12 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 dan PP Nomor 55 Tahun
2005, Komponen Dana Perimbangan adalah sebagai berikut : 1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokasi Umum 3. Dana Alokasi Khusus
C. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2008, yang dimaksud dengan lain- lain PAD yang sah antara lain penerimaan daerah di luar pajak dan retribusi daerah
jasa giro, hasil penjualan asset daerah. Lain-lain PAD yang sah,meliputi: 1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
2. Jasa giro 3. Pendapatan bunga
4. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing 5. Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan danatau
pengadaan barang danatau jasa oleh daerah. 6. Penerimaan keuangan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
7. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan 8. Pendapatan denda pajak
9. Pendapatan denda retribusi 10. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan
11. Pendapatan dari pengembalian 12. Fasilitas social dan umum
13. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan 14. Pendapatan dari angsurancicilan penjualan
2.1.3 Pajak Daerah Pengertian dan Kriteria Pajak Daerah
Menurut Siahaan 2005:7, Pajak Daerah adalah “Iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang,
yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan
daerah”.Dengan demikian, pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah Perda, yang wewenang pemungutannya
Universitas Sumatera Utara
13 dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan untuk membiayai
pengeluaran pemerintah daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan didaerah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak Daerah merupakan komponen dari pendapatan asli daerah, sampai saat
ini. Pajak Daerah memberikan kontribusi daerah terbesar bagi Pendapatan Asli Daerah. Undang-undang No.28 Tahun 2009 memberikan peluang kepada daerah
kabupatenkota untuk memungut jenis Pajak Daerah lain yang dipandang memenuhi syarat selain dari jenis Pajak Daerah kabupatenkota yang telah ditetapkan. Penetapan
jenis pajak lainnya ini harus benar-benar bersifat spesifik dan potensial di daerah. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasan kepada kabupatenkota dalam
mengantisipasi situasi dan kondisi serta perkembangan perekonomian daerah pada masa mendatang yang mengakibatkan perkembangan potensi pajak dengan tetap
memperhatikan kesejahteraan jenis pajak dan aspirasi masyarakat serta memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Kriteria pajak daerah yang ditetapkan oleh undang-undang bagi kabupatenkota adalah:
1. Bersifat pajak dan bukan retribusi. Maksudnya adalah pajak yang ditetapkan harus sesuai dengan pengertian yang ditentukan dalam defenisi pajak daerah.
2. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah kabupatenkota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya
melayani masyarakat di wilayah daerah kabupatenkota yang bersangkutan. 3. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertantangan dengan kepentingan
umum, maksudnya adalah bahwa pajak tersebut dimaksudkan untuk kepentingan bersama yang lebih luas antara pemerintah dan masyarakat
dengan memperhatikan aspek ketentraman, kestabilan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan.
4. Objek pajak bukan merupakan objek pajak provinsi dan atau objek pajak pusat.
Universitas Sumatera Utara
14 5. Potensinya memadai. Maksudnya adalah bahwa hasil pajak cukup besar
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dan laju pertumbuhannya, diperkirakan sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi.
6. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negative. Maksudnya adalah bahwa pajak tersebut tidak mengganggu alokasi sumber-sumber ekonomi efisien dan
tidak merintangi arus sumber daya ekonomi antar daerah maupun kegiatan eksport import.
7. Memerhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat. Kriteria aspek keadilan antara lain objek dan subjek harus jelas sehingga dapat diawasi
pemungutannya, jumlah pembayaran pajak dapat diperkirakan oleh wajib pajak yang bersangkutan. Dan tarif pajak ditetapkan dengan memerhatikan
keadaan wajib pajak. Selanjutnya kriteria kemampuan masyarakat adalah kemampuan subjek pajak untuk memikul tambahan beban pajak.
8. Menjaga kelestarian lingkungan. Maksudnya adalah bahwa pajak harus bersifat netral terhadap lingkungan, yang berarti bahwa pengenaan pajak tidak
memberikan peluang kepada pemerintah daerah dan masyarakat untuk merusak lingkungan yang akan menjadi beban bagi pemerintah daerah dan
masyarakat.
