commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia termasuk salah satu negara Agraris yang sebagian penduduknya bertempat tinggal di pedesaan, dan menggantungkan hidupnya pada sektor
pertanian. Namun akibat dari pertumbuhan penduduk yang pesat dan penyebarannya yang tidak merata menyebabkan lahan pertanian semakin
menyempit. Berkaitan dengan hal tersebut, maka diperlukan kesempatan di luar sektor pertanian yang dapat menopang kelangsungan hidup mereka.
Bekerja pada sektor industri kecil, merupakan salah satu alternatif dalam usaha mengembangkan kesempatan kerja dan menambah penghasilan bagi
masyarakat sekitar. Melalui sektor industri kecil dan menengah diharapkan dapat menggerakkan perekonomian masyarakat.
Salah satu tolok ukur untuk mengetahui keberhasilan pengembangan ekonomi yang sudah dilaksanakan adalah dengan melihat nilai Produk Domestik
Regional Bruto PDRB, dengan adanya data tersebut dapat diketahui tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan juga tingkat kemakmuran penduduk.
Berikut laju pertumbuhan tiap sektor di kabupaten Wonosobo dari tahun 2005 – 2008.
Tabel : Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Wonosobo 2005-2008 No Sektor tahun
2005 2006
2007 2008
1 Pertanian
3.14 3.34
3.31 3.36
2. Pertambangan dan Penggalian
3.14 3.34
3.31 3.36
3. Industri Pengolahan
1.89 2.77
2.70 2.55
4. Listrik, Gas dan Air Bersih
3.97 0.32
2.59 3.07
5. Bangunan
3.38 3.06
4.34 4.39
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran
3.62 4.03
4.56 4.09
7. Angkutan dan Komunikasi
2.39 2.75
5.89 5.88
8. Bank, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
3.14 2.68
3.98 4.17
9. Jasa-Jasa
3.22 3.14
2.89 3.18
PDRB GRDP 3.19
3.24 3.58
3.69 Sumber: BPS kabupaten Wonosobo tahun 2008
Berdasarkan data di atas PDRB kabupaten Wonosobo mengalami peningkatan. Tahun 2005 sebesar 3.19 kemudian meningkat menjadi 3.24 di tahun
commit to user 2006 ,dan 3.58 pada tahun 2007 serta 3.69 pada tahun 2008. Meskipun tidak
semua sektor selalu mengalami kenaikan sebagai contoh sektor pertanian dari tahun 2005 yaitu 3.14 meningkat 3.34 dan turun menjadi 3.32 dan pada tahun
2008 meningkat lagi menjadi 3.36, namun secara garis besar hal tersebut tidak mempengaruhi tingkat pertumbuhan PDRB kabupaten Wonosobo.
Dilihat dari komposisi PDRB kabupaten Wonosobo merupakan daerah Agraris, hampir setengah dari PDRB daerah ini disumbang oleh sektor pertanian.
Selain sektor pertanian masih ada sektor lain antara lain peternakan dan perdagangan, dimana terdapat beberapa komoditi yang telah berhasil menembus
pasar dunia antara lain kayu olahan, teh hitam, nata de coco dan makanan olahan seperti Carica, keripik jamur, purwaceng, dan lain-lain.
Usaha kecil dan menengah UKM merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia.
Sebagai gambaran, kendati sumbangannya dalam output nasional PDRB hanya 56,7 persen dan dalam ekspor nonmigas hanya 15 persen, namun UKM memberi
kontribusi sekitar 99 persen dalam jumlah badan usaha di Indonesia serta mempunyai andil 99,6 persen dalam penyerapan tenaga kerja Kompas,
14122001. Walaupun krisis ekonomi telah memporakporandakan kehidupan bidang usaha besar dan menengah, ternyata usaha kecil tetap tegar dan berjalan
marak dikawasan kehidupan ekonomi tingkat bawah. Menurut tim bisnis UKM 2001 ada beberapa alasan kenapa usaha kecil masih bisa bertahan dan cenderung
meningkat jumlahnya pada masa krisis antara lain: 1. Sebagian besar usaha kecil memproduksi barang konsumsi dan jasa-
jasa dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatan yang rendah, maka tingkat pendapatan rata-rata masyarakat tidak banyak
berpengaruh terhadap permintaan barang yang dihasilkan. Sebaliknya kenaikan tingkat pendapatan juga tidak berpengaruh pada permintaan.
