Berat badan lahir rendah BBLR
WHO 1979 telah membagi usia kehamilan menjadi 3 kelompok yaitu 1.
Preterm, yaitu kurang dari 37 minggu 259 hari 2.
Term, yaitu mulai dari 37 minggu sampai 42 minggu atau umur antara 259-293 hari
3. Post term, yaitu lebih dari 42 minggu 294 hari
1,8
Ada juga ciri bentuk bayi dengan BBLR yang dibagi menjadi dua yaitu, 1.
Small for gestation age SGA atau kecil untuk masa kehamilan KMK. Bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa
kehamilannya bayi yang berat badannya kurang dari persentil ke-10 dari berat sesungguhnya yang harus dicapai menurut umur kehamilannya ;
2. Umur hamil kurang 37 minggu, sesuai masa kehamilan SMK
.
3. Berat badan lahir rendah akibat kombinasi dari keduanya umur hamilnya
belum waktunya untuk lahir dan tumbuh kembang intrauterin, mengalami gangguan sehingga terjadi kecil untuk masa kehamilannya.
1,8
2.2.2 Epidemiologi Menurut data dari WHO terdapat lebih dari 20 juta kelahiran bayi di
seluruh dunia yang mengalami BBLR sekitar 15,5 dan 95,6 berasal dari negara berkembang.
Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS tahun 2010 bayi yang mempunyai berat lahir di bawah 2500 gram sebesar 11,1
, 2500-3999 gram sebesar 82,5 , dan di atas 4000 gram sebesar 6,4 . Persentase bayi berat badan lahir rendah di DKI Jakarta pada tahun 2010 sekitar
9,1 . Persentase berat badan lahir di bawah 2500 gram banyak terdapat pada perempuan 12,4 lebih tinggi dari anak laki-laki 9,8 dan pesentase untuk
BBLR di pedesaan 12,0 lebih tinggi dari di perkotaan 10,4 .
1,3
2.2.3 Patofisiologi dan faktor risiko terjadinya BBLR Patofisiologi terjadinya BBLR ini bergantung pada faktor-faktor yang
berkaitan dengan terjadinya BBLR. Berat badan lahir rendah sering dikaitkan
dengan keadaan sosial ekonomi rendah, kelainan kongenital, infeksi intrauterin, kehamilan multipel, fungsi plasenta yang buruk, gizi buruk pada ibu, penyakit ibu,
serta kebiasaan-kebiasaan ibu seperti merokok, penyalahgunaan obat, dan konsumsi alkohol. Selain itu BBLR juga dapat disebabkan oleh kelahiran
prematur kurang dari 37 minggu bayi prematur atau pertumbuhan janin terhambat kecil untuk masa kehamilan.
9
Faktor yang menentukan tumbuh kembang janin intrauterin
1
: 1.
Faktor janin a.
Faktor genetik b.
Faktor hormonal janin c.
Kehamilan tunggal atau ganda d.
Faktor kelainan kongenital 2.
Faktor maternal a.
Kondisi badan Kegemukan
Tinggi badan Status gizi
Konsumsi alkohol, merokok, obat lainnya Pertambahan BB ibu saat hamil
Umur kehamilan menurut pembagian WHO
Ada beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian BBLR : 1.
Usia Usia ibu juga mempengaruhi berat lahir bayi. Usia yang berisiko tinggi
terjadinya BBLR adalah usia di bawah 20 tahun dan usia di atas 35 tahun. Jika usia ibu terlalu muda maka aliran darah menuju serviks dan uterus
masih belum sempurna sehingga penyaluran nutrisi dari ibu ke janin juga tidak adekuat. Semakin tua usia ibu maka akan terjadi perubahan
pembuluh darah dan menurunnya fungsi hormon-hormon yang mengatur proses atau siklus reproduksi endometrium yang juga akan
mempengaruhi proses penyaluran nutrisi dari ibu ke janin. Semakin tua usia ibu maka semakin tinggi resiko terjadinya hipertensi yang merupakan
faktor predisposisi terjadinya BBLR. Selain itu pada kondisi kurang energi
kronik KEK yang berisiko melahirkan BBLR terjadi pada ibu dengan usia antara 15-19.
