongan tunai. Contoh, net 30 berarti bahwa langganan mempunyai tenggang waktu 30 hari untuk membayar kembali utangnya kepada perusahaan tanpa potongan.Contoh lainnya, 6/10 net 60 berarti bahwa langganan mempunyai tenggang waktu pembayaran utang kepada perusahaan selama 60 hari dan apabila pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari maka akan mendapat potongan tunai sebesar 6%.

Jangka waktu kredit dapat mempengaruhi tingkat penjualan dengan demikian perusahaan perlu mempertimbangkan apakah sebaiknya memperpanjang periode pemberian kredit atau tidak. Oleh karena itu perlu diperhatikan perilaku para pesaing ,apabila pesaing juga memperpanjang periode pembayaran,besar kemungkinan setiap perusahaan hanya akan mencapai tingkat penjualan yang sama.

Kebiasaan industri sering kali menentukan syarat kredit yang seharusnya diberikan, periode kredit adalah cara lain yang dapat memungkinkan perusahaan meningkatkan permintaan atas produk.Keuntungan dan kerugian adalah antara profitabilitas penjualan tambahan dan permintaan pengembalian atas investasi tambahan dalam piutang.

c. Potongan (Discount)

Faktor ketiga yang perlu diperhatikan adalah pemberian potongan kepada pembeli. Apabila syarat pembayaran adalah 2/10 net 30, maka ini berarti bahwa


(21)

perusahaan memberikan potongan sebesar 2% apabila pembeli membayar dalam jangka waktu 10 hari atau kurang dan diharuskan membayar dalam jangka waktu 30 hari. Bila perusahaan memberikan potongan tunai dalam penjualan kredit yang dilakukan dapat diperkirakan akan terjadinya perubahan–perubahan seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.2

Pengaruh pemberian Potongan Tunai Pada Penjualan Keterangan Perubahan Naik (N) atau

Turun (T)

Pengaruh Atas Keuntungan Positif (+)

atau Negatif (-)

Volume Penjualan N +

Rata-rata Pengumpulan Piutang

T +

Kerugian Piutang T +

Keuntungan Per Unit T -

Sumber: Syamsuddin, (2000: 266)

Volume penjualan akan meningkat karena adanya potongan tunai untuk

pembayaran yang dilakukan dalam waktu sepuluh hari, maka harga produk yang dibeli perusahaan pembeli akan lebih murah dan juga diharapkan rata-rata pengumpulan piutang akan turun pembeli-pembeli tadinya tidak mengambil atau tidak mendapatkan potongan tunai, sekarang dapat mengambil potongan tunai tersebut. Aspek negatif dari adanya potongan tunai adalah menurunnya keuntungan perunit dari produk yang dijual bilamana semakin banyak pembeli yang mengambil potongan tunai yang ditawarkan tersebut berarti menurunnya keuntungan dari produk yang dijual.

2. Kebijakan Pengumpulan Piutang

Kebijakan pengumpulan piutang suatu perusahaan adalah merupakan prosedur yang harus diikuti dalam piutang-piutangnya bila sudah jatuh tempo. Sebagian dari


(22)

keefektipan perusahaan dalam menerapkan kebijakan pengumpulan piutang dapat dilihat dari jumlah kerugian piutang (bad debt expenses), karena jumlah piutang yang dianggap sebagai kerugian tersebut tidak hanya tergantung pada kebijakan pengumpulan piutang tetapi juga kebijakan-kebijakan penjualan kredit yang diterapkan.

Perusahaan harus teliti dalam melakukan penagihan piutang kepada para debitur karena berhubungan dengan biaya-biaya pengeluaran untuk penagihan sehingga dikhawatirkan biaya tersebut akan lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah piutang yang akan ditagih. Perusahaan dalam melakukan kegiatan pengumpulan piutang harus bertindak hati-hati dan tidak agresif terhadap langganan sehubungan dengan usaha pengumpulan piutang. Bila langganan tidak dapat membayar tepat pada waktunya sebaiknya perusahaan menunggu sampai jangka waktu tertentu yang dianggap wajar sebelum menerapkan prosedur-prosedur pengumpulan piutang yang diterapkan.

3. Teknik Pengumpulan Piutang

Adapun teknik pengumpulan piutang yang dilakukan perusahaan menurut Syamsuddin (2000: 273) antara lain adalah:

1. Melalui surat

Apabila pembayaran utang langganan sudah lewat beberapa hari tetapi belum juga dilakukan pembayaran maka perusahaan dapat mengirim surat dengan nada mengingatkan atau menegur langganan yang belum membayar tersebut bahwa utangnya telah jatuh tempo.


(23)

Bila telah dikirim surat teguran ternyata utang-utang tersebut belum juga dibayar, maka bagian kredit dapat menelepon langganan secara pribadi untuk segera melakukan pembayaran.

3. Kunjungan pribadi

Dengan cara melakukan kunjungan secara pribadi ketempat langganan merupakan cara yang efektif dalam usaha pengumpulan piutang.

4. Tindakan yuridis hukum

Jika ternyata langganan tidak mau membayar utang-utangnya maka perusahaan dapat melakukan tindakan yuridis yaitu mengajukan gugatan perdata kepada pengadilan.

Usaha pengumpulan piutang yang terlalu agresif juga harus dihindarkan karena akan mengurangi penjualan di masa mendatang dan keuntungan , langganan akan berpindah ke pesaing perusahaan yang lebih mudah. Pada saat perusahaan akan menentukan usaha yang mana yang akan dijalankan juga harus memperhatikan dana yang tersedia untuk pengumpulan piutang itu.Perusahaan yang telah memjalankan kebijakan kredit dan pengumpulan piutang, dapat melakukan evaluasi calon langgananyang baru dengan mendasarkan diri pada cara-cara yang telah digunakan.Menurut Sartono ada beberapa langkah dalam evaluasi calon langganan:

1. Mengumpulkan informasi yang relevan tentang calon pelanggan. 2. Menganalisis kondisi calon atas dasr informasi yang diperolehnya.

3. Mengambil keputusan apakah calon langganan akan diberikan kredit atau tidak, dan berapa jumlahnya.

Informasi yang bisa dipakai untuk menentukan apakah seseorang atau perusahaan pantas menerima kredit bisa diperoleh dari beberapa sumber:


(24)

1. Laporan keuangan. Perusahaan bisa meminta pelanggan untuk mengirimkan laporan keuangannya. laporan tersebut bisa dipakai untuk mengidentifikasi kemampuan ekonomis (kemampuan menghasilkan kas) dan juga stabilitas aliran kas yang dihasilkan. Perhitungan rasio bisa dilakukan untuk mendukung analisis terhadap pelanggan.

2. Bank. Bank biasanya menyimpan informasi mengenai pelanggannya. Bank bisa diminta membantu menentukan apakah suatu perusahaan layak diberi pinjaman kredit atau tidak.

3. Asosiasi perdagangan. Banyak asosiasi yang mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai perusahaan yang menjadi anggotanya.

4. Pengalaman perusahaan. Jika calon penerima kredit sudah terbiasa melakukan transaksi dengan perusahaan, maka perusahaan dapat mengevaluasi pengalaman historis melakukan transaksi bisnis dengan calon debitur tersebut.

5. Informasi lainnya. Banyak cara lain untuk memperoleh informasi apakah suatu perusahaan layak diberi kredit atau tidak. Perusahaan bisa memperoleh informasi melalui laporan credit rating.(Hanafi, 2004: 561)

Menurut Syahyunan (2004: 62) dalam memberikan piutang kepada nasabah pihak perusahaan harus memperhatikan kelima aspek penting dari nasabah yang dikenal dengan ”5C”.

1. Character (Karakter Pribadi)

Aspek ini menggambarkan keinginan atau kemauan para pembeli untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya sesuai dengan persyaratan yang sudah ditetapkan penjual.


(25)

Pola-pola pembayaran utang pada masa lalu dapat dijadikan pedoman yang sangat berguna dalam menilai karakter seorang calon langganan.

2. Capacity (Kemampuan)

Menggambarkan kemampuan seorang langganan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya. Suatu estimasi yang dianggap cukup baik dapat diperoleh dengan menilai posisi likuiditas dari seorang langganan.

3. Capital (Modal)

Menunjuk kepada kekuatan finansial calon pelanggan terutama dengan melihat jumlah modal sendiri yang dimilikinya. Analisa terhadap neraca perusahaan dengan menggunakan ratio-ratio finansial yang tersedia akan dapat memenuhi kebutuhan atas penilaian modal (capital) calon langganan.

