Gambaran Faktor Risiko Bayi Berat Lahir Rendah Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Pada Tahun 2014
Gambaran Faktor Risiko Bayi Berat Lahir Rendah
Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
Pada Tahun 2014
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
Oleh :
Diana Nurmalasari
NIM 1111103000078
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
(3)
(4)
(5)
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmatnyalah saya dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Gambaran Faktor Risiko Bayi Berat Lahir Rendah Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Pada Tahun 2014”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dan membimbing saya selama penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih ini saya sampaikan kepada :
1. Prof DR (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd, sebagai dekan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Riva Auda, SpA, MKes sebagai dosen pembimbing materi yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing saya dalam penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Debbie Latupeirissa (k), SpA sebagai pembimbing metodologi yang selalu menyempatkan waktunya untuk memberikan kritik dan saran yang sangat berharga buat saya ditengah kesibukan beliau.
4. Dr. Flori Ratna Sari, Ph.D dari tim riset yang tidak pernah henti mengingatkan saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
5. Kepada bapak-ibu dosen Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan berbagai ilmu kepada saya selama saya menjalani pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN SH Jakarta.
(6)
vi
6. Drg. Danik Hariyani perwakilan dari DIKLIT RSUP Fatmawati yang telah membantu saya dalam proses perijinan pengambilan data di RSUP Fatmawati.
7. Kepada ibu Dian perwakilan dari IRMIK RSUP Fatmawati yang telah membantu saya dalam proses pengambilan data di RSUP Fatmawati.
8. Kedua orang tua tercita saya yaitu ayahanda H. Elly dan ibunda Hj. Rohemah yang selalu memberikan dukungan baik moril dan materil,
serta doa-doanya yang tiada henti dan terimakasih untuk kasih sayang kalian.
9. Teman-teman sejawat PSPD 2011 yang selalu memberikan semangat kepada saya dalam penyusunan skripsi ini, terutama kelompok riset saya (Indra Nur Akhir Raharja, Bentito Zulian Pamungkas, A. Riza Faisal Herze) yang telah memberikan semangat, dukungan baik moril maupun materil selama penyusunan skripsi ini.
10.Terakhir, kepada semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu saya baik secara langsung maupun tidak langsung. Akhir kata, saya berharap ALLAH SWT berkenan membalas segala kebaikan kebaikan semua pihak yang telah membantu daya dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi masyarakat pada umumnya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Jakarta, 16 September 2014
(7)
vii ABSTRAK
Diana Nurmalasari. Program Studi Pendidikan Dokter. Gambaran Faktor Risiko Bayi Berat Lahir Rendah Di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Pada Tahun 2014. Penelitian, 2014
Bayi berat lahir rendah merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan kematian pada masa perinatal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor risiko yang dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah di RSUP Fatmawati pada tahun 2014.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang melahirkan bayi berat lahir rendah di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Pada Tahun 2014. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara consecutive sampling sebanyak 96 sampel.
Hasil penelitian menunjukan dari 96 sampel BBLR 12,5% bayi dengan berat badan di bawah 1500 grams, 28,1% bayi dengan berat badan 1500-2000, dan 59,4% bayi dengan berat badan 2000-2500. Berdasarkan jenis kelamin sekitar 58,3% bayi dengan jenis kelamin laki-laki dan 41,7% bayi dengan jenis kelamin perempuan. Sebagian besar pasien yang melahirkan BBLR adalah pasien dengan usia 20 tahun – 35 tahun (75,0%), paritas kurang dari tiga (93,8 %) dan sebagian besar pasien memiliki pendidikan tinggi.
(8)
viii ABSRTACT
Diana Nurmalasari. Medical Education Study Program. Description Of Low Birth Weight In Fatmawati General Hospital In Year 2014. Research. 2014.
Low birth weight one of the leading risk factor of perineonates mortality. This study is conducted to depict the risk factors related to low birth weight in fatmawati general hospital in year 2014.
This is a descriptive study using cross sectional approach. The target population is mothers giving birth low weight infants in Fatmawati General Hospital in year 2014. Data were collected using consecutive sampling. Ninety six samples were included in this study.
Results shows 12.5% had a birth weight under 1500 gram, 28.1% between 1500-2000 gram, and 59.4% between 1500-2000-2500 grams. Among the infants, 29.4% were male and 41.7% were female. The majority of mothers were aged 20-25 years old (75.0%), giving birth under three times (93.8%), and had high educational background.
(9)
ix DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR SINGKATAN ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ………... 1
1.2Rumusan Masalah ... 2
1.3Tujuan Penelitian ... 2
1.4Manfaat Penelitian ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Fisiologi Kehamilan ... 4
2.2Berat Badan Lahir Rendah ... 6
2.2.1 Definisi ………... 6
2.2.2 Epidemiologi ... 7
2.2.3 Patofisiologi Dan Faktor Risiko BBLR ... 7
2.2.4 Perawatan bayi berat lahir rendah ... 14
(10)
x
2.4Kerangka Konsep ... 17
2.5Definisi Operasional ... 18
BAB III METODOLOGI 3.1 Desain Penelitian ... 21
3.2 Tempat Dan Waktu ... 21
3.3 Populasi Dan Sampel ... 21
3.4 Teknik Pengambilan Sampel ... 22
3.5 Kriteria Penelitian ... 22
3.6 Variabel Penelitian ... 22
3.7 Cara Kerja Penelitian ... 22
3.8 Managemen Data ... 23
3.9 Jadwal Penelitian ... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil ... 24
4.2Pembahasan ... 25
4.3keterbatasan penelitian ... 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 29
5.2Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA ... 31
(11)
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Pertumbuhan Panjang Dan Berat Badan Selama
Masa Janin ... 6
Tabel 2.5 Definisi operasional ... 18
Tabel 3.10 Jadwal penelitian ... 23
(12)
xii
DAFTAR SINGKATAN
BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) hCG (Human Chorionic Gonadotropin) HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)
IRMPDI (Instalansi Rekam Medis Dan Pusat Data Informasi) KEK (Kurang Energi Kronik)
KMK (Kecil Untuk Masa Kehamilan) LLA (Lingkar Lengan Atas)
RSUP (Rumah Sakit Umum Pusat) SGA (Small For Gestation Age) SMK (Sesuai Masa Kehamilan) UIN (Universitas Islam Negeri) WHO (World Health Organization) PMK (Perawatan Metode Kanguru)
(13)
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Dari Fatmawati ... 34 Lampiran 2 Riwayat Penulis ... 37
(14)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Definisi bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2.500 gram. BBLR merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal, bayi dengan BBLR berisiko meninggal dunia sebelum berumur satu tahun 17 kali lebih besar dari bayi yang dilahirkan dengan berat badan normal.1,2
Data dari badan kesehatan dunia / World Health Organization (WHO) terdapat lebih dari 20 juta kelahiran bayi di seluruh dunia yang mengalami BBLR sekitar 15,5 % dan 95,6 % berasal dari negara berkembang. Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010 bayi yang mempunyai berat lahir di bawah 2500 gram sebesar 11,1 %, 2500-3999 gram sebesar 82,5 %, dan dibawah 4000 gram sebesar 6,4 % . Persentase bayi berat badan lahir rendah di DKI Jakarta pada tahun 2010 sekitar 9,1 %. Persentase bayi berat badan lahir di bawah 2500 gram banyak terdapat pada perempuan (12,4 %) lebih tinggi dari pada anak laki-laki (9,8%) dan pesentase untuk BBLR di pedesaan (12,0 %) lebih tinggi dari pada di perkotaan (10,4 %). 1,3
Menurut WHO (2004) BBLR disebabkan oleh 7 faktor yaitu : genetik (faktor gen, interaksi lingkungan, berat badan ayah, jenis kelamin), kecukupan gizi (nutrisi ibu ketika hamil, kecukupan protein dan energi, kekurangan nutrisi), karakteristik dan berat ibu (berat ibu ketika hamil, paritas, jarak kelahiran), riwayat penyakit ibu (malaria, anaemia, sifilis, rubella), komplikasi kehamilan (eklamsi, infeksi ketika melahirkan), gaya hidup ibu (merokok dan mengkonsumsi alkohol) dan lingkungan (polusi, faktor sosial ekonomi).4
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya BBLR meliputi kehamilan dini kurang dari 18 tahun (4,1 %), kehamilan terlalu tua lebih dari 34 tahun (11 %), paritas lebih dari tiga (9,4 %), anemia pada ibu hamil (50,9 %), dan jarak
(15)
2
persalinan yang terlalu dekat (5,2 %), lingkar lengan atas <23,5 cm (29 %), wanita usia subur yang menderita kekurangan energi kronis (KEK) yang berisiko melahirkan bayi berat badan lahir rendah.5
Dari data di atas dapat dilihat bahwa angka kejadian BBLR di Indonesia masih tingginya sehingga membuat penulis ingin mengetahui lebih lanjut mengetahui
“gambaran faktor risiko bayi berat badan lahir rendah di RSUP Fatmawati pada
tahun 2014”.
