3 nasional. Pembinaan ini dilakukan secara terus-menerus, terutama pada objek, tarif
pajak dan retribusi, sehingga pajak pusat dan pajak daerah saling melengkapi. Adanya jasa tertentu yang diberikan oleh pemerintah kepada individu secara
perorangan dikarenakan retribusi daerah merupakan pembayaran wajib dari penduduk kepada negara. Pungutan dari masyarakat akan menjadi sumber pendapatan bagi
daerah tersebut, dan bisa dijadikan sumber utama pendapatan daerah selain pajak daerah, bagian laba usaha maupun nilai-nilai pendapatan daerah yang sah.
Retribusi daerah sebagai sumber penerimaan dalam negeri mempunyai potensi untuk dijadikan sumber pendapatan nasional, karena semakin banyak orang pribadi,
maupun pihak swasta yang menggunakan jasa yang disediakan pemerintah yang perlu diperhatikan oleh pemerintah bagaimana cara mengoptimalkan pemungutan retribusi
daerah sehingga memberikan hasil yang maksimal. Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi terbesar di pulau
Sumatera yang memiliki beraneka ragam sumber jasa yang dapat dikenakan retribusi. Mulai dari sektor pariwisata begitu juga dengan jasa-jasa yang disediakan oleh pihak
swasta. Daerah-derah yang cukup potensial di Sumatera Utara antara lain Pemerintah Kota Medan, Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Tanah Karo, yang
banyak memiliki sektor industri dan pariwisata yang dapat dikenakan tarif retribusi. Dari retribusi inilah yang akan menyumbang ke Pendapatan Daerah Sumatera Utara.
Pentingnya pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan daerah di provinsi Sumatera Utara yang pada akhirnya akan memperngaruhi total pendpatan
daerah masing-masing pemerintaah kabupatenpemerintah kota dimasa yang akan datang maka dilakukanlah penelitian untuk melihat seberapa besar penerimaan pajak
daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan daerah. Dengan judul : “Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Daerah pada Kota dan
Kabupaten di Sumatera Utara Tahun 2009-2011”
1.2. Perumusan Masalah
Pajak dan retribusi merupakan sumber dana bagi peningkatan pendapatan daerah. Keberhasilan dari usaha ini tidak hanya terletak pada pihak pemerintah daerah
selaku pemegang hak untuk mengeluarkan kebijakan dan peraturan-peraturan daerah yang berkaitan dengan pajak dan retribusi ini saja,tetapi harus didukung oleh peran
serta masyarakat dan pihak swasta yang ada. Permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
4 1. Berapa besar kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Daerah pada Kota
dan Kabupaten di Sumatera Utara? 2. Berapa besar kontribusi Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Daerah pada
Kota dan Kabupaten di Sumatera Utara? 3. Berapa besar kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap
Pendapatan Daerah pada Kota dan Kabupaten di Sumatera Utara ?
1.3. Batasan Masalah
Penulis memberikan batasan masalah terhadap penelitian ini yaitu : 1. Variabel independent yang diteliti adalah pajak daerah dan retribusi daerah untuk
KabupatenKota 2. Objek penelitian adalah KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara
3. Data tahun yang digunakan antara tahun 2009-2011 yang merupakan data time series tahun terakhir yang dapat direkap,dan sehingga dianggap sebagai data yang
representatif semenjak adanya otonomi daerah.
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui berapa besar kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan
Daerah pada Kota dan Kabupaten di Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui berapa besar kontribusi Retribusi Daerah terhadap Pendapatan
Daerah pada Kota dan Kabupaten di Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui berapa besar kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
terhadap Pendapatan Daerah pada Kota dan Kabupaten di Sumatera Utara.
1.4.2 Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti Sebagai salah satu persyaratan mencapai gelar sarjana, dan menambah
pengetahuan penulis mengenai sumbangan dari penerimaan pajak dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah pada tiap-tiap pemerintah kabupatenkota di sumatera
utara.selain itu penulis dapat melihat berapa besar kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah.
Universitas Sumatera Utara
5 b. Bagi Pemerintah Kota Pemerintah Kabupaten
Sumatera Utara khususnya mengenai penerimaan pajak dan retribusi daerah dan pendapatan asli daerah. Selain itu, Penelitian ini diharapkan menjadi masukan
bagi pemerintah kotakabupaten dalam pengambilan keputusan kebijakan diwaktu akan datang.
c. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi, sehingga
masyarakat mengetahui pentingnya membayar pajak daerah dan retribusi daerah demi meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah APBD Pengertian Dan Unsur-Unsur APBD
APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD,dan ditetapkan dengan peraturan
daerah. APBD merupakan suatu anggaran daerah. APBD merupakan suatu anggaran daerah. Untuk memberikan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan APBD,
pemerintah daerah perlu menyampaikan laporan realisasi semester pertama kepada DPRD pada akhir juli tahun anggaran yang bersangkutan. Informasi tersebut akan
menjadi bahan evaluasi pelaksanaan APBD semester pertama dan penyesuaian
perubahan APBD pada semester berikutnya.