2. Sebagian besar industri kecil tidak mendapatkan modal dari bank. Implikasinya keterpurukan sektor perbankan dan naiknya suku bunga,
tidak banyak mempengaruhi sektor ini. 3. Usaha kecil mempunyai modal yang terbatas dan pasar yang bersaing.
commit to user Dampaknya usaha kecil mempunyai spesialisasi produk yang ketat.
Hal ini memungkinkan usaha kecil mudah untuk berpindah dari usaha yang satu ke usaha yang lain.
4. Dengan adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan sektor formal banyak memberhentikan pekerjanya. Para penganggur
tersebut memasuki sektor informal, melakukan kegiatan usaha yang umumnya berskala kecil, akibatnya jumlah usaha kecil meningkat.
Pada masa krisis ekonomi yang berkepanjangan, usaha kecil dapat bertahan dan mempunyai potensi untuk berkembang. Dengan demikian, usaha
kecil dapat dijadikan andalan untuk masa yang akan datang dan harus didukung dengan kebijakan-kebijakan yang kondusif, serta persoalan-persoalan yang
menghambat usaha-usaha pemberdayaan usaha kecil yang harus dihilangkan. Dalam Aloysius Gunadi Brata 2003 Setidaknya terdapat tiga alasan yang
mendasari negara berkembang belakangan ini memandang penting keberadaan UKM. Alasan pertama adalah karena kinerja UKM cenderung lebih baik dalam
hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kedua, sebagai bagian dari dinamikanya UKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui
investasi dan perubahan teknologi. Ketiga karena sering diyakini bahwa UKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas ketimbang usaha besar Berry, dkk,
2001. Kuncoro 2000 juga menyebutkan bahwa industri kecilt di Indonesia telah memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah
unit usaha dan mendukung pendapatan rumah tangga. Dihampir setiap daerah banyak tumbuh sentra-sentra industri rumah
tangga yang menjadi andalannya masing-masing. Seperti di kabupaten Wonosobo yang mempunyai potensi alam yang tinggi mempunyai hasil bumi yang
beranekaragam. Salah satunya adalah buah pepaya merupakan buah yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sekarang ini ditemukan satu spesies buah
pepaya yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan diperkirakan akan menjadi buah yang penting dalam perekonomian Indonesia. Buah tersebut dikenal
dengan nama pepaya Gunung atau pepaya kecil dan biasa disebut Carica Carica pubescens Hidayat, 2001. Nama latin buah Carica ini adalah Carica Pubescens
commit to user atau Carica Candamarcensis, atau kadang dikenal sebagai Mountain Papaya, atau
di antara penduduk setempat dikenal sebagai gandul Dieng. Bedanya, jika pepaya biasa lebih dikenal sebagai tumbuhan tropis yang memerlukan banyak panas dan
matahari, maka Carica termasuk keluarga pepaya yang hanya bisa tumbuh di tempat tinggi basah, 1.500-3.000 di atas permukaan laut, memerlukan temperatur
yang cukup dingin, dan banyak hujan. Kondisi tersebut sangat cocok dengan iklim Dataran Tinggi Dieng di Wonosobo. Tinggi pohon Carica dapat mencapai 5 m
dengan 4-7 cabang. Buahnya berbentuk seperti granat dengan panjang 6-15 cm dan lebar diameter 3-8 cm, dengan lima sudut memanjang dari pangkal ke ujung,
sewaktu muda berwarna hijau dan menjadi kuning atau jingga di saat masak. Tanaman tersebut sebenarnya sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat
di dataran tinggi Dieng dan sudah diolah menjadi produk manisan dalam sirup, akan tetapi keterbatasan pengetahuan dan keterbatasan dana membuat budidaya
maupun usaha pengolahannya masih dalam skala kecil dan hanya dipasarkan di pasar lokal serta dengan pengolahan yang sederhana. Pengkajian lebih mendalam
tentang prospek buah tersebut sangat diperlukan terutama usaha pengolahan dan budidaya buah tersebut.
Sentra industri kecil Carica di Kabupaten Wonosobo ini awalnya hanya membuat produk berupa manisan Carica, tetapi lambat laun produk yang
dihasilkan semakin beragam. Contoh produk yang diproduksi antara lain adalah manisan Carica, sirup Carica , selai Carica,dan jus Carica.