1.2Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran Faktor Risiko Bayi Berat Lahir Rendah Di RSUP Fatmawati Pada Tahun 2014 ?”
1.3Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran faktor risiko bayi berat lahir rendah di RSUP Fatmawati pada tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengetahui gambaran faktor risiko BBLR berdasarkan usia ibu, paritas, dan tingkat pendidikan ibu.
1.4. Manfaat
Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Masyarakat umum
Memberikan informasi tentang gambaran faktor risiko BBLR di RSUP Fatmawati pada tahun 2014 guna menurunkan angka kejadian BBLR. 2. Institusi UIN
Manfaat untuk institusi UIN itu sendiri adalah menambah literatur mengenai “gambaran faktor risiko bayi berat lahir rendah di RSUP
(16)
3
3. Peneliti
Merupakan syarat kelulusan preklinik program studi pendidikan dokter. Manfaat lain untuk peneliti adalah dapat menambah pengetahuan tentang
“gambaran faktor risiko bayi berat lahir rendah di RSUP Fatmawati pada tahun 2014”
(17)
4 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fisiologi kehamilan 2.1.1 Trimester I
2.1.1.1 Perkembangan minggu pertama
Perkembangan minggu pertama dimulai dengan proses ovulasi hingga implantasi. Proses ini dimulai dengan masuknya sperma ke ovum lalu nukleus sperma dan ovum akan menyatu dan terbentuk zigot. Zigot ini akan mengalami pembelahan mitotik menjadi morula. Tiga sampai empat hari setelah terjadi ovulasi progesteron dihasilkan dalam jumlah yang memadai untuk melemaskan tuba uterin sehingga memungkinkan morula masuk ke dalam uterus, mengapung bebas di dalam uterus dan terus membelah. Setelah siap untuk implantasi morula terus membelah menjadi blastokista kemudian blastokista ini akan berkembang menjadi mudigah sedangkan lapisan terluar dari blastokista yaitu trofoblas akan melakukan implantasi dan membentuk plasenta.6,7
2.1.1.2Perkembangan minggu kedua
Pada permulaan minggu kedua blastokista sebagian tertanam ke dalam stroma endometrium. Trofoblas berdiferensiasi menjadi lapisan yang aktif berproliferasi (sititrofoblas) dan lapisan yang mengikis jaringan ibu (sinsitiotrofoblas). Menjelang hari ke sembilan terbentuk lakuna di dalam sinsitiotrofoblas, kemudian sinusoid ibu terkikis oleh sinsitiotrofoblas, darah ibu memasuki jaringan lakuna, menjelang akhir minggu ke dua mulailah sirkulasi utero-plasenta dan blastokista tertanam sepenuhnya.6,7
2.1.1.3Perkembangan minggu ketiga
Pada minggu ketiga terbentuk lapisan mudigah ektoderm, mesoderm, dan endoderm dan pada saat yang bersamaan terbentuk villi primer yang sudah memiliki inti masenkim, tempat munculnya pembuluh kapiler kecil yang siap memasok zat-zat makanan dan oksigennya kepada mudigah.7
(18)
5
2.1.1.4Perkembangan minggu ketiga sampai minggu kedelapan
Perkembangan pada minggu ketiga sampai ke empat disebut massa embrionik. Masing-masing dari ketiga lapisan mudigah membentuk organ spesifik. Lapisan ektoderm membentuk susunan saraf pusat, sistem saraf tepi, epitel sensorik telinga, hidung, dan mata, termasuk rambut dan kuku, kelenjar hipofisis, kelenjar mammae, dan kelenjar keringat serta email gigi. Lapisan mesoderm membentuk masenkim di kepala, membentuk jaringan otot, tulang dan tulang rawan, jaringan subkutan kulit, sistem pembuluh yaitu jantung, pembuluh nadi, pembuluh getah bening dan semua sel darah dan sel getah bening, membentuk ginjal, gonad dan salurannya tidak termasuk kandung kemih, limpa, dan korteks adrenal. Lapisan endoderm membentuk lapisan epitel saluran pencernaan, saluran pernafasan, kandung kemih, parenkim tiroid, kelenjar paratiroid, hati, kelenjar pankreas, kavum timpani, dan tuba eustachius.7
2.1.1.5Bulan ketiga
Pada minggu ketiga wajah sudah menyerupai manusia. Letak mata dan letak telinga mendekati letak definitifnya. Alat kelamin luar berkembang sedemikian rupa. Dalam bulan ke tiga kepala kira-kira setengah dari panjang ubun-ubun. 7
2.1.2 Trimester II
2.1.2.1.Bulan keempat dan kelima.