4. Collateral (Jaminan)

Menggambarkan jumlah aktiva yang dijadikan sebagai barang jaminan oleh calon langganan. Akan tetapi hal ini bukanlah merupakan pertimbangan yang sangat penting karena tujuan perusahaan dalam memberikan kredit bukanlah untuk menyita dan kemudian menjual aktiva langganan, tetapi tekanannya adalah pada pembayaran kredit yang diberikan pada waktu yang telah ditetapkan.

5. Conditions of Economic (Kondisi Perekonomian)

Menunjuk kepada keadaan ekonomi secara umum dan pengaruhnya atas kemampuan perusahaan calon langganan dalam memenuhi kewajibannya.


(26)

Menurut Gitosudarmo (2002: 83-91) dalam kegiatan manajemen piutang mencakup beberapa hal:

1. Perencanaan jumlah dan pengumpulan piutang

Rencana jumlah piutang pada waktu yang akan datang disusun berdasarkan budget penjualan dengan memperhatikan persyaratan pembayaran yang ditawarkan perusahaan dan kebiasaan para pelanggan membayar utangnya. Besarnya rencana piutang akan terpengaruh dari sejumlah resiko piutang berupa piutang yang tidak tertagih (piutang ragu-ragu) yang diestimasikan oleh pihak perusahaan.Melalui besarnya piutang maka akan memperhatikan kebiasaan para pelanggan membayar utangnya dapat direncanakan pengumpulan piutang pada saat tertentu pada waktu yang akan datang. 2. Pengendalian piutang

Untuk melaksanakan pengendalian piutang secara ketat perlu dilakukan hal sebagai berikut:

1) Penyaringan pelanggan

Untuk menekan serendah mungkin resiko kredit berupa tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan kepada para pelanggan perlu diadakan penyaringan

langganan kredit dengan mempertimbangkan berbagai faktor:

a) Adanya suatu kesanggupan secara jujur untuk membayar kredit yang telah diterima oleh pelanggan.

b) Adanya kemampuan dari pelanggan yang diukur secara subyektif oleh pihak perusahaan.


(27)

c) Adanya ikatan atau jaminan untuk keamanan dari resiko kredit baik berupa surat-surat penting maupun benda yang ada nilainya dari pelanggan yang diberi kredit.

Dengan syarat-syarat tersebut tidak semua pelanggan akan dilayani penjualan kredit, tetapi ada penyaringan sehingga ada harapan pada waktu yang akan datang piutang-piutang yang terjadi akibat penjualan kredit dapat tertagih.

2) Penentuan resiko kredit

Besarnya resiko kredit seperti tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan para langganan pada setiap periode tertentu merupakan informasi bagi manajemen keuangan yang kemudian direncanakan penyediaan cadangan penghapusan piutang atau diperhitungkan dalam rencana pengumpulan piutang pada setiap saat dalam satu periode.

Langkah-langkah penentuan resiko kredit:

a) Penentuan batas tertinggi resiko kredit dapat diperhitungkan dengan mengambil dari pengalaman tahun-tahun lalu yang pernah terjadi dari resiko kredit.

b) Mengadakan klasifikasi dari pelanggan. c) Seleksi para pelanggan tetap.

3) Penentuan potongan-potongan

Dalam memberikan rangsangan bagi pelanggan, agar membayar pada waktu yang ditetapkan maka perlu diberi potongan-potongan bagi pelanggan yang membayar pada batas tertentu yang ditetapkan.


(28)

4) Pelaksanaan administrasi yang berhubungan dengan penarikan kredit

Lambatnya penarikan piutang disebabkan kelalaian dalam penyerahan faktur kepada langganan dan tertundanya pengiriman pemberitahuan. Apabila langganan tidak membayar utangnya dalam jangka waktu kredit yang telah ditetapkan maka ada suatu tindak lanjut yang berlaku otomatis sampai utang itu dibayar.Surat pemberitahuan itu merupakan langkah pertama yang kemudian surat menyurat,panggilan atau telepon pribadi dan akhirnya piutang harus diserahkan

kepada pengacara atau badan –badan lain yang mengurusi penarikan piutang. 5) Penetapan ketentuan-ketentuan dalam menghadapi penunggak

Bagi para penunggak atau pelanggan yang tidak membayar kredit pada waktunya perlu ditetapkan ketentuan-ketentuan agar pelanggan tersebut kemudian dapat

melunasi kreditnya walaupun sudah melampaui batas waktu yang ditetapkan. Ketentuan-ketentuan tersebut berupa:

a) Penyampaian surat-surat tagihan kepada pelanggan yang menunggak. b) Kegiatan secara aktif penagihan piutang secara langsung.

c) penarikan jaminan,surat-surat penting dengan kemungkinan mempercepat pelunasan kredit.

3.Penggunaan rasio

Dalam membandingkan antara untung dan rugi akibat adanya piutang dapat dipergunakan beberapa rasio finansial. Perusahaan dapat membandingkan tingkat perputaran piutang dan rata-rata waktu pengumpulan piutang dari perusahaan tertentu dengan perusahaan lain yang sejenis atau dalam kelompok industrinya


(29)

F. Tingkat Efisiensi Pengumpulan Piutang

Menurut Gitosudarmo (2002: 91) piutang sebagai bagian dari modal kerja, maka keadaanya akan selalu berputar dalam arti piutang akan tertagih pada saat tertentu, akan timbul lagi akibat penjualan kredit dan seterusnya. Periode perputaran piutang tergantung dari panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit, sehingga semakin lama syarat pembayaran kredit berarti semakin lama terikatnya modal kerja tersebut dalam piutang. Berarti makin kecil tingkat perputaran piutang dalam satu periode dan sebaliknya semakin pendek syarat pembayaran kredit berarti makin pendek tingkat terikatnya modal kerja dalam piutang, sehingga tingkat perputaran piutang dalam satu periode semakin besar.

Menurut Gitosudarmo (2002: 92) analisa rasio untuk mengukur tingkat pengumpulan piutang yaitu :

Tingkat perputaran piutang =

g piu rata Rata kredit neto Penjualan tan 

Rata-rata pengumpulan piutang =

g piu perputaran tingkat hari tan 360

Metode analisis lain untuk mengendalikan kebijakan piutang adalah penentuan umur piutang atau aging piutang. Metode ini berusaha mengadakan klasifikasi piutang atas dasar umur atau lamanya piutang tersebut telah ada. Dengan diketahuinya umur piutang tersebut maka akan dapat diketahui :

a. Piutang- piutang mana yang sudah dekat dengan tempo dan harus ditagih

b. Piutang- piutang yang sudah lewat jatuh tempo dan perlu dihapuskan karena sudah tidak dapat ditagih kembali.


(30)

Apabila hal ini tidak segera dihapuskan mengakibatkan adanya likuiditas semu, yaitu tampaknya besar, tetapi riilnya kecil karena terdapat unsur piutang yang sebenarnya tidak dapat ditagih kembali.

Piutang yang diberikan kepada langganan diharapkan dapat tertagih pada waktu jatuh tempo, tetapi adakalanya tidak dapat ditagih kembali.Untuk menentukan bahwa piutang itu benar-benar tidak tertagih, dapat dilihat hal-hal sebagai berikut:

1) Bila failesemen langganan telah selesai dan tidak ada lagi bagian harta yang diterima untuk pelunasan piutang.

2) Bila langganan usahanya terhenti, menghilang tidak diketahui alamatnya lagi atau meninggal dunia tanpa ada hartanya.

3) Bila penagihan dibatasi, karena adanya peraturan Undang-undang khusus. 4) Bila saldo piutang sudah lama terbuka dan surat tagihan berkali-kali tidak

pernah dibalas.

5) Bila agen tidak mampu lagi menagihnya.

Piutang yang diragukan tertagihnya, harus dicadangkan penghapusannya,sedang untuk piutang yang sudah dapat dianggap tidak tertagih sama sekali dihapuskan seluruhnya sebagai beban biaya penghapusan piutang ragu-ragu.


(31)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya perusahaan bertujuan menghasilkan laba dalam mempertahankan usahanya. Salah satu kegiatan operasional tersebut adalah penjualan baik berbentuk tunai maupun penjualan secara kredit. Pada dasarnya perusahaan lebih menyukai penjualan tunai dibandingkan dengan kredit, namun adanya persaingan maka perusahaan melakukan penjualan kredit yang akan menimbulkan piutang.

Menurut Soemarso (2000: 338) piutang “merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan”, kelonggaran-kelonggaran yang diberikan, biasanya dalam bentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan. Penjualan dengan syarat demikian disebut dengan penjualan kredit.

