2.5.4.4. Infeksi Usus
ETEC dan EPEC menjajah usus kecil. EIEC dan EHEC menjajah usus besar sebelum menyebabkan diare Madappa, 2012.
2.5.4.5. Infeksi Saluran Kemih
Saluran kemih adalah bagian yang paling umum terkena infeksi Escherichia coli, dan lebih dari 90 dari semua infeksi saluran kemih tanpa komplikasi yang disebabkan oleh
infeksi Escherichia coli. Tingkat kekambuhan setelah infeksi Escherichia coli pertama adalah 44 selama 12 bulan. Escherichia coli infeksi saluran kemih disebabkan oleh strain
uropathogenic Escherichia coli. Escherichia coli menyebabkan barbagai infeksi saluran
kemih, termasuk cystitis, pyelonephritis, prostatis akut, abses prostat, dan urosepsis. Cystitis sering terjadi terutama pada wanita yang aktif secara seksual dan dijajah oleh strain
uropathogenic Escherichia coli Madappa, 2012.
Strain uropathogenic
Escherichia coli memiliki faktor yang disebut P fimbria atau pili, yang mengikat ke golongan darah antigen P. P fimbria memediasi lampiran Escherichia
coli terhadap sel uroepithelial. Dengan demikian, pasien dengan
intestinal carriage of Escherichia coli
yang mengandung P fimbria berada pada risiko lebih besar terkena infeksi saluran kemih. Infeksi saluran kemih kompleks dan pyelonephritis diamati pada pasien usia
lanjut dengan kelainan struktural atau obstruksi seperti hipertrofi prostat atau kandung kemih neurogenik atau pada pasien dengan kateter urin. Pyelonephritis kanan yang disebabkan oleh
Escherichia coli terlihat pada gambar di bawah.
Gambar 2.4. Menunjukan Pyelonephritis kanan
yang disebabkan oleh Escherichia coli.
Sumber:
http:emedicine.medscape.com
Escherichia coli bakteremia biasanya berhubungan dengan infeksi saluran kemih,
terutama dalam kasus obstruksi saluran kemih akibat penyebab apapun. Reaksi sistemik
Universitas Sumatera Utara
terhadap endotoksin sitokin atau lipopolisakarida dapat menyebabkan koagulasi intravaskular diseminata dan kematian. Escherichia coli merupakan penyebab utama
nosokomial bakteremia dari sumber gastrointestinal atau genitourinary Madappa, 2012.
2.5.5. Pengobatan dan Pencegahan