Pajak daerah harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain: 1 Tidak boleh bertentangan atau harus searah dengan kebijaksanaan
pemerintah pusat. 2 Pajak daerah harus sederhana dan tidak terlalu banyak jenisnya
3 Biaya administrasi harus rendah 4 Tidak mencampuri system perpajakan pusat maupun peraturan-peraturan
yang ditetapkan oleh daerah serta dapat dipaksakan Dengan demikian, penerimaan pajak harus dilakukan secara efektif agar
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan pemerintah daerah dapat terlaksana dengan baik. Pajak daerah dikatakan efektif jika:
• Memenuhi kriteria adil • Dapat mendorong tindakan ekonomi
• Mampu menstabilkan tingkat kenaikan harga • Dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
15 • Biaya untuk administrasi ringan dan terjangkau oleh wajib pajak.
Jenis – Jenis Pajak Daerah
Menurut undang-undang nomor 28 tahun 2009: a. Pajak Daerah Tingkat I Propinsi
1 Pajak Kendaraan Bermotor 2 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
3 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 4 Pajak Air Permukaan; dan
5 Pajak Rokok
b. Pajak Daerah Tingkat II KabupatenKota 1 Pajak Hotel
a Pengertian Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Pengertian hotel
disini termasuk juga rumah penginapan yang memungut bayaran. Pengenaan pajak hotel tidak mutlak pada seluruh daerah
kabupatenkota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yamg diberikan kepada pemerintah kabupatenkota untuk
mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupatenkota. Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada suatu daerah
kabupatenkota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitlkan peraturan daerah tentang hotel. Peraturan itu akan menjadi landasan
hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak hotel di daerah kabupaten atau kota yang
bersangkutan.
b Subjek Pajak Hotel Pada pajak hotel yang menajadi subjek pajak adalah orang
pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel. Sementara yang menjadi wajib
pajak adalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel.
c Objek Pajak Hotel
Universitas Sumatera Utara
16 Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel
dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan,
termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. • Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek antara
lain: gubuk pariwisata cottage, motel, wisma pariwisata, pesanggrahan Hostel, losmen dan rumah penginapan.
• Pelayanan penunjang, antara lain : telepon, faksimile, teleks, fotokopi, pelayanan cuci, sertrika, taksi dan pengangkutan
lainnya yang disediakan atau dikelola hotel. • Fasilitas olahraga dan hiburan khusus untuk tamu hotel antara
lain: pusat kebugaran fitness center, kolam renang, tenis, golf, karaoke, pub, diskotik yang disediakan atau disediakan
oleh hotel. • Jasa persewaan ruangan untuk kegiaatan acara atau pertemuan
di hotel.
d Dasar Pengenaan Pajak Hotel Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran atau
yang seharusnya dibayar kepada hotel. Besarnya tarif pajak hotel ditetapkan paling tinggi sebesar sepuluh persen dan ditetapkan dengan
peraturan daerah kabipatenkota yang bersangkutan. Pajak Terutang
= Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak = Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran yang
dilakukan kepada hotel
2 Pajak Restoran a Pengertian
Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan restoran. Pengenaan pajak restoran tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupatenkota
yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan
Universitas Sumatera Utara
17 atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupatenkota. Oleh karena
itu, untuk dapat dipungut pada suatu daerah kabupaten atau kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan peratuan daerah
tentang pajak restoran yang akan menjadi landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak restoran
didaerah kabupaten atau kota yang bersangkutan.
b Subjek Pajak Restoran Pada pajak restoran yang menjadi subjek pajak adalah orang
pribadi atau Badan yang membeli makanan danatau minuman dari restoran. Secara sederhana yang menjadi subjek pajak adalah
konsumen yang menikmati dan membayar pelayanan yang diberikan oleh pengusaha restoran. Sementara yang menjadi wajib pajak adalah
orang pribadi atau Badan yang mengusahakan restoran.
