pengambilan kebijakan terhadap sistem dan perilaku pemerintah. Semua faktor-faktor tersebut berperan sebagai katalisator bagi berlangsungnya hubungan timbal balik
antara keduanya secara efisien.
2.3. Penelitian Sebelumnya
Devarajan, Swaroop dan Zou 1996 mengemukakan bahwa di 43 negara berkembang selama 20 tahun menunjukkan peningkatan pengeluaran rutin dan
mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sebaliknya pengeluaran pembangunan menunjukkan pengaruh yang negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi. Fadilah 2004 menemukan Pertumbuhan ekonomi tahun 2003 tumbuh 4,1 ,
meningkat dibandingkan pertumbuhan tahun lalu yang tercatat sebesar 3,7 . Seluruh komponen permintaan tumbuh positif, sehingga kontribusi komponen–komponen
tersebut dalam pertumbuhan ekonomi juga meningkat. Sementara investasi dan ekspor, walaupun mulai menunjukkan pertumbuhan positif, namun perannya sebagai
penggerak perekonomian relatif masih terbatas. Pertumbuhan Ekonomi di negara Indonesia, tidak dapat dilepaskan dari perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem
perekonomian dunia. Liberalisasi perdagangan dan globalisasi ekonomi telah mempercepat laju pertumbuhan negara-negara tersebut. Perubahan tersebut yang
disertai teknologi dan telekomunikasi telah mendorong berkurangnya hambatan- hambatan lalu lintas barang dan modal antar negara
Hanum 2004 yang menggunakan metode OLS Ordinary Least Square antara lain menemukan bahwa untuk variabel pengeluaran pemerintah memiliki pengaruh
Universitas Sumatera Utara
yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Mulatip dan Brodjonegoro 2004 dalam jurnal yang berjudul “Determinan Pertumbuhan Kota di Indonesia”. Dalam penelitian tersebut variabel yang digunakan
antara lain yaitu, pertumbuhan kota sebagai variabel terikat. Sebagai variabel bebas yang digunakan yaitu, kepadatan penduduk, urbanisasi primacy dan lokalisasi
proporsi manufaktur, pendapatan dan pengeluaran pemerintah, dan tingkat pendidikan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kepadatan penduduk berpengaruh secara negatif terhadap pertumbuhan kota. Urbanisasi primacy dan lokalisasi proporsi
manufaktur secara positif mempengaruhi pertumbuhan kota. Sedangkan pendapatan dan pengeluaran pemerintah secara agregat dan tidak signifikan mempengaruhi
pertumbuhan kota. Tingkat pendidikan penduduk sebagai faktor kunci dalam pertumbuhan, berkorelasi positif dengan pertumbuhan kota. Kondisi ini menjelaskan
pentingnya peran human capital baik pada level kota maupun level negara. Ananta 2006 mengidentifikasi terhadap faktor determinan pertumbuhan
ekonomi di suatu wilayah Propinsi Jawa Tengah. Studi ini menggunakan metode penelitian deduktif kuantitatif dengan menggunakan Path Analysis. Hasil studi ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan model diagram jalur sebelum krisis 1993-1996, saat krisis 1997-1999 dan setelah terjadi krisis 2000-2005. Pada
periode analisis sebelum krisis faktor-faktor yang signifikan berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan ekonomi kabupatenkota di Jawa Tengah adalah jumlah
Universitas Sumatera Utara
penduduk 1,01; teknologi 0,36; dan infrastruktur 0,27 dengan tingkat signifikansi 10. Sedangkan variable tingkat pendidikan berpengaruh tidak langsung sebesar
0,27 melalui variable teknologi. Pada saat krisis faktor yang signifikan berpengaruh langsung adalah teknologi 0,49, sedang tingkat pendidikan 0,17 berpengaruh tidak
langsung dan pada tingkat signifikansi 5. Sementara setelah krisis faktor yang berpengaruh langsung adalah jumlah penduduk 0,96; teknologi 0,33; infrastruktur
0,32; dan investasi 0,31, sedangkan tingkat pendidikan berpengaruh secara tidak langsung 0,17 melalui teknologi pada tingkat signifikansi 10. Variabel jumlah
penduduk menjadi faktor dominan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah, terutama untuk penduduk yang tinggal di perkotaan. Hal ini
disebabkan karena terkait dengan terjadinya aglomerasi di kota-kota besar. Penduduk dan proses produksi ekonomi menumpuk di daerah perkotaan. Di sisi lain, penduduk
perkotaan diuntungkan dengan adanya aglomerasi sehingga cenderung memiliki tingkat kesejahteraan yang baik dan menyebabkan tingkat konsumsi lebih tinggi.
Sementara proses produksi sendiri diuntungkan dengan adanya kemudahan mencari pangsa pasar dan tenaga kerja.
2.4. Kerangka Berpikir