Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pemilihan umum yang kemudian disebut sebagai pemilu dan pemilihan kepala daerah atau pilkada yang merupakan sarana kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 1 Mengambil, membuat dan menerima keputusan ataupun melaksanakan keputusan dari peraturan pemerintahan daerah merupakan bagian dari perilaku politik yang baik. Tingkah laku maupun kebiasan sehari-hari masyarakat di dalam . Sama halnya dengan pemilu, Pemilihan kepala daerah pilkada dilakukan dengan tujuan menentukan pemimpin atau kepala dari pemerintahan di suatu daerah yang ditentukan oleh rakyat, karena rakyatlah yang memiliki kekuasaan sepenuhnya untuk menentukan kepala daerah dan wakil kepala daerah. Pemilihan kepala daerah terjadi karena adanya pemberian kekuasaan sepenuhnya kepada pemerintahan daerah oleh pusat agar daerah tersebut dapat lebih signifikan di dalam mengatur rumah tangga daerahnya, atau yang disebut sebagai suatu pola pemerintahan yang sentralistik menjadi desentralistik. Adanya desentralisasi tersebut, maka daerah dapat mengatur rumah tangganya sendiri serta mengambil dan membuat keputusan di pemerintahan daerah maupun membuat Peraturan Pemerintahan Daerah. 1 Undang-Undang No. 10 Tahun 2001 Bab 1 Pasal 1 Ayat 1, tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Universitas Sumatera Utara bermasyarakat seperti turut serta di dalam proses bernegara, turut serta di dalam organisasi maupun perkumpulan di masyarakat yang terjadi secara alami, berperan serta dalam pemilihan umum pemilu atau pemilihan kepala daerah pilkada, melaksanakan kewajiban sebagai warga negara yang baik dan sebagainya, merupakan sebagai bentuk perilaku politik dari masyarakat. Selain masyarakat yang memiliki sikap dalam berperilaku politik di masyarakat, para kaum birokrat yang disebut sebagai orang atau pelaksana dari birokrasi termasuk di dalamnya adalah Pegawai Negeri Sipil PNS maupun guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil PNS, juga memiliki sikap perilaku politik seperti membuat proses keputusan, menerima keputusan dan melaksanakan keputusan politik juga termasuk ke dalam perilaku politik 2 Perilaku politik yang diartikan sebagai suatu kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Perilaku politik juga merupakan salah satu aspek dari perilaku secara umum karena disamping perilaku politik masih ada perilaku yang lain seperti perilaku ekonomi, perilaku budaya, perilaku keagamaan dan sebagainya. Dalam kehidupan politik masyarakat sehari- hari, adanya interaksi antar individu baik individu dengan kelompok, maupun kelompok dengan kelompok tersebut dengan hubungan secara vertikal dan horizontal. Dikeluarkannya perintah oleh satu pihak atau instansi dan perintah itu ditaati oleh pihak lain, merupakan suatu kondisi dimana terdapatnya keberatan dan penolakan perintah atau keputusan tersebut. Kondisi tersebut menggambarkan . 2 Ramlan, Surbakti. Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Widya Sarana, 1992, hal 131 dalam kutipan Sastroatmodjo, Sudijono. Perilaku Politik, Semarang: IKIP Semarang Press, 1995, hal 2 Universitas Sumatera Utara berbagai perilaku yang berhubungan satu sama lain, baik itu dilakukan oleh satu lembaga tertentu maupun individu dalam beperilaku politik. Turut berpartisipasi dalam Pilkada memperlihatkan bentuk perilaku politik masyarakat secara langsung. Akan tetapi peran serta dalam Pilkada disini adalah dengan memberikan suara pada saat pemilihan, baik masyarakat yang bekerja di sebuah lembaga pemerintahan PNS maupun yang non-pemerintahan. Sebuah lembaga yang non-pemerintahan yaitu para kelompok pengusaha atau wiraswasta yang telepas dari ikatan peraturan pemerintah. Kelompok tersebut dapat melibatkan diri di dalam politik sebagai tim sukses atau menjadi pendukung calonkandidat kepala daerah seperti pemilihan bupati. Namun, bagi masyarakat yang bekerja sebuah lembaga pemerintahan PNS yang memiliki keterikatan