c Objek Pajak Restoran Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh
restoran. Yang termasuk dalam objek pajak restoran adalah rumah makan, cafe, bar, dan sejenisnya. Pelayanan yang disediakan di
restoran meliputi pelayanan penjualan makan danatau minuman yang di konsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan
maupun ditempat lain.
d Dasar Pengenaan Pajak Restoran Dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran
yang diterima yang seharusnya diterima restoran. Besarnya tarif pajak restoran ditetapkan paling tinggi sebesar sepuluh persen dan ditetapkan
dengan peraturan daerah kabupatenkota yang bersangkutan. Pajak Terutang
= Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak = Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran
yang dilakukan kepada restoran
Universitas Sumatera Utara
18 3 Pajak Hiburan
a Pengertian Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.
Selain itu, pajak hiburan dapat diartikan sebagai pungutan daerah atas penyelenggaraan hiburan. Pengenaan pajak hiburan tidak mutlak ada
pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah
kabupaten atau kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupatenkota.
b Subjek Pajak Hiburan Pada pajak hiburan yang menjadi subjek pajak adalah orang
pribadi atau badan yang menonton atau menikmati hiburan. Secara sederhana yang menjadi subjek pajak adalah konsumen yang
menikmati hiburan. Sementara yang menjadi wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan.
c Objek Pajak Hiburan Objek pajak hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan yang
dipungut bayaran. Yang dimaksud hiburan antara lain berupa tontonan film, kesenian, pagelaran musik dan tari, diskotik, karaoke, klub
malam, permaianan biliar, permainan ketangkasan, panti pijat, mandi uap, pertandingan olahraga. Dengan demikian, objek pajak hiburan
meliputi: pertunjukan film, pertunjukan kesenian, pertunjukan pagelaran, penyelenggaraan diskotik dan sejenisnya, penyelenggaraan
tempat-tempat wisata dan sejenisnya pertandingan olahraga, pertunjukan dan keramaian umum lainnya.
d Dasar Pengenaan Pajak Hiburan Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah uang yang
diterimayang seharusnya diterima oleh penyelenggara hiburan. Besarnya tarif pajak hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar tiga puluh
lima persen dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupatenkota yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
19 Pajak Terutang
= Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak = Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran yang
dilakukan untuk menontonmenikmati hiburan
4 Pajak Reklame a Pengertian
Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Pengenaan pajak reklame tidak mutlak ada seluruh daerah kabupaten
atau kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten atau kota untuk
mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupatenkota.
b Subjek Pajak Reklame Pada pajak reklame yang menjadi subjek pajak adalah orang
pribadi atau badan yang menggunakan reklame. Sementara yang menjadi wajib pajak adalah yaitu orang pribadi atau badan yang
menggunakan reklame.
c Objek Pajak Reklame Objek pajak reklame adalah semua penyelengaraan reklame.
Penyelenggaraan reklame dapat dilakukan oleh penyelenggara reklame atau perusahaan jasa periklanan yang terdaftar pada dinas pendapatan
daerah kabupatenkota. Penyelenggaraan reklame yang ditetapkan menjadi objek pajak reklame adalah meliputi: reklame papan, reklame
megatron, reklame kain, reklame melekat stiker, reklame selebaran, reklame berjalan, reklame udara, reklame suara, reklame film dan
reklame peragaan.
d Dasar Pengenaan Pajak Reklame Dasar pengenaan pajak reklame adalah nilai sewa reklame.
Besarnya tarif pajak reklame ditetapkan paling tinggi sebesar sepuluh persen dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupatenkota yang
bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
20 Pajak Terutang
= Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak = Tarif Pajak x nilai sewa reklame
5 Pajak Penerangan Jalan a Pengertian
Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia
penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar dibayar oleh pemerintah daerah. Pengenaan pajak penerangan jalan tidak mutlak ada pada
seluruh daerah kabupatenkota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupatenkota
untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupatenkota.
b Subjek Pajak Penerangan Jalan Pada pajak penerrangan jalan yang menjadi subjek pajak adalah
orang pribadi atau badan yang dapat menggunakan tenaga listrik. Secara sederhana yang menjadi subjek pajak adalah konsumen yang
menikmati dan membayar pelayanan yang diberikan oleh pengusaha penerangan jalan. Sementara yang menjadi wajib pajak penerangan
jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik.