Strategi pengembangan industri berpengaruh pada tingkat pendapatan masyarakat di sekitar sentra industri. Berkaitan dengan hal tersebut, berikut
disajikan data UKM Pengolah Carica yang dapat dijadikan referensi.
Tabel 1.2 Data UKM Pengolah Carica
NAMA PRODUSEN
UKM KAP.PRODUKSI BULAN
NILAI RUPIAH BLN
NILAI RUPIAH THN
SDM LANGSUNG
TON BOTOL
CARTON
commit to user
BUAH Yuasafood
16 40.0000
3.333 283.333.333
3.400.000.000 25
Podang Mas 15
37.500 3.125
265.625.000 3.187.500.000
25 Selera
12 30.000
2.500 212.500.000
2.550.000.000 12
Marina 3
7.500 625
537.500.000 637.500.000
4 Tiara
3 7.500
625 537.500.000
637.500.000 4
Dian rasa 3
7.500 625
537.500.000 637.500.000
4 Telaga Mas
10 25.000
2.083 177.083.333
2.125.000.000 16
Panorama 1
2.500 208
17.708.333 212.500.000
3 Cendawan
Mas 15
37.500 3.125
265.625.000 3.187.500.000
26 Candi Dieng
5 12.500
1.042 88.541.667
1.062.500.000 6
AA 8
20.000 1.667
141.666.667 1.700.000.000
6 Golden
3 7.500
625 537.500.000
637.500.000 4
Sun Rise -
- -
- -
Sukses 5
12.500 1.042
88.541.667 1.062.500.000
4 Maju Makmur
3 7.500
625 537.500.000
637.500.000 4
Dianeka 3
7.500 625
537.500.000 637.500.000
4 Baried
- -
- -
- Adelweis
- -
- -
- Adib Putra
- -
- -
- Trisakti
5 12.500
1.042 88.541.667
1.062.500.000 6
Amin 5
12.500 1.042
88.541.667 1.062.500.000
6 Dieng Plateau
- -
- Ciptoroso
5 12.500
1.042 88.541.667
1.062.500.000 6
Mandiri 5
12.500 1.042
88.541.667 1.062.500.000
6 Tiga Daun
5 12.500
1.042 88.541.667
1.062.500.000 6
130 325.000
27.083 2.802.083.33
3 27.625.000.00
179
Sumber: Data Asosiasi Pengrajin Carica Tahun 2009 Berdasarkan data UKM Pengolah Carica di atas dapat dilihat bahwa
terdapat 25 UKM Carica di Wonosobo. Dimana setiap bulannya antara UKM yang satu dengan UKM yang lainnya memiliki kebutuhan buah Carica yang
berbeda-beda, sebagai contoh Yuasafood tiap bulan membutuhkan 16 ton buah Carica untuk produksi, sedangkan sunrise tidak memberikan data yang pasti
berapa ia membutuhkan buah Carica tiap bulan karena produksinya tidak menentu. Dilihat dari data diatas petani tiap bulan minimal harus menyetok 130
ton Carica untuk 25 UKM. Wilayah pemasaran Carica sendiri untuk lokal dan nasional baru digarap
sebesar 35 selain itu berpeluang juga untuk pasar ekspor. Sampai saat ini permintaan dari konsumen belum dapat dipenuhi hal tersebut dikarenakan
beberapa sebab selain masalah kekurangan pasokan bahan baku terdapat permasalahan faktor teknologi dan permodalan yang menjadi permasalahan para
pengrajin Carica. Kekurangan pasokan bahan baku dikarenakan selama ini 5
commit to user pembudayaan Carica masih belum maksimal. Selain itu sebagian besar para
pengrajin Carica masih banyak yang menggunakan teknologi sederhana dalam proses produksi.
Melihat tingginya permintaan dan peluang pasar terhadap produk Carica, dapat di katakan bahwa sentra industri kecil Carica bisa bertahan dan dapat
dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat sekitarnya dan hal itu tidak lepas dari faktor strategi pengembangan industri kecil Carica yang benar. Melihat
begitu pentingnya strategi pengembangan bagi sentra industri kecil Carica,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul STRATEGI PENGEMBANGAN
INDUSTRI KECIL
CARICA UNTUK
MENINGKATKAN PENDAPATAN PENGRAJIN DI KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2010
B. Perumusan Masalah