dengan Undang-Undang dan peraturan pemerintah, dilarang dan tidak diperbolehkan terlibat di dalam kampanye Pilkada atau berpolitik praktis, sebab mereka dituntut untuk mengabdi kepada negara bukan kepada satu pihak atau pada suatu lembaga. Perilaku politik Pegawai Negeri Sipil maupun guru PNS dituntut harus bersikap netral di dalam pemerintahan, seperti tidak turut serta di dalam politik maupun partai politik. Sikap netral yang dituntut dari PNS tersebut dapat dilihat dari pengertian pegawai negeri menurut Pasal 1 a Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian 3 3 C. S. T Kansil, Christine S. T Kansil. Sistem Pemerintahan Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hal 160 . Oleh sebab itu PNS yang telah diangkat oleh negara dituntut untuk mengabdi kepada negara dan bersikap netral Universitas Sumatera Utara dalam pemerintahan daerah. Di dalam PP No. 53 Tahun 2010 mengatur tentang disiplin pegawai dalam Bagian Kedua Larangan Pasal 4 ayat 14 yaitu, dilarang memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala DaerahWakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan dan dalam Pasal 4 ayat 15 4 Peran serta PNS pada satu pihak, kepada suatu lembaga maupun pada masa kampanye dan masa menjelang Pilkada sudah melanggar peraturan MENPAN No. SE08.AM.PAN52005 tentang netralitas PNS di dalam Pilkada yang berisikan bagi PNS dan Pegawai Honorer yang bukan Calon Kepala Daerah atau Wakil Kepala Daerah, dilarang terlibat dalam kegiatan kampanye, untuk mendukung salah satu Partai Politik, Calon Presiden dan Wakil Presiden, serta Calon Kepala Daerah atau Wakil Kepala Daerah, dilarang menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kampanye, serta dilarang membuat keputusan atau tindakan yang menguntungkan dan merugikan salah satu Partai Politik atau pasangan calon selama kampanye . 5 4 Lihat PP No. 53 Tahun 2010, Bagian Kedua Larangan Pasal 4 ayat 14 dan ayat 15 . Seperti halnya pada Pasal 28 huruf a UU No.322004, yaitu kepala dan wakil kepala daerah dilarang membuat keputusan yang secara khusus memberikan keuntungan bagi diri, anggota keluarga, kroni, golongan tertentu atau kelompok politiknya yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Terutama merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat, 5 http:www.sukabumikota.go.iddetailberita.asp?id=NETRALITAS20PNS20DALAM20PE MILU,20PILPRES20DAN20PILKADA, diakses pada hari Sabtu 29 Maret 2014 pukul 10.40 Universitas Sumatera Utara atau mendiskriminasikan warga negara dan golongan lain 6 Kabupaten Dairi telah melaksanakan dua kali pemilihan kepala daerah yaitu pada tahun 2009, yang dimenangkan oleh Kra. Johnny Sitohang Adinegoro dan Irwansyah Pasi, SH dan pada tahun 2013 pasangan tersebut kembali mencalonkan diri pada Pilkada 2013 untuk menjadi bakal calon bupatiwakil bupati pada periode 2013-2018. Pilkada Dairi pada periode berikutnya yang berlangsung di Kabupaten Dairi pada 10 Oktober 2013 tersebut, kembali dimenangkan oleh pasangan petahana dengan nomor urut satu yaitu Kra. Johnny Sitohang Adinegoro dan Irwansyah Pasi, SH. Hal ini memperlihatkan perilaku politik masyarakat Dairi pada Pilkada sangat tinggi. Namun, berdasarkan sumber berita dan praktik dilapangannya pilkada di Kabupaten Dairi yang diikuti oleh empat pasangan calon ini, dinilai sebagai sebuah Pilkada yang tidak sehat. Di dalam setiap rangkaian menjelang Pilkada ini banyak ditemukannya berbagai permasalahan yang dilakukan oleh para calon maupun para tim sukses. Berbagai permasalahan yaitu permasalahan, seperti penyusunan DPT yang bermasalah, yakni penggelembungan suara dan ada ditemui keterlibatan Pegawai Negeri Sipil di dalam tahapan pilkada Dairi . Adapun tujuan dibuatnya Pasal 28 huruf a UU No.322004 tersebut adalah untuk mencegah terjadinya pemutasian pada masa-masa Pilkada. 