Time Division Switching TDS

telepon pada awal tahun 1960. Suatu teknik yang disebut PCM digunakan untuk menggabungkan multiplex beberapa sumber suara digital yang terpisah ke dalam satu saluran digital. Namun masih ada satu masalah lagi yaitu hanya sinyal analog yang dapat di-switch. Pada tandem exchange, sinyal digital yang masuk harus dikonversi terlebih dahulu menjadi sinyal analog, lalu sinyal analog di-switch. Sinyal analog kemudian dikonversi kembali menjadi sinyal digital sebelum ditransmisikan kembali ke trunk lain. Proses ini sangat tidak efisien. Baru pada tahun 1970, digunakan teknik switching baru yang disebut Time-Division Switching. Dengan teknik ini, konversi sinyal digital ke analog pada tandem exchange tidak perlu dilakukan [2].

3.2 Faktor-Faktor Pendukung Sentral Telepon Digital

Faktor-faktor pendukung sentral telepon digital antara lain,

3.2.1 Time Division Switching TDS

Pemakaian Time Division Switching secara bersamaan ini mengawali sebuah reduksi beberapa element switching yang dibutuhkan jaringan. Dengan menggunakan nilai sampling sebesar 8Hz sebuah sampel data akan muncul, dan berselang 125 �� sampling. Selama rentang 125��, elemen switching yang telah ditentukan tidak bekerja ± 120 �� [1]. Elemen switching tunggal dapat di gunakan untuk menyalurkan sinyal-sinyal dari beberapa inlet menuju outlet koresponden yang dituju. Gambar sederhana PAM time division switching terlihat pada Gambar 3.1. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA a Switching structure b Two-stage equivalent. Gambar 3.1 Simple PAM Time Division Switching Sinyal ini dibawa seperti PAM analog sampel dan PCM digital sampel, sekitar 125µs setiap interval. Saat sinyal PAM di switch pada formulasi Time Division, Sistem Switch ini dikenal sebagai Analog Time Division Switching. Namun jika bilangan biner dari sampel PCM di switch maka sistem ini di UNIVERSITAS SUMATERA UTARA namakan “Digital Time Division Switching”. Link interkoneksi ditunjukkan seperti bus penunjuk inlet-outlet yang dapat dikoneksikan melalui kontrol mekanis yang berfungsi dengan baik, sehingga banyak sinyal satu percakapan dikirim dari inlet-outlet. Terdapat sebuah pemetaan antar inlet-outlet yang membuat inlet-outlet selalu terkoneksi, sehingga mengakibatkan ketidak mungkinan terjadinya switching, kecuali jika sinyal switching dipakai bersamaan oleh semua koneksi. Jika kita meletakkan sebuah control pada sisi keluaran berbasis memori, maka kemampuan maksimal akan di dapat. Contohnya dapat dilihat jumlah control pada sisi outlet yang di berisikan alamat dari penyaluran outlet dengan lokasi yang berkala agar tercipta koneksi dengan inlet. Kontrol memori memiliki “N” koresponden ke “N” inlet dengan lebar besaran [ log²N] bit untuk pengalamatan “N” outlet. Sejak elemen tunggal switching bus di sebar berdasarkan waktu oleh N koneksi, maka semua N dapat bersimultan secara aktif, dan sebuah koneksi fisik dihasilkan antara inlet dan outlet saat terjadinya sinyal transfer switching ini dinamakan Time Division Space Switching TDSS. Pada suatu kasus, switch dinamakan output controller, karena masing-masing lokasi dari memori control tersebut berasosiasi dengan outlet yang di berikan. Time Division Network TDN lebih efektif dari segi harga dibandingkan Switch Division Network SDN, karena itulah mengapa belakangan ini sistem switch lebih banyak menggunakan teknik Time Division TD. Memory-controlled Time Division Space Switch, mempunyai struktur yang lebih umum dari pada input atau output struktur control, Terlihat pada Gambar 3.2. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Gambar 3.2 Struktur umumTime division space switching.

3.2.2 Pulse Code Modulation PCM