c Objek Pajak Penerangan Jalan Objek pajak penerangan jalan adalah penggunaan tenaga
listrik,baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain. Penggunaan tenaga listrik meliputi penggunaan tenaga listrik baik
yang disalurkan PLN dan bukan PLN.
d Dasar Pengenaan Pajak Penerangan Jalan Dasar pengenaan pajak penerangan jalan adalah nilai jual
tenaga listrik. Besarnya tarif pajak penerangan jalan ditetapkan paling tinggi sebesar sepuluh persen dan ditetapkan dengan peraturan daerah
kabupatenkota yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
21 Pajak Terutang
= Tarif Pajak x dasar Pengenaan Pajak = Tarif Pajak x nilai jual tenaga listrik
6 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan a Pengertian
Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari
sumber alam di dalam danatau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.
b Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pada subjek pajak bukan logam dan batuanyang menjadi subjek
pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang dapat mengambil mineral bukan logam dan batuan. Sementara yang menjadi wajib pajak
mineral bukan logam dan batuan adalah orang pribadi atau badan yang mengambil mineral bukan logam dan batuan.
c Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Objek pajak mineral bukan logam dan batuan adalah kegiatan
pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang meliputi: asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu
permata, bentonit, dolomite, feldspar, garam batu, grafit, granitandesit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien,
oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, phospat, talk, tanah serap, tanah diatome, tanah liat, tawas, tras, yarosif, zeolit, basal, trakkit, dan
mineral bukan logam dan batuan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d Dasar Pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Lainnya Dasar pengenaan pajak mineral bukan logam dan batuan
lainnya adalah nilai jual hasil pengambilan mineral bukan logam dan batuan. Besarnya tarif pajak mineral bukan logam dan batuan lainnya
ditetapkan paling tinggi sebesar dua puluh lima persen dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupatenkota yang bersangkutan.
Pajak Terutang = Tarif Pajak x dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajak x nilai jual pajak mineral bukan logam dan batuan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
22 7 Pajak Parkir
a Pengertian Pajak parkir adalah pajak yang di kenakan atas
penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha
maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penetipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor
yang memungut bayaran.
b Subjek Pajak Parkir Pada pajak parkir, subjek pajak adalah orang pribadi atau badan
yang melakukan parkir kendaraan bermotor. Pajak parkir dibayar oleh pengusaha yang menyediakan tempat parkir dengan dipungut bayaran.
Yang menjadi wajib pajak parkir adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan tempat parkir.
c Objek Pajak Parkir Objek pajak parkir adalah penyelenggaaan tempat parkir diluar
badan jalan, baik yang disediaakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai usaha, termasuk penyediaan tempat
penitipan kedaraan bermotor. Klasifikasi tempat parkir diluar badan jalan yang dikenakan pajak parkir adalah: gedung parkir, pelataran
parkir, garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran dan tempat penitipan kendaraan bermotor.
d Dasar Pengenaan Pajak Parkir Dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran atau
yang seharusnya dibayar kepada penyelenggara tempat parkir. Besarnya tarif pajak penerangan jalan ditetapkan paling tinggi sebesar
tiga puluh persen dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupatenkota yang bersangkutan.
Pajak Terutang = Tarif Pajak x dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajak x jumlah pembayaran untuk pemakaian tempat parkir.
Universitas Sumatera Utara
23 8 Pajak Air Tanah
a Pengertian Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan danatau
pemanfaatan air tanah. Pasal 1 Angka 33 UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah
b Subjek Pajak Air Tanah Pada pajak air tanah, yang menjadi subjek pajaknya adalah
orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan air tanah. Sementara yang menjadi wajib pajak air tanah
adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan air tanah.
c Objek Pajak Air Tanah Objek pajak air tanah adalah pengambilan danatau pemanfaatan air
tanah.
d Dasar Pengenaan Pajak Air Tanah Dasar pengenaan pajak air tanah adalah nilai perolehan air
tanah. Besarnya tarif pajak air tanah ditetapkan paling tinggi sebesar dua puluh persen dan ditetapkan dengan peraturan daerah
kabupatenkota yang bersangkutan. Pajak Terutang
= Tarif Pajak x dasar Pengenaan Pajak = Tarif Pajak x nilai perolehan air tanah
9 Pajak Sarang Burung Walet a Pengertian
Sarang Burung Walet adalah Fasilitas Penyedia jasa penginapan peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan
dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan, rumah
singgah, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 sepuluh.
