Kerangka Pemikiran Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis

commit to user 31 Komposisi Komisaris Independen X 2 Ukuran Dewan Komisaris X 1

C. Kerangka Pemikiran

Di bawah ini adalah kerangka mengenai hubungan antar masing-masing variabel: Variabel Independen Variabel Dependen H 1 + H 2 + H 3 + H 4 + H 5 + Gambar 3.1: Skema Kerangka Pemikiran Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka variabel independen yang terdiri dari ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris, komposisi komite audit independen dan jumlah rapat komite audit diharapkan berpengaruh positif terhadap kepatuhan pengungkapan wajib. Kepatuhan pengungkapan wajib Y Jumlah Rapat Dewan Komisaris X 3 Jumlah Rapat Komite Audit X 5 Komposisi Komite Audit Independen X 4 commit to user 32

D. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis

Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran corporate governance dalam kepatuhan pengungkapan wajib di BUMN. Dalam penelitian ini, corporate governance direpresentasikan oleh ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris, komposisi komite audit independen dan jumlah rapat komite audit. Pengembangan hipotesis untuk masing – masing corporate governance adalah sebagai berikut. 1. Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap kepatuhan pengungkapan wajib. Dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas FCGI, 2001. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Abeysekera 2008 jumlah dewan komisaris yang dinilai efektif berada pada rentang lebih dari 5 lima orang dan kurang dari 14 orang. Jumlah atau ukuran dewan komisaris mempengaruhi aktivitas pengendalian dan pengawasan Andres et al, 2005. Nasution dan Setiawan 2007 menyatakan secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Collier dan Gregory 1999 menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executif Officer CEO dan monitor kegiatan manajemen. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sembiring 2005 menunjukkan jumlah anggota dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Ukuran dewan komisaris yang besar lebih efektif jika commit to user 33 dibandingkan dengan ukuran dewan komisaris yang kecil Dalton et al, 1999; Nasution dan Setiawan, 2007; dan Abeysekera, 2008. Oleh karena itu, jumlah dewan komisaris yang besar diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pengungkapan wajib. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis: H 1 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kepatuhan pengungkapan wajib. 2. Pengaruh komposisi komisaris independen terhadap kepatuhan pengungkapan wajib. Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan memiliki peranan terhadap aktivitas pengawasan Siallagan dan Machfoedz, 2006. Keefektifan peran pengawasan oleh dewan komisaris didukung dengan keberadaan komisaris independen dalam komposisi dewan komisaris Permatasari, 2009. Komisaris independen adalah komisaris yang berasal dari luar perusahaan Suhardjanto dan Afni, 2009. Ayuso dan Argondana 2007 menemukan bahwa independent director lebih efektif dalam melakukan pengawasan terhadap perusahaan karena kepentingan mereka tidak terganggu oleh ketergantungan pada organisasi. Hossain 2008 melakukan penelitian pada perusahaan perbankan di India. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa board compositions yang diukur dengan komposisi komisaris independen secara signifikan berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan. Hal ini sejalan dengan penelitian Chen dan commit to user 34 Jaggi 2008, dimana menemukan bukti bahwa komposisi komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis: H 2 : Komposisi komisaris independen berpengaruh positif terhadap kepatuhan pengungkapan wajib. 3. Pengaruh jumlah rapat dewan komisaris terhadap kepatuhan pengungkapan wajib. Peran utama dewan komisaris yaitu memonitoring keputusan manajemen Mohamad dan Sulong, 2010. Kinerja dan tugas dewan komisaris untuk mengawasi jalannya perusahaan akan efektif bila masing-masing anggota dewan secara aktif hadir dalam pertemuan dewan komisaris. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah operasi perusahaan telah sesuai dengan kebijakan dan strategi perusahaan Permatasari, 2009. Vafeas 2003 dan Brick dan Chidambaran 2007 menunjukkan bahwa semakin banyak rapat yang diselenggarakan dewan komisaris, maka meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Ettredge et al 2010, dimana kepatuhan pengungkapan berhubungan positif dengan frekuensi rapat dewan komisaris. Oleh karena itu, semakin banyak rapat yang dilakukan oleh dewan komisaris diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pengungkapan wajib. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikembangkan hipotesis: H 3 : Jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kepatuhan pengungkapan wajib. commit to user 35 4. Pengaruh komposisi komite audit independen terhadap kepatuhan pengungkapan wajib. Sesuai dengan Kep-29PM2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan dan pengelolaan perusahaan. Komite audit memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap kualitas laporan keuangan perusahaan Suharli dan Amrullah, 2007. Keefektifan peran komite audit ini didukung dengan keberadaan komite audit independen. Cety dan Suhardjanto 2010 mengungkapkan bahwa anggota komite audit yang independen berpengaruh positif terhadap environmental performance, termasuk dalam pengungkapan informasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasution dan Setiawan 2007 menunjukan bahwa anggota komite audit yang independen meningkatkan transparansi pengungkapan laporan keuangan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikembangkan hipotesis: H 4 : Komposisi komite audit independen berpengaruh positif terhadap kepatuhan pengungkapan wajib. 5. Pengaruh jumlah rapat komite audit terhadap kepatuhan pengungkapan wajib Komite audit memiliki fungsi pengawasan terhadap operasi perusahaan termasuk kaitannya dengan praktik kinerja perusahaan Cety dan Suhardjanto, 2010. Komite audit harus transparan, dimulai dengan keharusan adanya audit charter dan agenda program kerja tahunan tertulis dari komite audit commit to user 36 yang kemudian didukung dengan keteraturan rapat komite audit Alijoyo, 2003. Dalam melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab yang menyangkut sistem pelaporan keuangan, komite audit perlu mengadakan rapat tiga sampai empat kali dalam setahun FCGI, 2001. Li et al 2008 menemukan bukti bahwa frekuensi rapat komite audit berpengaruh positif terhadap disclosure. Hal ini sejalan dengan penelitian Ettredge et al 2010, dimana kepatuhan pengungkapan berhubungan positif dengan frekuensi rapat komite audit. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikembangkan hipotesis: H 5 : Jumlah rapat komite audit berpengaruh positif terhadap kepatuhan pengungkapan wajib. commit to user 37

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III berikut ini akan dijelaskan mengenai desain penelitian; populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel; data dan metode pengumpulan data; variabel penelitian dan pengukurannya; serta metode analisis data yang terdiri dari statistik deskriptif dan pengujian hipotesis.

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah pengujian hipotesis yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh peneliti mengenai pengaruh corporate governance yang direpresentasikan oleh ukuran dewan komisaris, komposisi komisaris independen, rapat dewan komisaris, komposisi komite audit independen dan rapat komite audit terhadap kepatuhan pengungkapan wajib. Pengujian hipotesis menjelaskan sifat dari hubungan tertentu, memahami perbedaan antara kelompok atau independensi dua variabel atau lebih Sekaran, 2000.

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah BUMN yang terdaftar di BEI dari tahun 2005 sampai dengan 2009. Tahun tersebut dipilih karena sesuai dengan isi dari Master Plan BUMN tahun 2005–2009, salah satu intinya yaitu memperbaiki kinerja dan menjadikan BUMN lebih transparan dalam beroperasi, termasuk