Gapoktan Tinjauan Pustaka .1 Persepsi

Pada saat panen raya suplay gabah meningkat sedangkan penawaran terbatas, sarta petani tidak memliki sarana penjemuran.Petani terkadang tidak memiliki pilihan untuk menjual gabahnya dengan harga layak atau harga yang lebih baik Patiwiri, 2007.

2.1.3 Gapoktan

Menurut Syahyuti 2007 Gapoktan adalah gabungan dari beberap kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usaha tani bagi anggotanya dan bagi petani lainnya.Pengembangan Gapoktan dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan eksesibilitas petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, lembaga pemasaran, lembaga penyedia sarana produksi petani serta sumber informasi.Pada prinsipnya, lembaga Gapoktan diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi, namun diharapkan juga mampu menjalankan fungsi- fungsi lainnya serta memiliki peran penting terhadap pertanian. Departemen Pertanian 2008 mendefenisikan Gabungan Kelompok Tani Gapoktan sebagai kumpulan dari beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efesiensi usaha. Kelompok tani yang ada dalam satu wilayah administrasi desa atau yang berada dalam satu wilayah aliran imigrasi petak pengairan terseir. Gabungan Kelompok Tani Gapoktan merupakan organisasi petani di pedesaan yang dibentuk secara musyawarah dan mufakat untuk meningkatkan skala ekonomi dan efesiensi usaha. Gapoktan dibentuk atas dasar: 1 kepentingan yang sama di antar para anggota; 2 berad apda kawasan usaha tani yang menjadi Universitas Sumatera Utara tanggung jawab bersama di antaraa para anggota; 3 mempunyai kader pengelola yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani; 4 memiliki kader atau pemimpin yang diterima oleh petani lainnya; 5 mempunyai kegiatan yang dapat dirasakan mafaatnya oleh sebagian besar anggotanya, dan 6 adanya dorongan atau motifasi dari tokoh masyarakat setempat Deptan, 2010. 2.1.4Hortikultura Kata hortikultura horticulture berasal dari bahasa latin, yakni hortusyang berarti kebun dan colere yang berarti menumbuhkan terutama sekali mikroorganisme pada suatu medium buatan. Secara harfiah hortikultura berarti ilmu yang memepeljari pembudidayaan tanaman kebun.Akan tetapi pada umumnya para pakar mendefenisikan hortikultura sebagai ilmu yang mempelajari budidaya tanamn sayuran, buah-buahan, bunga-bungaan, atau tanaman hias. Dengan masuk dan menetapnya orang-orang Eropa ke Indonesia, maka dikembangkanlah sayuran dataran tinggi, seperti tomat, kentang, kubis, wortel dan lain-lain; serta juga bunga-bunga khas Eropa, seperti mawar, gladiol, anyelir dan gerbana. Pengembangan tanaman tersebut engterdapat di Indonesia terutama di Bandung Pangalengan dan Lembang,Wonosobo Dieng, Yogykarta Kaliurang, Semarang Bandung dan Kepong, Malang Punten dan Pujon, Tengger Nangkajajar, Tosari dan Ngadisari, Sulawesi Selatan Malino, Bali Badugul, Karo Brastagi Zulkarnain, 2009. Universitas Sumatera Utara 2.1.5Kemitraan Konsep kemitraan agribisnis yang berkembang di Indonesia memiliki berbagai tipe.Adapun tipe yang umum dilakukan sebagaimana dikemukakan Soemardjo, dkk.2004 sebagai berikut. 1. Tipe dispersal Dispersal berasal dari kata asal dispersi yang artinya tersebar. Dalam hal ini tipe dispersal dapat diartikan sebagai pola hubungan antar pelaku uaha yang satu sama lain tidak memiliki ikatan formal yang kuat. Tipe dispersal dicirikan tidak adanya hubungan organisasi fungsional di antara setiap tingkatan usaha pertanian hulu dan hilir.Jaringan agribisnis hanya terikat pada mekanisme pasar, sedangkan antar pelakunya bersifat tidak langsung dan impersonal sehingga setiap pelaku agribisnis hanya mementingkan diri sendiri.Dalam kondisi tersebut, pelaku tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka saling membtuhkan. Pada kemitraan tipe dispersal, pihak pengusaha lebih kuat dibandingkan produsen.Pihak pengusah ini sangat berperan dalam berhubungan dengan produsen yang lemah.Akan tetapi hubungan yang terjadi antara kedua belah pihak tidak sinergis dan tidak berkesinambungan karena tidak bersifat kemitraan.Kondisi seperti itu menimbulkan kesenjangan dalam system bisnis hulu dan hilir.Kesenjangan yang terjadi berupa informasi tentang mutu, harga, teknologi dan akses permodalan.Dengan demikian, pemodal kuat yang umumnya berwawasan luas, lebih berpendidikan dan telah berperan di subsistam hilir menjadi diuntungkan oleh berbagai kelamahan pengusaha kecil sebagai produsen. Universitas Sumatera Utara 2. Tipe sinergis dan saling menguntungkan Tipe ini berbasis pada kesadaran saling membutuhkan dan saling mendukung pada masing-masing pihak yang bermitra. System kemitraan seperti ini sudah mulai banyak ditemukan di daerah pedalaman kota-kota besar dan kota menengah konsep kemitraan agribisnis menjadi salah satu pilihan yang prospektif bagi perkembangan iklim bisnis yang sehat di Indonesia pada masa Yang akan datang. Hal tersebut dapat terjadi jika konsep kemitraan yang dijalankan benar-benar dapat menjembatani kesenjangan antar-subsistem dalam sistem bisnis hulu-hilir produsen-industri pengolahan-pemasaran maupun hulu-hulu sesama produsen. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Persepsi