2.2.4 Pengaruh NO Pada Korpus Kavernosum
Ereksi penis adalah manifestasi bangkitan seksual yang terjadi bila pria normal menerima rangsangan seksual yang cukup. Proses ereksi juga tergantung
pada keseimbangan antara aliran darah yang masuk dan keluar dari korpus kavernosum. Bila terjadi keseimbangan antara aliran darah masuk dan keluar,
maka penis menjadi flaccid lemas. Bila aliran masuk ke arteri korpus
kavernosum meningkat, sedangkan aliran keluar vena terhambat, maka penis
mengalami tumescence membesar dan memanjang Pangkahila, 2005.
Penis memiliki dua korpus kavernosum yang memiliki banyak sinus yang saling berhubungan yang terisi darah untuk menghasilkan ereksi. Penis juga
memiliki satu korpus spongiosum yang mengelilingi uretra dan yang membentuk glans penis. Asetilkolin bekerja dengan neurotransmiter lain cyclic Guanylate
Mono Phosphate cGMP, cyclic Adenosin Mono Phosphate cAMP dan polipeptida intestinal vasoaktif untuk menghasilkan vasodilatasi arteri penis yang
dapat menyebabkan terjadinya ereksi Susanto, 2011.
Mekanisme fisiologis ereksi pada penis diawali dengan adanya stimulasi seksual yang akan melibatkan pelepasan suatu senyawa NO, dari bagian penis
yang disebut korpus kavernosum. NO akan mengaktifkan enzim guanylyl cyclase yang menyebabkan peningkatan senyawa cGMP, selanjutnya menyebabkan
pelebaran pembuluh darah disekitar korpus kavernosum, sehingga darah mengalir ke penis dan menyebabkan pembesaran penis ereksi. Senyawa cGMP diuraikan
atau didegradasi oleh enzim yang bernama Phospho Di Esterase – 5 PDE5 yang
menyebabkan penis kembali pada ukuran semula relaksasi penis Susanto, 2011.
Saat ereksi terjadi, aliran darah arteri dan vena yang awalnya berjalan seimbang dari corpus, kemudian aliran arteri meningkat akibat adanya asetilkolin
sebagai mediator vasodilatasi dan mengisi sinusoid dalam korpus yang menyebabkan penis mengalami pembengkakan dan pemanjangan. Pada umumnya
asetilkolin bekerja dengan dua jalur yang berbeda untuk menimbulkan ereksi. 1
Dengan adanya rangsangan seksual dari jaringan genital, asetilkolin melalui jalur utama meningkatkan produksi NO oleh sel endotel dan
neuron Non Adrenergic Non Cholinergic NANC. NO meningkatkan aktivitas guanylyl cyclase, yang meningkatkan senyawa cGMP. Senyawa
cGMP menurunkan konsentrasi kalsium intraseluler dalam sel otot halus arteri penis dan sinus kavernosum. Akibatnya terjadi relaksasi otot halus
yang meningkatkan aliran darah arteri korpus. 2
Sedangkan pada jalur alternatif, asetilkolin menstimulasi otot halus pada reseptor membran sel untuk meningkatkan aktivitas adenylyl cyclase.
Adenylyl cyclase menyebabkan peningkatan senyawa senyawa cAMP. Seperti halnya cGMP, cAMP menurunkan konsentrasi kalsium intraselular
untuk menghasilkan relaksasi otot halus dalam sel pembuluh darah dan sinus karvernosum. Dipiro et al, 2005.
Faktor saraf yang mempengaruhi mekanisme ereksi adalah stimulasi saraf
parasimpatetik S2 – S4 yang menimbulkan dilatasi arteriol dan relaksasi otot
polos trabekula penis. Di pihak lain, stimulasi saraf simpatetik Th12 – L2
mengakibatkan konstriksi arteriol dan otot polos korpus kavernosum yang menimbulkan detumesensi dan fleksid penis. Ketika mengalami rangsangan
seksual, impuls saraf menyebabkan pelepasan NO dari neuron NANC dan sel endotel korpus kavernosum. NO merupakan mediator kimia yang terpenting untuk
menimbulkan relaksasi otot polos korpus kavernosum Susanto, 2011.
Gambar 2.4 Mekanisme Ereksi Burnett, 2002 Disfungsi Ereksi DE didefinisikan sebagai ketidakmampuan yang
menetap dan atau rekuren setidaknya tiga bulan untuk mencapai dan mempertahankan ereksi yang cukup untuk memungkinkan terjadinya hubungan
seksual yang memuaskan. Tingkat keparahan dan prevalensi disfungsi ereksi meningkat seiring dengn peningkatan usia. Kejadian disfungsi ereksi lebih rendah
pada pria dengan usia 40 tahun, tetapi meningkat dengan bertambahnya usia. Hasil studi Health Professional Follow Up terbaru, pada lebih dari 31.000 pria
sehat profesional berusia 53 – 90 tahun, prevalensi terjadinya disfungsi ereksi
sebesar 33 Dipiro et al., 2005.
2.3 Hormon Testosteron