Pada bulan ke empat dan ke lima janin memanjang dengan cepat. Pada bulan ke lima gerakan janin sudah mulai bisa dirasakan oleh ibunya. Menjelang bulan ke lima ukuran kepala kira-kira sepertiga panjang ubun-ubun ke tumit.7
2.1.2.2.Bulan keenam
Pada bulan keenam kulit janin kemerahan dan terlihat berkeriput, karena tidak ada jaringan ikat di bawah kulitnya. Bayi yang dilahirkan pada bulan ke enam atau paruh pertama bulan ketujuh akan sukar untuk bertahan hidup karena sistem pernafasan dan sistem saraf pusat belum cukup berdiferensiasi dan koordinasi antara keduanya belum baik.7
(19)
6
2.1.3 Trimester III
Pertambahan berat badan sangat mencolok pada dua bulan terakhir kehamilan. Selama dua bulan terakhir janin memperoleh kontur yang membulat karena endapan lemak di bawah kulit, pada akhir bulan kesembilan kepala telah mendapatkan ukuran-ukuran lingkar terbesar pada semua bagian tubuh.7
Pada tahap trimester III terjadi pertumbuhan janin yang sangat cepat dibandingkan trimester sebelumnya maka kekurangan gizi dalam trimester III dapat menghambat pertumbuhannya hingga bayi dilahirkan dengan berat badan dan panjang yang kurang dari semestinya.7
Tabel 2.1 Pertumbuhan panjang dan berat badan selama masa janin. Umur (minggu) Panjang puncak kepala
bokong(cm)
Berat badan (g)
9-12 5-8 10-45
13-16 9-14 60-200
17-20 15-19 250-450
21-24 20-23 500-820
25-28 24-27 900-1300
29-32 28-30 1400-2100
33-36 31-34 2200-2900
37-38 35-36 3000-3400
Sumber : T.W. Sadler, 2000
2.2 Berat badan lahir rendah (BBLR)
2.2.1. Definisi
Definisi bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah apabila berat badan lahir nya kurang dari 2500 gram. Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby (bayi dengan berat lahir rendah = BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi yang dengan BBLR pada waktu lahir prematur.1
(20)
7
WHO 1979 telah membagi usia kehamilan menjadi 3 kelompok yaitu 1. Preterm, yaitu kurang dari 37 minggu (259 hari)
2. Term, yaitu mulai dari 37 minggu sampai 42 minggu atau umur antara 259-293 hari
3. Post term, yaitu lebih dari 42 minggu (294 hari)1,8
Ada juga ciri bentuk bayi dengan BBLR yang dibagi menjadi dua yaitu,
1. Small for gestation age (SGA) atau kecil untuk masa kehamilan (KMK). Bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa kehamilannya (bayi yang berat badannya kurang dari persentil ke-10 dari berat sesungguhnya yang harus dicapai menurut umur kehamilannya) ; 2. Umur hamil kurang 37 minggu, sesuai masa kehamilan (SMK).
3. Berat badan lahir rendah akibat kombinasi dari keduanya (umur hamilnya belum waktunya untuk lahir dan tumbuh kembang intrauterin, mengalami gangguan sehingga terjadi kecil untuk masa kehamilannya).1,8
2.2.2 Epidemiologi
Menurut data dari WHO terdapat lebih dari 20 juta kelahiran bayi di seluruh dunia yang mengalami BBLR sekitar 15,5 % dan 95,6 % berasal dari negara berkembang. Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010 bayi yang mempunyai berat lahir di bawah 2500 gram sebesar 11,1 %, 2500-3999 gram sebesar 82,5 %, dan di atas 4000 gram sebesar 6,4 % . Persentase bayi berat badan lahir rendah di DKI Jakarta pada tahun 2010 sekitar 9,1 %. Persentase berat badan lahir di bawah 2500 gram banyak terdapat pada perempuan (12,4 %) lebih tinggi dari anak laki-laki (9,8%) dan pesentase untuk BBLR di pedesaan (12,0 %) lebih tinggi dari di perkotaan (10,4 %). 1,3
2.2.3 Patofisiologi dan faktor risiko terjadinya BBLR
Patofisiologi terjadinya BBLR ini bergantung pada faktor-faktor yang berkaitan dengan terjadinya BBLR. Berat badan lahir rendah sering dikaitkan dengan keadaan sosial ekonomi rendah, kelainan kongenital, infeksi intrauterin, kehamilan multipel, fungsi plasenta yang buruk, gizi buruk pada ibu, penyakit ibu,
(21)
8
serta kebiasaan-kebiasaan ibu seperti merokok, penyalahgunaan obat, dan konsumsi alkohol. Selain itu BBLR juga dapat disebabkan oleh kelahiran prematur kurang dari 37 minggu (bayi prematur) atau pertumbuhan janin terhambat (kecil untuk masa kehamilan).9
Faktor yang menentukan tumbuh kembang janin intrauterin 1: 1. Faktor janin
a. Faktor genetik
b. Faktor hormonal janin
c. Kehamilan tunggal atau ganda d. Faktor kelainan kongenital 2. Faktor maternal
a. Kondisi badan Kegemukan Tinggi badan Status gizi
Konsumsi alkohol, merokok, obat lainnya Pertambahan BB ibu saat hamil
Umur kehamilan menurut pembagian WHO Ada beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian BBLR :
1. Usia
Usia ibu juga mempengaruhi berat lahir bayi. Usia yang berisiko tinggi terjadinya BBLR adalah usia di bawah 20 tahun dan usia di atas 35 tahun. Jika usia ibu terlalu muda maka aliran darah menuju serviks dan uterus masih belum sempurna sehingga penyaluran nutrisi dari ibu ke janin juga tidak adekuat. Semakin tua usia ibu maka akan terjadi perubahan pembuluh darah dan menurunnya fungsi hormon-hormon yang mengatur proses atau siklus reproduksi (endometrium) yang juga akan mempengaruhi proses penyaluran nutrisi dari ibu ke janin. Semakin tua usia ibu maka semakin tinggi resiko terjadinya hipertensi yang merupakan faktor predisposisi terjadinya BBLR. Selain itu pada kondisi kurang energi
(22)
9
kronik (KEK) yang berisiko melahirkan BBLR terjadi pada ibu dengan usia antara 15-19. 10,11,12
2. Paritas
Paritas menunjukkan jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu. Persalinan yang dibilang aman adalah persalinan ke 2 dan 3. Persalinan lebih dari 4 akan meningkatkan risiko terjadinya BBLR, persalinan lebih dari 4 bisa menimbulkan komplikasi perdarahan dan infeksi. Semakin tinggi paritas ibu maka semakin tinggi resiko BBLR, hal ini disebabkan karena semakin banyak persalinan maka rahim ibu akan lemah sehingga mengganggu proses penyaluran nutrisi dari ibu ke janin. 10.11
3. Kadar HB
Anemia terjadi jika kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari batas normal. Menurut WHO batas normal nilai Hb wanita hamil adalah 11 gram %. Faktor penyebab anemia adalah kurang gizi,penyakit kronis baik infeksi maupun non infeksi, sosial ekonomi rendah, tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah. Ibu yang hamil dengan anemia pada trimester pertama kehamilannya beresiko 10,29 kali melahirkan BBLR dibanding dengan ibu hamil yang tidak mengalami anemia dan ibu yang mengalami anemia pada trimester kedua kehamilannya berisiko 16 kali lebih banyak melahirkan BBLR dari ibu yang tidak mengalami anemia.Anemia defisiensi besi terjadi karena tidak cukupnya zat gizi besi yang harus diserap dari makanan sehari-hari untuk pembentukan sel darah merah sehingga dapat menyebabkan ketidak seimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat besi dalam tubuh. . Kondisi seperti ini dapat menyebabkan penyaluran oksigen ke jaringan akan berkurang yang akan menurunkan metabolisme jaringan sehingga pertumbuhan janinpun terhambat dan dapat beresiko BBLR. 13,14,15
(23)
10
4. Status gizi ibu hamil 4.1Kebutuhan gizi
