Minannur, 2013 Penerapan Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikulturalisme Dalam Pengembangan Nilai
Toleransi Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
meliputi; sudut pandang responden, kejadian, peristiwa atau proses yang diamati. Sedangkan observasi menurut Moleong 2008: 175 adalah:
...Pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subyek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber
data; pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek.
Manfaat dari teknik observasi berdasarkan dasar-dasar metodologi
penelitian Patton, 1998: 136-138 yaitu, sebagai berikut: a.
Merupakan alat yang murah, mudah dan langsung untuk mengadakan penelitian terhadap berbagai macam fenomena sosial yang terjadi.
b. Para responden yang sangat sibuk pada umumnya tidak berkberatan jika ia
diamati. Ia akan berkeberatan jika diminta untuk mengisi daftar pertanyaan melalui angket, atau berkeberatan untuk diwawancarai, karena
kesibukannya.
c. Banyak peristiwa psikis penting yang tidak mungkin dapat diperoleh
dengan cara menggunakan teknik quisioner dan wawancara, tetapi hal ini dapat diperoleh dengan cara menggunakan teknik observasi atau
pengamatan secara langsung. Teknik ini dilaksanakan oleh peneliti guna mengamati kebijakan kepala
sekolah dalam hal pembinaan pendidikan agama Islam berbasis multikulturalisme. Pengamatan tehadap proses pembelajaran kurikuler maupun ekstra kurikuler,
interaksi guru dan siswa dalam dan di luar kelas, pergaulan antar siswa di dalam dan di luar kelas. Begitu pula, peneliti mengamati konteks pelayanan yang
berbasis nilai-nilai multikultural, yakni mengamati jika ada diskriminasi terhadap agama atau suku tertentu.
2. Wawancara.
Teknik ini dilaksanakan dengan metode tanya-jawab. Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan yang menghendaki jawaban dari responden. Tujuan dari
teknik ini adalah untuk mengumpulkan informasi yang tidak mungkin diperoleh
Minannur, 2013 Penerapan Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikulturalisme Dalam Pengembangan Nilai
Toleransi Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
lewat observasi Alwasilah, 2009: 154. Maksud mengadakan wawancara, seperti yang ditegaskan Lincoln dan Guba Moleong, 2008: 186 antara lain:
Mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain kebulatan; merekonstruksi kebulatan-
kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang
akan datang; memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik dari manusia maupun bukan manusia
triangulasi; dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.
Dalam penelitian ini, peneliti melaksanakan tanya-jawab dengan beberapa informan. Hal ini peneliti lakukan untuk mendapatkan informasi atau data tentang
penerapan PAI Berbasis Multikulturalisme di SMA Negeri 3 Palu. Informasi ini didapatkan dengan melakukan wawancara kepada kepala sekolah mengenai
kebijakan-kebijakan apa yang ditempuh oleh beliau dalam mengaktualisasikan PAI Berbasis Multikulturalisme dengan tujuan mendapatkan informasi yang
konkrit tentang pengembangan nilai-nilai toleransi di SMA Negeri 3 Palu. Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara kepada guru untuk mengetahui tahap-
tahap pelaksanaan PAI Berbasis Multikulturalisme di SMA 3 Palu. Siswa sebagai peserta didik juga sebagai informan untuk menerangkan tentang pergaulan,
kondisi pembelajaran. Sedangkan kepada staf administrasi, diharapkan untuk memberikan informasi tentang administrasi persekolahan, pelayanan administrasi
dapat teraktualkan dalam pelayanan kepada guru dan siswa.
Minannur, 2013 Penerapan Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikulturalisme Dalam Pengembangan Nilai
Toleransi Di Sekolah Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
3. Dokumentasi.