10,11,12
2. Paritas
Paritas menunjukkan jumlah anak yang dilahirkan oleh ibu. Persalinan yang dibilang aman adalah persalinan ke 2 dan 3. Persalinan lebih dari 4
akan meningkatkan risiko terjadinya BBLR, persalinan lebih dari 4 bisa menimbulkan komplikasi perdarahan dan infeksi. Semakin tinggi paritas
ibu maka semakin tinggi resiko BBLR, hal ini disebabkan karena semakin banyak persalinan maka rahim ibu akan lemah sehingga mengganggu
proses penyaluran nutrisi dari ibu ke janin.
10.11
3. Kadar HB
Anemia terjadi jika kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari batas normal. Menurut WHO batas normal nilai Hb wanita hamil adalah
11 gram . Faktor penyebab anemia adalah kurang gizi,penyakit kronis baik infeksi maupun non infeksi, sosial ekonomi rendah, tingkat
pendidikan dan pengetahuan yang rendah. Ibu yang hamil dengan anemia pada trimester pertama kehamilannya beresiko 10,29 kali melahirkan
BBLR dibanding dengan ibu hamil yang tidak mengalami anemia dan ibu yang mengalami anemia pada trimester kedua kehamilannya berisiko 16
kali lebih banyak melahirkan BBLR dari ibu yang tidak mengalami anemia.
Anemia defisiensi besi terjadi karena tidak cukupnya zat gizi besi yang harus diserap dari makanan sehari-hari untuk pembentukan sel darah
merah sehingga dapat menyebabkan ketidak seimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat besi dalam tubuh.
.
Kondisi seperti ini dapat menyebabkan penyaluran oksigen ke jaringan akan berkurang yang
akan menurunkan metabolisme jaringan sehingga pertumbuhan janinpun terhambat dan dapat beresiko BBLR.
13,14,15
4. Status gizi ibu hamil
4.1 Kebutuhan gizi
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat lainnya meningkat selama kehamilan.
Peningkatan energi dan gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan
komposisi, dan metabolisme tubuh ibu. Jika terjadi kekurangan gizi tertentu yang diperlukan saat kehamilan dapat menyebabkan janin tumbuh
tidak sempurna. Bagi ibu hamil semua zat gizi memerlukan tambahan dan seringkali kekurangan energi protein dan beberapa mineral seperti zat besi
dan kalsium. Energi yang tersembunyi dalam protein ditaksir sebanyak 5180 Kkal, dan lemak 36.337 Kkal, agar energi ini bisa ditampung maka
dibutuhkan tambahan energi sebanyak 26.224 Kkal yang digunakan untuk mengubah energi yang terkait dalam makanan menjadi energi yang bisa
dimetabolisme. Dengan demikian jumlah total energi yang tersedia selama kehamilan adalah 74.537 Kkal dibulatkan menjadi 80.000 Kkal. Pada
trimester I kebutuhan energi ibu hamil akan meningkat secara minimal. Kemudian sepanjang trimester II dan trimester III kebutuhan energi akan
meningkat terus sampai akhir kehamilan. Energi tambahan yang dibutuhkan pada trimester I diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu
seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus, payudara, serta penumpukan lemak. Selama trimester II dan III energi tambahan
digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta. Karena banyak perbedaan mengenai kebutuhan energi selama hamil maka WHO
menganjurkan jumlah tambahan energi selama kehamilan sebesar 150 Kkal per hari pada trimester I dan 350 Kkal per hari pada trimester II dan
III. Sama halnya dengan energi kebutuhan ibu hamil akan protein juga meningkat bahkan mencapai 68 dari sebelum hamil. Jumlah protein
yang harus tersedia sampai akhir kehamilan diperkirakan sebanyak Sama halnya dengan energi, kebutuhan wanita hamil akan protein juga
meningkat, bahkan mencapai 68 dari sebelum hamil. Jumlah protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan diperkirakan sebanyak 925 gr
yang tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin. Pertambahan protein yang dianjurkan adalah 50 gr hari selama kehamilan. Dalam satu
hari asupan protein mencapai 50-100 gr sekitar 15 dari jumlah total kalori atau sekitar 1,5 gkgBBhari gravida matur, 1,5 gkgBBhari usia
15-18 tahun, dan 1,7 gkgBBhari 15 tahun. Bahan pangan sebagai sumber protein sebaiknya 23 bagian pangan yang bernilai tinggi seperti
daging tak berlemak, ikan, telur, susu, dan hasil olahannya.