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan energi dan gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi, dan metabolisme tubuh ibu. Jika terjadi kekurangan gizi tertentu yang diperlukan saat kehamilan dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna. Bagi ibu hamil semua zat gizi memerlukan tambahan dan seringkali kekurangan energi protein dan beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium. Energi yang tersembunyi dalam protein ditaksir sebanyak 5180 Kkal, dan lemak 36.337 Kkal, agar energi ini bisa ditampung maka dibutuhkan tambahan energi sebanyak 26.224 Kkal yang digunakan untuk mengubah energi yang terkait dalam makanan menjadi energi yang bisa dimetabolisme. Dengan demikian jumlah total energi yang tersedia selama kehamilan adalah 74.537 Kkal dibulatkan menjadi 80.000 Kkal. Pada trimester I kebutuhan energi ibu hamil akan meningkat secara minimal. Kemudian sepanjang trimester II dan trimester III kebutuhan energi akan meningkat terus sampai akhir kehamilan. Energi tambahan yang dibutuhkan pada trimester I diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus, payudara, serta penumpukan lemak. Selama trimester II dan III energi tambahan digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta. Karena banyak perbedaan mengenai kebutuhan energi selama hamil maka WHO menganjurkan jumlah tambahan energi selama kehamilan sebesar 150 Kkal per hari pada trimester I dan 350 Kkal per hari pada trimester II dan III. Sama halnya dengan energi kebutuhan ibu hamil akan protein juga meningkat bahkan mencapai 68 % dari sebelum hamil. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan diperkirakan sebanyak Sama halnya dengan energi, kebutuhan wanita hamil akan protein juga meningkat, bahkan mencapai 68% dari sebelum hamil. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan diperkirakan sebanyak 925 gr
(24)
11
yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin. Pertambahan protein yang dianjurkan adalah 50 gr/ hari selama kehamilan. Dalam satu hari asupan protein mencapai 50-100 gr ( sekitar 15 % dari jumlah total kalori) atau sekitar 1,5 g/kgBB/hari (gravida matur), 1,5 g/kgBB/hari (usia 15-18 tahun), dan 1,7 g/kgBB/hari (< 15 tahun). Bahan pangan sebagai sumber protein sebaiknya (2/3 bagian) pangan yang bernilai tinggi seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu, dan hasil olahannya.13,15,16
4.2 Gizi kurang pada ibu hamil
Jika ibu mengalami kekurangan gizi selama kehamilan maka efeknya adalah sebagai berikut :
4.2.1. Terhadap ibu
Dapat menyebabkan timbulnya komplikasi pada ibu antara lain perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, terkena penyakit infeksi dan anemia yang dapat didefinisikan sebagai kondisi kadar Hb berada di bawah normal yang disebabkan oleh kekurangan zat besi, yang lebih dikenal dengan istilah anemia defisiensi besi yang paling sering terjadi selama kehamilan. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia defisiensi besi dapat mengakibatkan kematian janin dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbilitas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil dengan anemia berat dapat meningkatkan risiko morbilitas dan mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.15
4.2.2. Terhadap persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap persalinan dapat menyebabkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), perdarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.15
(25)
12
4.2.3.Terhadap janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), dan lahir dengan berat badan lahir rendah.15 4.3 Cara menilai status gizi ibu selama kehamilan yaitu :
4.3.1. Dengan mengukur indeks masa tubuh.
Ibu yang memiliki status gizi buruk (IMT <18,5) berisiko melahirkan bayi BBLR 2-3 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang memiliki status gizi baik. Status gizi baik pada ibu menggambarkan bahwa ibu memiliki kecukupan zat gizi yang siap untuk mendukung pertumbuhan janin selama kehamilan. Sedangkan jika status gizi ibu selama kehamilan kurang, biasanya berkaitan dengan KEK (kurang energi kronik) yang dapat menghambat pertumbuhan janin sehingga memperbesar risiko terjadinya BBLR dan anemia gizi.10
4.3.2. Mengukur lingkar lengan atas (LLA)
LLA merupakan salah satu pengukuran antropometri untuk mengetahui faktor penentu apakah ibu hamil tersebut KEK dan memiliki risiko melahirkan BBLR atau normal. Ibu yang memiliki LLA < 23,5 cm berisiko melahirkan bayi BBLR lebih besar. Hal ini disebabkan ibu membutuhkan tambahan kalori dan nutrisi karena selama kehamilan ibu harus memasok energi untuk pertumbuhan dan perkembangan janinnya. Pengukuran lingkar lengan atas ini bertujuan untuk mengetahui secara dini status gizi ibu selama kehamilan dan untuk menentukan bahwa ibu mengalami KEK yang menyebabkan prematuritas dan berisiko BBLR. Kondisi KEK ini menunjukan bahwa kebutuhan energi ibu berkurang atau tidak terpenuhi sedangkan selama kehamilan ibu membutuhkan cadangan energi untuk metabolisme tubuhnya. Pada KEK ini menyebabkan ibu tidak mempunyai cadangan zat gizi yang adekuat sehingga suplai zat gizi untuk janin pun berkurang akibatnya menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan janin juga terhambat dan meningkatkan risiko terjadinya BBLR.13,16
(26)
13
4.3.3. Pertambahan berat badan selama hamil
Metode antropometri adalah metode yaitu metode penilaian status gizi yang umum dipakai adalah pencatatan berat badan secara teratur selama kehamilan dan dibandingkan dengan berat badan sebelum hamil. Pertambahan berat badan ibu selama hamil normalnya berkisar antara 9 kg– 12 kg. Pada trimester I bertambah 1 kg, pada trimester II bertambah 3 kg dan pada trimester III bertambah sekitar 5 kg -6 kg. Pertambahan berat badan ibu selama hamil berhubungan dengan berat bayi baru lahir, oleh karena itu jika pertambahan berat badan yang sesuai akan mendukung pertumbuhan janin didalam rahim. Pertambahan berat badan ibu yang tidak sesuai selama hamil akan berisiko terjadinya keguguran (aborsi spontan), kelahiran prematur, BBLR, dan perdarahan. Dan sebaliknya jika pertambahan berat badan ibu yang berlebih selama hamil berisiko perdarahan dan bisa terjadi preeklamsia.17,18,19,20
5. Frekuensi pemeriksaan selama kehamilan
Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan yang diberikan kepada ibu hamil dengan standar kunjungan 4 kali, karena pemeriksaan yang dilakukan secara dini akan mudah mengetahui masalah yang dialami ibu selama kehamilannya dan akan lebih cepat mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan janin. Keuntungan pelayanan antenatal yang dapat diperoleh jika melakukan pemeriksaan kehamilan selain dapat mengetahui risiko kehamilan dan menyiapkan persalinan menuju kelahiran yang baik dan kesehatan ibu yang baik sampai dengan masa laktasi dan nifas. Dengan melakukan kunjungan ANC secara teratur penyebab BBLR bisa diketahui lebih awal. 1,10
6. Jarak kelahiran
Jarak kelahiran yang terlalu dekat akan menyebabkan ibu tidak memiliki cukup waktu untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya serta berisiko kematian pada ibu dan janin, dan juga berisiko terganggunya sistem reproduksi yang akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan pada janin dan mempengaruhi berat badan lahirnya.10
(27)
14
7. Tingkat pendidikan atau pengetahuan
Tingkat pendidikan menunjukan tingkat pengetahuan kesehatan yang menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh, jika tingkat pengetahuan ibu tinggi maka kemungkinan ibu untuk mendapat informasi tentang kesehatan juga lebih banyak dibandingkan ibu dengan tingkat pengetahuan rendah. Pengetahuan tinggi akan menunjang perilaku hidup sehat dalam pemenuhan gizi selama kehamilan sehingga akan mengurangi resiko terjadinya kelahiran BBLR.17
2.2.4. Perawatan bayi berat lahir rendah
Pada penatalaksanaan BBLR dikenal perawatan dengan metode kanguru. Perawatan metode kanguru (PMK) ini merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasari yaitu kehangatan , air susu ibu, perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan, dan kasih sayang. Metode kanguru tidak hanya menggantikan peran inkubator tetapi juga memberikan berbagai keuntungan yang tidak dapat diberikan inkubator. Dibandingkan dengan perawatan konvesional, PMK terbukti dapat menurunkan kejadian infeksi, penyakit berat, masalah menyusui dan ketidakpuasan ibu serta meningkatkan hubungan antara ibu dengan bayi.21
PMK angat berguna dalam pencegahan hipotermia pada perawatan BBLR di rumah. Secara garis besar manfaat PMK bagi bayi adalah : 21
1. Suhu tubuh bayi, denyut jantung, dan frekuensi pernafasan relatif normal. 2. BBLR lebih cepat mencapai suhu 36,5 derajat celcius terutama dalam
waktu 1 jam pertama.