Menurut Wajong 1962:81. APBD dapat didefenisikan sebagai: rencana pekerjaan keuangan financial workplan yang dibuat untuk suatu
jangka waktu ketika badan legislatif DPRD memberikan kredit kepada badan eksekutif kepala daerah untuk melakukan pembiayaan guna kebutuhanrumah
tangga daerah sesuai dengan rancangan yang menjadi dasar grondslag penetapan anggaran, dan yang menunjukkan semua penghasilan untuk
menutup pengeluaran tadi. Menurut Chalid 2000:4. Anggaran pendapatan dan Belanja Daerah dapat
didefenisikan: Anggaran diartikan sebagai bentuk kongkrit pada rencana kerja keuangan
yang komprehensif untuk mengaitkan pembelanjaan atau pengeluaran kepada pendapatanpenerimaan yang dinyatakan dengan uang untuk mencapai tujuan
serta target dari pada yang direncanakan di dalam jangka waktu tertentu satu tahun.
APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan
peraturan daerah. Sehubungan dengan aspek pelaksanaan pemerintah di daerah, Chalid 2004:4
menyatakan pula bahwa :
Universitas Sumatera Utara
7 APBD adalah rencana pekerjaan keuangan yang dibuat untuk jangka waktu
tertentu dalam waktu mana legislatif memberikan kredit kepada eksekutif untuk melakukan pembiayaan guna kebutuhan rumah tangga daerah sesuai
dengan rencana yang menjadi dasar penyusunan anggaran, dan yang menunjukkan segala penghasilan untuk menutup pembiayaan itu.
Unsur-Unsur APBD menurut Halim 2004:15-16 adalah sebagai berikut : 1. Rencana kegiatan suatu daerah, beserta uraiannya secara rinci.
2. Adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk menutupi biaya-biaya sehubungan dengan aktivitas tersebut, dan adanya biaya-biaya yang
merupakan batas maksimal pengeluaranpengeluaran yang akan dilaksanakan. 3. Jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka.
4. Periode anggaran yang biasanya 1 satu tahun.
Komponen APBD
Klasifikasi APBD yang terbaru adalah berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah. Adapun bentuk dan
susunan APBD yang didasarkan pada Permendagri 13 2006 pasal 22 ayat 1 terdiri atas 3 bagian, yaitu “pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah.”
Pendapatan daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat 1 dikelompokkan atas pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lainlain pendapatan daerah yang
sah. Belanja menurut kelompok belanja terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung. Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan mencakup sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya SiLPA, pencairan dana cadangan, hasil
penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan penerimaan piutang daerah.
Pengeluaran pembiayaan mencakup pembentukan dana cadangan, penyertaan modal investasi pemerintah daerah, pembayaran pokok utang, dan pemberian pinjaman
daerah. Permendagri 13 2006
Oleh karena penelitian ini menggunakan laporan realisasi APBD yang memakai format keputusan menteri dalam negeri No. 29 tahun 2002, maka APBD
yang berdasarkan format tersebut terdiri atas 3 bagian, yaitu: “pendapatan, belanja,dan pembiayaan.”
Universitas Sumatera Utara
8 Pendapatan dibagi menjadi 3 kategori yaitu Pendapatan Asli Daerah PAD,
Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Belanja digolongkan menjadi 4 yakni belanja aparatur daerah, belanja pelayanan
publik, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan, dan belanja tak tersangka. Belanja aparatur daerah diklasifikasi menjadi 3 kategori yaitu belanja
administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja modal pembangunan. Belanja pelayanan publik dikelompokkan menjadi 3 yakni
belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja modal. Pembiayaan dikelompokkan menurut sumber-sumber pembiayaan
yaitu : sumber penerimaan daerah dan sumber pengeluaran daerah. Sumber pembiayaan berupa penerimaan daerah adalah : sisa lebih anggaran tahun lalu,
penerimaan pinjaman dan obligasi, hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan dan transfer dari dana cadangan. Sumber pembiayaan berupa
pengeluaran daerah terdiri atas : pembayaran utang pokok yang telah jatuh tempo, penyertaan modal, transfer ke dana cadangan, dan sisa lebih anggaran
tahun sekarang. Halim, 2004:18.
2.1.2 Pendapatan Daerah Pengertian Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar yang merupakan hak pemerintah
daerah dalam 1 satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD
merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Seluruh pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD
dianggarkan secara bruto, yang mempunyai makna bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan belanja yang digunakan dalam rangka
menghasilkan pendapatan tersebut danatau dikurangi dengan bagian pemerintah pusatdaerah lain dalam rangka bagi hasil.
Pendapatan Daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang asli digali daerah yang digunakan untuk modal dasar pemerintah daerah dalam membiayai
pembangunan dan usaha-usaha daerah untuk memperkecil ketergantungan dana dari penerimaan pusat.
Universitas Sumatera Utara
9
Jenis-jenis Pendapatan Daerah
Dalam pasal 79 Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, berdasarkan pasal 79 UU 221999 disimpulkan bahwa sesuatu yang diperoleh
pemerintah daerah yang dapat diukur dengan uang karena kewenangan otoritas yang diberikan masyarakat dapat berupa hasil pajak daerah dan retribusi daerah. sumber-sumber
pendapatan daerah menurut Undang-Undang RI No.32 Tahun 2004 yaitu : 1.
