Pengembang Kurikulum Pengembangan Kurikulum 1. Konsep Pengembangan Kurikulum

bawah, dimana gagasan pengembangan kurikulum datang dari para pejabat atau administrasi pendidikan seperti: Mendiknas, Kanwil, Dirjen, dan seterusnya dan dengan menggunakan prosedur-prosedur administrasi yang bersifat sentralistik, kemudian dibuatlah keputusan tentang kebutuhan suatu program pengembangan kurikulum. 49 Dan model ini sangatlah cocok apabila diterapkan bagi negara-negara yang menganut sistem sentralistik. b. The Grass-Roots Model Model grass roots akar rumput ini sama halnya dengan model Administrative line staff dikembangkan pula oleh Smith, Stanley, and Shores, namun model ini berbeda dengan rekayasa model administratif. Model grass roots diawali oleh para guru, pembina sekolah dengan mengabaikan metode pembuatan keputusan kelompok secara demokratis dan dimulai dari bagian-bagian yang lemah kemudian diarahkan untuk memperbaiki kurikulum tertentu secara spesifik atau bagian-baguan tertentu. 50 sehingga model grass root ini merupakan lawan dari model yang pertama yakni upaya pengembangan kurikulum bukan datang dari atas tapi dari bawah. c. Model Demontrasi Model demontrasi pada awalnya dirancang untuk memperkenalkan inovasi kurikulum dalam skala kecil, yaitu hanya mencakup suatu atau beberapa sekolah saja, 51 tapi selanjutnya kurikulum ni mendapatkan sanggahan dari kalangan perguruan tinggi dan masyarakat hal itu dikarenakan adanya upaya untuk menerapkannya dalam program yang luas. d. Beauchamp’s System Model rekayasa kurikulum yang lain adalah model Beauchamp, sesuai dengan nama dari penciptanya, seorang ahli 49 Rusman. op. cit. h.79 50 Ibid., h.80 51 Ibid., h.81 kurikulum bernama Beauchamp menurutnya untuk merancang sebuah kurikulum harus ditempuh lima langkah berikut: Pertama, menentukan terlebih dahulu lokasi atau wilayah yang ditentukan sesuai dengan skala pengembangan kurikulum yang telah direncanakan. Bila kurikulum yang ingin dikembangkan berskala makro atau Nasional, wilayah atau lokasi yang akan dijadukan pilot projek adalah provinsi. Namun, seandainya bersifat daerah atau berskala mikro, kabupaten dapat dijadikan lokasi pilot projek. Penetapan arena ini ditentukan oleh wewenang yang dimliki oleh pengambil kebijaksanaan dalam pengambangan kurikulum. Kedua, menentukan personalia siapa saja yang akan ikut terlibat di dalam pengambangan kurikulum. Ketiga, mengorganisasikan personalia tersebut ke dalam lima tim, yang terdiri dari: tim pengembang kurikulum, tim peneliti kurikulum, tim penyusun kurikulum baru, tim perumus kriteria kurikulum, serta tim penyususn dan penulis kurikulum baru. Keempat, implementasi kurikulum. Pada tahap membutuhkan kesiapan dalam banyak hal, sepeti guru sebagai pelaksana kurikulum di kelas, fasilitas, siswa, dana, manajerial pimpinan sekolah atau administrator. Kelima dan merupakan langkah yang terakhir adalah mengevaluasi kurikulum. Beauchamp mengemukakan beberapa hal yang perlu dievaluasi, yakni: evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum oleh guru, evaluasi terhadap desain kurikulum, evaluasi terhadap hasil belajar, dan evaluasi terhadap sistem dalam kurikulum. 52 e. Taba’s Inverted Model Dalam kurikulum model Taba didalamnya terdapat lima langkah atau lima tahapan yaitu: Pertama mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru-guru. Kedua menguji unit eksperimen. Ketiga mengadakan revisi dan konsolidasi. Keempat pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum. Kelima implementasi dan diseminasi. 53 Kelima langkah atau tahapan di atas merupakan langkah- langkah yang harus dipenuhi ketika menggunakan pengembangan kurikulum model Taba. 52 Sukmadinata. op. cit., h.164 53 Ibid., h.167