7 6 dan yang paling menonjol adalah turut melibatkan http:lampost.coberitamendagri-6-bulan-sebelum-pilkada-dilarang-mutasi 7 Dairi Pers, Nomor 391 Tahun VII Tanggal 03-09 November 2013. Gugatan MK Bertabur Video Kampanye PNS. Universitas Sumatera Utara beberapa oknum PNS 8 dan pemutasian terhadap PNS, hal inipun diakui juga oleh beberapa masyarakat di Dairi. Adapun pendapat dari masyarakat yang menyatakan adanya peran serta PNS tersebut adalah sekda Dairi JG 9 Perilaku politik Pegawai Negeri Sipil maupun guru PNS dituntut harus bersikap netral di dalam pemerintahan, seperti tidak turut serta di dalam politik maupun partai politik. Sikap netral yang dituntut dari PNS tersebut dapat dilihat dari pengertian pegawai negeri menurut Pasal 1 a Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian , Dra. ALS, RLS, Drs. JSG, dan EP yang mempunyai jabatan pada institusi pemerintahan. 10 . Oleh sebab itu PNS yang telah diangkat oleh negara dituntut untuk mengabdi kepada negara dan bersikap netral dalam pemerintahan daerah. Di dalam PP No. 53 Tahun 2010 mengatur tentang disiplin pegawai dalam Bagian Kedua Larangan Pasal 4 ayat 14 yaitu, dilarang memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan Daerah atau calon Kepala DaerahWakil Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan 11 Sebagai warga negara yang baik PNS memang memiliki hak untuk memberikan suara pada saat pemilihan, akan tetapi tidak berarti dapat turut terlibat di dalam memberikan dukungan terhadap kepada pasangan calon . 8 Dairi Pers, Nomor 391 Tahun VII Tanggal 03-09 November 2013. Video PNS Terlibat Pilkada Diadukan Ke Mendagri dan Menpan. 9 Ibid 10 C. S. T Kansil, Christine S. T Kansil. Sistem Pemerintahan Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hal 160 11 Lihat PP No. 53 Tahun 2010, Bagian Kedua Larangan Pasal 4 ayat 14 Universitas Sumatera Utara bupatiwakil bupati yang mereka dukung. Selain displin tentang pegawai negeri dalam memberikan dukungan, larangan terhadap PNS juga dapat dilihat dalam pasal 2 PP No. 37 Tahun 2004, yang melarang PNS menjadi anggota partai politik ataupun menjadi pengurus partai politik dan dituntut untuk netral. Apabila PNS yang tidak menaati ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada PP No. 53 Tahun 2010 Pasal 4 ayat 14, maka akan dijatuhi hukuman dispilin PNS 12 Pemutasian yang marak pada setiap momen Pilkada terutama pada Pilkada Dairi yang banyak memutasi guru PNS, telah banyak meresahkan warga masyarakat Dairi terutama kalangan guru PNS dan hal ini secara hukum tidak dijalankan secara serius. Sehingga pemutasian terutama pada guru sebagai pejabat fungional saat enam bulan menjelang Pilkada mengandung sifat politisasi. Pengungkapan mengenai pemutasian hingga kepada sistem peradilan maupun Pengadilan Tata Usaha Negara tidak pernah terjadi. Oleh sebab itu kasus-kasus tersebut hanya dapat dirasakan tetapi sulit untuk dibuktikan. Guru yang seharusnya melakukan fungsinya seperti dalam UU RI Nomor 14 Tahun 2005, .Akan tetapi, implementasi Undang-Undang PP No. 53 Tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri dan aturan pada Pasal 28 Huruf a Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, di dalam praktiknya tidak dijalankan secara serius. Sehingga disetiap momen Pilkada terutama di Dairi selalu diwarnai oleh adanya dugaan turut serta PNS di dalam Pilkada dan pemutasian bagi PNS yang tidak mendukung pasangan petahana. 12 PP No. 53 Tahun 2010 Bab III tentang hukuman disiplin bagian kedua, pasal tujuh, dalam Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil dan Ketentuan Pelaksanaan, Bandung: Fokus Media, 2011, hal 8 Universitas Sumatera Utara menjadi waspada karena adanya ancaman mutasi. Kedudukan guru di dalam Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005, Bab 1 tentang ketentuan umum, pasal 1 ayat 1 tertulis bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah 13 dan di dalam Bab II mengenai kedudukan, fungsi, dan tujuan, pasal 2 ayat 1 dan ayat 2 14 Guru sebagai tenaga pendidik diwajibkan untuk memberikan pengajaran bagi anak bangsa dan sebagai tenaga