Pendapatan asli daerah PAD yang terdiri dari : • Hasil pajak daerah yaitu Pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan
oleh daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai badan hukum publik. Pajak daerah sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah daerah yang
hasilnya digunakan untu pengeluaran umum yang balas jasanya tidak langsung diberikan sedang pelaksanannya bisa dapat dipaksakan.
• Hasil retribusi daerah yaitu pungutan yang telah secara sah menjadi pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa atau
karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik pemerintah daerah bersangkutan. Retribusi daerah mempunyai sifat-sifat yaitu pelaksanaannya
bersifat ekonomis, ada imbalan langsung walau harus memenuhi persyaratan- persyaratan formil dan materiil, tetapi ada alternatif untuk mau tidak
membayar, merupakan pungutan yang sifatnya budgetetairnya tidak menonjol, dalam hal-hal tertentu retribusi daerah adalah pengembalian biaya yang telah
dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan anggota
masyarakat.
• Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Hasil perusahaan milik daerah merupakan pendapatan daerah dari
keuntungan bersih perusahaan daerah yang berupa dana pembangunan daerah
Universitas Sumatera Utara
10 dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah, baik
perusahaan daerah yang dipisahkan,sesuai dengan motif pendirian dan pengelolaan, maka sifat perusahaan dareah adalah suatu kesatuan produksi
yang bersifat menambah pendapatan daerah, memberi jasa, menyelenggarakan kemamfaatan umum, dan memperkembangkan perekonomian daerah.
• Lain-lain pendapatan daerah yang sah ialah pendapatan-pendapatan yang tidak termasuk dalam jenis-jenis pajak daerah, retribusli daerah, pendapatan dinas-
dinas. Lain-lain usaha daerah yang sah mempunyai sifat yang pembuka bagi pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan baik berupa
materi dalam kegitan tersebut bertujuan untuk menunjang, melapangkan, atau memantapkan suatu kebijakan daerah disuatu bidang tertentu.
2. Dana perimbangan diperoleh melalui bagian pendapatan daerah dari penerimaan pajak
bumi dan bangunan baik dari pedesaan, perkotaan, pertambangan sumber daya alam dan serta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. Dana perimbangan terdiri atas dana bagi hasil,
dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus. 3.
Lain-lain pendapatan daerah yang sah adalah pendapatan daerah dari sumber lain misalnya sumbangan pihak ketiga kepada daerah yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku
A. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah dikategorikan dalam pendapatan rutin Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD. Pendapatan Asli Daerah merupakan suatu
pendapatan yang menunjukkan suatu kemampuan daerah menghimpun sumber- sumber dana untuk membiayai kegiatan rutin maupun pembangunan. Jadi pengertian
dari pendapatan asli daerah dapat dikatakan sebagai pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi-potensi sumber keuangan daerahnya
untuk membiayai tugas dan tanggungjawabnya
Pendapatan Asli Daerah PAD menurut Undang-Undang No.12 Tahun 2008 oleh Rima Anggraeni adalah terdiri dari penerimaan daerah dari sektor pajak daerah,
Universitas Sumatera Utara
11 retribusi daerah, hasil perusahaan milik derah, hasil pengolahan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Undang-Undang tersebut juga menyebutkan bahwa tujuan pendapatan asli daerah adalah memberikan keleluasaan
kepada daerah dalam menggali pendanaan pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan desentralisasi
.
Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang asli digali daerah yang digunakan untuk modal dasar pemerintah daerah dalam membiayai
pembangunan dan usaha-usaha daerah untuk memperkecil ketergantungan dana dari penerimaan pusat.
Menurut Halim 2004:67, Pendapatan Asli Daerah PAD adalah “semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah”. Menurut
Kadjatmiko 2002:77”, Pendapatan Asli Daerah PAD adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Menurut Halim dan Nasir 2006:44, Pendapatan Asli Daerah adalah
“Pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.
Menurut Undang-undang No.12 tahun 2008, “Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri dari :
1 Pajak daerah 2 Retribusi Daerah
3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah PAD yang sah
B. Dana Perimbangan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 dan PP Nomor 55 Tahun 2005 Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Menurut undang-undang no 33 tahun 2004 tujuan dana perimbangan, dana perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiscal antara pemerintah dan
pemerintahan daerah dan antar- Pemerintah Daerah. Dana Perimbangan juga bertujuan untuk menciptakan keseimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah dan antara Pemerintah Daerah.
