Persepsi Petani Hortikultura Terhadap Kemitraan Agribisnis Dengan PT. Alamanda Sejati Utama (Kasus: Gapoktan Maju Bersama Desa Tiga Panah Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo)

(1)

PERSEPSI PETANI HORTIKULTURA TERHADAP

KEMITRAAN AGRIBISNIS DENGAN PT. ALAMANDA

SEJATI UTAMA

(Kasus: Gapoktan Maju Bersama Desa Tiga Panah Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo)

SKRIPSI

Oleh :

AIDI SASMITA

090304112

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERSEPSI PETANI HORTIKULTURA TERHADAP

KEMITRAAN AGRIBISNIS DENGAN PT. ALAMANDA

SEJATI UTAMA

(Kasus: Gapoktan Maju Bersama Desa Tiga Panah Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo)

SKRIPSI Oleh :

AIDI SASMITA

090304112

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing,

Ketua Anggota

(Ir. Lily Fauziah, MSi.)

NIP.196308221988032003 NIP.196206241986031001 (Ir. YusakMaryunianta,M.Si.)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

AIDI SASMITA (090304112) dengan judul skripsi “PERSEPSI PETANI HORTIKULTURA TERHADAP KEMITRAAN AGRIBISNIS DENGAN PT. ALAMANDA SEJATI UTAMA (Kasus: Gapoktan Maju Bersama Desa Tiga Panah Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo)” yang dilakukan pada Bulan Oktober s.d. Desember 2013 dan dibimbing oleh Ibu Ir. Lily Fauziah, M.Si dan Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja kemitraan agribisnis antara Gapoktan Maju Bersama dengan PT. Alamanda Sejati Utama, untuk mengetahui persepsi petani hortikultura terhadap kemitraan agribisnis di daerah penelitian.

Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan tertentu.Penarikan sampel dilakukan dengan Metode Simple

Random Sampling, yaitu sampel diambil secara acak sebanyak 53 sampel dari

populasi petani sebesar 114 orang.Metode analisis yang digunakan adalah Metode CIIP dan Skala Likert.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja kemitraan agribisnis antara gapoktan Maju Bersama dengan PT. Alamanda Sejati Utama berjalan cukup baik dengan ketercapaian penilain seluruh komponen indikator CIPP sebesar 66,55 %.. Mayoritas persepsi petani terhadap kemitraan agribisnis yang sedang berlangsung adalah positif, yaitu sebanyak 31 orang dengan persentase sebesar 58,49 % sedangkan petani yang memiliki persepsi negatif adalah sebanyak 22 orang dengan persentasi sebesar 41,51 %, artinya persepsi petani hortikultura terhadap kemitraan agribisnis antara Gapoktan Maju Bersama dengan PT. Alamanda Sejati Utama menunjukkan pandangan yang positif.

Kata Kunci : Hortikultura, Gapoktan Maju Bersama, Kinerja Kemitraan, Persepsi Petani


(4)

RIWAYAT HIDUP

AIDI SASMITA, lahir pada tanggal 29 Mei 1989 di Desa Firdaus Kec. Sei Rampah Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Anak pertama dari tiga bersaudara dari keluarga Ayahanda Poniman dan Ibunda Masita.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut. 1. Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 102019 Desa Firdaus dan

tamat tahun 2002.

2. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Sei Rampah dan tamat tahun 2005.

3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Tebing Tinggi dan tamat tahun 2008.

4. Tahun 2009 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

5. Bulan Juli 2013 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Rambung Sialang Tagah Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai.

6. Bulan Oktober s.d. Desember 2012 melakukan penelitian di Desa Tiga Panah, Kec. Tiga Panah, Kab. Karo.

Sedangkan pendidikan non formal adalah sebagai berikut :

1. Leadership Basic Training (LBT) PII Tahun 2005 di Pematang Siantar. 2. Leadership Intermediate Training (LIT) PII Tahun 2006 di Medan.


(5)

Pengalaman Organisasi penulis :

1. Sebagai Ketua Komisariat PII SMP Negeri 1 Sei Rampah Periode 2004 -2005

2. Sebagai Sekretaris Umum Pengurus Daerah PII Kab. Serdang Bedagai Periode 2007-2008

3. Sebagai Ketua Umum Pengurus Wilayah PII Sumatera Utara Periode 2009-2011.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “ PERSEPSI PETANI HORTIKULTURA TERHADAP KEMITRAAN AGRIBISNIS DENGAN PT. ALAMANDA SEJATI UTAMA(Kasus: Gapoktan Maju Bersama Desa Tiga Panah Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo).Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Lily Fauziah, M.Si. sebagai ketua komisi pembimbing.

2. Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si. sebagai anggota komisi pembimbing.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah M.S. selaku Ketua Program Studi Agribisnis FP USU dan Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec. selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis FP USU.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis khususnya dan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada umumnya.

5. Ayahanda dan ibunda tercinta Poniman dan Masita, juga kepada istri tersayang Asmaul Jannah Siregar, S.Si.sertaadik-adik tersayang Rati Sundari dan Fani Panca Sari yang telah menjadi sumber motivasi serta memberi dukungan dan do’a bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh Sahabat-sahabat Tercinta dan Kader-kader Pelajar Islam Indonesia Sumatera Utara; Kanda Usman, Wanda, Syaiful, Fahmi, Alm. Zulkhairi dan


(7)

Adinda Ahaddin, Ali, Sofian, Rado, Harwan, Fida, Uni, Utiya, Herni, Sulastri, Desi serta seluruh jajaran PW PII Sumut periode 2013-2015.

7. Para responden yang telah memberikan waktu dan kesediaan diri dalam membantu penulis selama melakukan penelitian.

8. Seluruh teman-teman penulis selama menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis khususnya Rhemo, Yudi, Nopri, Sara, Yati, Fika, Firman dan Rhoma. Serta segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama penulis menempuh pendidikan dan menyusun skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis ucapkan terima kasih dan berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan.

Medan, Maret 2014


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 4

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 6

Tinjauan Pustaka ... 6

Landasan Teori ... 11

Kerangka Pemikiran ... 16

Hipotesis Penelitian ... 17

METODE PENELITIAN ... 18

Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 18

Metode Penentuan Sampel ... 19

Metode Pengumpulan Data ... 20

Metode Analisis Data ... 21

Definisi dan Batasan Operasional ... 25

Definisi ... 25

Batasan Operasional... 25

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL ... 26

Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah Desa Penelitian ... 26

Tata Guna Tanah ... 26

Keadaan Penduduk ... 27

Karakteristik Petani Sampel ... 28


(9)

PT. Alamanda Sejati Utama ... 30

Sejarah kemitraan Agribisnis ... 30

Komoditi Ekspor Hortikultura ... 31

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

Kinerja Kemitraan Agribisnis di Daerah Penelitian ... 32

Persepsi Petani Terhadap Kemitraan Agribisnis di Daerah Penelitian ...41

KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

Kesimpulan ... 43

Saran ... 43

Saran Kepada Pemerintah ... 43

Saran Kepada Nelayan... 43

Saran Kepada Peneliti Selanjutnya ... 44 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal.

1. Perkembangan Volume Dan Nilai Ekspor Komoditi Sayur-Mayur Dan Buah-Buahan Dipropinsi Sumatera Utara Tahun

2009 S/D 2011... 2

2. Kuota Volume EksporHortikulturadari Gapoktan Mitra dalam Satu Minggu... 18

3. Proporsi Sampel Penelitian... 20

4. Indikator Kinerja Kemitraan Agribisnis di Daerah Penelitian... 21

5. Skor Pelaksanaan Kegiatan Kemitraan Agribisnis... 22

6. Pernyataan Positif dan Negatif untuk Pengukuran Skala Likert... 23

7. Batas Wilayah Daerah Penelitian... 26

8. Keadaan Tata Guna Tanah di Desa Tiga Panah... 26

9. Komposisi Penduduk Umur >10 Tahun di Daerah Penelitian Menurut Status Pekerjaan... 27

10. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian... 27

11. Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian... 28

12. Data Kelompok Tani Anggota Gapoktan Maju Bersama... 29

13. Penilaian Kinerja Kemitraan Agribisnis di Daerah Penelitian... 32

14. Hasil Tranformasi Nilai Kinerja Kemitraan Agribisnis Pada Indikator Context (Konteks)... 34

15. Hasil Transformasi Nilai Kinerja Kemitraan Agribisnis Pada Indikator Input (Masukan)... 35

16. Hasil Transformasi Nilai Kinerja Kemitraan Agribisnis Pada Indikator Process (Proses)... 36

17. Hasil Transformasi Nilai Kinerja Kemitraan Agribisnis Pada Indikator Product (Hasil)... 37


(11)

18. Hasil Tranformasi Nilai Kinerja Kemitraan Agribisnis antara PT. Alamanda Sejati Utama dengan Gapoktan Maju Bersama di Desa Tiga Panah... 38 19. Persepsi Petani Terhadap Kemitraan Agribisnis yang Sedang


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal.

1. Skema Kerangka Pemikiran Prsepsi Hortikultura Terhadap KemitraanAgribisni... 17


(13)

DAFTAR SINGKATAN

No. Singkatan Kata

1. Gapoktan : Gabungan Kelompok Tani 2. Ha : Hektoare

3. SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah 4. CIPP : Context, Input, Process, product

5. MoU : Memorandum of Understanding


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Karakteristik Petani sampel

2. Skor Indikator Kinerja Kemitraan Agribisnis 3. Indikator Kinerja Kemitraan Agribisnis 4. Interpretasi Skor Persepsi Petani Responden


(15)

ABSTRAK

AIDI SASMITA (090304112) dengan judul skripsi “PERSEPSI PETANI HORTIKULTURA TERHADAP KEMITRAAN AGRIBISNIS DENGAN PT. ALAMANDA SEJATI UTAMA (Kasus: Gapoktan Maju Bersama Desa Tiga Panah Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo)” yang dilakukan pada Bulan Oktober s.d. Desember 2013 dan dibimbing oleh Ibu Ir. Lily Fauziah, M.Si dan Bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja kemitraan agribisnis antara Gapoktan Maju Bersama dengan PT. Alamanda Sejati Utama, untuk mengetahui persepsi petani hortikultura terhadap kemitraan agribisnis di daerah penelitian.

Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan tertentu.Penarikan sampel dilakukan dengan Metode Simple

Random Sampling, yaitu sampel diambil secara acak sebanyak 53 sampel dari

populasi petani sebesar 114 orang.Metode analisis yang digunakan adalah Metode CIIP dan Skala Likert.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja kemitraan agribisnis antara gapoktan Maju Bersama dengan PT. Alamanda Sejati Utama berjalan cukup baik dengan ketercapaian penilain seluruh komponen indikator CIPP sebesar 66,55 %.. Mayoritas persepsi petani terhadap kemitraan agribisnis yang sedang berlangsung adalah positif, yaitu sebanyak 31 orang dengan persentase sebesar 58,49 % sedangkan petani yang memiliki persepsi negatif adalah sebanyak 22 orang dengan persentasi sebesar 41,51 %, artinya persepsi petani hortikultura terhadap kemitraan agribisnis antara Gapoktan Maju Bersama dengan PT. Alamanda Sejati Utama menunjukkan pandangan yang positif.

Kata Kunci : Hortikultura, Gapoktan Maju Bersama, Kinerja Kemitraan, Persepsi Petani


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Selama kurun waktu tahun 80-an Indonesia tercatat sebagai negara pemasok holtikultura ke Singapura.Namun beberapa tahun belakangan pasokan tersebut kian menurun. Untuk meningkatkan kembali volume ekspor holtikultura Indonesia ke Singapura, pemerintah Republik Indonesia pun mengambil langkah-langkah strategis. Berawal dari pertemuan Presiden Republik Indonesia dengan perdana mentri Singapura pada Mei 2010, disepakati beberapa hal antara lain peningkatan pangsa pasar buah dan sayur Indonesia dan Singapura kembali menjadi 30%. Langkah-langkah yang ditempuh antara lain membentuk Indonesia – Singapore Agribusiness

Working Group (Dirjend. PPHP Kementan, 2012).

Dan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara sebagaimana terlihat pada Tabel 1 menunjukkan bahwa penurunan volume ekspor hortikultura Sumatera Utara hanya terjadi pada jenis sayur selama rentang waktu 2009-2011. Bersamaan dengan itu justru volume ekspor buah Sumatera Utara mengalami peningkatan yang sangat signifikan.Di Sumatera Utara ada tiga daerah yang menjadi suplyerproduk holtikultura ekspor yakni Kabupaten Karo, Simalungun dan Deli Serdang.Khusus produksi sayuran dataran tinggi daerah produksinya adalah Kabupaten Karo dan Simalungun.Adapun data perkembangan nilai dan volume ekspor hortikultura provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(17)

Table 1. Perkembangan Volume Dan Nilai Ekspor Komoditi Sayur-Mayur Dan Buah-Buahan Dipropinsi Sumatera Utara Tahun 2009 S/D 2011

No Komoditi

Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Volume Nilai Volume Nilai Volume Nilai

(Kg) (US $) (Kg) (US $) (Kg) (US $) 1 Sayur – Mayur 32.747.779 9.529.100 33.179.408 9.366.960 24.876.482 7.879.961

a. Kentang 5.787.519 1.997.174 6.162.105 2.169.319 4.781.430 2.081.861 b. Tomat 516.227 338.005 602.538 514.062 674.844 638.375 c. Bawang merah 515.339 79.328 9.352 2.267 79.697 14.51 d. Bawang daun - - 992 496 - - e. Kubis/kol bunga 25.039.505 6.857.727 24.390.208 6.074.696 17.614.898 4.609.576 f. wortel 1.091 173 5.112 1.284 - - g, Selada - - 99.516 83.258 85.819 93.078 h. Mentimun 46.345 34.129 48.026 41.311 57.664 51.532 i. Asparagus 646 379 - - 148 489 j. Bawang Bombai - - - - k. Sayuran segar lain 841.107 222.586 1.861.563 480.303 1.580.650 390.54

2 Buah- Buahan 1.127.123 524.498 2.384.945 980.428 3.485.545 1.985.222

a. Alpukat 83.6 52.199 93.899 64.702 124.449 80.051

b. Guavas - - - -

c. Jeruk 164 63 2.123 1.33 984 1.313 d. Jeruk Lemon 220.205 122.275 122.953 30.78 63.548 48.384 e. Mangga 900 500 261.739 155.03 218 18 F. Mangis 822.234 349.462 103.364 37.046 1.408.067 836.819

g. Pisang - - - -

h. Anggur - - - -

i. StrauBery - - - - j.Buah segar tropical - - 1.800.867 691.54 1.888.279 1.018.637

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara Tahun 2011

Untuk menindak lanjuti pembentukan Indonesia-Singapura

Agribusiness Working Group, pemerintah melakukan ekselerasi ekspor

holtikultura khusus ke Singapura.Bagian dari kegiatan ini adalah pembinaan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Indonesia juga menghadirkan pihak swasta yang akan menjadi mitra petani anggota Gapoktan yang bertindak sebagai eksportir. Dengan kata lain dalam upaya peningkatan kualitas dan kuantitas produk holtikultura ekspor pemerintah memfasilitasi petani (melalui Gapoktan) dengan eksportir dalam sebuah sistem kemitraan agribisnis.


(18)

Di Kabupaten Karo ada lima Gapoktan yang menjalin kemitraan agribisnis. Kemitraan tersebut dijalin kepada dua perusahaan swasta yakni PT. Horti Jaya Lestari dan PT. Alamanda Sejati Utama.Namun khusus untuk memenuhi kebutuhan ekspor dengan Negara tujuan Singapura yang menjadi mitra petani hanya PT. Almanda Sejati Utama tersebut.Salah satu Gapoktan yang bermitra dengan PT. Alamanda tersebut adalah Gapoktan Maju Bersama yang berada di Desa Tiga Panah Kecamatan Tiga Panah.

Terobosan pemasaran perdagangan produk sayuran melalui peningkatan ekspor buah dan sayur sangat menguntungkan petani karena bisa menguntungkan petani karena bisa memberikan jaminan kepastian pasar bagi produk sayuran dan buah petani.Hal itu diungkapkan Menteri Pertanian Suswono di sela kunjungan lapangan ke lahan tanaman sayuran ekspor di Kecamata Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Rabu (2/3/2011).Kunjungan dilakukan menyusul pelaksanaan launchingekspor perdana sayuran ke Singapura. Menurut Suswono, dengan ekspor dan kerja sama pemasaran dengan eksportir, harga sayur dan buah petani bisa lebih stabil. Selain itu kepastian pasar juga diperoleh setelah ada kerja sama pemasaran antara petani dan eksportir sayur ke Singapura, yaitu PT. Hartijaya Lestari dan PT. Alamanda. Penandatanganan kontrak dagang pemasaran sayuran untuk ekspor ke Singapura antara Gabungan Kelompok Tani Mitra Tani Hortijaya Lestari juga Gapoktan Dolok Meriah di Kabupaten Simalungun dan Gapoktan Maju Bersama dengan PT. Alamanda Sejati Utama dilakukan di pendopo Kabupaten Karo. Penandatanganan kontrak disaksikan Menteri Pertanian Suswono (Kompas, 2011).


(19)

Untuk mengukur kinerja pelaksanaan program kemitraan agribisnis perlu dilakukan penelitian tersendiri sesuai dengan kaidah-kaidah keilmuan.Penelitian tersebut dapat dilakukan oleh semua pihak, baik pemerintah, lembaga pendidikan, lembaga penelitian, maupun pihak lainnya.Sebagaimana semestinya, program kemitraan agribisnis yang dilakukan antara Gapoktan Maju Bersama dengan PT. Alamanda Sejati Utama adalah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani anggota Gapoktan.Karenanya perlu dilakukan penelitian bagaimana persepsi petani terhadap program kemitraan tersebut.Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan perbaikan pada pola kemitraan yang dijalin mengingat belum pernah dilakukan penelitian mengenai persepsi petani seperti ini sebelumnya. 1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat diidentifikasikan beberapa masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana kinerja kemitraan Gapoktan Maju Bersama dengan PT. Alamanda Sejati Utama?

2. Bagaimana persepsi petani mitra terhadap kinerja kemitraan petani sayuran ekspor dengan PT. Alamanda Sejati Utama?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kinerja kemitraan Gapoktan Maju Bersama dengan PT. Alamanda Sejati Utama

2. Untuk mengetahui persepsi petani mitra terhadap kinerja kemitraan Aribisnis dengan PT. Alamanda Sejati Utama


(20)

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitiian ini diharapkan dapat digunakan:

1. Sebagai bahan evaluasi bagi petani yang bermitra dan perusahaan eksportir selaku mitra petani dalam perbaikan pola kemitraan

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah untuk menetapkan kebijakan yang tepat

3. Sebagai bahan kajian bagi peneliti selanjutnya dalam mengembangkan wawasan dan keilmuan.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Persepsi

Rakhmat (2001), mendefinisikan persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Dengan kata lain persepsi ialah memberikan makna pada rangsangan indrawi. Selaras dengan itu, diungkapkan oleh (Alkinson et al, 2001), persepsi adalah suatu penelitian tentang kita mengintegrasikan sensasi ke dalam perceptotak, dan kita selanjutnya menggunakan perceptitu untuk mengenali dunia (perceptsadalah hasil dari proses perceptual). Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya yang kemudian akan diteruskan kepusat susunan syaraf otak. Hal ini akan menimbulkan proses psikologis sehingga individu akan menyadari apa yang ia lihat, ia dengar dan sebagainya.

2.1.2 Petani

Soejidno dalamMardikanto (2005) menyatakan bahwa selaras dengan pengertiannya yang menjadi sasaran penyuluhan pertanian terutama adalah petani pengelola usahatani dan keluarganya, yaitu bapak tani, ibu tani, dan pemuda/pemudi atau anak-anak petani.

Menurut Samsudin (1982), yang disebut petani adalah mereka yang untuk sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian, menguasai suatu


(22)

cabang atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan sendiri, baik dengan tenaga sendiri maupun tenaga bayaran. Menguasai sebidang tanah dapat diartikan pula menyewa, sebagai hasil atau beruapa memiliki tanah sendiri. Disamping menggunakan tenaga sendiri ia dapat menggunakan tenaga kerja yang bersifat tidak tetap.

Petani sebagai sector pertanian memiliki berbagai masalah di dalam melaksanakan usahataninya. Secara umum, masalah tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:

1. Masalah sumberdaya manusia

Sebagian besar petani didalam mengembangkan usahataninya dengan cara melihat petani lain yang telah berhasil. Mereka sangat hati-hati di dalam menerapkan inovasi baru karena mereka sangat takut dengan resiko gagal.Tanpa ada contoh yang telah berhasil petani sangat rentan untuk merubah usahataninya.