Penjualan kredit memberikan resiko yang besar bagi perusahaan, karena perusahaan akan menerima piutang dari pelanggannya. Piutang ini berpengaruh sekali bagi perusahaan karena apabila dana perusahaan tersebut tertanam dalam piutang maka perusahaan tidak dapat lagi memutarkan dananya untuk kegiatan yang lain dan berakibat terganggunya arus kas dari perusahaan tersebut. Hal ini dapat saja terjadi misalkan tidak tepatnya pelanggan membayar hutangnya yang telah ditetapkan tanggal jatuh tempo oleh perusahaan.


(32)

Perum Perumnas Regional I Medan merupakan perpanjangan tangan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan perumahan masyarakat yang bertugas dan berwenang untuk melaksanakan pembangunan perumahan rakyat dan prasarana lingkungan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Perumahan yang ditawarkan oleh Perum Perumnas Regional I Medan kepada masyarakat terdiri dari berbagai jenis tipe rumah yang bertujuan agar masyarakat dapat bebas memilih tipe rumah sesuai dengan penghasilannya. Disamping itu pihak Perum memberikan kelonggaran penjualan rumah yaitu secara kredit yang akan ditagih pembayarannya dalam jangka waktu tertentu.

Berikut ini disajikan data mengenai jumlah piutang Perum Perumnas Regional I Medan mulai tahun 2000 sampai tahun 2005.

Tabel 1.1

Anggaran dan Realisasi Jumlah Piutang Perum Perumnas Regional I Medan tahun 2000 sampai dengan tahun 2005

(dalam ribuan Rupiah)

Tahun Anggaran Realisasi Pencapaian (%)

2000 10.222.791 3.908.080 38,22

2001 6.153.801 5.679.032 92,28

2002 3.561.530 14.543.183 408,34

2003 9.585.000 10.611.523 110,70

2004 7.604.860 12.689.314 166,85

2005 6.621.300 14.819.657 223,81

Sumber: Laporan Keuangan Perum Perumnas Regional I Medan untuk tahun 2000 sampai dengan 2005.

Pada Tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah piutang yang terjadi pada Perum Perumnas Regional I Medan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2005 mengalami peningkatan dan berfluktuasi bila dilihat dari persentase pencapaian setiap tahunnya.


(33)

Piutang yang terjadi di Perum Perumnas Regional I Medan ada dua jenis yaitu piutang retensi adalah piutang jaminan yang ditahan oleh pihak bank yang berupa sertifikat dan piutang usaha dibagi atas tiga jenis yaitu Kekurangan Uang Muka (KUM), (Kelebihan Luas Tanah (KLT) dan Cicilan Tunai (CITUN). KUM terjadi apabila nasabah belum melunasi uang muka pembelian rumah kepada pihak perum sebesar 20% dari harga jual rumah. KLT terjadi apabila nasabah membeli rumah yang ukurannya melebihi luas standar yang telah ditentukan. Sedangkan CITUN terjadi apabila nasabah tidak memenuhi syarat untuk melakukan KPR oleh Bank, mendapat peninjauan kembali oleh pihak perum untuk memperbolehkan nasabah melakukan kredit rumah yang berurusan langsung dengan pihak Perum.

Jumlah piutang yang terjadi di Perum Perumas Regional I Medan dilihat dari anggaran dan realisasi mengalami peningkatan dari setiap tahun. Adapun yang mendasari Perum Perumnas Regional I Medan membuat anggaran setiap tahunnya adalah suatu kewajiban direksi perusahaan yang diambil dari rapat koordinasi cabang-cabang untuk melihat peluang pasar di masing-masing daerah sehingga dapat menentukan strategi penjualan dan pembangunan rumah.

Pada Tabel 1.1 terlihat bahwa tahun 2000 dan tahun 2001, anggaran lebih besar daripada realisasi yang artinya dalam tahun 2000 dan tahun 2001 penjualan rumah banyak dibayar secara tunai dibandingkan pembayaran secara kredit, sedangkan untuk tahun 2002 sampai tahun 2005, anggaran lebih kecil daripada realisasi karena adannya penumpukan piutang tak tertagih, dan hal ini terjadi karena nasabah kebanyakan menunggak pembayaran kredit rumah yang sudah ditentukan. Dari wawancara yang dilakukan penulis, alasan nasabah melakukan penunggakan terjadi karena kondisi


(34)

perekonomian yang menuntut nasabah lebih mengutamakan kebutuhan pokok sehari-hari, dan nasabah yang melakukan kredit rumah adalah kalangan menengah kebawah.

Pengelolaan manajemen piutang jika tidak dilaksanakan dengan baik maka kemungkinan terjadinya jumlah piutang yang terus meningkat secara khusus piutang tak tertagih akan sangat besar jumlahnya yang akan merugikan perusahaan yang bersangkutan.

Manajemen Piutang adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpin dan pengendalian melalui klaim yang diharapkan akan diselesaikan melalui penerimaan kas dalam upaya anggota organisasi dengan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk membahas manajemen piutang pada Perum Perumnas Regional I Medan dengan mengadakan penelitian yang berjudul ”Analisis Implementasi Manajemen Piutang Pada Perum Perumnas Regional I Medan”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu ”Apakah Perum Perumnas Regional I Medan dalam mengelola manajemen piutang pada tahun 2000 sampai dengan 2005 sudah efisien?”.

C.Kerangka Konseptual

Terjadinya piutang adalah ditimbulkan karena adanya transaksi penjualan secara kredit oleh perusahaan kepada para pelanggannya. Untuk dapat mempertahankan


(35)

langganan-langganan yang sudah ada sekarang dan untuk menarik langganan-langganan baru, perusahaan pada umumnya melakukan penjualan secara kredit.

Penjualan kredit pada akhirnya akan menimbulkan hak penagihan atau piutang kepada langganan sangat erat hubungannya dengan persyaratan kredit yang diberikan. Sekalipun pengumpulan piutang tidak tepat pada waktu yang sudah ditetapkan, namun sebagian besar dari piutang tersebut akan terkumpul dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Oleh karena itu piutang dimasukkan sebagai salah satu komponen aktiva lancar perusahaan.

Setiap perusahaan yang melakukan penjualan khususnya secara kredit harus melakukan pengelolaan piutang dengan sebaik-baiknya mulai dari kebijakan kredit, kebijakan pengumpulan piutang, teknik pengumpulan piutang. Kegiatan pengelolaan piutang di kenal dengan istilah manajemen piutang.

Perusahaan akan memperoleh kegiatan pengelolaan piutang yang efisien, jika pihak perusahaan menerapkan manajemen piutang yang baik dan benar sesuai dengan yang telah ditetapkan. Adapun manajemen piutang yang diharapkan dapat mendukung kegiatan pengelolaan piutang yang efisien terdiri dari:

1. Kebijakan kredit, merupakan pedoman yang ditempuh oleh perusahaan dalam menentukan seorang nasabah layak atau tidak layak diberikan kredit.

2. Kebijakan pengumpulan piutang, merupakan prosedur yang harus diikuti dalam mengumpulkan piutang bila mana sudah jatuh tempo.

3. Teknik pengumpulan piutang, dapat dilakukan beberapa tindakan seperti melalui surat, telepon, kunjungan personal dan tindakan hukum. (Syamsuddin, 2000: 256)


(36)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengelolaan piutang akan berjalan dengan lancar bila didukung dengan manajemen piutang yang baik. Kerangka konseptual yang telah diuraikan dapat digambarkan sebagai berikut:

Manajemen Piutang a. Kebijakan kredit

b. Kebijakan pengumpulan piutang c. Teknik pengumpulan piutang Gambar 1.1 Kerangka konseptual Sumber : Syamsudin, 2000 (diolah)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan manajemen piutang yang dikelola oleh Perum Perumnas Regional I Medan tahun 2000 sampai dengan 2005.

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis

Sebagai bahan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan dalam bidang keuangan secara khusus tentang piutang.

2. Bagi Perum Perumnas Regional I Medan.

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan manajemen piutang yang disalurkan kepada nasabah.

3. Bagi peneliti Lain Memberikan sumbangan pemikiran dan referensi bagi peneliti yang nantinya dapat memberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang.

Kegiatan pengelolaan piutang yang efisien


(37)

E. Metode Penelitian

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada Perum Perumnas Regional I Medan yang beralamat di Jalan Matahari Raya No.313 Helvetia Medan di mulai dari bulan November sampai dengan Februari 2008.

2. Batasan Operasional

Penelitian ini hanya terbatas untuk meneliti kebijakan manajemen piutang yang dikelola oleh Perum Perumnas Regional I Medan dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2005.