Universitas Sumatera Utara
12 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 dan PP Nomor 55 Tahun
2005, Komponen Dana Perimbangan adalah sebagai berikut : 1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokasi Umum 3. Dana Alokasi Khusus
C. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2008, yang dimaksud dengan lain- lain PAD yang sah antara lain penerimaan daerah di luar pajak dan retribusi daerah
jasa giro, hasil penjualan asset daerah. Lain-lain PAD yang sah,meliputi: 1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
2. Jasa giro 3. Pendapatan bunga
4. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing 5. Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan danatau
pengadaan barang danatau jasa oleh daerah. 6. Penerimaan keuangan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
7. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan 8. Pendapatan denda pajak
9. Pendapatan denda retribusi 10. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan
11. Pendapatan dari pengembalian 12. Fasilitas social dan umum
13. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan 14. Pendapatan dari angsurancicilan penjualan
2.1.3 Pajak Daerah Pengertian dan Kriteria Pajak Daerah
Menurut Siahaan 2005:7, Pajak Daerah adalah “Iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang,
yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan
daerah”.Dengan demikian, pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah Perda, yang wewenang pemungutannya
Universitas Sumatera Utara
13 dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan untuk membiayai
pengeluaran pemerintah daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan didaerah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak Daerah merupakan komponen dari pendapatan asli daerah, sampai saat
ini. Pajak Daerah memberikan kontribusi daerah terbesar bagi Pendapatan Asli Daerah. Undang-undang No.28 Tahun 2009 memberikan peluang kepada daerah
kabupatenkota untuk memungut jenis Pajak Daerah lain yang dipandang memenuhi syarat selain dari jenis Pajak Daerah kabupatenkota yang telah ditetapkan. Penetapan
jenis pajak lainnya ini harus benar-benar bersifat spesifik dan potensial di daerah. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keleluasan kepada kabupatenkota dalam
mengantisipasi situasi dan kondisi serta perkembangan perekonomian daerah pada masa mendatang yang mengakibatkan perkembangan potensi pajak dengan tetap
memperhatikan kesejahteraan jenis pajak dan aspirasi masyarakat serta memenuhi kriteria yang ditetapkan.
Kriteria pajak daerah yang ditetapkan oleh undang-undang bagi kabupatenkota adalah:
1. Bersifat pajak dan bukan retribusi. Maksudnya adalah pajak yang ditetapkan harus sesuai dengan pengertian yang ditentukan dalam defenisi pajak daerah.
2. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah kabupatenkota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya
melayani masyarakat di wilayah daerah kabupatenkota yang bersangkutan. 3. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertantangan dengan kepentingan
umum, maksudnya adalah bahwa pajak tersebut dimaksudkan untuk kepentingan bersama yang lebih luas antara pemerintah dan masyarakat
dengan memperhatikan aspek ketentraman, kestabilan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan.
4. Objek pajak bukan merupakan objek pajak provinsi dan atau objek pajak pusat.
Universitas Sumatera Utara
14 5. Potensinya memadai. Maksudnya adalah bahwa hasil pajak cukup besar
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dan laju pertumbuhannya, diperkirakan sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi.
6. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negative. Maksudnya adalah bahwa pajak tersebut tidak mengganggu alokasi sumber-sumber ekonomi efisien dan
tidak merintangi arus sumber daya ekonomi antar daerah maupun kegiatan eksport import.
7. Memerhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat. Kriteria aspek keadilan antara lain objek dan subjek harus jelas sehingga dapat diawasi
pemungutannya, jumlah pembayaran pajak dapat diperkirakan oleh wajib pajak yang bersangkutan. Dan tarif pajak ditetapkan dengan memerhatikan
keadaan wajib pajak. Selanjutnya kriteria kemampuan masyarakat adalah kemampuan subjek pajak untuk memikul tambahan beban pajak.
8. Menjaga kelestarian lingkungan. Maksudnya adalah bahwa pajak harus bersifat netral terhadap lingkungan, yang berarti bahwa pengenaan pajak tidak
memberikan peluang kepada pemerintah daerah dan masyarakat untuk merusak lingkungan yang akan menjadi beban bagi pemerintah daerah dan
masyarakat.
Pajak daerah harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain: 1 Tidak boleh bertentangan atau harus searah dengan kebijaksanaan
pemerintah pusat. 2 Pajak daerah harus sederhana dan tidak terlalu banyak jenisnya
3 Biaya administrasi harus rendah 4 Tidak mencampuri system perpajakan pusat maupun peraturan-peraturan
yang ditetapkan oleh daerah serta dapat dipaksakan Dengan demikian, penerimaan pajak harus dilakukan secara efektif agar
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan pemerintah daerah dapat terlaksana dengan baik. Pajak daerah dikatakan efektif jika:
• Memenuhi kriteria adil • Dapat mendorong tindakan ekonomi
• Mampu menstabilkan tingkat kenaikan harga • Dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
15 • Biaya untuk administrasi ringan dan terjangkau oleh wajib pajak.
Jenis – Jenis Pajak Daerah
Menurut undang-undang nomor 28 tahun 2009: a. Pajak Daerah Tingkat I Propinsi
1 Pajak Kendaraan Bermotor 2 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
3 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 4 Pajak Air Permukaan; dan
5 Pajak Rokok
b. Pajak Daerah Tingkat II KabupatenKota 1 Pajak Hotel
a Pengertian Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Pengertian hotel
disini termasuk juga rumah penginapan yang memungut bayaran. Pengenaan pajak hotel tidak mutlak pada seluruh daerah
kabupatenkota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yamg diberikan kepada pemerintah kabupatenkota untuk
mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupatenkota. Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada suatu daerah
kabupatenkota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitlkan peraturan daerah tentang hotel. Peraturan itu akan menjadi landasan
hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak hotel di daerah kabupaten atau kota yang
bersangkutan.
b Subjek Pajak Hotel Pada pajak hotel yang menajadi subjek pajak adalah orang
pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel. Sementara yang menjadi wajib
pajak adalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel.
c Objek Pajak Hotel
Universitas Sumatera Utara
16 Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel
dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan,
termasuk fasilitas olahraga dan hiburan. • Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek antara
lain: gubuk pariwisata cottage, motel, wisma pariwisata, pesanggrahan Hostel, losmen dan rumah penginapan.