pendidik yang bertujuan untuk memajukan pendidikan tanpa memandang suku, agama dan ras. Guru yang memiliki status sebagai Pegawai Negeri Sipil merupakan salah satu bagian dari birokrasi pemerintah dibidang pendidikan yang memiliki status netral didalam pemerintahan, dilarang untuk ikut berpolitik, ikut serta di dalam partai politik dan sebagai tim sukses di dalam pemilihan umum maupun pemilihan kepala daerah atau tidak diperbolehkan untuk memihak kepada satu pihak, sebab tugas mereka adalah mengabdi kepada negara. Walaupun di dalam praktiknya masih ada terdapat beberapa dari antara guru PNS tersebut yang mendukung secara terselubung di dalam Pilkada, hal demikian juga dinyatakan oleh masyarakat di Dairi. . Kini, di dalam Pilkada Dairi guru turut menjadi korban politik praktis dan pelaksanaan kedudukan guru tersebut tidak berjalan dengan baik. 13 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, 2008, Guru dan Dosen, Indonesia Legal center Publising, hal 2 14 ibid, hal 4 Universitas Sumatera Utara Keterlibatan guru PNS dalam Pilkada Kabupaten Dairi 2013, bisa dilihat dalam contoh kasus guru PNS Ermalina Purba yang telah dimutasi yang oleh karena suami dari Ermalina Purba tersebut berprofesi sebagai wiraswasta dan merupakan tim sukses dari salah satu calonkandidat Bupati Dairi yang didukungnya yaitu Luhut Matondang dan Maradu Gading Lingga 15 Hal tersebut dapat dimasukkan ke dalam politik kekerabatan, yaitu lebih mengutamakan kepentingan keluarga dekat atau lebih mementingkan hubungan kerabat untuk mencapai kepentingan kelompok, karena suami dari Ermalina Purba tersebut turut mendukung calonkandidat bupati Dairi maka dapat disimpulkan bahwa Ermalina Purba juga turut menudukung calonkandidat bupati tersebut. Hubungan kekerabatan di dalam politik dinilai sangat merusak citra demokrasi dan menimbulkan berbagai permasalahan baik di dalam hubungan keluarga dan di . Adapun alasan mereka mendukung calonkandidat bupati tersebut, karena mereka menilai calonkandidat Bupati Dairi tersebut memiliki visi misi yang benar-benar membangun dan membawa perubahan untuk Kabupaten Dairi. Mengingat bahwa posisi ataupun kedudukan dari Ermalina Purba tersebut adalah seorang guru PNS, maka hal itu sangat berpengaruh dan berdampak luas kepada status PNS yang disandangnya. Hal ini dilihat dari adanya baliho yang terpampang di pekarangan rumah Ermalina Purba, menguatkan bahwa ia turut serta mendukung ataupun menjadi TS pada pasangan calonkandidat Pasangan Nomor Urut 4 empat Luhut Matondang-Maradu Gading Lingga. 15 Sengketa Pilkada Dairi: Saksi Pemohon dan Pihak Terkait Saling Bantah, dalam Sumber : mahkamahkonstitusi.go.id, diakses pada hari Sabtu 22 Maret 2014 pukul 11.54 Universitas Sumatera Utara dalam hubungan dengan lingkungan politik. Oleh sebab itu Ermalina Purba dimutasi dengan dugaan bahwa telah mendukung calonkandidat Bupati Dairi. Akan tetapi, menurut Ermalina Purba itu sendiri pemutasian yang dialami olehnya tersebut dirasakan bahwa sebagai pemutasian yang tidak biasa atau ada unsur politisasi. Ermalina Purba selaku guru PNS menengarai, bahwa mutasi dilakukan karena suaminya menjadi tim sukses dari pasangan calonkandidat bupati yang mereka dukung. Pemutasian tersebut dinyatakan dengan dikeluarkannya Surat Keputusan SK yang dikeluarkan oleh Badan Kepegawaian Daerah BKD dan diterima melalui kepala sekolah di tempat guru PNS tersebut mengajar sebelumnya. Berdasarkan penjelasan dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melihat perilaku politik Ermalina Purba sebagai guru PNS di Kelurahan Batang Beruh, Kecamatan Sidikalang, sehingga hal inilah yang menjadi masalah yang diteliti apakah memang benar ada keterlibatan Ermalina Purba sebagai guru PNS dalam Pilkada dan peneliti mengangkat judul skripsi ini tentang “Perilaku Politik Guru, Studi Kasus: Perilaku Politik Ermalina Purba sebagai guru PNS di Kelurahan Batang Beruh, Kecamatan Sidikalang dalam Pemilihan Bupati Dairi Tahun 2013”.