3. ASI selalu tersedia dan mudah didapatkan sehingga memperkuat sistem imun bayi karena meningkatnya produksi ASI.
4. Kontak dengan ibu menyebabkan efek yang menenangkan sehingga menurunkan stress ditandai dengan kortisol yang rendah.
5. Menurunkan respon nyeri fisiologis dan perilaku yang ditandai dengan waktu pemulihan yang lebih singkat pada uji tusuk tumit.
(28)
15
6. Meningkatkan berat badan dengan lebih cepat. 7. Meningkatkan ikatan ibu-bayi.
8. Memiliki pengaruh positif dalam meningkatkan perkembangan kognitif yang dilihat dari lebih tingginya skor indeks perkembangan mental Bayley 9. Waktu tidur menjadi lebih lama antara lain ditandai dengan jumlah waktu
terbangun yang lebih rendah.
10.Menurunkan infeksi nosokomial, penyakit berat, atau infeksi saluran pernafasan bawah.
11.Memperpendek masa rawat.
12.Menurunkan risiko kematian dini pada bayi. 13.Memperbaiki pertumbuhan pada bayi prematur.
14.Dapat menjadi intervensi yang baik dalam menangani kolik
15.Mungkin memiliki pengaruh positif dalam perkembangan motorik bayi. 16.Kelangsungan hidup pada bayi BBLR lebih cepat membaik pada
kelompok PMK dari pada bayi dengan metode konvensional pada 12 jam pertama dan seterusnya.
17.Bayi yang sangat prematur tampaknya memiliki mekanisme endogen yang diakibatkan oleh kontak antara kulit ibu dan bayi dalam menurunkan respon nyeri.
18.Waktu pemulihan yang lebih singkat pada PMK secara klinis penting dalam mempertahankan homeostasis.
(29)
16
2.3 Kerangka Teori
Berat badan lahir rendah Faktor risiko
ibu
Tingkat pendidikan rendah Status gizi ibu selama kehamilan
Paritas (>4 kali persalinan)
Usia ibu (<20 th dan > 35 th)
Frekuensi pemeriksaan selama kehamilan (< 4
kali)
Jarak kelahiran terlalu dekat
anemia
Faktor janin
Faktor genetik Kehamilan
ganda atau tunggal Kelainan
kongenital Faktor
hormonal janin
(30)
17
2.4. Kerangka Konsep
v
= Variable yang diteliti = Variable yang tidak diteliti Usia ibu
Variable dependen BBLR: Paritas
Tingkat pendidikan
Variable independen
Status gizi
Konsumsi alkohol dan
merokok Jarak kelahiran Frekuensi pemeriksaan
kehamilan anemia
(31)
18
2.5. Definisi Operasional
Tabel 2.5.Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur skala
1. BBLR berat badan lahir rendah atau berat badan lahir di bawah 2500 gram.
Sesuai yang tertulis dalam rekam medik Data rekam medic Nominal
3. Usia ibu Usia ibu ketika hamil Sesuai yang tertulis dalam rekam medik 1 = < 20 th 2 = 20 th – 35 th 3 = > 35 th
Data rekam medic
Ordinal
4. Paritas Paritas menunjukan jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu
Sesuai yang tertulis dalam rekam medik 1 = Pari tas < 3 2 = Pari tas > 3 Data rekam medik Ordinal
(32)
19
5. Tingkat pendidik an
UUD RI NO 20 Tahun 2003 pasal 1: Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan
peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. UUD RI NO 20 tahun 2003 pasal 17 : Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. UUD RI
Sesuai yang tertulis dalam rekam medik
1=
SD-SMP (
pendidikan rendah) 2=
SLTA-PT (
pendidikan tinggi) Data rekam medik Nominal
(33)
20
NO 20 Tahun 2003 pasal 18 : Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah
Atas (SMA),
Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), dan
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
UUD RI NO 20 Tahun 2003 pasal 19 : Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.22
(34)
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode cross sectional. Untuk mengetahui gambaran faktor risiko terjadinya BBLR dengan menggunakan data rekam medik.
3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian
Tempat dan waktu penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik dan Pusat Data Informasi (IRMPDI) RSUP Fatmawati pada bulan Juli –Agustus pada tahun 2014.
3.3 Populasi Dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah data yang diperoleh dari rekam medik pasien yang melahirkan bayi dengan berat lahir rendah di RSUP Fatmawati pada bulan Januari sampai Agustus tahun 2014.
3.3.2 Sampel
a. Rumus besar sampel � =��� Zα = deviat baku alfa
P = proporsi kategori variabel yang diteliti Q = 1 – P
(35)
22
� = , � × , × ,, = � , , dibulatkan 96 3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Sampel diambil dengan cara nonprobability sampling (tidak berdasarkan peluang) dengan metode consecutive sampling.
3.5 Kriteria Penelitian 3.5.1. Kriteria Inklusi
Data pasien pasca melahirkan dengan berat bayi lahir rendah.
Pasien yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah dengan data rekam medik yang lengkap.
3.5.2 Kriteria Eksklusi
Pasien yang melahirkan bayi berat badan lahir rendah tetapi data rekam medik kurang lengkap.
3.6 Variabel
3.6.1 Variabel Independen
Semua faktor risiko yang menyebabkan terjadinya BBLR diantaranya usia ibu, paritas, dan pendidikan ibu.
3.6.2 Variabel Dependen
BBLR
3.7 Cara Kerja
Fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan UIN SH
Jakarta
Izin Rumah Sakit
Populasi : Ibu yang melahirkan BBLR (sesuai
kriteria inklusi)
Didapatkan 114 Sampel (96 sampel yang memenuhi
kriteria inklusi) Pengambilan dan pengumpulan data Instalasi rekam medik Pengolahan data dengan menggunakan SPSS (uji univariat)
(36)
23
3.8 Managemen Data
Data diperoleh dari bagian IRMPDI RSUP Fatmawati. Pengolahan data dengan menggunakan SPSS for window versi 17,0.
Analisis data yang digunakan adalah analisis statistik univariat secara deskriptif untuk mengetahui karakteristik data yg dimiliki yang disajikan dalam jumlah (n) dan persentasi (%).
3.9 Jadwal Penelitian
Tabel 3.10. Jadwal Penelitian
No Kegiatan Bulan
Juni Juli Agustus September
1. Proposal dan pengajuan ijin
2. Pelaksanaan penelitian
3. Analisis data
4. Penulisan data
(37)
24 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati pada bulan Juli-Aguatus tahun 2014. Sampel pada penelitian ini adalah semua pasien yang melahirkan BBLR pada tahun 2014. Penelitian ini dilakukan dengan cara melihat data rekam medik pasien yang melahirkan BBLR, kemudian dicatat usia, paritas, dan tingkat pendidikan untuk melihat gambaran faktor risiko terjadinya BBLR. Pada penelitian ini data rekam medik yang melahirkan BBLR berjumlah 114 sampel tetapi yang memenuhi kriteria inklusi hanya 96 sampel. Karakteristik subjek penelitian meliputi berat badan bayi yang lahir dengan BBLR, jenis kelamin bayi, usia ibu, paritas, dan tingkat pendidikan.
