Gambar 2.7 Jalur Biosintesis Testosteron Brinkman, 2009
2.3.5 Kontrol Fungsi Testosteron
Regulasi  dari  produksi  androgen  dan  spermatogenesis  diatur  oleh  sistem kompleks  mekanisme  umpan  balik,  dimana  terlibat  sistem  saraf  pusat
ekstrahipothalamus,  hipothalamus,  hipofise  anterior,  testis,  dan  androgensenstive ends organs. Terlibatnya sistem saraf pusat ekstrahipothalamus dapat berupa stres
fisiologik  dan  psikologis.  Dalam  hipothalamus,  neurotransmiter  akan  meregulasi sintesis  dan  pelepasan  pulsasi  GnRH,  yang  dilakukan  setiap  3  jam  masuk  dalam
vena  portal  hipofise.  Setelah  mencapai  hipofise  anterior,  maka  GnRH  akan merangsang  sekresi  LH  dan  FSH.  LH  mempengaruhi  sel  Leydig  yang  berikatan
dengan reseptor spesifik membran dan menyebabkan sekresi testosteron. Sebagai inhibisi, peningkatan kadar androgen akan menghambat sekresi  LH dari  hipofise
anterior melalui efek langsung pada hipofise dan hipothalamus. Hipothalamus dan hipofise mempunyai reseptor androgen dan estrogen. Efek inhibisi terutama yang
diperantarai  oleh  estradiol  yang  dihasilkan  dari  aromatisasi  testosteron.  FSH
berikatan dengan reseptor spesifik pada sel-sel Sertoli di tubulus seminiferus dan merangsang pembentukan Androgen Binding Protein ABP. FSH mempengaruhi
tubulus  seminiferus  sel  Sertoli  untuk  merangsang  terjadinya  spermatogenesis. Sekresi  FSH  dihambat  oleh  inhibin  yang  dihasilkan  oleh  sel  Sertoli.  Begitu  juga
yang terjadi pada LH, sekresi LH akan dihambat oleh inhibin yang dihasilkan oleh sel Leydig McCance dan Huether, 2006; Pangkahila, 2011.
Fungsi testis dikontrol oleh 2 hormon gonadotropik yang disekresikan oleh hipofisis anterior yaitu: LH dan FSH. Kedua hormon ini bekerja pada bagian testis
yang  berbeda.  LH  bekerja  pada  sel  Leydig  intersisial  untuk  mensekresi testosteron  sedangkan  FSH  bekerja  pada  tubulus  seminiferus  sel  Sertoli  yang
berpengaruh terhadap spermatogenesis Sherwood, 2011.
2.3.6 Pengukuran Hormon Steroid pada Laki-laki
Semua  pengukuran  steroid  gonadal  harus  dilakukan  dengan  pemeriksaan khusus.  Pada  individu  normal,  terjadi  peningkatan  serum  testosteron  pada  pagi
hari,  karena  itu  sebaiknya  pengambilan  sampel  darah  sebaiknya  dilakukan  tiga kali dengan interval 20
– 40 menit pada pagi hari. Pada laki-laki, produksi hormon seks  tergantung  dari  variasi  diurnal  Hess  et  al.,  2003;  Braunstein,  2011;
Pangkahila, 2011; Sherwood, 2013. Kadar  testosteron  puncak  terlihat  pada  pagi  hari,  sekitar  20-30  lebih
tinggi kadarnya dari pada malam hari Kumar, 2013. Pengukuran immunoassays testosteron  dan  estrogen  mengukur  konsentrasi  kadar  total  serum.  Metode  yang
dipercaya adalah dengan immunoassays spesifik diikuti ekstraksi dari serum atau
gas  chromatography  GC  atau  dengan  liquid  chromatography  LC  digabung dengan spektroskopi Braunstein, 2011.
Tabel 2.2 Kadar Hormon Normal pada Laki-laki Dewasa Braunstein, 2011
Hormon Batas Normal
Testosteron, total Testosteron, free
Dihidrostenedione Androstenedione
Estradiol Estrone
260 – 1000 ngdL
50 – 210 pgmL
27 – 75 ngdL
50 – 250 ngdL
10 – 50 pgmL
15 – 65 pgmL
Nilai normal kadar hormon tetosteron total pada laki-laki berviariasi antara 241
– 827 ngdl, yang diukur pada pagi hari. Apabila terjadi penurunan dibawah 500  ngdl  sudah  menimbulkan  gejala  defisiensi.  Pada  anak-anak,  baik  anak  laki-
laki maupun anak permpuan kadar testosteron berkisar antara 5 ngdl, yang akan meningkat sesuai dengan umurnya. Anak perempuan bila mencapai usia 10
– 15, kadar  testosteronya  dapat  mencapai  kira-kira  15
–  35  ngdl.  Pada  saat  anak perempuan berusia mencapai  17 tahun meningkat sedikit  menjadi  20
– 38 ngdl, dan pada awal usia 20 tahun normal kadar testosteron total terendah antara 6
– 24 ngdl dan batas tertinggi 47
– 86 ngdl Braunstein, 2011.
2.3.7 Efek dan Fungsi Testosteron