3. Jenis dan Sumber Data

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya melalui wawancara dengan pegawai bagian pendanaan dan akuntansi Perum Perumnas Regional I Medan. b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber yang telah terdokumentasi di

Perum Perumnas Regional I Medan melalui literatur ilmiah yang berkaitan dengan topik bahasan dalam penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Teknik Dokumentasi

Yaitu dengan cara mengumpulkan data yang telah terdokumentasi di Perum Perumnas Regional I Medan berupa sejarah perusahaan maupun struktur organisasi dalam perusahaan tersebut, laporan keuangan meliputi neraca dan laporan laba rugi


(38)

perusahaan serta teori yang berkaitan untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti.

b. Wawancara

Yaitu mengumpulkan data pendukung dengan melakukan wawancara tanya jawab dengan pegawai bagian pendanaan dan akuntansi Perum Perumnas Regional I Medan.

5. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analisis Deskriptif yaitu dengan mengadakan pengumpulan dan penganalisaan data yang diperoleh sehingga dapat dimengerti dan kemudian diinterpretasikan sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya mengenai objek penelitian.


(39)

GAMBARAN UMUM PERUM PERUMNAS REGIONAL I MEDAN

A. Sejarah berdirinya Perum Perumnas Regional I Medan.

Perum Perumnas Regional I Medan merupakan perpanjangan tangan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan perumahan masyarakat yang berkantor pusat di Jakarta. Perum Perumnas berdiri sejak tahun 1974 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1974. Perum Perumnas Regional I Medan bertugas dan berwenang untuk melaksanakan pembangunan perumahan rakyat dan prasarana lingkungan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Perum Perumnas Regional I Medan beralamat di Jl. Matahari Raya No. 313 Helvetia Medan.

Aktivitas usaha Perum Perumnas telah menyebar ke seluruh nusantara dengan memberikan penyediaan rumah yang sederhana dan terjangkau oleh masyarakat. Khusus Perum Perumnas Regional I Medan yang didirikan sejak tahun 1980 dan awalnya hanya membangun Perumnas Mandala, telah berhasil membangun unit-unit perumahan lainnya seperti Perumnas Simalingkar, Martubung, Rumah Susun Suka Ramai di kota Medan dan unit-unit perumahan lainnya di ibu kota-ibu kota kabupaten dan kota madya di wilayah Regional I.

B. Visi dan Misi

Perum Perumnas Regional I Medan merupakan salah satu perusahaan negara (Badan Usaha Milik Negara) yang bergerak di bidang perumahan. Perum Perumnas Regional I Medan melaksanakan pembangunan perumahan rakyat dan prasarana


(40)

lingkungan yang ditawarkan kepada masyarakat kelas menengah pada umumnya. Perum Perumnas Regional I Medan memiliki visi dan misi sebagai berikut:

1. Melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang perumahan dan pemukiman berikut sarana dan prasarana lingkungan di daerah perkotaan yang diperuntukkan bagi masyarakat menengah kebawah dengan memperhatikan kelayakan dan keterjangkauan.

2. Sebagai pelaku pembangunan (agent of development) untuk:

a. Menyeimbangkan dan mengendalikan harga rumah agar dapat terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan menegah kebawah (stabilisator harga).

b. Menggerakkan koperasi dan masyarakat dalam bidang pembangunan perumahan dan pemasok bahan bangunan khususnya untuk perumahan sederhana (dinamisator).

c. Pelopor dalam penggunaan bahan bangunan baru, teknologi baru dengan mutu yang dapat dipertanggungjawabkan, waktu pembangunan yang lebih cepat dan harga yang lebih murah. Selain itu sebagai pelopor dalam pembangunan wilayah pemukiman baru (pionir).

C. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas

Struktur organisasi merupakan suatu hal yang penting bagi suatu organisasi, karena dengan adanya struktur organisasi maka tugas, fungsi, tanggung jawab, garis perintah, dan koordinasi dapat diketahui dengan jelas sehingga pelaksanaan kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan baik.


(41)

Struktur organisasi pada Perum Perumnas Regional I Medan adalah struktur organisasi staff, yang di pimpin oleh seorang General Manager yang dibantu oleh seorang Deputy. Dalam melaksanakan kegiatan sebagai General Manager dibantu berbagai bidang dan setiap bidang terdiri dari sub-sub bidang. Disamping itu terdapat juga beberapa sub yang bertanggung jawab langsung kepada General Manager.

Berikut adalah Gambar 3.1 struktur organisasi Perum Perumnas Regional I Medan.


(42)

SUBAG PRODUKSI SUBAG P2L SUBAG PEMASARAN SUBAG KSO & HUMAS BAGIAN KEUANGAN BAGIAN PEMASARAN BAG. PRODUKSI PENGELOLAAN &

PEREMAJAAN LINGKUNGAN SUBAG DANA SUBAG AKUNTANSI GM. REGIONAL

DEPUTY GM. REGIONAL

BAG. PERENCANAAN & PERTAHANAN SUBAG PERENCANAAN SUBAG PERTAHANAN SUBAG PUKK SUBAG PROGRAM USAHA DATA &

INFORMASI SUBAG HUKUM SUBAG UMUM PERLENGKAPAN & KEARSIPAN


(43)

a. Bersama dengan Deputy, General Manager memimpin para manajer bagian kantor Regional, Manajer Cabang, dan Manajer Unit untuk manyusun sasaran, rencana kerja, dan anggaran kantor Regional yang merupakan bagian dari RKAP.

b. Memberikan penugasan, pengendalian, pembinaan, dan penilaian kerja kepada para manajer bagian di kantor Regional dan Manajer Cabang, Manajer Pengelola Kasiba, Manajer Pengelola Rusun, dan Manajer UPKB.

c. Mengelola sumber daya dan dana dalam lingkup kantor Regional untuk melaksanakan kegiatan usaha.

d. Mengadakan koordinasi teknis dan administrasi dalam GM Divisi dan para GM Regional lain yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan di kantor Regional.

e. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan usaha Kantor Regional, Kantor Cabang, Kantor Unit Pengelola Kasiba, Kantor Unit Pengelola Rusun, Kantor UPKD yang meliputi kegiatan pertahanan, perencanaan, pembangunan dan peremajaan lingkungan, pemasaran, administrasi, keuangan, SDM, hukum dan PUKK.

f. Melakukan koordinasi dengan instansi dan institute terkait untuk mencapai sasaran kegiatan usaha.

Tugas Pokok Deputy General Manager Regional:

a. Bersama dengan GM Regional, memimpin para manajer bagian kantor Regional, Manajer Cabang, dan Manajer Unit untuk manyusun sasaran dan rencana kerja.

b. Memberikan penugasan, pengendalian, pembinaan, dan penilaian kerja kepada para Asisten Manajer.


(44)

c. Membantu GM Regional dalam melaksanakan kegiatan operasional di Kantor Regional, Cabang, dan Unit.

d. Memimpin penyelenggaraan kegiatan kantor Regional, khususnya dalam hal penyusunan, pelaksanaan dan pengendalian rencana kerja dan anggaran Kantor Regional.

e. Mengelola data dan informasi Kantor Regional, Kantor Cabang, dan Kantor Unit. f. Pengelolaan urusan umum, perlengkapan kearsipan serta hukum di Kantor Regional,

Kantor Cabang, dan Kantor Unit.

g. Pengelola pegawai Kantor Regional, Kantor Cabang, dan Kantor Unit. h. Pengelola PUKK.

i. Mewakili GM Regional dalam melaksanakan tugas-tugas apabila GM Regional berhalangan.

j. Memimpin penyelenggaraan pengelolaan (penerbitan atau laporan, pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan dan peretensian) data dan informasi di kantor Regional. Tugas Pokok Manajer Bagian Perencanaan dan Pertanahan:

a. Menyusun sasaran, rencana kerja dan anggaran bagian perencanaan dan pertanahan yang merupakan bagian dari RKAP Kantor Regional.

b. Memberikan penugasan, pengendalian, pembinaan dan penilaian kerja kepada asisten manajer dalam lingkup bagian perencanaan dan pertanahan.

c. Mengelolah sumber daya dan dana bagian perencanaan dan pertanahan untuk melaksanaan kegiatan usaha.

d. Menyelengarakan kegiatan perencanaan, yang meliputi analisa kelayakan lokasi, analisa pemanfaatan lahan, perencanaan kawasan, Buku Rencana Proyek (BPR),


(45)

perencanaan teknis (detail dan engineering) dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

e. Mengusulkan hasil penyelenggaraan dan perencanaan kepada GM Regional atau Deputy GM Regional untuk persetujuan tindak lanjut.

f. Mengadakan koordinasi teknis dan administrasi dengan Manajer Perencanaan dan Manajer Pertanahan serta unit kerja terkait untuk penyelenggaraan perencanaan. g. Bersama Manajer Produksi dan Perencanaan Lingkungan, Manajer Pemasaran dan

Manajer Keuangan membantu GM Regional dan Deputy GM Regional dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan kegiatan perusahaan.

h. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan dalam lingkungan bagian perencanaan dan pertanahan.

i. Menyelenggarakan kegiatan pengelolaan (penertiban atau pelaporan, pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan dan peretensian) data dan informasi dalam lingkup bidang perencanaan dan pertanahan.