2. Masalah ilmu pengetahuan dan teknologi

Sebagian besar petani masih berpendidikan Sekolah Dasar (SD) dan hanya sebagian kecil berpendidikan lanjutan.Pada umumnya keterampilan bercocoktanam mereka peroleh dari orang tuanya serta pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari usahataninya.

3. Maslah modal usahatani

Masalah keterbatasan modal usahatani merupakan masalah yang mendasar bagi petani.Sebagian besar petani memperoleh modal usaha dari kekayaan keluarga stau meminjam.


(23)

Pada saat panen raya suplay gabah meningkat sedangkan penawaran terbatas, sarta petani tidak memliki sarana penjemuran.Petani terkadang tidak memiliki pilihan untuk menjual gabahnya dengan harga layak atau harga yang lebih baik (Patiwiri, 2007).

2.1.3 Gapoktan

Menurut Syahyuti (2007) Gapoktan adalah gabungan dari beberap kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usaha tani bagi anggotanya dan bagi petani lainnya.Pengembangan Gapoktan dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan eksesibilitas petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, lembaga pemasaran, lembaga penyedia sarana produksi petani serta sumber informasi.Pada prinsipnya, lembaga Gapoktan diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi, namun diharapkan juga mampu menjalankan fungsi-fungsi lainnya serta memiliki peran penting terhadap pertanian.

Departemen Pertanian (2008) mendefenisikan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai kumpulan dari beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efesiensi usaha. Kelompok tani yang ada dalam satu wilayah administrasi desa atau yang berada dalam satu wilayah aliran imigrasi petak pengairan terseir.

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan organisasi petani di pedesaan yang dibentuk secara musyawarah dan mufakat untuk meningkatkan skala ekonomi dan efesiensi usaha. Gapoktan dibentuk atas dasar: (1) kepentingan yang sama di antar para anggota; (2) berad apda kawasan usaha tani yang menjadi


(24)

tanggung jawab bersama di antaraa para anggota; (3) mempunyai kader pengelola yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani; (4) memiliki kader atau pemimpin yang diterima oleh petani lainnya; (5) mempunyai kegiatan yang dapat dirasakan mafaatnya oleh sebagian besar anggotanya, dan (6) adanya dorongan atau motifasi dari tokoh masyarakat setempat (Deptan, 2010).

2.1.4Hortikultura

Kata hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa latin, yakni hortusyang berarti kebun dan colere yang berarti menumbuhkan (terutama sekali mikroorganisme) pada suatu medium buatan. Secara harfiah hortikultura berarti ilmu yang memepeljari pembudidayaan tanaman kebun.Akan tetapi pada umumnya para pakar mendefenisikan hortikultura sebagai ilmu yang mempelajari budidaya tanamn sayuran, buah-buahan, bunga-bungaan, atau tanaman hias.

Dengan masuk dan menetapnya orang-orang Eropa ke Indonesia, maka dikembangkanlah

sayuran dataran tinggi, seperti tomat, kentang, kubis, wortel dan lain-lain; serta juga bunga-bunga khas Eropa, seperti mawar, gladiol, anyelir dan gerbana. Pengembangan tanaman tersebut engterdapat di Indonesia terutama di Bandung (Pangalengan dan Lembang),Wonosobo (Dieng), Yogykarta (Kaliurang), Semarang ( Bandung dan Kepong), Malang (Punten dan Pujon), Tengger (Nangkajajar, Tosari dan Ngadisari), Sulawesi Selatan (Malino), Bali (Badugul), Karo (Brastagi) (Zulkarnain, 2009).


(25)

2.1.5Kemitraan

Konsep kemitraan agribisnis yang berkembang di Indonesia memiliki berbagai tipe.Adapun tipe yang umum dilakukan sebagaimana dikemukakan Soemardjo, dkk.(2004) sebagai berikut.

1. Tipe dispersal

Dispersal berasal dari kata asal dispersi yang artinya tersebar. Dalam hal ini tipe dispersal dapat diartikan sebagai pola hubungan antar pelaku uaha yang satu sama lain tidak memiliki ikatan formal yang kuat. Tipe dispersal dicirikan tidak adanya hubungan organisasi fungsional di antara setiap tingkatan usaha pertanian hulu dan hilir.Jaringan agribisnis hanya terikat pada mekanisme pasar, sedangkan antar pelakunya bersifat tidak langsung dan impersonal sehingga setiap pelaku agribisnis hanya mementingkan diri sendiri.Dalam kondisi tersebut, pelaku tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka saling membtuhkan.

Pada kemitraan tipe dispersal, pihak pengusaha lebih kuat dibandingkan produsen.Pihak pengusah ini sangat berperan dalam berhubungan dengan produsen yang lemah.Akan tetapi hubungan yang terjadi antara kedua belah pihak tidak sinergis dan tidak berkesinambungan karena tidak bersifat kemitraan.Kondisi seperti itu menimbulkan kesenjangan dalam system bisnis hulu dan hilir.Kesenjangan yang terjadi berupa informasi tentang mutu, harga, teknologi dan akses permodalan.Dengan demikian, pemodal kuat yang umumnya berwawasan luas, lebih berpendidikan dan telah berperan di subsistam hilir menjadi diuntungkan oleh berbagai kelamahan pengusaha kecil sebagai produsen.


(26)

2. Tipe sinergis dan saling menguntungkan

Tipe ini berbasis pada kesadaran saling membutuhkan dan saling mendukung pada masing-masing pihak yang bermitra. System kemitraan seperti ini sudah mulai banyak ditemukan di daerah pedalaman kota-kota besar dan kota menengah konsep kemitraan agribisnis menjadi salah satu pilihan yang prospektif bagi perkembangan iklim bisnis yang sehat di Indonesia pada masa Yang akan datang. Hal tersebut dapat terjadi jika konsep kemitraan yang dijalankan benar-benar dapat menjembatani kesenjangan antar-subsistem dalam sistem bisnis hulu-hilir (produsen-industri pengolahan-pemasaran) maupun hulu-hulu (sesama produsen). 2.2 Landasan Teori

2.2.1 Persepsi

Dari beberapa pendapat menngenai persepsi dapat disipulkan bahwa persepsi adalah proses innformasi yang diterima oleh penginderaan kemudian diteruskan ke pusat susunan syaraf otak sehinga diperoleh suatu pemahaman/penilaian.

Perkembangan individu termasuk di dalamnya persepsi terhadap sesuatu ditentukan oleh faktor endogen dan eksogen (Walgito, 2003).Keragaman persepsi meliputi faktor personal dalamm individu berupa pendidikan, pengetahuan, pengalaman, pendapatan, luas penguasaan lahan. Adapun faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan

Tingkat pendidikan petani baik formal maupun pendidikan non formal akan mempengaruhi cara berpikir yang diterapkan pada usahataninya (Hermanto, 1991).


(27)

a. Pendidikan Formal

Pendidikan formal merupakan struktur dari suatu sistem pengajaran yang kronoologis dan berjenjang.Lembaga pendidikan mulai dari pra sekolah sampai dengan perguruan tinggi (Suhardiyono, 1992).

Pendidikan meliputi mengajar dan mempelajari pengetahuan, kelakuan yang pantas, dan kemampuan teknis.Semua itu terpusat pada pengembangan ketrampilan, ketrampilan (kejuruan) atau pekerjaan, maupun mental, moral dan estetika pertumbuhan (Schaefer and Robert, 1983).

Pendidikan dipahami untuk menjadi alat menanggulangi rintangan menuju keberhasilan lebih besar dan memperoleh kekayaan serta status sosial. Pelajar akan termotivasi untuk bercita-cita demi kemajuan dan perbaikan. Pendidikan dirasa sebagai tempat anak-anak dapat dikembangkan menurut kebutuhan dan potensi mereka.

Pendidikan formal didasarkan pada ruang kelas, disediakan oleh para guru yang dilatih. Pada umumnya, ruang kelas mempunyai anak yang sama dan guru yang sama setiap hari. Pra guru butuh untuk menemukan hal yang berhubungan dengan standart pendidikan dan menunjuk pada suatu kurikulum yang spesifik.

b. Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal adalah pengajaran sistematis yang diorganisir di luar sistem pendidikan bagi sekelompok orang untuk memenuhi keperluan khusus (Suhadiyono, 1992).


(28)

2. Pengalaman

Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman kita juga berasal dari serangkaian peristiwa yang kita alami (Rakhmat,2001).

3. Luas Penguasaan Lahan

Sebagai sumber ekonomi bagi masyarakat desa khususnya petani, luas lahan dan kondisi sawah sebagai lahan pertanian sangat menetukan produksi dan pendapatan rumah tangga petani. Sedangkan penilikan/penguasaan lahan petani di Indonesia terutama di Jawa sempit rata-rata kurang dari 0,5 Ha, sehingga tidak ekonomis dalam berusahatani (Wibowo, 2000).

4. Lingkugan Sosial

Lingkungan sosial merupakan liingkungan masyarakat dimana dalam lingkungan tersebut terdapat interaksi antara individu satu dengan lainnya (Walgito, 2003)

5. Lingkungan Ekonomi

Mardikanto (2003), mengemukakan bahwa lingkungan ekonoi terdiri dari (1) lembaga perkreditan yang harus menyediakan kredit bagi para petani kecil (2) produsen dan pengguna sarana produksi/peralatan tani (3) pedagang serta lembaga pemasaran yang lain dan (4) pengusaha/industri pengolahan hasil pertanian. 2.2.2 Kemitraan

Konsep formal kemitraan sebenarnya telah tercantum dalam Undang-undang nomor 9 tahun 1995 yang berbunyi; “Kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai dengan kemitraan dan


(29)

pengembangan yang berkelanjutanoleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan”. Konsep tersebut diperjelas dalam peraturan pemerintah nomor 44 tahun 1997 yang menerangkan bahwa untuk kemitraan yang ideal adalah adalah yang saling memperkuat, saling menguntungkan dan saling menghidupi. Tujuan kemitraan adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, meningkatkan kualitas sumberdaya kelompok mitra, peningkatan skala usaha serta menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan kelompok usaha mandiri (Soemardjo. dkk , 2004).

Menurut Jafar Hafsah (2000), beberapa jenis pola kemitraan yang telah banyak dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Pola inti plasma

Merupakan pola kemitraan diman perusahaan inti menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung, mengolah, dan memasarkan, disamping itu perusahaan inti tetap memproduksi kebutuhan perusahaan.

b. Pola subkontrak

Merupakan pola hubungan kemitraan antara mitra usaha dan kelompok mitra usaha yang memproduksi kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan sebagai bagian dari komponen produksinya.

c. Pola dagang umun

Merupakan pola hubungan kemitraan antara mitra usaha memasarkan hasil dengan kelompok usaha yang mensuplai kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan.