• Pelayanan penunjang, antara lain : telepon, faksimile, teleks, fotokopi, pelayanan cuci, sertrika, taksi dan pengangkutan
lainnya yang disediakan atau dikelola hotel. • Fasilitas olahraga dan hiburan khusus untuk tamu hotel antara
lain: pusat kebugaran fitness center, kolam renang, tenis, golf, karaoke, pub, diskotik yang disediakan atau disediakan
oleh hotel. • Jasa persewaan ruangan untuk kegiaatan acara atau pertemuan
di hotel.
d Dasar Pengenaan Pajak Hotel Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran atau
yang seharusnya dibayar kepada hotel. Besarnya tarif pajak hotel ditetapkan paling tinggi sebesar sepuluh persen dan ditetapkan dengan
peraturan daerah kabipatenkota yang bersangkutan. Pajak Terutang
= Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak = Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran yang
dilakukan kepada hotel
2 Pajak Restoran a Pengertian
Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan restoran. Pengenaan pajak restoran tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupatenkota
yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan
Universitas Sumatera Utara
17 atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupatenkota. Oleh karena
itu, untuk dapat dipungut pada suatu daerah kabupaten atau kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan peratuan daerah
tentang pajak restoran yang akan menjadi landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak restoran
didaerah kabupaten atau kota yang bersangkutan.
b Subjek Pajak Restoran Pada pajak restoran yang menjadi subjek pajak adalah orang
pribadi atau Badan yang membeli makanan danatau minuman dari restoran. Secara sederhana yang menjadi subjek pajak adalah
konsumen yang menikmati dan membayar pelayanan yang diberikan oleh pengusaha restoran. Sementara yang menjadi wajib pajak adalah
orang pribadi atau Badan yang mengusahakan restoran.
c Objek Pajak Restoran Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh
restoran. Yang termasuk dalam objek pajak restoran adalah rumah makan, cafe, bar, dan sejenisnya. Pelayanan yang disediakan di
restoran meliputi pelayanan penjualan makan danatau minuman yang di konsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan
maupun ditempat lain.
d Dasar Pengenaan Pajak Restoran Dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran
yang diterima yang seharusnya diterima restoran. Besarnya tarif pajak restoran ditetapkan paling tinggi sebesar sepuluh persen dan ditetapkan
dengan peraturan daerah kabupatenkota yang bersangkutan. Pajak Terutang
= Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak = Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran
yang dilakukan kepada restoran
Universitas Sumatera Utara
18 3 Pajak Hiburan
a Pengertian Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.
Selain itu, pajak hiburan dapat diartikan sebagai pungutan daerah atas penyelenggaraan hiburan. Pengenaan pajak hiburan tidak mutlak ada
pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah
kabupaten atau kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupatenkota.
b Subjek Pajak Hiburan Pada pajak hiburan yang menjadi subjek pajak adalah orang
pribadi atau badan yang menonton atau menikmati hiburan. Secara sederhana yang menjadi subjek pajak adalah konsumen yang
menikmati hiburan. Sementara yang menjadi wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan.
c Objek Pajak Hiburan Objek pajak hiburan adalah jasa penyelenggaraan hiburan yang
dipungut bayaran. Yang dimaksud hiburan antara lain berupa tontonan film, kesenian, pagelaran musik dan tari, diskotik, karaoke, klub
malam, permaianan biliar, permainan ketangkasan, panti pijat, mandi uap, pertandingan olahraga. Dengan demikian, objek pajak hiburan
meliputi: pertunjukan film, pertunjukan kesenian, pertunjukan pagelaran, penyelenggaraan diskotik dan sejenisnya, penyelenggaraan
tempat-tempat wisata dan sejenisnya pertandingan olahraga, pertunjukan dan keramaian umum lainnya.
d Dasar Pengenaan Pajak Hiburan Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah uang yang
diterimayang seharusnya diterima oleh penyelenggara hiburan. Besarnya tarif pajak hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar tiga puluh
lima persen dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupatenkota yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
19 Pajak Terutang
= Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak = Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran yang
dilakukan untuk menontonmenikmati hiburan
4 Pajak Reklame a Pengertian
Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Pengenaan pajak reklame tidak mutlak ada seluruh daerah kabupaten
atau kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten atau kota untuk
mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupatenkota.
b Subjek Pajak Reklame Pada pajak reklame yang menjadi subjek pajak adalah orang
pribadi atau badan yang menggunakan reklame. Sementara yang menjadi wajib pajak adalah yaitu orang pribadi atau badan yang
menggunakan reklame.
c Objek Pajak Reklame Objek pajak reklame adalah semua penyelengaraan reklame.
Penyelenggaraan reklame dapat dilakukan oleh penyelenggara reklame atau perusahaan jasa periklanan yang terdaftar pada dinas pendapatan
daerah kabupatenkota. Penyelenggaraan reklame yang ditetapkan menjadi objek pajak reklame adalah meliputi: reklame papan, reklame
megatron, reklame kain, reklame melekat stiker, reklame selebaran, reklame berjalan, reklame udara, reklame suara, reklame film dan
reklame peragaan.
d Dasar Pengenaan Pajak Reklame Dasar pengenaan pajak reklame adalah nilai sewa reklame.