Tugas Pokok Bagian Produksi, Pengelolaan dan Peremajaan Lingkungan:

a. Menyusun sasaran, rencana kerja dan anggaran bagian produksi, pengelolaan dan peremajaan lingkungan yang merupakan bagian dari RKAP Kantor Regional.

b. Memberikan penugasan, pengendalian, pembinaan, dan penilaian kerja kepada para asisten manajer dalam lingkup bagian P3L.

c. Mengelola sumber daya dan dana bagian untuk melaksanakan kegiatan.

d. Menyelengarakan kegiatan produksi, pengelolaan, dan peremajaan lingkungan meliputi aspek pematangan tanah, pembangunan sarana dan prasarana, pembangunan rumah dan lain-lain, baik yang di kerjakan melalui mitra kerja maupun swa kelola.


(46)

e. Mengadakan koordinasi teknis dan administrasi dengan GM Divisi bina teknik dan Manajer Perencanaan, Manajer Pertanahan dan Manajer Pembangunan, bagian-bagian Kantor Regional serta unit kerja terkait sehubungan dengan pelaksanaan P3L. f. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan dalam lingkup bagian P3L.

g. Bersama Manajer Perencanaan dan Pertanahan, Manajer Pemasaran dan Manajer keuangan membantu GM Regional dan Deputy GM Regional dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan kegiatan perusahaan.

h. Menyelenggarakan kegiatan pengelolaan (penerbitan atau pelaporan, pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan dan peretensian) data dan informasi dalam lingkup P3L. Tugas Pokok Bagian Pemasaran:

a. Menyusun sasaran, rencana kerja dan anggaran bagian pemasaran yang merupakan bagian dari RKAP Kantor Regional.

b. Memberikan penugasan, pengendalian, pembinaan dan penilaian kerja kepada para asisten manajer dalam lingkup bagian pemasaran.

c. Mengelola sumber daya dan dana bagian pemasaran.

d. Melaksanakan penyusunan riset pasar, strategi pemasaran, program kehumasan dan promosi.

e. Membina dan mengendalikan kegiatan pemasaran dan promosi kantor cabang dan kantor-kantor unit.

f. Melaksanakan penyelenggaraan kegiatan administrasi pada bidang pemasaran.

g. Bersama Manajer Perencanaan dan Pertanahan, Manajer Produksi dan Peremajaan Lingkungan, Manajer Keuangan membantu GM Regional dan Deputy GM Regional dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan kegiatan perusahaan.


(47)

h. Melaksanakan pembinaan SDM dalam lingkup dan tanggung jawabnya. Tugas Pokok Bagian Keuangan:

a. Menyusun sasaran, rencana kerja dan anggaran bagian keuangan yang merupakan bagian dari RKAP kantor regional.

b. Memberikan penugasan, pengendalian, pembinaan dan penilaian kerja kepada para asisten manajer dalam lingkup bagian keuangan.

c. Mengelola sumber daya dan dana bagian keuangan untuk melaksanakan kegiatan kantor regional dan cabang.

d. Melaksanakan kegiatan pengelolaan dana perusahaan dan kegiatan akuntansi.

e. Melaksanakan pengendalian kegiatan pengelolaan keuangan di kantor regional, kantor cabang dan kantor- kantor unit.

f. Melaksanakan penyelenggaraan kegiatan administrasi dan kegitan bidang keuangan. g. Melaksanakan pembinaan SDM dalam lingkup dan tanggung jawabnya.

h. Bersama Manajer Perencanaan dan Pertanahan, Manajer Produksi dan Peremajaan Lingkugan, serta Manajer Pemasaran membantu GM Regional dan Deputy GM Regional dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan kegiatan perusahaan.

C. Penggolongan Piutang Perum Perumnas Regional I Medan.

Piutang merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit. Penjualan kredit yang pada akhirnya akan menimbulkan hak penagihan atau piutang kepada nasabah sangat erat hubungannya dengan persyaratan kredit yang diberikan. Akibat penjualan secara kredit akan


(48)

menimbulkan piutang. Perum perumnas Regional I Medan menggolongkan piutang yaitu : Piutang Retensi dan Piutang Usaha.

1. Piutang Retensi.

Piutang retensi adalah piutang jaminan, yaitu jaminan yang ditahan oleh pihak bank. Piutang retensi terjadi apabila sertifikat (HPL, HGB, IMB) jaminan kelayakan konstruksi, air minum atau listrik belum dipenuhi oleh pihak pengembang.

2. Piutang Usaha.

Piutang Usaha merupakan piutang yang berasal dari hasil penjualan kredit dicatat berdasarkan nilai bersih dari transaksi penjualan yang telah ditetapkan. Perum Perumnas Regional I Medan mengelompokkan piutang usaha yaitu Kekurangan Uang Muka (KUM), Kelebihan Luas Tanah (KLT), Cicilan Tunai (CITUN).

a. Kekurangan Uang Muka (KUM)

Kekurangan Uang Muka terjadi apabila nasabah belum melunasi uang muka pembelian rumah. Besarnya pembayaran uang muka yang harus dibayarkan kepada pihak Perum Perumnas adalah sebesar 20% dari harga jual rumah. Kebijakan uang muka terjadi apabila nasabah tidak sanggup membayar uang muka sebesar yang telah ditentukan sehingga hal ini harus dibuat perjanjian secara tertulis antara nasabah dengan pihak perum yang menyatakan bahwa nasabah harus melunasi kekurangan pembayaran uang muka tersebut dalam jangka waktu kurang dari satu tahun.

b. Kelebihan Luas Tanah (KLT)

Kelebihan Luas Tanah terjadi karena nasabah membeli rumah yang ukurannya melebihi luas standar yang telah ditentukan. Misalnya, nasabah membeli rumah yang berada pada posisi paling pojok, biasanya tanah yang berada dilokasi paling pojok


(49)

ukurannya akan melebihi luas standar dari yang telah ditentukan maka konsumen atau nasabah harus membayar untuk setiap meter kelebihan luas tanah tersebut.

c. Cicilan Tunai (CITUN)

Cicilan Tunai terjadi karena nasabah yang tidak memenuhi syarat untuk melakukan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) oleh bank mendapat peninjauan kembali oleh pihak Perum Perumnas Regional I Medan dan pihak Perum Perumnas Regional I Medan menyetujui untuk memperbolehkan nasabah melakukan kredit rumah dimana nasabah langsung berurusan dengan pihak Perum Perumnas Regional I Medan. CITUN merupakan cicilan tunai yang harus dibayar oleh nasabah kepada pihak perum perumnas secara langsung yang besar cicilannya telah ditentukan. Citun ini akan terus berlangsung sampai jumlah citun yang dibayarkan oleh nasabah kepada pihak perum dapat melunasi nilai kredit rumah nasabah tersebut.


(50)

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian.

Data-data yang telah dikumpulkan berkaitan dengan manajemen piutang pada Perum Perumnas Regional I Medan adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan Kredit.

Perum Perumnas Regional I Medan merupakan salah satu perusahaan negara (Badan Usaha Milik Negara) yang bergerak dibidang perumahan. Perum Perumnas Regional I Medan melaksanakan pembangunan perumahan rakyat dan prasarana lingkungan yang ditawarkan kepada masyarakat kelas menengah pada umumnya.

Dalam hal perluasan pangsa pasar Perum Perumnas Regional I Medan juga melakukan penjualan secara kredit. Dengan adanya penjualan kredit ini maka diperlukan kebijakan kredit guna menjaga timbulnya piutang. Kebijakan ini meliputi standar kredit, jangka waktu dan potongan (discount) yang diberikan Perum Perumnas Regional I Medan.

a. Standar Kredit.

Standar kredit adalah kriteria minimum yang harus dipenuhi oleh seorang pembeli sebelum diberikan kredit. Pada Perum Perumnas Regional I Medan, sebelum nasabah diberikan kredit nasabah harus terlebih dahulu mempersiapkan surat permohonan seperti mengisi FPPR (Formulir Permohonan Pembelian Rumah). Melalui FPPR ini pihak Perum Perumnas Regional I Medan dapat lebih mudah untuk mengetahui data-data nasabah untuk dapat menentukan layak atau tidak layak nasabah diberikan kredit. FPPR ini berisi


(51)

atas nama lengkap, alamat, umur, status, dan slip gaji. Setelah nasabah mengisi FPPR ini dengan lengkap dan jelas maka pihak Perum Perumnas Regional I Medan akan mengajukan permohonan tersebut kepada kepala cabang Perum Perumnas Regional I Medan dan yang menentukan nasabah layak atau tidak layak diberikan kredit adalah diputuskan oleh kepala cabang Perum Perumnas Regional I Medan.