(30)

d. Pola keagenan

Merupakan salah satu bentuk hubungan kemitraan dimana usaha kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa dari usaha menengah atau usaha besar sebagai mitranya.

e. Waralaba

Merupakan pola kemitraan antara kelompok mitra usaha dengan perusahaan mitra usaha yang memberikan hak lisensi, merek dagang saluran distribusi perusahaannya kepada kelompok mitra usaha sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen.

2.2.3 Alat ukur penelitian

Menurut (Nazir,1999) dalam (Anonim, 2012), skala Likert telah banyak digunakan oleh para peneliti guna mengukur persepsi atau sikap seseorang. Skala ini menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh para peniliti dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Kemudian responden diminta memberikan pilihan jawaban atau respon dalam skala ukur yang telah disediakan, misalnya sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

Skala ukur tersebut pada umumnya ditempatkan berdampingan dengan pertanyaan atau pernyataan yang telah direncanakan, dangan tujuan agar responden lebih mudah mengecek maupun memberikan pilihan jawaban yang sesuai dengan pertimbangan mereka. Responden dianjurkan untuk memilih kategori jawaban yang telah diatur oleh peneliti, misalnya sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) dengan memberikan tanda silang (x) pada jawaban yang dirasa cocok.


(31)

Dalam perencanaan pnelitian item-item pertanyaan atau pernyataan pada umumnya telah dikelompokkan menurut variabel yang hendak menjadi perhatian peneliti. Dengan cara demikian ini peneliti atau pembaca lain dapat dengan mudah mengecek kebulatan instrumen yang dibuatnya. Untuk menskor skala kategori Likert, jawaban diberi bobot atau disamakan dengan nilai kuantitatif 4, 3, 2, 1, untuk empat pilhan pernyataan positif. Dan 1, 2, 3, 4 untuk pernyataan yang bersifat negatif. Peneliti dalam membuat skala Likert pada umumnya tidak hanya membatasi skala ukur dengan empat tingkatan saja, seringkali mereka membuat dengan 7, 8, maupun 9 pilihan.Di samping itu, peneliti juga dapat menggunakan pilihan ganjil, misalnya 5, 4, 3, 2, 1, atau pilihan genap seperti 4, 3, 2, 1.

2.3 Kerangka Pemikiran

Ada dua elemenpenting dalam penelitian ini, yakni petani mitra yang terkumpul dalam lembaga tani (Gapoktan) dan pihak eksportir (PT. Alamanda Sejati Utama).Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, hal penting yang menjadi tujuan penelitian ini adalah kinerja kemitraan yang terjalin diantara kedua lembaga tersebut dan persepsi petani anggota Gapoktan terhadap kemitraan itu sendiri.

Dalam penelitian ini, peneliti membagi kedua objek penelitian dalam dua kelompok yang terpisah.Kinerja kemitraan adalah bagian yang menyatu dengan kemitraan dan berhubungan langsung dengan kedua lembaga yang bermitra. Di sisi lain persepsi petani adalah bagian diluar kelompok pertama dan tidk ada hubungan langsung baik dengan kedua lembaga yang bermitra maupun dengan kemitraan itu sendiri. Peneliti mengaitkan persepsi petani dengan kinerja kemitraan.


(32)

Untuk mempermudah pemahaman penelitian ini, maka digambarkan dalam skema berikut;

Keterangan :

: Menyatakan hubungan : Menyatakan pengaruh

Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran Prsepsi Hortikultura Terhadap Kemitraan Agribisnis

2.4 Hipotesis Penelitian

1. Kinerja kemitraan antara PT. Alamanda Sejati Utama selaku eksportir dengan Gapoktan Maju Bersama terjalin baik

2. Persepsi petani mitra anggota Gapoktan Maju Bersama adalah positif Gapoktan

Maju Bersama PT.Alamanda

Sejati Utama

Kemitraan

Kinerja Kemitraan

Persepsi Petani


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian ini dilakukan secara sengaja

(purposive).Adapun dearah yang dipilih menjadi lokasi penelitian adalah Desa

Tiga Panah Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo.Di daerah terseebut terdapat Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Maju Bersama yang saat ini sedang menjalani kemitraan dengan PT. Alamanda Sejati Utama.Pemilihan Gapoktan Maju Bersama dalam penelitian ini adalah dengan pertimbangan Gapoktan Maju Bersama mendapatkan volume ekspor terbesar dari keseluruhan komoditi yang ditampung PT. Alamanda Sejati Utama sebagaimana ditunjukkan pada tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2 Kuota Volume EksporHortikulturadari Gapoktan Mitra dalam Satu Minggu

Sumber :Arsip Gapoktan Maju Bersama 2012

No Nama Gakoptan

Contact Person

Alamat Komoditi Volume Ekspor (Ton) Waktu Panen Mitra Ekspor 1 Sada

Perarih Janni Sembiring Desa Sukanalu Kec. Barus jahe 1.Kentang 2.Kubis 5,0 5,0 Rotasi Perminggu Sda PT.Alamanda Sejati Utama Sda

2 Lalu Dimbo Simacem Matius Trigon Desa Bunuraya Kec. Tiga panah 1.Kubis 2.Kentang 5,0 5,0 Sda Sda Sda Sda

3 Tani Maju Persadaan Sembiring Desa Dokan Kec. Merek 1.Kubis 2.Kentang 3.Terong 4.Lobak 3,0 2,0 1,0 1,0 Sda Sda Sda Sda Sda Sda Sda Sda

4 Maju Bersama Sakti Kemit Desa Tiga panah 1.Kubis 2.Terong 3.Lobak 10,0 1,0 4,0 Sda Sda Sda Sda Sda Sda


(34)

3.2 Metode Penentuan Sampel

Penarikan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling, yaitu dengan membagi secara proporsional kuota sampel dari setiap kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan Maju Bersama kemudian melakukan penarikan secara acak.Dalam menggunakan Teknik Samplinng Random Sederhana ini ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, sebagaimana dikemukakan oleh Singarimbun dan Effendy (1989). Antara lain:

1. Harus tersedia kerangka sampling atau memungkinkan untuk dibuatkan kerangka samplingnya (dalam kerangka sampling tidak boleh ada unsur sampel yang dihitung dua kali atau lebih).

2. Sifat populasinya harus homogen, jika tidak, kemungkinan akan terjadi bias. 3. Ukuran populasinya tidak tak terbatas, artinya harus pasti berupa ukuran populasinya.

4. Keadaan populasinya tidak terlalu tersebar secara geografis.

Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini digunakan rumus Slovin (Sevilla et. al., 1960:182), sebagai berikut:

n = �

1+��2

Dimana;

n : jumlah sampel N : jumlah populasi

e : batas toleransi kesalahan (error tolerance), dinyatakan dalam persen.

Ukuran menggunakan rumus ini, pertama ditentukan berapa batas toleransi kesalahan.Batas toleransi kesalahan ini dinyatakan dengan persentase.Semakin kecil toleransi kesalahan, semakin akurat sampel mengggambarkan populasi.


(35)

Dalam penelitian ini batas toleransi kesalahan yang digunakan adalah 10% (e = 0,10) atau dengan tingkat akurasi 90%. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 114 orang petani.Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Proporsi Sampel Penelitian

No. Nama Kelompok Tani Anggota (Populasi)

Luas Lahan

(Ha) Sampel

1 Kelompok Tani Sempakata 35 29 14

2 Kelompok Tani Harapan

Jaya

20 16 10

3 Kelompok Tani Subur

Cahaya

25 21,5 11

4 Kelompok Tani

Sepenggejapen

17 13 8

5 Kelompok Tani Sue Arih 22 20 10

JUMLAH 114 109,5 53

Sumber : Diolah dari Arsip Gapoktan Maju Bersama, 2013

Dari tabel diatas diketahui jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 53 petani yang diperoleh berdasarkan perhitungan Slovin sebagai berikut:

n = 114 1+114 (0,10)2 n = 114

2,14

n = 53,2 (dibulatkan menjadi 53 sampel). 3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.Data primer diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan serta wawancara kepada para petani angggota Gapoktan yang menjalin kemitraan dengan menggunakan kuisioner yang telah diiapkan sebelumnya.Data skunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengann penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik (BPS) serta literatur pendukung lainnya.


(36)

Untuk permasalahan pertama diselesaikan secara deskriptif menggunakan model CIPP (context, input, process, product) dan memberikan pertanyaan kepada petani yang bermitra mengenai pelaksanaan kemitraan agribisnis di daerah penelitian.Pelaksanaan kemitraan agribisnis di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Indikator Kinerja Kemitraan Agribisnis di Daerah Penelitian

No Model CIPP Indikator Kinerja

1. Context 1. Perencanaan pemenuhan kuota ekspor hortikultura

ke Singapura

2. Perencanaan pelaksanaan kemitraan agribisnis antara petani melalui Gapoktan dengan eksportir

3. Perencanaan pembangunan sarana penunjang

kemitraan (Packing House)

4. Perencanaan manajemen dan percepatan

pemanfaatan Packing house

2 Input 1. Kesiapan Gapoktan dan koptan dalam kegiatan

kemitraan agribisnis

2. Pembangunan Packing house

3. Pendampingan (pengawalan) Gapoktan dalam

pelaksanaan kemitraan Agribisnis

4. Penyuluhan dan pelatihan yang diberikan oleh

penyuluh pertanian lapangan

3. Process 1. Kinerja petani dan Gapoktan dalam memenuhi kuota

produksi mingguan

2. Kinerja petani dalam meningkatkan kualitas produk pertanian sesuai standar yang ditetapkan

3. Kinerja pengoperasian Packing housesesuai dengan rencana yang ditetapkan

4. Kinerja penerimaan dan penyaluran produk

hortikultura yang dihasilkan petani

4. Product 1. Peningkatan pendapatan usahatani hortikultura

setelah memanfaatkan kegiatan kemitraan agribisnis

2. Perubahan kemampuan Gapoktan dalam mengelola

hasil produksi hortikultura

3. Kemampuan petani dalam meningkatkan produksi

pertanian berorientasi ekspor

4. Kepuasan petani dalam perluasan pasar produk

pertanian melalui program kemitraan agribisnis. Sumber : Diolah berdasarkann teori yang dibangun

Berdasarkan Tabel 4 dibuat pertanyaan kepada petani sampel yang melakukan kegiatan kemitraan agribisnis di daerah penelitian, kemudian jawaban dari petani sampel diskorsingkan berdasarkan pembeerian skor atas pelaksanaan