Universitas Sumatera Utara
24 b Subjek Pajak Sarang Burung Walet
Pada subjek pajak sarang burung walet, yang menjadi subjek pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pengambilan danatau mengusahakan sarang burung walet. Yang menjadi wajib pajak sarang burung walet adalah orang pribadi atau
badan yang melakukan pengambilan danatau mengusahakan sarang burung walet.
c Objek Pajak Sarang Burung Walet Objek pajak sarang burung walet adalah pengambilan danatau
pengusahaan sarang burung walet.
d Dasar Pengenaan Pajak Sarang Burung Walet Dasar pengenaan pajak sarang burung walet adalah nilai jual
sarang burung walet. Besarnya tarif pajak sarang burung ditetapkan paling tinggi sebesar sepuluh persen dan ditetapkan dengan peraturan
daerah kabupatenkota yang bersangkutan. Pajak Terutang
= Tarif Pajak x dasar Pengenaan Pajak = Tarif Pajak x nilai jual sarang burung walet
10 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan a Pengertian
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi danatau bangunan yang dimiliki, dikuasai, danatau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan. b Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Pada pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan, yang menjadi subjek pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang secara
nyata mempunyai suatu hak atas bumi danatau memperoleh manfaat atas bumi, danatau memiliki, menguasai, danatau memperoleh
manfaat atas bangunan. Yang menjadi wajib pajak bumi dan bangunan
Universitas Sumatera Utara
25 perdesaan dan perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang secara
nyata mempunyai suatu hak atas bumi danatau memperoleh manfaat atas bumi, danatau memiliki, menguasai, danatau memperoleh
manfaat atas bangunan.
c Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Objek pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan
adalah bumi danatau bangunan yang dimiliki, dikuasai, danatau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang
digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
d Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan
perkotaan adalah nilai jual objek pajak. Besarnya tarif pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar nol
koma tiga persen dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupatenkota yang bersangkutan.
Pajak Terutang = Tarif Pajak x dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajak x nilai jual objek pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan.
11 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan a Pengertian
Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah pajak yang dikenakan atas perolehan perolehan hak atas tanah dan bangunan.
Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya atau dimilikinya
hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang perseorangan pribadi atau badan.
Universitas Sumatera Utara
26 b Subjek Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Pada bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak
atas tanah danatau bangunan. Yang menjadi wajib pajak bea perolehan atas tanah dan bangunan adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh hak atas tanah danatau bangunan.
c Objek Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Objek bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah
perolehan hak atas tanah danatau bangunan.
d Dasar Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Dasar pengenaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
adalah nilai perolehan objek pajak. Besarnya tarif bea perolehan hak atas tanah dan bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar lima persen
dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupatenkota yang bersangkutan.
Pajak Terutang = Tarif Pajak x dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajak x nilai perolehan objek pajak.
Dasar Hukum Pajak Daerah
Setiap jenis pajak daerah yang diberlakukan di Indonesia harus berdasarkan dasar hukum yang kuat untuk menjamin kelancaran pengenaan dan pemungutannya.
Adapun yang menjadi dasar hukum pajak daerah adalah sebagaimana di bawah ini: 1. Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Perubahan Undang –
Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah.
3. Keputusan Presiden,Keputusan Menteri Dalam Negeri, Keputusan Menteri Keuangan, Peraturan Daerah Provinsi, dan Peraturan Daerah KabupatenKota
di bidang Pajak Daerah.
Universitas Sumatera Utara
27
2.1.4 Retribusi Daerah Terminologi Retribusi Daerah