Besarnya tarif pajak reklame ditetapkan paling tinggi sebesar sepuluh persen dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupatenkota yang
bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
20 Pajak Terutang
= Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak = Tarif Pajak x nilai sewa reklame
5 Pajak Penerangan Jalan a Pengertian
Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia
penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar dibayar oleh pemerintah daerah. Pengenaan pajak penerangan jalan tidak mutlak ada pada
seluruh daerah kabupatenkota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupatenkota
untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupatenkota.
b Subjek Pajak Penerangan Jalan Pada pajak penerrangan jalan yang menjadi subjek pajak adalah
orang pribadi atau badan yang dapat menggunakan tenaga listrik. Secara sederhana yang menjadi subjek pajak adalah konsumen yang
menikmati dan membayar pelayanan yang diberikan oleh pengusaha penerangan jalan. Sementara yang menjadi wajib pajak penerangan
jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik.
c Objek Pajak Penerangan Jalan Objek pajak penerangan jalan adalah penggunaan tenaga
listrik,baik yang dihasilkan sendiri maupun yang diperoleh dari sumber lain. Penggunaan tenaga listrik meliputi penggunaan tenaga listrik baik
yang disalurkan PLN dan bukan PLN.
d Dasar Pengenaan Pajak Penerangan Jalan Dasar pengenaan pajak penerangan jalan adalah nilai jual
tenaga listrik. Besarnya tarif pajak penerangan jalan ditetapkan paling tinggi sebesar sepuluh persen dan ditetapkan dengan peraturan daerah
kabupatenkota yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
21 Pajak Terutang
= Tarif Pajak x dasar Pengenaan Pajak = Tarif Pajak x nilai jual tenaga listrik
6 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan a Pengertian
Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari
sumber alam di dalam danatau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.
b Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Pada subjek pajak bukan logam dan batuanyang menjadi subjek
pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang dapat mengambil mineral bukan logam dan batuan. Sementara yang menjadi wajib pajak
mineral bukan logam dan batuan adalah orang pribadi atau badan yang mengambil mineral bukan logam dan batuan.
c Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Objek pajak mineral bukan logam dan batuan adalah kegiatan
pengambilan mineral bukan logam dan batuan yang meliputi: asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu
permata, bentonit, dolomite, feldspar, garam batu, grafit, granitandesit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien,
oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, phospat, talk, tanah serap, tanah diatome, tanah liat, tawas, tras, yarosif, zeolit, basal, trakkit, dan
mineral bukan logam dan batuan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d Dasar Pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Lainnya Dasar pengenaan pajak mineral bukan logam dan batuan
lainnya adalah nilai jual hasil pengambilan mineral bukan logam dan batuan. Besarnya tarif pajak mineral bukan logam dan batuan lainnya
ditetapkan paling tinggi sebesar dua puluh lima persen dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupatenkota yang bersangkutan.
Pajak Terutang = Tarif Pajak x dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajak x nilai jual pajak mineral bukan logam dan batuan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
22 7 Pajak Parkir
a Pengertian Pajak parkir adalah pajak yang di kenakan atas
penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha
maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penetipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor
yang memungut bayaran.
b Subjek Pajak Parkir Pada pajak parkir, subjek pajak adalah orang pribadi atau badan
yang melakukan parkir kendaraan bermotor. Pajak parkir dibayar oleh pengusaha yang menyediakan tempat parkir dengan dipungut bayaran.
Yang menjadi wajib pajak parkir adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan tempat parkir.
c Objek Pajak Parkir Objek pajak parkir adalah penyelenggaaan tempat parkir diluar
badan jalan, baik yang disediaakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai usaha, termasuk penyediaan tempat
penitipan kedaraan bermotor. Klasifikasi tempat parkir diluar badan jalan yang dikenakan pajak parkir adalah: gedung parkir, pelataran
parkir, garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran dan tempat penitipan kendaraan bermotor.
d Dasar Pengenaan Pajak Parkir Dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran atau
yang seharusnya dibayar kepada penyelenggara tempat parkir. Besarnya tarif pajak penerangan jalan ditetapkan paling tinggi sebesar
tiga puluh persen dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupatenkota yang bersangkutan.
Pajak Terutang = Tarif Pajak x dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajak x jumlah pembayaran untuk pemakaian tempat parkir.
Universitas Sumatera Utara
23 8 Pajak Air Tanah
a Pengertian Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan danatau
pemanfaatan air tanah. Pasal 1 Angka 33 UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah
b Subjek Pajak Air Tanah Pada pajak air tanah, yang menjadi subjek pajaknya adalah
orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan air tanah. Sementara yang menjadi wajib pajak air tanah
adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan danatau pemanfaatan air tanah.
c Objek Pajak Air Tanah Objek pajak air tanah adalah pengambilan danatau pemanfaatan air
tanah.
d Dasar Pengenaan Pajak Air Tanah Dasar pengenaan pajak air tanah adalah nilai perolehan air
tanah. Besarnya tarif pajak air tanah ditetapkan paling tinggi sebesar dua puluh persen dan ditetapkan dengan peraturan daerah
kabupatenkota yang bersangkutan. Pajak Terutang
= Tarif Pajak x dasar Pengenaan Pajak = Tarif Pajak x nilai perolehan air tanah
9 Pajak Sarang Burung Walet a Pengertian
Sarang Burung Walet adalah Fasilitas Penyedia jasa penginapan peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan
dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan, rumah
singgah, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 sepuluh.