(37)

kegiatan penunjanng agribisnis. Untuk mengetahui hasil penjumlahan seluruh skor dari masing-masing indikator CIPP (context, input, process, product) dalam pelaksanaan kegiatan penunjang agribisnis, dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Skor Pelaksanaan Kegiatan Kemitraan Agribisnis

No Model CIPP Jumlah

Parameter

Skor* Rentang

1 Context 4 1-3 4-12

2 Input 4 1-3 4-12

3 Process 4 1-3 4-12

4 Product 4 1-3 4-12

Total 16 16-48

Sumber : Diolah berdasarkann teori yang dibangun *Keterangan skor dapat dilihat pada lampiran 2

Hasil penelitian menghasilkan skor yang terdiri dari tiga variasi skor.Skor 1 menyatakan kinerja kurang baik, skor 2 menyatakan kinerja cukup baik, dan skor 3 menyatakan kinerja baik. Dari akumulasi skor tersebut akan ditentukan bagaimana pelaksanaan kegiatan kemitraan agribisnis di daerah penelitian. Akumulasi skor pelaksanaan kegiatan kemitraan agribisnis berada di antara 16-48 dengan 3 kriteria penilaian. Maka penilaian kegiatan kemitraan agribisnis dapat dikategorikan sebagai berikut :

38-48 = Kinerja baik 27-37 = Kinerja cukup baik 16-26 = Kinerja kurang baik

Untuk masalah kedua yaitu untuk mengetahui persepsi petani terhadap kemitraan yang sedang berlangsung dengan PT. Alamanda Sejati Utama digunakan metode deskriptif berdasarkan 2 (dua) parameter. Parameter pertama adalah persepsi positif dan parameter kedua adalah persepsi negatif. Adapun pernyataan positif dan negatif tersebut dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini: Tabel 6. Pernyataan Positif dan Negatif untuk Pengukuran Skala Likert


(38)

No Pernyataan Muatan

1 Tidak ada yang istimewa ketika petani bisa bermitra dengan eksportir (N) 2 Pelaksanaan kemitraan tidak berpengaruh terhadap pendapatan petani (N) 3 Kemitraan dapat menjadi alternatif menyelesaikan permasalahan

petani

(P) 4 Tidak semua petani menyukai dijalinnya kemitraan agribisnis dengan

eksportir

(N) 5 Petani lebih suka menjual hasil pertaniannya ke pasar tradisional

daripada ke eksportir

(N) 6 Eksportir membeli hasil panen petani dengan harga yang lebih tinggi (P) 7 Produk yang dikirim ke eksportir adalah produk terbaik yang

dihasilkan petani

(P)

8 Eksportir selalu menerima hasil panen yang dipasok petani (P)

9 Harga yang diterima petani dari eksportir tidak lebih besar dari pedagang local

(N) 10 Kemitraan agribisnis adalah terobosan terbaru dalam bidang pertanian (P) 11 Petani merasa bangga hasil pertaniannya dapat dipasarkan sampai ke

luar negeri

(P)

12 Ketentuan produk yang diberikan eksportir menyulitkan petani (N)

13 Petani mengharapkan kemitraan agribisnis ini terus berlanjut (P)

14 Dalam proses produksi, eksportir selalu aktif memantau perkembangan produksi di lahan

(P) 15 Petani senang bermitra dengan perusahaan eksportir yang saat ini

menjadi mitra petani

(P)

16 Tidak banyak petani yang mampu melakukan kegiatan kemitraan (N)

17 Pemerintah turut banyak berperan dalam proses kemitraan yang sekarang sedang terjalin antara petani dan eksportir

(P) 18 Kegiatan kemitraan mampu mengembangkan pertanian di kabupaten

Karo.

(P)

Keterangan :

N

: untuk pernyataan negatif dan

P

: untuk pernyataan positif

Pemberian skor pada setiap pilihan jawaban sebagai berikut: • Untuk pernyataan positif : Sangat Setuju (SS) = 4

: Setuju (S) = 3

: Ragu-ragu (R) = 2 : Tidak Setuju (TS) = 1 : Sangat Tidak Setuju = 0


(39)

• Untuk pernyataan negatif : Sangat Setuju (SS) = 0

: Setuju (S) = 1

: Ragu-ragu (R) = 2 : Tidak Setuju (TS) = 3 : Sangat Tidak Setuju = 4 Sedangkan untuk mengukur skala Likert tersebut digunakan rumus;

Dimana; T : Skor standar x : Skor responden

s : deviasi standart kelompok kriteria uji;

Apabila T ≥ 50 maka sikap positif

Apabila T < 50 maka sikap negatif (Muller, 1992)

Berdasarkan uji T tersebut dapat diketahui bagaimana persepsi petani terhadap program kemitraan yang terjalin antara Gapoktan Maju Bersama dengan PT. Alamanda Sejati Utama.Jika persepsi petani bernilai positif maka program kemitraan sudah berjalan dengan baik.

3.5 Defenisi dan Batasan Operasi 3.5.1 Defenisi

1. Hortikultura adalah sub sektor dari pertanian yang meliputi sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman hias..

T = 50 + 10 �x−x� s �


(40)

2. Indonesia – Singapore Agribusiness Working Group adalah bentuk kerja sama bilateral antara Indonesia dan Singapura terkait dengan ekspor-impor pertanian.

3. Ekspor adalah memasarkan produk (pertanian) hingga ke kawasan di luar sentra produksi (luar negeri).

4. Eksportir adalah pihak atau lembaga yang melakukan kegiatan penyaluran produk pertanian.

5. kemitraan agribisnis adalah bentuk kerjasama usaha antar dua pihak atau lebih dalam peningkatan produktivitas, efektivitas dan efisiensi.

6. Petani mitra adalah petani yang menjalin kemitraan agribisnis dengan pihak lain.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Daerah penelitian di Desa Tiga Panah Kecamatan Tiga Panah Kabupaten karo

2. Waktu penelitian di adakan pada bulan April s/d Juni 2013

3. Kemitraan Agribisnis adalah yang terjalin antara Gapoktan Maju Bersama dengan PT. Alamanda Sejati Utama (eksportir)

4. Dalam penelitian ini hortikultura dibatasi hanya untuk komoditi yang akan diekspor ke Singapura

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah Desa Penelitian

Desa Tiga Panah di Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Propinsi Sumatera Utara terletak pada ketinggian 1192 meter di atas permukaan laut.Desa


(41)

Tiga Panah adalah ibukota kecamatan dan memiliki jarak 0 Km. dari ibukota kabupaten. Adapun batas wilayah daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 7 berikut:

Tabel 7.Batas Wilayah Daerah Penelitian

No Batas Wilayah Nama Daerah Pembatas

1 Sebelah Utara Desa Kutabale

2 Sebelah Selatan Kecamatan Barus Jahe

3 Sebelah Barat Desa Suka

4 Sebelah Timur Desa Mulawari

Sumber: Data Monografi Desa Tiga Panah Tahun 2011

4.2 Tata Guna Tanah

Pola Penggunaan Tanah Desa Tiga Panah secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.

Tabel 8. Keadaan Tata Guna Tanah di Desa Tiga Panah No Jenis Penggunaan Tanah

Tanah Yang digunakan Luas (Ha) Persentase (%) 1 2 Tanah Kering Sawah 196 0 65.33 0.00

3 Bangunan/Pekarangan 10 3.33

4 Lainnya 94 31.33

Jumlah 300 100

Sumber: Data Monografi Desa Tiga Panah Tahun 2011

Tabel 8 menunjukkan bahwa keadaan tata guna tanah di Desa Tiga Panah sebagian besar adalah untuk penggunaan tanah kering yaitu sebesar 196 Ha.(65.33%).Keadaan data menunjukkan bahwa pertanian di desa penelitian adalah lahan kering.

4.3 Keadaan Penduduk

4.3.1 Komposisi penduduk menurut umur

Jumlah Penduduk Desa Tiga Panah Tahun 2012 adalah 2977 Jiwa dengan perincian laki-laki 1477 Jiwa (49.61%) dan perempuan 1500 Jiwa (50.39%). Data

2 6


(42)

diperoleh dari Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2012.Gambaran penduduk menurut kelompok umur pada desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Komposisi Penduduk Umur >10 Tahun di Daerah Penelitian Menurut Status Pekerjaan

No

Status Pekerjaan Umur >10 Tahun

Penduduk Desa Jumlah

(jiwa)

Persentase (%)

1 Bekerja 2540 93.69

2 Tidak Bekerja 171 6.31

Total 2711 100

Sumber: Data Monografi Desa Tiga Panah Tahun 2011

Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah penduduk desa Tiga Panah menurut kelompok umur >10 tahun yang bekerja adalah sebanyak 2540 Jiwa (93.69%). Hal ini menandakan bahwa usia produktif cukup banyak tersedia di daerah penelitian.

4.3.2 Komposisi penduduk menurut mata pencaharian

Sebahagian besar mata pencaharian masyarakat di desa Tiga Panah adalah dalam bidang pertanian.Hal ini dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah ini.

Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Lapangan Pekerjaan Penduduk Desa Tiga Panah Jumlah

(jiwa)

Persentase (%)

1 Bertani 1515 59.65

2 PNS/ABRI/BUMN 381 15.00

3 Industri 9 0.35

4 Lainnya 635 25.00

Jumlah 2540 100

Sumber: Data Monografi Desa Tiga Panah Tahun 2011

Tabel 10 menunjukkan bahwa komposisi penduduk yang terbesar menurut mata pencaharian di desa penelitian adalah sebagai petani yakni sebanyak 1515 jiwa (59.65%).


(43)

Adapun Karakteristik petani sampel dalam penelitian ini meliputi; penguasaan lahan, umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan pengalaman bertani.Karakteristik petani sampel dapat diliahat dari Tabel 11 di bawah ini. Tabel 11. Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian

No Karakteristik Range Rataan

Luas Lahan (Ha) 0.25-2 0.87

Umur (Tahun) 37-71 52.28

Tingkat Pendidikan (Tahun) 6-16 10.89

Jumlah Tanggungan (Jiwa) 2-6 3.43

Pengalaman Bertani (Tahun) 8-33 20.34

Sumber : Data diolah dari Lampiran 1

Tabel 11 menunjukkan bahwa rataan luas lahan untuk usaha tani hortikultura dari petani sampel adalah 0.87 Ha.dengan range 0.25-2 Ha. Umur rata-rata petani sampel adalah 52.28 tahun, dan ini masih digolongkan kepada umur produktif.