13,15,16
4.2 Gizi kurang pada ibu hamil
Jika ibu mengalami kekurangan gizi selama kehamilan maka efeknya adalah sebagai berikut :
4.2.1. Terhadap ibu
Dapat menyebabkan timbulnya komplikasi pada ibu antara lain perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, terkena
penyakit infeksi dan anemia yang dapat didefinisikan sebagai kondisi kadar Hb berada di bawah normal yang disebabkan oleh kekurangan zat
besi, yang lebih dikenal dengan istilah anemia defisiensi besi yang paling sering terjadi selama kehamilan. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan
gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia defisiensi besi dapat mengakibatkan kematian janin
dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbilitas dan mortalitas ibu dan
kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil dengan anemia berat dapat meningkatkan risiko morbilitas dan mortalitas ibu dan
bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.
15
4.2.2. Terhadap persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap persalinan dapat menyebabkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya prematur,
perdarahan setelah persalinan, serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
15
4.2.3.Terhadap janin Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan
janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum
mati dalam kandungan, dan lahir dengan berat badan lahir rendah.
15
4.3 Cara menilai status gizi ibu selama kehamilan yaitu :
4.3.1. Dengan mengukur indeks masa tubuh.
Ibu yang memiliki status gizi buruk IMT 18,5 berisiko melahirkan bayi BBLR 2-3 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang memiliki
status gizi baik. Status gizi baik pada ibu menggambarkan bahwa ibu memiliki kecukupan zat gizi yang siap untuk mendukung pertumbuhan
janin selama kehamilan. Sedangkan jika status gizi ibu selama kehamilan kurang, biasanya berkaitan dengan KEK kurang energi kronik yang
dapat menghambat pertumbuhan janin sehingga memperbesar risiko terjadinya BBLR dan anemia gizi.
10
4.3.2. Mengukur lingkar lengan atas LLA
LLA merupakan salah satu pengukuran antropometri untuk mengetahui faktor penentu apakah ibu hamil tersebut KEK dan memiliki
risiko melahirkan BBLR atau normal. Ibu yang memiliki LLA 23,5 cm berisiko melahirkan bayi BBLR lebih besar. Hal ini disebabkan ibu
membutuhkan tambahan kalori dan nutrisi karena selama kehamilan ibu harus memasok energi untuk pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
Pengukuran lingkar lengan atas ini bertujuan untuk mengetahui secara dini status gizi ibu selama kehamilan dan untuk menentukan bahwa ibu
mengalami KEK yang menyebabkan prematuritas dan berisiko BBLR. Kondisi KEK ini menunjukan bahwa kebutuhan energi ibu berkurang atau
tidak terpenuhi sedangkan selama kehamilan ibu membutuhkan cadangan energi untuk metabolisme tubuhnya. Pada KEK ini menyebabkan ibu tidak
mempunyai cadangan zat gizi yang adekuat sehingga suplai zat gizi untuk janin pun berkurang akibatnya menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan janin juga terhambat dan meningkatkan risiko terjadinya BBLR.
13,16
4.3.3. Pertambahan berat badan selama hamil
Metode antropometri adalah metode yaitu metode penilaian status gizi yang umum dipakai adalah pencatatan berat badan secara teratur
selama kehamilan dan dibandingkan dengan berat badan sebelum hamil. Pertambahan berat badan ibu selama hamil normalnya berkisar antara 9
kg – 12 kg. Pada trimester I bertambah 1 kg, pada trimester II bertambah 3
kg dan pada trimester III bertambah sekitar 5 kg -6 kg. Pertambahan berat badan ibu selama hamil berhubungan dengan berat bayi baru lahir, oleh
karena itu jika pertambahan berat badan yang sesuai akan mendukung pertumbuhan janin didalam rahim. Pertambahan berat badan ibu yang
tidak sesuai selama hamil akan berisiko terjadinya keguguran aborsi spontan, kelahiran prematur, BBLR, dan perdarahan. Dan sebaliknya jika
pertambahan berat badan ibu yang berlebih selama hamil berisiko perdarahan dan bisa terjadi preeklamsia.