4.1 Hasil
4.1.1 Analisis Univariat
Tabel 4.1.1 Karakteristik Penelitian
Variable Kategori Jumlah (n) Persentasi (%)
Berat badan lahir rendah
<1500 gram 12 12,5
1500-2000 gram 27 28,1
2000 gram-2500 gram 57 59,4
Jenis kelamin Laki-laki 56 58,3
Perempuan 40 41,7
Usia ibu
<20 tahun 5 5,2
20 tahun-35 tahun 72 75,0
>35 tahun 19 19,8
Paritas <3 90 93,8
>3 6 6,3
Pendidikan Rendah 30 31,3
Tinggi 66 68,8
Total 96 100
Hasil pengolahan data pada tabel 4.1.1 terhadap 96 sampel pasien yang melahirkan BBLR diperoleh nilai sebanyak 12 orang (12,5 %) bayi yang
(38)
25
dilahirkan memiliki berat badan lahir di bawah 1500 gram, 27 orang (28,1 %) bayi dengan berat badan lahir 1500 gram – 2000 gram, dan 57 orang (59,4 %) bayi dengan berat badan lahir 2000 gram – 2500 gram.
Distribusi frekuensi BBLR berdasarkan jenis kelamin didapatkan angka kejadian BBLR pada bayi laki-laki lebih banyak yaitu 56 orang (58,3 %) dari pada perempuan yaitu 40 orang (41,7 %).
Distribusi frekuensi data berdasarkan usia ibu diperoleh kelompok usia yang paling banyak melahirkan BBLR adalah kelompok usia 20 tahun-35 tahun sebanyak 72 orang (75,0 %) dan kelompok usia yang paling sedikit melahirkan BBLR adalah kelompok usia < 20 tahun sebanyak 5 orang (5,2 %) dan kelompok usia > 35 tahun sebanyak 19 orang (19,8 %).
Distribusi frekuensi BBLR berdasarkan paritas dapat dilihat pada tabel 4.1.1 dengan hasil angka kejadian BBLR paling banyak pada ibu dengan paritas kurang 3 yaitu sebanyak 90 orang (93,8 %) dari pada ibu dengan paritas lebih dari 3 yaitu sebanyak 6 orang (6,3 %).
Berdasarkan tabel 4.1.1 dari 96 pasien yang melahirkan BBLR didapatkan sebagian besar ibu memiliki pendidikan tinggi sebanyak 66 orang (68,8 %) dan sekitar 30 orang (31,3 %) pasien memiliki pendidikan rendah.
4.2 Pembahasan
4.2.1. Distribusi Kejadian BBLR Berdasarkan berat badan lahir
Persentase BBLR berdasarkan berat badan lahirnya penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyowati T dkk yang menyatakan bahwa distribusi berat bayi lahir (%) didapatkan hasil 2,5 % bayi dengan berat >4500 gram, 8,1 % bayi dengan berat 4000-4499 gram, 23,9 % bayi dengan berat 3500-3999 gram, 38,1 % bayi dengan berat 3000-3499, 20,3 % bayi dengan berat 2500-2999 gram, 5,4 % 2000-2499 gram, 1,2 % bayi dengan berat 1500-1999 gram, 0,5 % bayi dengan berat <1500 gram. Pada kasus BBLR ditemukan berat badan paling banyak adalah 2000-2499 gram yaitu sekitar 5,4 %. 23
4.2.2. Distribusi Kejadian BBLR Berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian pada tahun 2009 yang menyatakan bahwa pada kasus BBLR bayi perempuan memiliki
(39)
26
insiden lebih banyak dari bayi laki-laki. Tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa dari 157 bayi dengan BBLR ditemukan insidensi BBLR ini paling banyak bayi dengan jenis kelamin perempuan.24, 25 4.2.3. Distribusi Kejadian BBLR Berdasarkan Usia Ibu
Berdasarkan usia hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian Trihardiani I pada tahun 2011 yang menyatakan pada pasien yang melahirkan BBLR didapatkan sebanyak 204 orang (81,6 %) pasien dengan usia antara 20 tahun- 35 tahun, sekitar 40 orang (16 %) pasien dengan usia di atas 35 th dan sekitar 6 orang (2,4 %) pasien dengan usia di bawah 20 tahun. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhadi pada tahun 2006 yang menyatakan bahwa kasus BBLR ditemukan terbanyak pada ibu dengan usia 20-35 tahun sebanyak 42 orang (66,6 %) sedangkan pada usia di bawah 20 tahun hanya 11 orang (17,5 %) dan pada usia di atas 35 tahun sekitar 10 orang (15,9 %). Hasil tersebut juga tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Festy P pada tahun 2009 yang menyatakan bahwa kelompok usia yang melahirkan BBLR banyak terjadi pada ibu dengan usia di bawah 35 tahun sebanyak 112 orang (87,5 %) dan kejadiannya rendah pada kelompok usia di atas 35 tahun sekitar 16 orang (12,5 %).10,17,26
Secara teori kehamilan yang terjadi pada usia di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun memiliki kecenderungan tidak terpenuhinya kebutuhan gizi yang adekuat untuk pertumbuhan janin yang akan berdampak terhadap berat badan lahir bayi. Pada penelitian ini kejadian BBLR juga ditemukan pada kelompok usia yang tidak berisiko yaitu kelompok usia 20 tahun – 35 tahun, hal ini disebabkan adanya faktor risiko lain yang lebih dominan hubungannya dengan kejadian BBLR yang mungkin tidak dapat dikaji.10,11,12
4.2.4. Distribusi Kejadian BBLR Berdasarkan paritas Ibu
Berdasarkan paritas penelitian ini sesuai dengan penelitian Festy P pada tahun 2009-2010 dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa kejadian BBLR tinggi pada ibu dengan paritas di bawah 4 yaitu 113 orang (88,2 %) dan kejadiannya rendah pada ibu dengan paritas lebih dari 4 sebanyak 15 orang (11,8 %). Hasil tersebut juga sesuai dengan penelitian Trihardiani I pada tahun 2011
(40)
27
yang menyatakan bahwa dari 250 sampel penelitian menunjukkan (87,6 %) sebagian besar ibu mempunyai paritas kurang dari 4 sebanyak 219 orang dan sisanya 31 orang (12,4 %) ibu dengan paritas lebih dari 4. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhadi pada tahun 2006 dengan hasil penelitiannya yang menyatakan bahwa kasus BBLR terbanyak ditemukan pada ibu dengan paritas kurang dari 4 sebanyak 54 (85,7 %) orang dari 63 sampel sedangkan ibu dengan paritas lebih dari 4 hanya sekitar 9 orang (14,4 %). Pada penelitian Kasim F dengan hasil penelitiannya distribusi kejadian BBLR berdasarkan paritas dikelompokkan menjadi tiga paritas 1 sebanyak 53 orang (47,3%), paritas 2-4 sebanyak 50 orang (44,6%), dan paritas lebih dari 4 sebanyak 9 orang (8,1%), kasus BBLR tertinggi adalah pada paritas 1, karena paritas 1 berisiko 3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan paritas 2-3, sedangkan pada paritas lebih dari 4 kejadian BBLR 6 kali lebih besar disbanding paritas 2-3. 10, 17, 24, 26
Pada ibu dengan primipara (melahirkan pertama kali) karena pengalaman melahirkan belum pernah dan komplikasi yang dialami cukup besar dan juga kurang informasi tentang persalinan mempengaruhi proses persalinan. Persalinan prematur lebih sering terjadi pada kehamilan pertama. Persalinan lebih dari tiga kali berisiko terjadinya komplikasi seperti perdarahan dan infeksi sehingga ada kecenderungan bayi lahir dengan kondisi BBLR. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa sebagian besar subyek penelitian memiliki paritas kurang dari tiga kemungkinan ada faktor risiko lain yang menjadi penyebab terjadinya BBLR.27,28