Masih dari Tabel 11, kita melihat bahwa tingkat pendidikan rata-rata petani adalah 10.89 Tahun dengan range 6-16 Tahun. Hal ini mengisyaratkan bahwa wawasan berfikir di desa penelitian sudah semakin baik.

Rata-rata jumlah tanggungan petani adalah 3.43 dengan range sebesar 2-6 jiwa. Dan rata-rata pengalaman bertani petani sampel di daerah penelitian adalah 20.34 Tahun dengan range sebesar 8-33 Tahun. Dapat diasumsikan bahwa petani di daerah penelitian adalah petani berpengalaman.

4.5 Gapoktan Maju Bersama

Gapoktan Maju Bersama adalah Gabungan dari lima Kelompok Tani yang berada di Desa Tiga Panah Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo. Adapun kelima Kelompok Tani Tersebut dapat di lihat pada Tabel 12 di bawah ini.


(44)

No. Nama Kelompok Tani Anggota (Populasi)

Luas Lahan (Ha)

1 Kelompok Tani Sempakata 35 29

2 Kelompok Tani Harapan

Jaya

20 16

3 Kelompok Tani Subur

Cahaya

25 21,5

4 Kelompok Tani

Sepenggejapen

17 13

5 Kelompok Tani Sue Arih 22 20

JUMLAH 114 109,5

Sumber : Diolah dari Arsip Gapoktan Maju Bersama, 2013

Dari Tabel 12 di atas dapat kita lihat bahwa Gapoktan Maju Bersama memiliki anggota sebanyak 114 orang petani dengan luasan lahan yang dimiliki sebesar 109.5 Ha.Lahan terluas dimiliki kelompok Tani Semapakata dengan luasan sebesar 29 Ha.dan jumlah anggota sebanyak 35 orang.

Gapoktan Maju Bersama pertama kali dibentuk pada tahun 2008.Pada awal pembentukannya, Gapoktan Maju Bersama ditujukan untuk penyaluran pupuk bersubsidi dari pemeritah.Namun setelah berhenti melakukan penyaluran pupuk bersubsidi pada tahun 2011 Gapoktan Maju Bersama dipilih pemerintah untuk menjalin kemitraan agribisnis dengan PT. Alamanda Sejati Utama selaku eksportir produk pertanian.Hingga kini Gapoktan Maju Bersama menjadi salah satu diantara empat Gapoktan yang menjalin kemitraan Agribisnis dengan PT. Alamanda Sejati Utama.

4.6 PT. Alamanda Sejati Utama

PT. Alamanda Sejati Utama adalah perusahaan yang berasal dari Bandung Jawa Barat yang berdiri sejak tahun 2002.Alamat PT. Alamanda Sejati Utama perwakialan Sumatera Utara berada di jalan DII Kuta Gadung Brastagi Kabupaten Karo.Pada tahun 2011, PT. Alamanda Sejati Utama menjalin kerjasama dengan


(45)

dua Gapoktan, tetapi kejasama tersebut hanya mampu berjalan selama 2 bulan.Salah satu faktur yang paling menghambatnya kerjasama tersebut adalah masalah transportasi produk.

Kini PT. Alamnda Sejati Utama menjalin kerjasama dengan 4 Gapoktan dan telah menandatangani nota kesepahaman (MOU) yakni dengan Gapoktan Sadaperarih, Lalu Dimbo Simacem, Tani Maju dan Gapoktan Maju Bersama. 4.7 Sejarah Kemitraan Agribisnis

Kemitraan Agribisnis yang ada di daerah penelitian di Desa Tiga Panah Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo adalah kemitraan dalam pemasaran produk pertanian.Kemitraan tersebut terjalin antara Gapoktan Maju Bersama dengan PT. Alamanda Sejati Utama.Kemitraan Agribisnis ini diprakarsai oleh kementrian Pertanian Republik Indonesia melalui Ditjen.Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Pertanian.

Kemitraan Agribisnis ini adalah buah dari kesepakatan bilateral antara pemerintah Republik Indonesia dengan pemerintah Singapura terkait penambahan kuota ekspor hoertikultura ke Singapura pada bulan Mei tahun 2010 lalu.Dalam kerjasama ini pemerintah menggandeng PT Alamanda Sejati Utama sebagai eksportir mitra petani dan menunjuk beberapa Gapoktan yang ada di kawasan sentra produksi hortikultura sebagai pemasok produk sayuran ekspor tersebut.Untuk kawasan Sumatera Utara ada dua kabupaten yang menajdi sentra produksi hortikultura yakni Kab.Simalungun dan Kab.Karo. Di Kabupaten Karo sendiri ada empat Gapoktan yang dipilih pemerintah untuk menjalin kemitraan yaitu Gapoktan Maju Bersama (Desa Tiga Panah), Tani Maju (Desa Dokan), Lalu Dimbo Simacem (Desa Bunuraya) dan Sadaperarih (Desa Dokan).


(46)

Penandatanganan kontrak dilakukan pada bulan Maret tahun 2013 lalu dihadiri Mentri Pertanian RI.

Ditunjuk sebagai pendamping (pengawal) Gapoktan adalah SKPD Provinsi dan Kabupaten yakni Dinas Pertanian di tingkat Propinsi dan Kabupaten beserta Universitas.Di daerah penelitian universitas yang mendampingi Gapoktan adalah Universitas Sumatera Utara melalui Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM).Pemerintah juga memberikan bantuan kepada Gapoktan berupa sarana yang dibutuhkan dalam melakukan kemitraan agribisnis tersebut.Adapun sarana yang diterima petani berupa gedung packing

house dan mesin pendingin.Bantuan tersebut diserahkan langsung kepada

Gapoktan.

4.8 KomoditiEkspor hortikultura

Komoditi hortikultura untuk diekspor yang sudah dikontrak PT. Alamanda Sejati Utama kepada Gapoktan yakni; kubis, kentang, terong dan lobak.Adapun yang paling banyak diekspor adalah kubis, kentang, terong, dan lobak.Gapoktan Maju Bersama hanya terikat kontrak untuk tiga jenis komoditi saja yakni; kubis dengan volume 10 ton/tahun, terong dengan volume 1 ton/tahun, dan lobak dengan volume 4 ton /tahun.


(47)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pelaksanaan Kegiatan Penunjang Agribisnis di Daerah Penelitian

Dalam hipotesis dinyatakan bahwa Kinerja kemitraan agribisnis antara PT. Alamanda Sejati Utama dengan Gapoktan Maju Bersama telah terjalin dengan baik. Untuk mengevaluasi kinerja kemitraan agribisnis tersebut dilakukan dengan menggunakan model CIPP (context, input, process, product). Penilaian kinerja kemitraan agribisnis di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Penilaian Kinerja Kemitraan Agribisnis di Daerah Penelitian No Indikator Kinerja Nilai yang

Diharapkan Nilai yang Diperoleh % Ketercapaian Context

3 2.32 77.36

1 Perencanaan pemenuhan kuota ekspor hortikultura ke Singapura 2 Perencanaan pelaksanaan

kemitraan agribisnis antara petani melalui Gapoktan dengan

eksportir

3 2.34 77.39

3 Perencanaan pembangunan sarana penunjang kemitraan (Packing

House)

3 1.83 61.01

4 Perencanaan manajemen dan percepatan pemanfaatan Packing house

3 2.23 74.21

JUMLAH 12 8.72 72.64

1

Input

Kesiapan Gapoktan dan koptan dalam kegiatan kemitraan agribisnis

3 2.17 72.33

2 Implementasi pembangunan

Packing house 3 1.40 46.54

3 Penyediaan bibit dan pembinaan Gapoktan dalam pengelolaan

Packing house

3 1.81 60.38

4 Penyuluhan dan pelatihan yang diberikan oleh penyuluhan pertanian lapangan

3 2.58 86.16


(48)

Lanjutan Tabel 13. Penilaian Kinerja Kemitraan Agribisnis

1

Process

Kinerja petani dan Gapoktan dalam memenuhi kuota produksi mingguan

3 2.60 86.79

2 Kinerja petani dalam

meningkatkan kualitas produk pertanian sesuai standar yang ditetapkan

3 2.60 86.79

3 Kinerja pengoperasian Packing

housesesuai dengan rencana

yang ditetapkan

3 1.60 53.46

4 Kinerja penerimaan dan

penyaluran produk hortikultura yang dihasilkan petani

3 2.06 68.55

JUMLAH 12 8.87 73.90

1

Product

Peningkatan pendapatan usahatani hortikultura setelah memanfaatkan kegiatan kemitraan agribisnis

3 1.51 50.31

2 Perubahan kemampuan Gapoktan dalam mengelola hasil produksi hortikultura

3 1.58 52.83

3 Kemampuan petani dalam meningkatkan produksi pertanian berorientasi ekspor

3 1.60 53.46

4 Kepuasan petani dalam perluasan pasar produk pertanian melalui program kemitraan agribisnis.

3 1.70 56.60

JUMLAH 12 6.40 53.30

TOTAL 48 31.94 66.55

Sumber : diolah dari lampiran 2

Keempat komponen evaluasi CIPP (context, input, process, product) tersebut dapat divisualisasi ke dalam aspek penilaian kinerja kemitraan agribisnis.Berdasarkan indikator yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat diketahui hasil penilaian kinerja kemitraan agribisnis pada indikator context


(49)

Tabel 14.Hasil Tranformasi Nilai Kinerja KemitraanAgribisnis Pada Indikator Context (Konteks)

No. Indikator Kinerja Context Penilaian

A % B % C %

1 Perencanaan pemenuhan kuota ekspor hortikultura ke Singapura

25 47.17 20 37.74 8 15.09 2 Perencanaan pelaksanaan

kemitraan agribisnis antara petani melalui Gapoktan dengan eksportir

25 47.17 21 39.62 7 13.21

3 Perencanaan pembangunan sarana penunjang kemitraan

(Packing House)

17 32.08 10 18.87 26 49.06 4 Perencanaan manajemen dan

percepatan pemanfaatan

Packing house

23 43.40 19 35.85 11 20.75 Rataan 22.5 42.45 17.5 33.02 13 24.53

Sumber : diolah dari lampiran 2

Berdasarkan Tabel 14 persentase sampel petani yang menyatakan bahwa perencanaan kemitraan agribisnis antara Gapoktan Maju Bersama dengan PT. Alamanda sudah dilakukan dengan baik adalah 42.45% dengan jumlah rata-rata petani sebanyak 22.5 orang. Selanjutnya persentase sampel petani yang menyatakan bahwa perencanaan kemitraan agribisnis berjalan dengan cukup baik adalah 33.02% dengan jumlah rata-rata petani sebanyak 17.5 orang, sedangkan persentase sampel petani yang menyatakan perencanaan kemitraan agribisnis berjalan dengan kurang baik adalah 24.53% dengan jumlah rata-rata petani sebanyak 13 orang.