Setelah kepala cabang Perum Perumnas Regional I Medan memutuskan nasabah layak untuk diberikan kredit atas rumah maka nasabah harus menyediakan uang muka sebesar 20% dari harga rumah yang telah ditentukan dan dibayarkan kepada pihak Perum Perumnas Regional I medan, setelah dinyatakan lulus administrasi dari pihak Perum Perumnas Regional I Medan dan sudah membayar uang muka langkah berikutnya adalah penandatanganan akad kredit yang berisi jumlah angsuran nasabah per bulan.

b. Jangka Waku Kredit.

Jangka waktu kredit yang diberikan oleh pihak Perum Perumnas Regional I Medan kepada nasabah adalah sistem jangka panjang yaitu 5 tahun. Dilihat dari lamanya jangka waktu yang diberikan pihak Perum Perumnas Regional I Medan kepada nasabah mengakibatkan tidak adanya pelonggaran periode kredit, oleh karena itu nasabah wajib untuk melunasi pembayaran kredit dalam jangka 5 tahun.

c. Potongan (Discount)

Pada perusahaan umum lainnya seringkali memberikan discount yang berbeda-beda kepada nasabah dalam pemberian kredit. Namun tidak demikian dengan Perum Perumnas Regional I Medan, yaitu tidak menyediakan kebijakan seperti program discount. Akan tetapi ada penurunan harga rumah berdasarkan letak lokasi rumah dan kondisi rumah yang ditawarkan Perum Perumnas Regional I Medan, misalnya: lokasi


(52)

rumah yang ditawarkan Perum Perumnas Regional I Medan berada didaerah yang jauh dari kota dan letaknya kurang strategis maka pihak Perum Perumnas Regional I Medan akan menurunkan harga rumah dari harga yang telah ditetapkan.

2. Kebijakan Pengumpulan Piutang.

Dalam mengumpulkan piutangnya, Perum Perumnas Regional I Medan menetapkan kebijaksanaan dimana jumlah piutang dicatat pada kartu piutang. Kartu piutang merupakan pusat monitoring pengumpulan piutang dengan membuat suatu sistem pencatatan kartu yaitu melalui sistem manual dan sistem komputer. Di Perum Perumnas Regional I Medan, secara khusus yang mencatat piutang adalah bagian keuangan dan pemasaran yang kemudian diinformasikan kepada tim penagih untuk ke lapangan menagih piutang.

3. Teknik Pengumpulan Piutang.

Adapun teknik pengumpulan piutang yang dilakukan Perum Perumnas Regional I Medan dalam menagih piutang pertama-tama melakukan usaha penagihan melalui telepon untuk menanyakan mengapa pembayaran belum dilakukan. Apabila nasabah yang melakukan pembelian kredit tidak melaksanakan kewajibannya untuk membayar kredit sebagaimana yang telah disepakati oleh kedua belah pihak maka pihak Perum Perumnas Regional I Medan akan melakukan usaha penagihan secara langsung dengan cara menemui nasabah yang dilakukan oleh tim penagih.

Dalam hal penagihan utang tim penagih langsung bertemu muka dengan nasabah dengan membawa kwitansi sebagai tanda bukti pembayaran, kwitansi tersebut berisi data-data seperti nama, umur, pekerjaan, alamat lokasi perumahan, cabang perumahan, nomor daftar rumah, jumlah uang, pembayaran untuk piutang KUM, KLT atau CITUN.


(53)

Tim penagih harus mengisi kwitansi tersebut apabila nasabah membayar angsuran atas kredit rumah. Kwitansi bukti pembayaran diisi rangkap tiga, kwitansi asli untuk nasabah dan kwitansi kedua lainnya untuk tim penagih yang akan dilaporkan ke arsip cabang dan kebagian pemasaran.

B. Tingkat Efisiensi Pengumpulan Piutang.

Tingkat efisiensi pengumpulan piutang diukur dari analisa rasio perusahaan yaitu dengan melihat tingkat perputaran piutang (receivable turn over) dan jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang (days of account receivable).

1. Tingkat perputaran piutang (receivable turn over).

Rasio ini memperlihatkan kecepatan perputaran piutang selama periode yang digambarkan sebagai berikut:

Tabel 4.1

Rincian Jumlah Piutang, rata-rata piutang dan penjualan Perum Perumnas Regional I Medan tahun 2000 sampai 2005

(dalam ribuan Rupiah)

Uraian 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Piutang Usaha

3.908.080 5.679.032 14.543.183 10.611.523 12.689.314 14.819.657

Piutang lain-lain

9.867.111 1.216.660 214.079 907.503 912.993 866.159

Rata-rata Piutang

6.887.595 3.447.846 7.378.631 5.759.513 6.801.153 7.842.908

Penjualan 20.291.780 28.970.470 25.556.970 30.269.532 33.787.626 57.324.790 Sumber: Perum Perumnas Regional I Medan, 2007 (diolah)

Rumus tingkat perputaran =

g ratapiu rata penjualan tan 

Maka tingkat perputaran piutang untuk : Tahun 2000 =

595 . 887 . 6 780 . 291 . 20


(54)

Tahun 2001 = 846 . 447 . 3 470 . 970 . 28

= 8 kali

Tahun 2002 =

631 . 378 . 7 970 . 556 . 25

= 3 kali

Tahun 2003 =

513 . 759 . 5 532 . 269 . 30

= 5 kali

Tahun 2004 =

153 . 801 . 6 626 . 787 . 33

= 5 kali

Tahun 2005 =

908 . 842 . 7 790 . 324 . 57

= 7 kali

2. Jumlah Hari Rata-rata Pengumpulan Piutang (days of account receivable)

Jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang adalah menggambarkan lamanya piutang yang dapat terkumpul (tertagih).

Rumus Jumlah Hari Rata-Rata Pengumpulan Piutang =

g piu perputaran hari tan 360

Maka jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang untuk : Tahun 2000 =

kali hari 3 360

= 120 hari

Tahun 2001 = kali

hari 8 360

= 45 hari

Tahun 2002 = kali

hari 3 360

= 120 hari

Tahun 2003 = kali

hari 5 360

= 72 hari

Tahun 2004 = kali

hari 5 360

= 72 hari

Tahun 2005 = kali

hari 7 360


(55)

C. Analisis Deskriptif Manajemen Piutang Perum Perumnas Regional I Medan. Sesuai dengan uraian teoritis dan data yang telah dikumpulkan maka penulis membuat analisis dan pembahasan untuk menarik kesimpulan sebagai hasil penelitian. 1. Kebijakan Kredit.

Kebijakan kredit yang dilakukan oleh Perum Perumnas Regional I Medan meliputi standar kredit, jangka waktu dan potongan (discount).

a. Standar Kredit.

Kegiatan penentuan standar kredit yang dilakukan oleh Perum Perumnas Regional I Medan diawal kegiatan perkreditan atas penjualan rumah sudah berjalan dengan baik yaitu ada ketentuan yang ditetapkan oleh pihak Perum Perumnas Regional I Medan yang disesuaikan dengan ketentuan Perum Perumnas Pusat. Penentuan standar kredit diawali dengan pengajuan dan pengisian formulir permohonan pembelian rumah (FPPR) kemudian diputuskan oleh kepala cabang Perum Perumnas Regional I Medan. Melalui FPPR pihak Perum Perumnas Regional I Medan dapat melihat kriteria calon nasabah yang menjadi dasar penilaian bagi Perum Perumnas Regional I Medan untuk memberikan kredit.

b. Jangka waktu.

Dengan memperpanjang jangka waktu akan meningkatkan volume penjualan yang berpengaruh positif dengan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Perum Perumnas Regional I Medan lebih menekankan sistem jangka panjang 5 tahun, sehingga tidak ada kelonggaran bagi nasabah untuk pembayaran kredit rumah tetapi nasabah wajib melunasi pembayaran kredit rumah dalam jangka 5 tahun.


(56)

c. Potongan (Discount)

Potongan yang diberikan oleh Perum Perumnas Regional I Medan kepada nasabah atas kredit rumah ditentukan oleh lokasi dan kondisi rumah yang ditawarkan dengan adanya penurunan harga rumah. Perum Perumnas Regional I Medan tidak memberikan discount sekalipun nasabah dapat membayar kredit rumah secara tunai atau sebelum jatuh tempo pembayaran.

