gas chromatography GC atau dengan liquid chromatography LC digabung dengan spektroskopi Braunstein, 2011.
Tabel 2.2 Kadar Hormon Normal pada Laki-laki Dewasa Braunstein, 2011
Hormon Batas Normal
Testosteron, total Testosteron, free
Dihidrostenedione Androstenedione
Estradiol Estrone
260 – 1000 ngdL
50 – 210 pgmL
27 – 75 ngdL
50 – 250 ngdL
10 – 50 pgmL
15 – 65 pgmL
Nilai normal kadar hormon tetosteron total pada laki-laki berviariasi antara 241
– 827 ngdl, yang diukur pada pagi hari. Apabila terjadi penurunan dibawah 500 ngdl sudah menimbulkan gejala defisiensi. Pada anak-anak, baik anak laki-
laki maupun anak permpuan kadar testosteron berkisar antara 5 ngdl, yang akan meningkat sesuai dengan umurnya. Anak perempuan bila mencapai usia 10
– 15, kadar testosteronya dapat mencapai kira-kira 15
– 35 ngdl. Pada saat anak perempuan berusia mencapai 17 tahun meningkat sedikit menjadi 20
– 38 ngdl, dan pada awal usia 20 tahun normal kadar testosteron total terendah antara 6
– 24 ngdl dan batas tertinggi 47
– 86 ngdl Braunstein, 2011.
2.3.7 Efek dan Fungsi Testosteron
Hormon testosteron merupakan hormon androgen utama di dalam sirkulasi darah. Testosteron penting dalam kehidupan seksual dan reproduksi serta
pertumbuhan dan perkembangan normal organ kelamin dan reproduksi baik pria maupun wanita, selain fungsinya yang berpengaruh besar terhadap kehidupan
seksual juga memiliki efek biologik yang penting diantaranya pada metabolisme,
integritas tulang, otot, sistem kardiovaskular dan otak. Pada keadaan berkurangnya hormon testosteron berpengaruh terhadap berkurangnya sensitivitas
insulin, kelemahan otot, gangguan metabolisme karbohidrat, gangguan fungsi kognitif, berkurangnya dorongan motivasi, lelah dan letargi, peningkatan lemak
tubuh serta penurunan dorongan dan kemampuan seksual Pangkahila, 2011. Fungsi fisiologis testosteron di dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa hal
Morgentaler, 2009 : 1
Sekresi primer dari testis. 2
Peningkatan SHBG seperti keadaan patologis : sirosis hepatis, tirotoksikosis, pemberian preparat estrogen dan anti konvulsan.
3 Aktivitas enzim aromatase yang akan mengubah testosteron menjadi
estradiol. 4
Jumlah reseptor CAG repeats yang berfungsi normal. Secara sistematis fungsi testosteron diantaranya adalah :
1
Efek pada sistem reproduksi pada saat sebelum lahir.
- Sebelum lahir, sekresi testosteron pada janin akan mengakibatkan
penurunan testis ke dalam skrotum, maskulinisasi sistem reproduksi, dan genitalia eksternal.
- Pada saat janin, testosteron yang berasal dari plasenta menginisiasi
pembentukan duktus Wolffian dan membentuk organ genitalia interna pria epididimis, vas deferens dan vesikula seminalis.
- Testosteron diubah menjadi dehidrotestosteron sehingga menstimulasi
pembentukan genitalia eksterna seperti skrotum dan penis. Selain itu
pembentukan kelenjar prostat juga dipengaruhi oleh hormon testosteron Gilbert, 2000; Guyton dan Hall, 2010.
2
Efek pada jaringan seks spesifik setelah lahir.
- Masa pubertas adalah masa dimana terjadi maturasi dari sistem reproduktif
yang sebelumnya non fungsional untuk mencapai puncaknya dan mempunyai kemampuan untuk bereproduksi.
-
Biasanya dimulai pada usia 10 – 14 tahun. Pada masa puber, terjadi
peningkatan sekresi GnRH oleh hipotalamus. Dengan ini terjadi peningkatan sekresi FSH dan LH oleh hipofisis. Testis membesar dan LH
menstimulasi sel Leydig memproduksi testosteron dan sel Sertoli dalam
menjaga spermatogenesis Solfikitis et al., 2008.
- Testosteron inilah yang bertanggung jawab untuk pertumbuhan dan
perkembangan seluruh sistem reproduksi pria. Di bawah pengaruh sekresi
testosteron, terjadi pembesaran testis dan dimulailah produksi sperma untuk pertama kalinya, terjadi pembesaran glandula seksual aksesoris dan
pembesaran penis serta skrotum.
- Setelah masa pubertas, sekresi testosteron dan spermatogenesis terjadi
secara terus
– menerus seumur hidup seorang pria, meskipun produksinya akan berkurang secara bertahap. Penurunan sekresi testosteron pada pria
dewasa dimulai sejak memasuki usia 40 tahun yang sebelumnya telah mengalami perkembangan normal. Perubahan aktivitas dari poros
hipotalamus hipofisis gonadal pada pria terjadi lebih lambat.
- Seiring dengan penuaan, kadar serum total dan free testosterone tampak
menurun. Kadar free testosterone juga menurun sehubungan dengan
peningkatan SHBG. Sehingga untuk mengatasi hal ini dikembangkanlah
terapi sulih testosteron. Hipogonadisme mempengaruhi sekitar 40 dari pria berusia 45 tahun atau lebih tua, meskipun kurang dari 5 dari orang
– orang yang benar – benar didiagnosis dan diobati untuk kondisi tersebut. Meskipun terdapat beberapa kontroversi, terapi sulih testosteron telah
ditetapkan sebagai pengobatan utama yang aman dan efektif untuk
hipogonadisme Bebb, 2011.
3
Efek yang berkaitan dengan reproduksi
-
Testosteron mengatur perkembangan libido dan mempertahankan libido
pada seorang pria dewasa.Tetapi pada manusia libido juga dipengaruhi oleh interaksi sosial dan faktor emosional.
- Testosteron juga berfungsi sebagai umpan balik negatif untuk mengontrol
produksi hormon gonadotropin dari hipofisis anterior. 4
Efek pada perkembangan seksual sekunder
Perkembangan dan pemeliharaan seksual sekunder pria bergantung pada
testosteron, hal ini termasuk pada:
- pertumbuhan rambut contoh: janggut, rambut dada.
- suara yang lebih rendah akibat dari pembesaran laring dan penebalan pita
suara, kulit yang lebih tebal. -
konfigurasi tubuh pria, contohnya: bahu yang lebar, tangan yang besar, dan kaki yang lebih berotot sebagai akibat dari penyimpanan protein.
5 Efek non reproduksi
Testosteron juga mempunyai efek anabolik protein dan pertumbuhan tulang yang akan mengarah pada pembentukan fisik pria yang lebih
berotot dan pertumbuhan yang cepat selama masa puber. Testosteron juga menstimulasi sekresi pada kelenjar minyak. Pada hewan testosteron akan
mengakibatkan terjadinya perilaku agresif.
2.3.8 Hubungan Testosteron dan NO Pada Disfungsi Ereksi