Untuk indikator input (masukan), hasil transformasi kinerja kemitraan agribisnis di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 15.


(50)

Tabel 15. Hasil Transformasi Nilai Kinerja Kemitraan Agribisnis Pada Indikator Input (Masukan)

No. Indikator Kinerja Input Penilaian

A % B % C %

1 Kesiapan Gapoktan dan koptan dalam kegiatan kemitraan agribisnis

18 33.96 26 49.06 9 16.98 2 Implementasi pembangunan

Packing house 4 7.55 13 24.53 36 67.92

3 Pendampingan (pengawalan) Gapoktan dalam pelaksanaan

kemitraan Agribisnis 2 3.77 39 73.58 12 22.64 4 Penyuluhan dan pelatihan yang

diberikan oleh penyuluhan pertanian lapangan

32 60.38 20 37.74 1 1.89 Rataan 14 26.42 24.5 46.23 14.5 27.36

Sumber : diolah dari lampiran 2

Berdasarkan Tabel 15 persentase sampel petani yang menyatakan bahwa masukan (input) kemitraan agribisnis antara Gapoktan Maju Bersama dengan PT. Alamanda sudah berjalan dengan baik adalah 26.42% dengan jumlah rata-rata petani sebanyak 14 orang. Selanjutnya persentase sampel petani yang menyatakan bahwa masukan (input) kemitraan agribisnis berjalan dengan cukup baik adalah 46.23% dengan jumlah rata-rata petani sebanyak 24.5 orang, sedangkan persentase sampel petani yang menyatakan masukan (input) kemitraan agribisnis berjalan dengan kurang baik adalah 27.36% dengan jumlah rata-rata petani sebanyak 14.5 orang.

Untuk indikator process (proses), hasil transformasi kinerja kemitraan agribisnis di daerah penelitian dapat di lihat pada Tabel 16.


(51)

Tabel 16. Hasil Transformasi Nilai Kinerja Kemitraan Agribisnis Pada Indikator Process (Proses)

No

. Indikator Kinerja Process

Penilaian

A % B % C %

1 Kinerja petani dan Gapoktan dalam memenuhi kuota produksi mingguan

3 3

62.2 6 19

35.8

5 1 1.89 2 Kinerja petani dalam meningkatkan

kualitas produk pertanian sesuai standar yang ditetapkan

3 4

64.1 5 17

32.0

8 2 3.77 3 Kinerja pengoperasian Packing

housesesuai dengan rencana yang

ditetapkan

0 0.00 32 60.3 8 21

39.6 2 4 Kinerja penerimaan dan penyaluran

produk hortikultura yang dihasilkan petani

9 16.9 8 38

71.7 0 6

11.3 2

Rataan 1

9 35.8 5 26. 5 50.0 0 7. 5 14.1 5

Sumber : diolah dari lampiran 2

Berdasarkan Tabel 16 persentase sampel petani yang menyatakan bahwa komponenproses dalam kemitraan agribisnis antara Gapoktan Maju Bersama dengan PT. Alamanda sudah berjalan dengan baik adalah 35.85% dengan jumlah rata-rata petani sebanyak 19 orang. Selanjutnya persentase sampel petani yang menyatakan bahwa komponen proses dalam kemitraan agribisnis tersebut berjalan dengan cukup baik adalah 50% dengan jumlah rata-rata petani sebanyak 26.5 orang, sedangkan persentase sampel petani yang menyatakan komponen proses dalam kemitraan agribisnis berjalan dengan kurang baik adalah 14.15% dengan jumlah rata-rata petani sebanyak 7.5 orang.

Untuk indikator product (hasil), hasil transformasi pelaksanaan kegiatan kemitraan agribisnis pada indikator product (hasil) di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 17.


(52)

Tabel 17. Hasil Transformasi Nilai Kinerja Kemitraan Agribisnis Pada Indikator Product (Hasil)

No. Indikator Kinerja Product Penilaian

A % B % C %

1 Peningkatan pendapatan

usahatani hortikultura setelah

memanfaatkan kegiatan kemitraan agribisnis

2 3.77 23 43.40 28 52.83

2 Perubahan kemampuan

Gapoktan dalam mengelola hasil

produksi hortikultura 4 7.55 23 43.40 26 49.06 3 Kemampuan petani dalam

meningkatkan produksi

pertanian berorientasi ekspor 3 5.66 26 49.06 24 45.28

4 Kepuasan petani dalam

perluasan pasar produk pertanian melalui program kemitraan agribisnis.

1 1.89 17 32.08 35 66.04 Rataan 2.5 4.72 22.3 41.98 28.3 53.30

Sumber : diolah dari lampiran 2

Berdasarkan Tabel 17 persentase sampel petani yang menyatakan bahwa komponen hasil (product) dari kemitraan agribisnis antara Gapoktan Maju Bersama dengan PT. Alamanda sudah dirasa baik adalah 4.72% dengan jumlah rata-rata petani sebanyak 2.5 orang. Selanjutnya persentase sampel petani yang menyatakan bahwa komponen hasil (product) dari kemitraan agribisnis dirasa cukup baik adalah 41.98% dengan jumlah rata-rata petani sebanyak 22.3 orang, sedangkan persentase sampel petani yang menyatakan hasil (product) dari kemitraan agribisnis dirasa kurang baik adalah 53.30% dengan jumlah rata-rata petani sebanyak 28.3 orang.

Berdasarkan indikator penilaian kinerja kemitraan agribisnis di daerah penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diketahui hasil


(53)

transformasi pelaksanaan kegiatan penunjang agribisnis di daerah penelitian secara keseluruhan (context, input, process, product) dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18.Hasil Tranformasi Nilai Kinerja Kemitraan Agribisnis antara PT.

Alamanda Sejati Utama dengan Gapoktan Maju Bersama di Desa Tiga Panah

No Unsur Indikator Nilai Yang Diharapkan

Nilai Yang

Diperoleh % Ketercapaian

1 Context 12 8.72 72.64

2 Input 12 7.96 66.35

3 Process 12 8.87 73.90

4 Product 12 6.40 53.30

Jumlah 48 31.94 66.55

Sumber : diolah dari lampiran 2

Dari Tabel 18 dapat diketahui bahwa untuk indikator kinerja berdasarkan unsurcontext (konteks) dengan nilai yang diharapkan pada rentang 4-12 diperoleh nilai sebesar 8.72 dengan persentase ketercapaian sebesar 72.64%.Nilai tersebut diperoleh dari rata-rata skor indikator pertama mengenai rencana pemenuhan kuota ekspor sebesar 2.32 dengan persentase sebesar 77%.Rata-rata skor indikator kedua mengenai perencanaan kegiatan kemitraan agribisnis sebesar 2.34 dengan persentase sebesar 78%.Rata-rata skor indikator ketiga mengenai perencanaan gedung penyimpanan dan pengepakan sebesar 1.83 dengan persentase sebesar 61%.Rata-rata skor indicator keempat mengenai perencanaan manajemen pengelolaan gedung penyimpanan dan pengepakan sebesar 2.23 dengan persentase sebesar 74%.Dengan demikian konteks pelaksanaan kemitraan agribisnis antara Gapoktan Maju Bersama dengan PT. Alamanda Sejati Utama masih perlu pengkajian yang lebih mendalam lagi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, dapat dilihat bahwa

context (konteks) atau perencanaan kemitraan agribisnis di daerah penelitian


(1)

Lampiran 1. Karateristik Petani Sampel

No. Urut

Karakteristik Petani Sampel

Sampel

Luas Lahan

Umur

Tk. Pendidikan

Jlh. Tanggungan

Lama Bertani

(Ha)

(Tahun)

(Tahun)

(Jiwa)

(Tahun)

1

1

50

12

4

12

2

0.75

38

12

3

12

3

0.5

48

12

3

17

4

1

45

12

5

17

5

0.5

70

6

6

30

6

0.5

55

16

4

15

7

1

42

12

3

15

8

1.3

47

12

3

20

9

0.5

67

6

2

30

10

0.5

64

6

3

25

11

1

45

9

4

15

12

1

50

9

3

20

13

1

48

12

5

13

14

1.5

63

6

2

26

15

0.25

64

6

3

27

16

0.5

49

12

4

20

17

0.5

59

12

6

25

18

1.5

45

12

4

23

19

1.5

42

12

5

13

20

0.5

58

12

6

17

21

0.7

47

12

4

20

22

1

58

9

4

20

23

0.25

37

12

2

10

24

2

42

12

3

30

25

1

58

9

3

26

26

1

45

9

4

15

27

0.5

49

6

3

19

28

2

55

9

4

22

29

2

42

12

3

19

30

0.5

49

9

4

21

31

0.25

45

12

3

12

32

1

60

9

4

29

33

0.25

71

9

4

33

34

1.5

46

16

4

20

35

1

47

12

3

18

36

1

62

16

4

32

37

0.25

63

9

2

28

38

0.5

40

12

2

14

39

0.5

65

6

3

27

40

1

60

9

4

28

41

0.5

50

16

2

23

42

1

40

16

3

11

43

0.5

70

6

3

30

44

0.5

60

12

3

25

45

2

66

16

3

30

46

0.5

70

12

4

27

47

0.5

43

12

3

15

48

0.5

41

12

3

12

49

0.5

42

12

3

16

50

2

42

13

3

8

51

1

58

12

2

18

52

1

57

9

2

20

53

0.5

42

12

3

8


(2)

Lampiran 2. Skor Indikator Kinerja Kemitraan Agribisnis

No.