1.2 Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Partisipasi Politik Dan Pemilihan Umum (Suatu Studi tentang Perilaku Politik Masyarakat di Kelurahan Dataran Tinggi Kecamatan Binjai Timur Pada Pemilihan Presiden tahun 2009)

1 46 105

Preferensi Politik (Studi Tentang Perilaku Pemilih di Lingkungan IV Kelurahan Perkebunan Sipare-Pare pada Pemilihan Kepala Daerah (Bupati) Tahun 2008)

3 43 89

Perbedaan Kepedulian Orang Tua Pada Kegiatan Belajar Anak Sekolah Dasar Di Desa Dan Di Kota (Studi Komparasi di Kelurahan Batang Beruh dan Kota Sidikalang,Kabupaten Dairi)

2 54 160

Politik Transaksional Antara Calon Bupati Dengan Masyarakat Pemilih Di Kecamatan Kotabumi Selatan Pada Pemilihan Bupati Lampung Utara Tahun 2013

2 23 99

AGAMA SEBAGAI MEDIA KONTESTASI POLITIK : STUDI KAMPANYE POLITIK SAMBARI-QOSIM DALAM PEMILIHAN BUPATI GRESIK TAHUN 2015 DALAM TINJAUAN INTERAKSIONISME SIMBOLIK HERBERT BLUMER DI DESA LOWAYU KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK.

0 2 105

PARTISIPASI POLITIK PADA PENDUDUK SIRKULER DALAM PEMILIHAN GUBERNUR JAWA TENGAH TAHUN 2013 (Studi di Kelurahan Bulukerto Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri)

0 0 13

BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT OBJEK PENELITIAN 2.1 Deskripsi Lokasi Penelitian - Perilaku Politik Guru (Studi Kasus: Perilaku Politik Ermalina Purba Sebagai Guru PNS di Kelurahan Batang Beruh, Kecamatan Sidikalang dalam Pemilihan Bupati Dairi Tahun 2013)

0 0 19

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Perilaku Politik Guru (Studi Kasus: Perilaku Politik Ermalina Purba Sebagai Guru PNS di Kelurahan Batang Beruh, Kecamatan Sidikalang dalam Pemilihan Bupati Dairi Tahun 2013)

0 0 29

PERILAKU POLITIK GURU (Studi Kasus : Perilaku Politik Ermalina Purba SebagaiGuru PNS di Kelurahan Batang Beruh, Kecamatan Sidikalang dalam Pemilihan Bupati Dairi Tahun 2013) SKRIPSI JUWITA THEODORA

0 0 13

PERILAKU POLITIK MASYARAKAT: Kajian perilaku Politik pada kasus pemilihan Bupati Sampang Tahun 2000-2005 Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 102