Universitas Sumatera Utara
24 b Subjek Pajak Sarang Burung Walet
Pada subjek pajak sarang burung walet, yang menjadi subjek pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pengambilan danatau mengusahakan sarang burung walet. Yang menjadi wajib pajak sarang burung walet adalah orang pribadi atau
badan yang melakukan pengambilan danatau mengusahakan sarang burung walet.
c Objek Pajak Sarang Burung Walet Objek pajak sarang burung walet adalah pengambilan danatau
pengusahaan sarang burung walet.
d Dasar Pengenaan Pajak Sarang Burung Walet Dasar pengenaan pajak sarang burung walet adalah nilai jual
sarang burung walet. Besarnya tarif pajak sarang burung ditetapkan paling tinggi sebesar sepuluh persen dan ditetapkan dengan peraturan
daerah kabupatenkota yang bersangkutan. Pajak Terutang
= Tarif Pajak x dasar Pengenaan Pajak = Tarif Pajak x nilai jual sarang burung walet
10 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan a Pengertian
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi danatau bangunan yang dimiliki, dikuasai, danatau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan. b Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Pada pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan, yang menjadi subjek pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang secara
nyata mempunyai suatu hak atas bumi danatau memperoleh manfaat atas bumi, danatau memiliki, menguasai, danatau memperoleh
manfaat atas bangunan. Yang menjadi wajib pajak bumi dan bangunan
Universitas Sumatera Utara
25 perdesaan dan perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang secara
nyata mempunyai suatu hak atas bumi danatau memperoleh manfaat atas bumi, danatau memiliki, menguasai, danatau memperoleh
manfaat atas bangunan.
c Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Objek pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan
adalah bumi danatau bangunan yang dimiliki, dikuasai, danatau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang
digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
d Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan
perkotaan adalah nilai jual objek pajak. Besarnya tarif pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar nol
koma tiga persen dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupatenkota yang bersangkutan.
Pajak Terutang = Tarif Pajak x dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajak x nilai jual objek pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan.
11 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan a Pengertian
Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah pajak yang dikenakan atas perolehan perolehan hak atas tanah dan bangunan.
Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya atau dimilikinya
hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang perseorangan pribadi atau badan.
Universitas Sumatera Utara
26 b Subjek Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Pada bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak
atas tanah danatau bangunan. Yang menjadi wajib pajak bea perolehan atas tanah dan bangunan adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh hak atas tanah danatau bangunan.
c Objek Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Objek bea perolehan hak atas tanah dan bangunan adalah
perolehan hak atas tanah danatau bangunan.
d Dasar Pengenaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Dasar pengenaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
adalah nilai perolehan objek pajak. Besarnya tarif bea perolehan hak atas tanah dan bangunan ditetapkan paling tinggi sebesar lima persen
dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupatenkota yang bersangkutan.
Pajak Terutang = Tarif Pajak x dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajak x nilai perolehan objek pajak.
Dasar Hukum Pajak Daerah
Setiap jenis pajak daerah yang diberlakukan di Indonesia harus berdasarkan dasar hukum yang kuat untuk menjamin kelancaran pengenaan dan pemungutannya.
Adapun yang menjadi dasar hukum pajak daerah adalah sebagaimana di bawah ini: 1. Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Perubahan Undang –
Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah.
3. Keputusan Presiden,Keputusan Menteri Dalam Negeri, Keputusan Menteri Keuangan, Peraturan Daerah Provinsi, dan Peraturan Daerah KabupatenKota
di bidang Pajak Daerah.
Universitas Sumatera Utara
27
2.1.4 Retribusi Daerah Terminologi Retribusi Daerah
Pemungutan Retribusi Daerah yang saat ini didasarkan pada Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 sebagai perubahan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000
mengatur beberapa istilah yang umum digunakan, sebagaimana disebutkan di bawah ini:
a. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat manurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. b. Peraturan daerah adalah peraturan yang ditetapkan oleh kepala daerah dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. c. Retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan. d. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari perhimpunan data
objek dan subjek retribusi yang terutang, sampai dengan kegiatan penagihan retribusi atau retribusi yang terutang kepada wajib retribusi yang terutang serta
pengawasan penyetorannya. e. Masa retribusi adalah suatu jangaka tertentu yang merupakan batas waktu bagi
wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari pemerintah daerah yang bersangkutan.
Defenisi Retribusi Daerah
Menurut Undang–Undang No 28 tahun 2009, Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus yang disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan.
Beberapa pengertian istilah yang terkait dengan retribusi daerah menurut Mardiasmo, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
28 1 Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
2 Jasa adalah kegiatan pemerintah daerah berupa usaha atau pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati
oleh orang pribadi atau badan. 3 Jasa umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah
untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
4 Jasa usaha adalah jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula
disediakan oleh sektor swasta. 5 Perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka
pemberian izin kepada oarng pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan,
pemanfatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan.