2. Kebijakan Pengumpulan Piutang.

Kegiatan pengumpulan terhadap piutang yang telah dilaksanakan oleh Perum Perumnas Regional I Medan dicatat oleh pegawai bagian keuangan dan pemasaran yang kemudian diserahkan kepada tim penagih untuk ditagih dengan kunjungan langsung kepada nasabah. Tim penagih menagih piutang kepada nasabah dengan mengikuti prosedur yang telah ditentukan oleh pihak Perum Perumnas Regional I Medan agar tidak menyebabkan timbulnya masalah dikemudian hari.

3. Teknik Pengumpulan Piutang.

Teknik pengumpulan piutang yang dilakukan oleh Perum Perumnas Regional I Medan sebelum memutuskan apakah suatu permohonan kredit diterima atau tidak diterima adalah dengan prinsip 5C, yang disertai dengan sumber pelunasan kredit yang dititik beratkan pada hasil usaha. Setelah diterima permohonan kredit maka pihak Perum Perumnas Regional I Medan dalam mengumpulkan piutang dengan melakukan penagihan melalui surat, telepon, kunjungan pribadi atau tindakan hukum.


(57)

D. Tingkat Efisiensi Pengumpulan Piutang. Tabel 4.2

Tingkat Perputaran Piutang, Jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang, Rata-rata piutang dan Penjualan Perum Perumnas Regional I Medan

selama tahun 2000 sampai 2005 (dalam ribuan Rupiah)

Uraian 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Penjualan 20.291.780 28.970.470 25.556.970 30.269.532 33.787.626 57.324.790 Rata-rata

Piutang

6.887.595 3.447.846 7.378.631 5.759.513 6.801.153 7.842.908

Tingkat perputaran piutang

3 kali 8 kali 3 kali 5 kali 5 kali 7 kali

Jumlah hari rat-rata pengumpulan piutang

120 hari 45 hari 120 hari 72 hari 72 hari 51 hari

Sumber: Perum Perumnas Regional I Medan, 2007 (diolah)

Pada Tabel 4.2 diatas dilihat bawah tingkat efisiensi pengumpulan piutang pada tahun 2001 lebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat efisiensi pengumpulan piutang pada tahun 2000, 2002, 2003, 2004 dan tahun 2005. Hal ini dapat dilihat dari tingkat perputaran piutang pada tahun 2000 dan 2002 adalah sebesar 3 kali, tahun 2003 dan 2004 adalah sebesar 5 kali, tahun 2005 adalah 7 kali sedangkan tahun 2001 sebesar 8 kali. Untuk rata-rata pengumpulan piutang pada tahun 2000 dan 2002 adalah 120 hari, tahun 2001 adalah 45 hari, tahun 2003 dan tahun 2004 adalah 72 hari dan tahun 2005 adalah 51 hari. Hal ini membuktikan efisiensi pengumpulan piutang setiap tahunnya berfluktuasi, tetapi setiap tahunnya tingkat perputaran piutang meningkat kecuali tahun 2001 karena semakin besar tingkat perputaran piutang semakin baik karena penagihan piutang dilakukan dengan cepat.

Pada tahun 2000 dengan penjualan 20.291.780.000, tingkat rata-rata piutang yang terjadi adalah 6.887.595.000. Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat perputaran piutang adalah 3 kali, hal ini terjadi karena jika kita membandingkan antara penjualan


(58)

dengan rata-rata piutang, kita melihat bahwa rata-rata piutang cukup besar yang merupakan indikasi banyaknya piutang yang tak tertagih.Dengan tingkat perputaran piutang sebanyak 3 kali dan jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang 120 hari, dapat disimpulkan bahwa untuk tahun 2000 tingkat perputaran piutang pada Perum Perumnas Regional I Medan adalah sebesar 3 kali dengan rata-rata pencairan piutang adalah 120 hari yang artinya perusahaan akan menerima pelunasan piutang sebanyak 3 kali dalam satu tahun dengan rata-rata jangka waktu pencairan 120 hari.

Tahun 2001, penjualan sebesar 28.970.470.000 dan tingkat rata-rata piutang yang terjadi adalah sebesar 3.447.846.000. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat perputaran piutang adalah sebesar 8 kali, hal ini terjadi karena jika kita membandingkan antara penjualan dengan rata-rata piutang, kita melihat bahwa rata-rata piutang kecil, hal ini terjadi karena perusahaan aktif melakukan penagihan piutang sehingga piutang yang tak tertagih sedikit sehingga didapat tingkat perputaran piutang sebanyak 8 kali dengan jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang 45 hari, sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk tahun 2001 tingkat perputaran piutang pada Perum Perumnas Regional I Medan adalah sebesar 8 kali dengan rata-rata pencairan piutang adalah 45 hari yang artinya perusahaan akan menerima pelunasan piutang sebanyak 8 kali dalam satu tahun dengan rata-rata jangka waktu pencairan 45 hari.

Untuk tahun 2002 dengan penjualan 25.556.970.000 tingkat rata-rata piutang yang terjadi adalah 7.378.631.000. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat perputaran piutang adalah 3 kali, hal ini terjadi karena jika kita membandingkan antara penjualan dengan rata-rata piutang, kita melihat bahwa rata-rata piutang cukup besar yang merupakan indikasi banyaknya piutang yang tak tertagih. Dengan tingkat perputaran


(59)

piutang sebanyak 3 kali dan jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang 120 hari, dapat disimpulkan bahwa untuk tahun 2002 tingkat perputaran piutang pada Perum Perumnas Regional I Medan adalah sebesar 3 kali dengan rata-rata pencairan piutang adalah 120 hari yang artinya perusahaan akan menerima pelunasan piutang sebanyak 3 kali dalam satu tahun dengan rata-rata jangka waktu pencairan 120 hari.

Tahun 2003, penjualan sebesar 30.269.532.000 dan tingkat rata-rata piutang yang terjadi adalah sebesar 5.759.513.000. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat perputaran piutang adalah sebesar 5 kali, hal ini terjadi karena jika kita membandingkan antara penjualan dengan rata-rata piutang, kita melihat bahwa rata-rata piutang kecil, hal ini terjadi karena perusahaan aktif melakukan penagihan piutang sehingga piutang yang tak tertagih sedikit sehingga didapat tingkat perputaran piutang sebanyak 5 kali dengan jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang 72 hari, sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk tahun 2001 tingkat perputaran piutang pada Perum Perumnas Regional I Medan adalah sebesar 5 kali dengan rata-rata pencairan piutang adalah 72 hari yang artinya perusahaan akan menerima pelunasan piutang sebanyak 5 kali dalam satu tahun dengan rata-rata jangka waktu pencairan 72 hari.

Tahun 2004, penjualan sebesar 33.787.626.000 dan tingkat rata-rata piutang yang terjadi adalah sebesar 6.801.153.000. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat perputaran piutang adalah sebesar 5 kali, hal ini terjadi karena jika kita membandingkan antara penjualan dengan rata-rata piutang, kita melihat bahwa rata-rata piutang kecil, hal ini terjadi karena perusahaan aktif melakukan penagihan piutang sehingga piutang yang tak tertagih sedikit sehingga didapat tingkat perputaran piutang sebanyak 5 kali dengan jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang 72 hari, sehingga dapat disimpulkan bahwa


(1)

49

dengan rata-rata piutang, kita melihat bahwa rata-rata piutang cukup besar yang

merupakan indikasi banyaknya piutang yang tak tertagih.Dengan tingkat perputaran

piutang sebanyak 3 kali dan jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang 120 hari, dapat

disimpulkan bahwa untuk tahun 2000 tingkat perputaran piutang pada Perum Perumnas

Regional I Medan adalah sebesar 3 kali dengan rata-rata pencairan piutang adalah 120

hari yang artinya perusahaan akan menerima pelunasan piutang sebanyak 3 kali dalam

satu tahun dengan rata-rata jangka waktu pencairan 120 hari.

Tahun 2001, penjualan sebesar 28.970.470.000 dan tingkat rata-rata piutang yang

terjadi adalah sebesar 3.447.846.000. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat

perputaran piutang adalah sebesar 8 kali, hal ini terjadi karena jika kita membandingkan

antara penjualan dengan rata-rata piutang, kita melihat bahwa rata-rata piutang kecil, hal

ini terjadi karena perusahaan aktif melakukan penagihan piutang sehingga piutang yang

tak tertagih sedikit sehingga didapat tingkat perputaran piutang sebanyak 8 kali dengan

jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang 45 hari, sehingga dapat disimpulkan bahwa

untuk tahun 2001 tingkat perputaran piutang pada Perum Perumnas Regional I Medan

adalah sebesar 8 kali dengan rata-rata pencairan piutang adalah 45 hari yang artinya

perusahaan akan menerima pelunasan piutang sebanyak 8 kali dalam satu tahun dengan

rata-rata jangka waktu pencairan 45 hari.