4.2.5. Distribusi Kejadian BBLR Berdasarkan pendidikan Ibu
Jika dilihat berdasarkan tingkat pendidikan hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhadi pada tahun 2006 dengan hasil penelitiannya yang menyatakan bahwa kasus BBLR ini sebagian besar ibu berpendidikan tinggi (57,1 %) dan sisanya ibu dengan pendidikan rendah (42,9 %). Pada penelitian sebelumnya menyatakan bahwa tidak ada perbedaan proporsi antara kejadian BBLR dan tingkat pendidikan tinggi atau rendah (tidak ada hubungan yang signifikan antara BBLR dengan pendidikan terakhir ibu. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian tahun 2007 yang menyatakan bahwa distribusi
(41)
28
BBLR berdasarkan tingkat pendidikan ibu terbanyak adalah ibu dengan pendidikan rendah sekitar 58,75 %, sedangkan sekitar 41,25 % pasien dengan pendidikan tinggi.13,26
Secara teori kejadian BBLR tinggi pada ibu dengan pendidikan rendah, semakin tinggi pendidikan ibu semakin kecil risiko terjadinya BBLR. Pendidikan tinggi akan menunjukkan tingkat pengetahuan seseorang tentang kesehatan. Tetapi pada penelitian ini sebagian besar kasus BBLR terjadi pada ibu dengan pendidikan tinggi karena pendidikan tidak memiliki dampak langsung terhadap kejadian BBLR akan tetapi pendidikan memiliki peranan yang penting untuk memperoleh informasi mengenai masalah kesehatan.17
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa usia, paritas, dan tingkat pendidikan bukanlah faktor risiko utama yang dapat menyebabkan BBLR. Kemungkin ada faktor risiko lain yang menyebabkan terjadinya BBLR selain Usia, paritas, dan pendidikan yang tidak diikutsertakan atau tidak dapat dikaji pada penelitian ini misalnya status gizi selama kehamilan, apakah ada riwayat penyakit selama kehamilan, jarak kelahiran yang terlalu dekat, dan riwayat pemeriksaan kehamilan (ANC).
4.2 Keterbatasan Penelitian
Variabel yang digunakan oleh peneliti hanyalah variabel tertentu saja yang tersedia karena diambil dari data sekunder yaitu data rekam medik sehingga peneliti tidak dapat menambahkan faktor risiko lain yang berhubungan dengan BBLR. Mungkin ada faktor risiko lain yang tidak dapat dikaji pada penelitian ini sehingga variabel yang digunakkan pun sedikit.
(42)
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari 96 sampel pasien yang melahirkan BBLR sebanyak 12 orang bayi yang dilahirkan memiliki berat badan lahir di bawah 1500 gram, 27 orang bayi dengan berat badan lahir 1500 gram – 2000 gram, dan 57 orang bayi dengan berat badan lahir 2000 gram – 2500 gram.
2. Kasus BBLR berdasarkan jenis kelamin didapatkan angka kejadian BBLR pada bayi laki-laki lebih banyak yaitu 56 orang dari pada perempuan yaitu 40 orang.
3. Kasus BBLR terbanyak ditemukan pada ibu dengan usia antara 20 tahun – 35 tahun.
4. Berdasarkan paritas kasus BBLR terbanyak ditemukan pada ibu dengan paritas dibawah tiga.
5. Berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar ibu memiliki pendidikan tinggi (68,8 % ).
5.2 Saran
1. Pada penelitian ini, peneliti hanya melihat gambaran faktor risiko BBLR berdasarkan usia ibu, paritas, dan tingkat pendidikan . Masih banyak faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian BBLR namun belum diikutsertakan oleh karena itu diharapkan adanya penelitian lebih lanjut untuk menggali lebih banyak informasi tentang faktor risiko ini dan hubungannya.
2. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif yang hanya melihat gambaran faktor risiko BBLR berdasarkan usia, paritas, dan tingkat pendidikan.
(43)
30
Diharapkan pada penelitian selanjutnya dicari hubungan antara usia, paritas dan tingkat pendidikan dengan kejadian BBLR
3. Peneliti menyarankan bagi tenaga kesehatan setempat untuk memberikan informasi lebih mengenai faktor risiko terjadinya BBLR agar masyarakat mengetahui lebih banyak kemungkinan faktor risiko yang dapat menyebabkan BBLR.
(44)
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Manuaba, I.B.G.dkk. Pengantar Kuliah Obstetric Ed Ke 3. EGC, Jakarta, 2003, h. 421.
2. Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2005. Pusat Data Dan Informasi, Healths Statistic, Depkes RI, Jakarta; 2005.
3. Riset Kesehatan Dasar. Kesehatan Anak. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI 2010, Jakarta, 2010, h.135-6.
4. WHO. low birth weight in the world. Body of research and health development . WHO, 2004.
5. Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2007, Pusat Data Dan Informasi, Healths Statistic, Depkes RI, Jakarta; 2008.
6. Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem Ed Ke 6. EGC, Jakarta, 2011, h. 846-55.
7. Sadler T.W. Embriologi Kedokteran Langman Ed Ke 7. EGC, Jakarta, 2000, h.101-19.
8. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2005, h. 771.
9. Hull, David and Derek I Johnston . Dasar-Dasar Pediatric. EGC, Jakarta , 2008 , h.54.
10.Trihadriani I. Faktor Risiko Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Singkawang Timur Dan Utara. Artikel Penelitian Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, 2011. Diunduh pada tanggal 21 Desember 2013 dari
http//www.eprints.undip.ac.id/32555/1/379_ismi_trihardiani_G2C309005. pdf
11. Rahardjo B, Khasanah U, Khabibah H. Hubungan Antara Usia Ibu Dan Paritas Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di RSU Dr. Saiful Anwar Malang Periode 1 Januari - 31 Desember ; 2011. Diunduh pada tanggal 20 Desember 2013 dari http//www.old.fk.ub.ac.id
(45)
32
12.Francin E, Rumdasih, dan Heryati. Gizi Dan Kesehatan Reproduksi. EGC, Jakarta, 2005. h.51-7.
13.Puji E, Sri S, dan Gustiah. Hubungan Faktor Risiko Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Barru Tahun 2007. Vol VII, Ed 1, Januari-Juni 2009. Media Gizi Pangan, 2009, h.65-8.
14.Labir K, Widarsa T, dan Suwiyoga K. Anemia Ibu Hamil Trimester I Dan II Meningkatkan Risiko Kejadian Berat Lahir Rendah Di RSUD Wangaya Denpasar. Public health and preventive medicine archive, volume 1, nomor 1, Juli 2013. Artikel penelitian, Program Srudi Megister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Denpasar, Denpasar, 2013 15.Atmarita. Nutrition Problems In Indonesia The Article For An Integrated
International Seminar And Workshop On Lifestyle-Related Disease , Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2005.