Skor Indikator Kinerja

Sampel Unsur Context Unsur Input Unsur Process Unsur Product

1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total 1 2 3 4 Total

1 2 2 2 2 8 2 1 2 3 8 3 3 2 1 9 1 1 1 2 5

2 2 3 1 3 9 3 2 2 3 10 3 2 2 3 10 1 1 2 2 6

3 3 3 3 3 12 2 1 2 3 8 3 3 2 3 11 2 1 2 2 7

4 3 3 3 3 12 3 1 2 3 9 3 3 2 3 11 2 1 1 2 6

5 1 1 1 1 4 1 1 2 3 7 2 3 2 2 9 2 1 1 1 5

6 3 3 3 3 12 3 2 1 3 9 3 3 2 3 11 1 3 3 1 8

7 2 3 1 3 9 3 2 2 2 9 2 2 2 2 8 1 2 2 2 7

8 3 3 3 3 12 3 2 2 3 10 3 3 2 3 11 2 2 2 1 7

9 1 1 1 1 4 1 1 2 3 7 2 2 2 2 8 3 2 2 2 9

10 2 2 2 2 8 2 1 2 3 8 3 3 1 2 9 1 1 1 2 5

11 3 3 3 3 12 2 1 2 2 7 3 3 2 1 9 1 1 1 1 4

12 2 3 1 3 9 3 1 2 3 9 3 3 2 2 10 1 1 1 2 5

13 3 3 1 3 10 2 1 2 3 8 3 3 2 2 10 1 2 2 2 7

14 1 1 1 2 5 2 1 2 3 8 3 3 1 2 9 1 1 1 1 4

15 3 3 3 3 12 2 1 2 3 8 2 2 1 2 7 1 1 1 2 5

16 3 2 1 2 8 2 1 2 2 7 2 2 1 2 7 1 1 1 2 5

17 3 2 1 2 8 2 1 1 2 6 3 3 2 2 10 1 2 2 2 7

18 3 3 1 3 10 3 2 2 1 8 1 1 2 2 6 1 2 2 2 7

19 1 3 3 3 10 2 2 2 3 9 3 3 1 2 9 2 2 2 2 8

20 3 3 3 3 12 2 1 2 3 8 3 3 1 2 9 1 1 1 1 4

21 2 2 1 1 6 1 1 2 3 7 2 2 1 3 8 2 2 2 1 7

22 2 2 1 1 6 1 1 2 3 7 2 3 1 2 8 2 2 2 1 7

23 1 3 1 3 8 3 3 2 2 10 2 2 1 2 7 2 2 2 1 7

24 2 2 3 1 8 2 1 2 2 7 2 2 2 2 8 2 2 2 2 8

25 1 1 1 1 4 1 1 1 2 5 3 3 2 2 10 2 2 2 2 8

26 2 2 1 2 7 2 1 1 2 6 2 2 1 2 7 1 1 1 1 4

27 2 2 1 2 7 2 1 1 2 6 2 1 1 2 6 1 1 1 1 4

28 2 2 1 2 7 2 1 1 2 6 2 2 1 2 7 1 1 1 1 4

29 2 3 1 2 8 3 1 2 3 9 3 3 2 2 10 1 1 1 2 5

30 2 2 1 2 7 2 1 2 2 7 2 2 1 2 7 1 1 1 2 5

31 2 2 2 2 8 2 1 2 3 8 3 3 2 2 10 2 1 1 2 6

32 2 2 2 2 8 2 1 1 2 6 2 2 1 1 6 1 1 1 1 4

33 2 2 2 1 7 1 1 1 3 6 3 3 1 1 8 2 2 2 2 8

34 3 3 3 3 12 2 3 3 3 11 2 3 2 1 8 2 2 2 2 8

35 3 3 3 3 12 3 3 1 3 10 3 3 2 2 10 2 3 3 2 10

36 2 2 2 2 8 3 2 3 3 11 3 3 2 3 11 3 3 3 2 11

37 3 3 3 3 12 3 3 2 3 11 3 3 2 2 10 2 1 2 2 7

38 2 1 1 1 5 2 1 2 2 7 3 3 1 2 9 1 3 2 1 7

39 3 3 2 2 10 3 1 2 2 8 3 3 2 2 10 1 1 1 3 6

40 3 3 3 3 12 3 2 2 2 9 3 3 1 2 9 1 2 2 1 6

41 3 3 3 3 12 2 1 1 2 6 3 3 2 2 10 2 1 1 2 6

42 3 2 2 2 9 2 1 2 2 7 2 2 1 2 7 1 1 1 2 5

43 3 3 3 3 12 3 2 2 3 10 3 3 2 3 11 2 2 2 2 8

44 3 2 2 2 9 2 1 2 3 8 3 3 2 2 10 1 2 2 2 7

45 3 3 3 3 12 3 2 2 3 10 3 3 2 2 10 2 2 2 2 8

46 3 3 3 3 12 3 2 2 3 10 3 3 2 2 10 1 1 1 2 5

47 3 2 1 2 8 2 1 2 3 8 2 2 2 2 8 2 2 2 2 8

48 2 2 1 2 7 2 1 2 2 7 2 2 1 2 7 2 2 1 2 7

49 3 3 2 3 11 3 2 2 3 10 3 3 2 2 10 2 2 2 2 8

50 1 1 1 1 4 1 1 1 3 6 3 3 1 1 8 1 1 1 1 4

51 3 2 1 2 8 2 2 2 2 8 3 2 2 2 9 1 1 1 2 5

52 1 1 1 1 4 1 1 1 2 5 3 3 2 2 10 2 2 2 2 8

53 2 2 1 1 6 1 1 2 3 7 2 2 1 3 8 2 2 2 1 7

Total 123 124 97 118 462 115 74 96 137 422 138 138 85 109 470 80 84 85 90 339 Rataan 2.32 2.34 1.83 2.23 8.72 2.17 1.40 1.81 2.58 7.96 2.60 2.60 1.60 2.06 8.87 1.51 1.58 1.60 1.70 6.40


(3)

Lampiran 3. Indikator Kinerja Kemitraan Agribisnis

Indikator Kinerja Pada Unsur

Context

1.

Perencanaan pemenuhan kuota ekspor horikultura ke Singpura

A. Baik (Skor 3) B. Cukup baik (Skor 2)

C. Kurang baik (Skor 1)

2.

Perencanaan pelaksanaan kemitraan agribisnis antara petani melalui

Gapoktan dengan eksportir

A. Baik (Skor 3) B. Cukup baik (Skor 2)

C. Kurang baik (Skor 1)

3.

Perencanaan pembangunan sarana penunjang kemitraan (Packing House)

A. Baik (Skor 3) B. Cukup baik (Skor 2)

C. Kurang baik (Skor 1)

4.

Perencanaan manajemen dan percepatan pemanfaatan Packing house

A. Baik (Skor 3) B. Cukup baik (Skor 2)

C. Kurang baik (Skor 1)

Indikator Kinerja Pada Unsur

Input

(Masukan).

1.

Kesiapan gapoktan dan koptan dalam kegiatan kemitraan agribisnis

A. Baik (Skor 3) B. Cukup baik (Skor 2)

C. Kurang baik (Skor 1)

2.

Implementasi pembangunan Packing house

A. Baik (Skor 3) B. Cukup baik (Skor 2)

C. Kurang baik (Skor 1)

3.

Pendampingan (pengawalan) Gapoktan dalam pelaksanaan kemitraan

Agribisnis

A. Baik (Skor 3) B. Cukup baik (Skor 2)

C. Kurang baik (Skor 1)

4.

Penyuluhan dan pelatihan yang diberikan oleh penyuluhan pertanian

lapangan

A. Baik (Skor 3) B. Cukup baik (Skor 2)

C. Kurang baik (Skor 1)


(4)

Indikator Kinerja Pada Unsur

Process

(Proses).

1.

Kinerja petani dan Gapoktan dalam memenuhi kuota produksi minggua

A. Baik (Skor 3) B. Cukup baik (Skor 2)

C. Kurang baik (Skor 1)

2.

Kinerja petani dalam meningkatkan kualitas produk pertanian sesuai standar

yang ditetapkan

A. Baik (Skor 3) B. Cukup baik (Skor 2)

C. Kurang baik (Skor 1)

3.

Kinerja pengoperasian Packing housesesuai dengan rencana yang ditetapkan

A. Baik (Skor 3) B. Cukup baik (Skor 2)

C. Kurang baik (Skor 1)

4.

Kinerja penerimaan dan penyaluran produk horikultura yang dihasilkan

petani

A. Baik (Skor 3) B. Cukup baik (Skor 2)

C. Kurang baik (Skor 1)

Indikator Kinerja Pada Unsur

Product

(Hasil).

1.

Peningkatan pendapatan usahatani horikultura setelah memanfaatkan kegiatan

kemitraan agribisnis

A. Baik (Skor 3) B. Cukup baik (Skor 2)

C. Kurang baik (Skor 1)

2.

Perubahan kemampuan Gapoktan dalam mengelola hasil produksi horikultura

A. Baik (Skor 3) B. Cukup baik (Skor 2)

C. Kurang baik (Skor 1)

3.

Kemampuan petani dalam meningkatkan produksi pertanian berorientasi

ekspor

A. Baik (Skor 3) B. Cukup baik (Skor 2)

C. Kurang baik (Skor 1)

4.

Kepuasan petani dalam perluasan pasar produk pertanian melalui program

kemitraan agribisnis

A. Baik (Skor 3) B. Cukup baik (Skor 2)

C. Kurang baik (Skor 1)

Lampiran 4. Interpretasi Skor Persepsi Petani Responden

Nomor

Skor

Nilai

T

Interpretasi

Responden

Sikap


(5)

1

27

32.30

Negatif

2

42

62.30

Positif

3

38

54.30

Positif

4

41

60.30

Positif

5

30

38.30

Negatif

6

51

80.30

Positif

7

38

56.30

Positif

8

40

58.30

Positif

9

32

42.30

Negatif

10

37

52.30

Positif

11

40

58.30

Positif

12

40

58.30

Positif

13

38

54.30

Positif

14

34

46.30

Negatif

15

37

52.30

Positif

16

37

52.30

Positif

17

40

58.30

Positif

18

42

62.30

Positif

19

41

60.30

Positif

20

36

50.30

Positif

21

32

42.30

Negatif

22

34

46.30

Negatif

23

27

32.30

Negatif

24

34

46.30

Negatif

25

33

44.30

Negatif

26

32

42.30

Negatif

27

29

36.30

Negatif

28

28

34.30

Negatif

29

36

52.30

Positif

30

35

50.30

Positif

31

38

54.30

Positif

32

27

32.30

Negatif

33

37

52.30

Positif

34

29

36.30

Negatif

35

36

50.30

Positif

36

44

66.30

Positif

37

39

56.30

Positif

38

35

48.30

Negatif

39

38

56.30

Positif

40

33

44.30

Negatif

41

37

52.30

Positif

42

29

36.30

Negatif

43

36

50.30

Positif

44

31

40.30

Negatif

45

44

66.30

Positif

46

37

52.30

Positif

47

41

60.30

Positif

48

37

52.30

Positif

49

34

46.30

Negatif

50

31

40.30

Negatif

51

38

54.30

Positif

52

28

34.30

Negatif


(6)