Untuk tahun 2002 dengan penjualan 25.556.970.000 tingkat rata-rata piutang

yang terjadi adalah 7.378.631.000. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat perputaran

piutang adalah 3 kali, hal ini terjadi karena jika kita membandingkan antara penjualan

dengan rata-rata piutang, kita melihat bahwa rata-rata piutang cukup besar yang

merupakan indikasi banyaknya piutang yang tak tertagih. Dengan tingkat perputaran


(2)

piutang sebanyak 3 kali dan jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang 120 hari, dapat

disimpulkan bahwa untuk tahun 2002 tingkat perputaran piutang pada Perum Perumnas

Regional I Medan adalah sebesar 3 kali dengan rata-rata pencairan piutang adalah 120

hari yang artinya perusahaan akan menerima pelunasan piutang sebanyak 3 kali dalam

satu tahun dengan rata-rata jangka waktu pencairan 120 hari.

Tahun 2003, penjualan sebesar 30.269.532.000 dan tingkat rata-rata piutang yang

terjadi adalah sebesar 5.759.513.000. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat

perputaran piutang adalah sebesar 5 kali, hal ini terjadi karena jika kita membandingkan

antara penjualan dengan rata-rata piutang, kita melihat bahwa rata-rata piutang kecil, hal

ini terjadi karena perusahaan aktif melakukan penagihan piutang sehingga piutang yang

tak tertagih sedikit sehingga didapat tingkat perputaran piutang sebanyak 5 kali dengan

jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang 72 hari, sehingga dapat disimpulkan bahwa

untuk tahun 2001 tingkat perputaran piutang pada Perum Perumnas Regional I Medan

adalah sebesar 5 kali dengan rata-rata pencairan piutang adalah 72 hari yang artinya

perusahaan akan menerima pelunasan piutang sebanyak 5 kali dalam satu tahun dengan

rata-rata jangka waktu pencairan 72 hari.

Tahun 2004, penjualan sebesar 33.787.626.000 dan tingkat rata-rata piutang

yang terjadi adalah sebesar 6.801.153.000. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat

perputaran piutang adalah sebesar 5 kali, hal ini terjadi karena jika kita membandingkan

antara penjualan dengan rata-rata piutang, kita melihat bahwa rata-rata piutang kecil, hal

ini terjadi karena perusahaan aktif melakukan penagihan piutang sehingga piutang yang


(3)

51

untuk tahun 2001 tingkat perputaran piutang pada Perum Perumnas Regional I Medan

adalah sebesar 5 kali dengan rata-rata pencairan piutang adalah 72 hari yang artinya

perusahaan akan menerima pelunasan piutang sebanyak 5 kali dalam satu tahun dengan

rata-rata jangka waktu pencairan 72 hari.Untuk tahun 2003 dan 2004, jika kita melihat

dari jangka waktu yang ditawarkan pihak Perum Perumnas Regional I Medan dengan

jangka waktu 5 tahun maka tingkat perputaran piutang sebesar 5 kali dengan jumlah hari

rata-rata pengumpulan piutang 72 hari sudah merupakan perputaran yang baik yaitu 5

kali dalam satu tahun dengan rata-rata jangka waktu pencairan 72 hari.

Tahun 2005, penjualan sebesar 57.324.790.000 dan tingkat rata-rata piutang yang

terjadi adalah sebesar 7.842.908.000. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa tingkat

perputaran piutang adalah sebesar 7 kali, hal ini terjadi karena jika kita membandingkan

antara penjualan dengan rata-rata piutang, kita melihat bahwa rata-rata piutang kecil,

halini terjadi karena perusahaan aktif melakukan penagihan piutang sehingga piutang

yang tak tertagih sedikit sehinggadidapat tingkat perputaran piutang sebanyak 7 kali

dengan jumlah hari rata-rata pengumpulan piutang 51 hari, sehingga dapat disimpulkan

bahwa untuk tahun 2001 tingkat perputaran piutang pada Perum Perumnas Regional I

Medan adalah sebesar 7 kali dengan rata-rata pencairan piutang adalah 51 hari yang

artinya perusahaan akan menerima pelunasan piutang sebanyak 7 kali dalam satu tahun

dengan rata-rata jangka waktu pencairan 51hari.


(4)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan data yang diperoleh baik melalui studi pustaka maupun dari

penelitian langsung yang dilakukan pada Perum Perumnas Regional I Medan,

maka penulis mengambil beberapa kesimpulan yang perlu dikemukakan agar

dapat lebih dimengerti maksud dan tujuan dari penulisan skripsi yang berjudul

“Analisis Implementasi Manajemen Piutang pada Perum Perumnas Regional I

Medan” sehingga dapat dilihat hubungan antara teori dan praktik yang dilakukan

pada perusahaan.

1.

Kebijakan kredit Perum Perumnas Regional I Medan yang diberikan kepada

nasabah sudah cukup baik, dimana Perum Perumnas Regional I Medan sangat

memperhatikan standar kredit, jangka waktu, potongan (discount) yang akan

diberikan kepada nasabah.

2.

Kebijakan pengumpulan piutang pada Perum Perumnas Regional I Medan

telah efisien dimana telah dilakukan pengklasifikasian piutang secara

terperinci dan jelas, kapan pelaksanaan penagihan piutang yang dicatat pada

kartu piutang dimana sistem pencatatan kartu piutang dilakukan melalui

sistem manual dan sistem komputer.


(5)

53

4.

Tingkat efisiensi pengumpulan piutang pada Perum Perumnas Regional I

Medan sudah cukup baik dilihat dari setiap tahunnya efisiensi pengumpulan

piutang berfluktuasi tetapi perputaran piutang setiap tahunnya meningkat.

B. SARAN

Saran yang dapat penulis berikan untuk Perum Perumnas Regional I

Medan adalah:

1.

Agar Perum Perumnas Regional I Medan lebih meningkatkan dan

mempertimbangkan lagi kebijakan kredit yang akan diberikan yaitu dalam hal

pemberian pelonggaran jangka waktu kredit dan potongan pembayaran.

2.

Kebijakan pengumpulan piutang pada Perum Perumnas Regional I Medan

harus ditingkatkan lagi baik dalam hal pelaksanaan penagihan piutang kepada

nasabah sehingga biaya penagihan tidak lebih besar daripada jumlah piutang

yang akan ditagih.

3.

Agar tingkat efisiensi pengumpulan piutang pada Perum Perumnas Regional I

Medan harus lebih efisiensi dan teliti dalam melakukan penagihan.

4.

Agar Perum Perumnas Regional I Medan lebih meningkatkan kinerjanya

berkaitan dengan penerapan manajemen piutang untuk waktu yang akan

datang.


(6)

Agus, Martono, 2001.

Manajemen Keuangan,

Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia, Jakarta.

Gitosudarmo, Indryo, 2002.

Manajemen Keuangan

, Edisi Keempat, BPFE,

Yogyakarta.

Hanafi, Mamduh, 2004.

Manajemen Keuangan

, Cetakan Pertama, BPFE

Yogyakarta.

Kieso Donald E. dan Weigand, 2002.

Akuntansi Keuangan

, Buku I, Salemba

Empat, Jakarta.

Riyanto, Bambang, 2001.

Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan

, Edisi

Keempat, Cetakan Ketujuh, BPFE, Yogyakarta.

Sartono Agus

,

2001.

Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi

, Edisi

Keempat, Universitas Gadjahmada, Yogyakarta.

Sitepu, Ernawati, 2006.

Analisis Manajemen Piutang

, USU Medan, Skripsi

(Tidak Dipublikasikan)

Soemarso, 2000.

Akuntansi Suatu Pengantar

, Buku I, Edisi Kelima, Salemba

Empat, Jakarta.

Sumarni, Murti dan Salamah Wahyuni. 2005.

Metodologi Penelitian Bisnis,

ANDI, Yogyakarta.

Sundjaja, Ridwan dan Inge Berlian, 2002.

Manajemen Keuangan

, Edisi

Keempat, PT Prenhallindo, Jakarta.

Syahyunan, 2004.

Manajemen Keuangan 1

,

Perencanaan, Analisis dan

Pengendalian Keuangan

, USU Press, Medan.

Syamsuddin, Lukman, 2000.

Manajemen Keuangan Perusahaan, Konsep

Aplikasi Dalam Perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan

Keputusan

, Edisi Baru, Cetakan Keempat, Grafindo Persada, Jakarta.