16.Departemen Kesehatan RI. Gizi Seimbang Menuju Hidup Sehat Bagi Bayi Ibu Hamil dan Ibu Menyusui (Pedoman Petugas Puskesmas). Direktorat Gizi Masyarakat Depkes RI, Jakart, 2002. h.3-8.
17. Festy P. Analisis Faktor Risiko Pada Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di Kabupaten Sumenep. Surabaya. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UMS, Surabaya, 2009. h. 6-10. Diunduh pada tanggal 20 Desember 2013 dari : http//www.fik.umsurabaya.ac.id
18.Waryono. Gizi reproduksi. Pustaka Rihama , Yogyakarta , 2010. h. 35-49. 19.Fikawati S, Wahyuni D, dan Syafiq A. Status Gizi Ibu Hamil Dan Berat
Lahir Bayi Pada Kelompok Vegetarian. Makara, Kesehatan, 2012; 16(1): 29-35
20.Proverawati A dan Misaroh S. Nutrisi Janin Dan Ibu Hamil. Nuha Medika, Yogyakarta, 2010, h. 88-184.
21.Departemen Kesehatan RI. Perawatan BBLR Dengan Metode Kanguru. Penerbit departemen kesehatan RI, Jakarta, 2008. h.6-8
22.Sekretariat Negara Republik Indonesia. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Lembaran Negara RI Tahun 2003. Jakarta, 2003.
(46)
33
23.Titiek S, Sri S, L. Ratna B, Kristanti, Sarimawar D, dan Salma M. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bayi Lahir Dengan Berat Badan Rendah. Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Jakarta, 1996. Diunduh pada tanggal 14 September 2014 dari :
http://www.ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/viewFile/ 417/437
24.Mochamad Setyo P Dan Umi Muzakkiroh. Pola Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Dan Faktor Yang Mempengaruhinya Di Indonesia Tahun 2010. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 2011; 14(3): 209-17.
25.E EC, O HE, O IO, A JC. Singleton Low Birth Weight Babies At A Tertiary Hospital In Enugu, South East Nigeria. The Internet Journal of Gynecology and Obstetrics. 2009; 14(1), diunduh dari
http://www.ispub.com/IJGO/14/1/11435
26.Nurhadi. Faktor Risiko Ibu Dan Layanan Antenatal Terhdap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RSUD Kraton Pekalongan . Universitas Diponegoro, Semarang, 2006, h.61-6. Di unduh pada tanggal 3 September 2014 dari http://www.eprints.undip.ac.id/18468/1/NURHADI.pdf
27.Felix K, Tatang S, dan Ruswandiani. Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah Di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2008. JKM. 2011; 10(2): 151-7
(47)
34
34
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian dari RSUP Fatmawati
(48)
35
(49)
36
(50)
37
Lampiran 2
RIWAYAT PENULIS Identitas :
Nama : Diana nurmalasari
Jenis kelamin : perempuan
Tempat dan tanggal lahir : Lebak, 16 Januari 1993
Alamat : Jl. Raya Raya Saketi-Malingping K. 18 Kerta Jaya Kec.Banjarsari, Kab. Lebak, Banten
No. Telepon : +6285717353338
E – mail : [email protected]
Pendidikan : 1. SDN Kerta 1
2. Mts Mathlaul Anwar Malingping 3. SMAN 1 Malingping
(1)
12.Francin E, Rumdasih, dan Heryati. Gizi Dan Kesehatan Reproduksi. EGC, Jakarta, 2005. h.51-7.
13.Puji E, Sri S, dan Gustiah. Hubungan Faktor Risiko Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah Sakit Umum Barru Tahun 2007. Vol VII, Ed 1, Januari-Juni 2009. Media Gizi Pangan, 2009, h.65-8.
14.Labir K, Widarsa T, dan Suwiyoga K. Anemia Ibu Hamil Trimester I Dan II Meningkatkan Risiko Kejadian Berat Lahir Rendah Di RSUD Wangaya Denpasar. Public health and preventive medicine archive, volume 1, nomor 1, Juli 2013. Artikel penelitian, Program Srudi Megister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Denpasar, Denpasar, 2013 15.Atmarita. Nutrition Problems In Indonesia The Article For An Integrated
International Seminar And Workshop On Lifestyle-Related Disease , Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2005.
16.Departemen Kesehatan RI. Gizi Seimbang Menuju Hidup Sehat Bagi Bayi Ibu Hamil dan Ibu Menyusui (Pedoman Petugas Puskesmas). Direktorat Gizi Masyarakat Depkes RI, Jakart, 2002. h.3-8.
17. Festy P. Analisis Faktor Risiko Pada Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Di Kabupaten Sumenep. Surabaya. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UMS, Surabaya, 2009. h. 6-10. Diunduh pada tanggal 20 Desember 2013 dari : http//www.fik.umsurabaya.ac.id
18.Waryono. Gizi reproduksi. Pustaka Rihama , Yogyakarta , 2010. h. 35-49. 19.Fikawati S, Wahyuni D, dan Syafiq A. Status Gizi Ibu Hamil Dan Berat
Lahir Bayi Pada Kelompok Vegetarian. Makara, Kesehatan, 2012; 16(1): 29-35
20.Proverawati A dan Misaroh S. Nutrisi Janin Dan Ibu Hamil. Nuha Medika, Yogyakarta, 2010, h. 88-184.
21.Departemen Kesehatan RI. Perawatan BBLR Dengan Metode Kanguru. Penerbit departemen kesehatan RI, Jakarta, 2008. h.6-8
22.Sekretariat Negara Republik Indonesia. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Lembaran Negara RI Tahun 2003. Jakarta, 2003.
(2)
23.Titiek S, Sri S, L. Ratna B, Kristanti, Sarimawar D, dan Salma M. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bayi Lahir Dengan Berat Badan Rendah. Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Jakarta, 1996. Diunduh pada tanggal 14 September 2014 dari :
http://www.ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/viewFile/ 417/437
24.Mochamad Setyo P Dan Umi Muzakkiroh. Pola Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Dan Faktor Yang Mempengaruhinya Di Indonesia Tahun 2010. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 2011; 14(3): 209-17.
25.E EC, O HE, O IO, A JC. Singleton Low Birth Weight Babies At A Tertiary Hospital In Enugu, South East Nigeria. The Internet Journal of Gynecology and Obstetrics. 2009; 14(1), diunduh dari http://www.ispub.com/IJGO/14/1/11435
26.Nurhadi. Faktor Risiko Ibu Dan Layanan Antenatal Terhdap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RSUD Kraton Pekalongan . Universitas Diponegoro, Semarang, 2006, h.61-6. Di unduh pada tanggal 3 September 2014 dari http://www.eprints.undip.ac.id/18468/1/NURHADI.pdf
27.Felix K, Tatang S, dan Ruswandiani. Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah Di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2008. JKM. 2011; 10(2): 151-7
(3)
34
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian dari RSUP Fatmawati
(4)
(5)
(6)
Lampiran 2
RIWAYAT PENULIS Identitas :
Nama : Diana nurmalasari
Jenis kelamin : perempuan
Tempat dan tanggal lahir : Lebak, 16 Januari 1993
Alamat : Jl. Raya Raya Saketi-Malingping K. 18 Kerta Jaya Kec.Banjarsari, Kab. Lebak, Banten
No. Telepon : +6285717353338
E – mail : [email protected]
Pendidikan : 1. SDN Kerta 1
2. Mts Mathlaul Anwar Malingping 3. SMAN 1 Malingping