Objek Retribusi Daerah
Yang menjadi objek dari Retribusi Daerah adalah berbentuk jasa. Jasa yang dihasilkan terdiri dari:
a. Jasa Umum yaitu berupa pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfatan umum serta
dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. b. Jasa Usaha yaitu berupa pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah
dengan menganut prinsip komersial. c. Perizinanan tertentu yaitu pelayanan perizinan tertentu oleh pemerintah daerah
kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfatan ruang, penggunaan sumber daya alam,
barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
29
Jenis Retribusi Daerah
Retribusi daerah menurut UU No. 34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2009
tentang retribusi daerah dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 1. Retribusi Jasa Umum
Retribusi Jasa Umum,adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Retribusi jasa umum ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan
kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Retribusi jasa umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa usaha atau retribusi perizinan tertentu.
b. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
c. Jasa tersebut memberikan manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani kepentingan dan
kemanfatan umum. d. Jasa terebut layak untuk dikenakan retribusi
e. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai penyelenggaraannya.
f. Retribusi dapat dipanggul secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial dan,
g. Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan atau kualitas pelayanan yang baik.
Jenis-jenis retribusi jasa umum adalah: 1 Retribusi pelayanan kesehatan
2 Retribusi pelayanan persampahankebersihan 3 Retribusi penggantian biaya cetak KTP dan akte cacatan sipil
4 Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat 5 Retribusi parkir ditepi jalan umum
6 Retribusi pelayanan pasar 7 Retribusi pengujian kendaraan bermotor
8 Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran
Universitas Sumatera Utara
30 9 Retribusi biaya cetak peta
10
Retribusi penyediaan danatau penyedotan kakus
11
Retribusi pengolahan limbah cair
12
Retribusi pelayanan teratera ulang
13
Retribusi pelayanan pendidikan; dan
14
Retribusi pengendalian menara telekomunikasi
2. Retribusi Jasa Usaha Retribusi Jasa Usaha,adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan
oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.
Retribusi Jasa Usaha ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan kriteria- kreteria:
1 Retribusi jasa usaha yang bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa umum atau retribusi perizinan tertentu.
2 Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta
yang dimilikidikuasai daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh pemerintah daerah.
Jenis retribusi Jasa Usaha adalah: a Retribusi pemakaian kekayaan daerah
b Retribusi pasar grosir danatau pertokoan c Retribusi tempat pelelangan
d Retribusi terminal e Retribusi tempat khusus parkir
f Retribusi tempat penginapanpesanggrahanvilla g Retribusi rumah potong hewan
h Retribusi pelayanan pelabuhan kapal i Retribusi tempat rekreasi dan olah Raga
j Retribusi penyeberangan diatas Air k Retribusi penjualan produksi daerah
Universitas Sumatera Utara
31 3. Retribusi Perizinan Tertentu
Retribusi Perizinan Tertentu, adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, saran, atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Retribusi perizinan tertentu ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan
kriteria-kriteria: 1 Perizinan tersebut tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang
diserahkan kepada daerah dalam rangka desentralisasi. 2 Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan
umum 3 Biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dari
biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari perizinan tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan.
Jenis retribusi Perizinan Tertentu adalah: a Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
b Retribusi Tempat Penjualan Minuman Beralkohol c Retribusi Izin Gangguan
d Retribusi Izin Trayek e Retribusi Izin Usaha Perikanan
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Hakki 2008 meneliti penerimaan pajak dan retribusi daerah sebelum dan pada masa otonomi daerah di Kota Bogor. Ia menggunakan metode analisis
komponen utama Principal Component AnalysisPCA dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerimaan pajak daerah di Kota Bogor sangat dipengaruhi oleh
variabel tingkat inflasi. Sedangkan penerimaan retribusi daerah di kota Bogor dipengaruhi oleh variabel tingkat inflasi, uji kendaraan bermotor, dan jumlah
pengunjung obyek wisata. Adapun penulis melakukan penelitian mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah di Kota
Bogor dengan pertimbangan bahwa perbedaan wilayah penelitian akan memberikan hasil yang berbeda. Pada penelitian ini, penulis lebih mengkhususkan pada era
Universitas Sumatera Utara
32 otonomi daerah, yaitu selama periode tahun 2005 hingga tahun 2007 dengan
menggunakan data bulanan. Penelitian Rahdina 2008 tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah di Kota Depok pada era otonomi daerah, menunjukkan bahwa dalam periode anggaran 2002 hingga 2007,struktur
penerimaan APBD di Kota Depok terus mengalami peningkatan dan didominasi oleh dana perimbangan. Sedangkan PAD yang merefleksikan kinerja pemerintah daerah
dalam menggali sumber-sumber penerimaan daerah yang potensial bagi proses pembangunan di Kota Depok, kontribusinya cenderung fluktuatif setiap tahunnya.
Pajak dan retribusi daerah merupakan komponen PAD yang memberikan kontribusi terbesar di Kota Depok. Adapun penerimaan pajak daerah di Kota Bogor dipengaruhi
oleh variabel tingkat inflasi, jumlah rumah tangga serta jumlah pemasangan reklame. Sementara itu, penerimaan retribusi daerah di Kota Depok dipengaruhi oleh variable
tingkat inflasi, jumlah izin trayek, serta jumlah rumah tangga.
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Kerangka Konseptual