17,18,19,20
5. Frekuensi pemeriksaan selama kehamilan
Antenatal Care ANC adalah pemeriksaan yang diberikan kepada ibu hamil dengan standar kunjungan 4 kali, karena pemeriksaan yang
dilakukan secara dini akan mudah mengetahui masalah yang dialami ibu selama kehamilannya dan akan lebih cepat mengambil tindakan yang
seharusnya dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan janin. Keuntungan pelayanan antenatal yang dapat diperoleh jika melakukan pemeriksaan
kehamilan selain dapat mengetahui risiko kehamilan dan menyiapkan persalinan menuju kelahiran yang baik dan kesehatan ibu yang baik
sampai dengan masa laktasi dan nifas. Dengan melakukan kunjungan ANC secara teratur penyebab BBLR bisa diketahui lebih awal.
1,10
6. Jarak kelahiran
Jarak kelahiran yang terlalu dekat akan menyebabkan ibu tidak memiliki cukup waktu untuk memulihkan kondisi tubuhnya setelah
melahirkan sebelumnya serta berisiko kematian pada ibu dan janin, dan juga berisiko terganggunya sistem reproduksi yang akan mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan pada janin dan mempengaruhi berat badan lahirnya.
10
7. Tingkat pendidikan atau pengetahuan
Tingkat pendidikan menunjukan tingkat pengetahuan kesehatan yang menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami
pengetahuan gizi yang mereka peroleh, jika tingkat pengetahuan ibu tinggi maka kemungkinan ibu untuk mendapat informasi tentang kesehatan juga
lebih banyak dibandingkan ibu dengan tingkat pengetahuan rendah. Pengetahuan tinggi akan menunjang perilaku hidup sehat dalam
pemenuhan gizi selama kehamilan sehingga akan mengurangi resiko terjadinya kelahiran BBLR.
17
2.2.4. Perawatan bayi berat lahir rendah Pada penatalaksanaan BBLR dikenal perawatan dengan metode kanguru.
Perawatan metode kanguru PMK ini merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasari yaitu kehangatan , air susu ibu,
perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan, dan kasih sayang. Metode kanguru tidak hanya menggantikan peran inkubator tetapi juga memberikan
berbagai keuntungan yang tidak dapat diberikan inkubator. Dibandingkan dengan perawatan konvesional, PMK terbukti dapat menurunkan kejadian infeksi,
penyakit berat, masalah menyusui dan ketidakpuasan ibu serta meningkatkan hubungan antara ibu dengan bayi.
21
PMK angat berguna dalam pencegahan hipotermia pada perawatan BBLR di rumah. Secara garis besar manfaat PMK bagi bayi adalah :
21
1. Suhu tubuh bayi, denyut jantung, dan frekuensi pernafasan relatif normal.
2. BBLR lebih cepat mencapai suhu 36,5 derajat celcius terutama dalam
waktu 1 jam pertama. 3.
ASI selalu tersedia dan mudah didapatkan sehingga memperkuat sistem imun bayi karena meningkatnya produksi ASI.
4. Kontak dengan ibu menyebabkan efek yang menenangkan sehingga
menurunkan stress ditandai dengan kortisol yang rendah. 5.
Menurunkan respon nyeri fisiologis dan perilaku yang ditandai dengan waktu pemulihan yang lebih singkat pada uji tusuk tumit.
6. Meningkatkan berat badan dengan lebih cepat.
7. Meningkatkan ikatan ibu-bayi.
8. Memiliki pengaruh positif dalam meningkatkan perkembangan kognitif
yang dilihat dari lebih tingginya skor indeks perkembangan mental Bayley 9.
Waktu tidur menjadi lebih lama antara lain ditandai dengan jumlah waktu terbangun yang lebih rendah.
10. Menurunkan infeksi nosokomial, penyakit berat, atau infeksi saluran
pernafasan bawah. 11.
Memperpendek masa rawat. 12.
Menurunkan risiko kematian dini pada bayi. 13.
Memperbaiki pertumbuhan pada bayi prematur. 14.
Dapat menjadi intervensi yang baik dalam menangani kolik 15.
Mungkin memiliki pengaruh positif dalam perkembangan motorik bayi. 16.
Kelangsungan hidup pada bayi BBLR lebih cepat membaik pada kelompok PMK dari pada bayi dengan metode konvensional pada 12 jam
pertama dan seterusnya. 17.
Bayi yang sangat prematur tampaknya memiliki mekanisme endogen yang diakibatkan oleh kontak antara kulit ibu dan bayi dalam menurunkan
respon nyeri. 18.
Waktu pemulihan yang lebih singkat pada PMK secara klinis penting dalam mempertahankan homeostasis.