Studi Analisis Perangkat Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B (Untuk Praktikum Laboratorium Telematika Departemen Teknik Elektro)

(1)

TUGAS AKHIR

STUDI ANALISIS PERANGKAT SENTRAL TELEPON

DIGITAL TRAINER B4622-B

(Untuk Praktikum Laboratorium Telematika Departemen Teknik Elektro)

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana(S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Oleh :

RIDWAN DAULAT PARMUHUNAN SORMIN

070402025

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

STUDI ANALISIS PERANGKAT SENTRAL TELEPON

DIGITAL TRAINER B4622-B

(Untuk Praktikum Laboratorium Telematika Departemen Teknik Elektro)

Oleh :

RIDWAN DAULAT PARMUHUNAN SORMIN

070402025

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana(S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Disetujui oleh:

Pembimbing,

Ir.M.ZULFIN,MT

NIP . 19640125 199103 1 001

Diketahui oleh:

Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU,

Ir. SURYA TARMIZI KASIM, M.Si

NIP. 19540531 198601 1002

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

Perangkat sentral telepon digital merupakan salah satu dari teknologi telekomunikasi yang dapat membantu menyelesaikan masalah pengiriman data yang berasal dari sejumlah saluran melalui satu saluran saja, sehingga membuat sistem telekomunikasi menjadi lebih efektif dan efisien dan sering digunakan saat ini. Wawasan mengenai sentral telepon digital sangat penting untuk perkembangan teknologi telekomunikasi di bidang teknik penyambungan, dan berguna untuk lebih memahami prisip kerja dan kinerja Trainer B4622-B.

Pada pengujian ini dianalisis perangkat-perangkat sentral telepon digital

Trainer B4622-B yang meliputi pengujian pada transmisi data Trainer B4622-B – PC, menganalisis cara kerja dari Sentral Telepon Digital Trainer Modul B4622-B, teknik penyambungan Switching Stage Trainer Modul B4622-B. Dan juga dapat mengetahui proses penyambungan time slot – time slot yang di lewati pada proses pengujian Sentral Telepon Digital Trainer Modul B4622-B.

Dengan menyambungkan oscilloscope pada saat call processing dengan

Trainer Modul B4622-B ini, dan juga menyambungkan dengan PC dapat diketahui bagaimana prinsip kerja, kinerja, keluaran sinyal dan langkah – langkah pengujian perangkat Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B ini.

Setelah menganalisis perangkat Sentral Telepon Digital Trainer Modul B4622-B ini, dapat diketahui proses terjadinya call processing, dan dapat mengetahui tampilan keluaran oscilloscope saat terjadinya call processing, pada


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan kemampuan dan ketabahan dalam menghadapi segala cobaan, halangan, dan rintangan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, serta shalawat beriring salam penulis hadiahkan kepada junjungan Nabi Muhammad S.A.W.

Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu ayahanda dan ibunda, serta kakanda - kakanda tercinta yang merupakan bagian dari hidup penulis yang senantiasa mendukung dan mendoakan dari sejak penulis lahir hingga sekarang.

Tugas Akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul Tugas Akhir ini adalah:

“STUDI ANALISIS PERANGKAT SENTRAL TELEPON DIGITAL TRAINER B4622-B”

(Untuk Praktikum Laboratorium Telematika Departemen Teknik Elektro)

Selama penulis menjalani pendidikan di kampus hingga diselesaikannya Tugas Akhir ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:


(5)

1. Bapak Ir. M.Zulfin, MT, selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir, atas nasehat, bimbingan, dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. 2. Bapak Ir. Bonggas L.Tobing, selaku Penasehat Akademis penulis, atas

bimbingan dan arahannya dalam menyelesaikan perkuliahan selama ini. 3. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, MSi dan Bapak Rachmad Fauzi ST, MT

selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Kepada Papa Drs.H.Muda Hamonangan Siregar dan Mama tercinta Hj.Purnama Intan Daulay yang telah menghantarkan doa, perhatian, semangat dan segalanya sehingga penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan.

5. Kakakku tersayang Siti Emas Rella SE dan Rininta Anggriyani Amd. Terima kasih atas perhatian dan doanya.

6. Seluruh staf pengajar yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis dan seluruh pegawai Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara atas segala bantuannya.

7. Keluarga Besar Laboratorium DTE USU

8. Ciptaan terindah di dunia Fika Fadillah, yang berperan banyak atas kerjasama, masukan, kesabaran, rasa sayang, dan bantuan selama proses penulisan Tugas Akhir ini.

9. Sahabat - sahabat terbaik di Elektro yang langka : Arynda, Hirzi, Suib, Fajar, Selfi, Arief, Roy, Yovie, Komeng, Febri, Ichsan, , Rido, Frans, Borong, Raedi, Dion, Mba iti, Safirza dan segenap angkatan ’07, dan Iskandar Z. Harahap, Keep familiar my friends. Oiya, juga bibi mie pecel


(6)

’’saleha’’ atau sering disebut juga “mi yaaa bik” yang telah berjasa menyiapkan sarapan hemat tiap pagi.

10. Senior dan junior yang telah membantu selama proses penulisan Tugas Akhir ini.

11. Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Teknik Elektro yang telah memberikan banyak waktu dan keleluasaan pada penulis untuk dapat menyelesikan Tugas Akhir ini.

12. Keluarga Besar MME-GS yang telah memberikan banyak sekali pembelajaran.

13. Dan personel Juventus Chapter Medan yang telah memberikan support, serta semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu saran dan kritik dengan tujuan menyempurnakan dan mengembangkan kajian dalam bidang ini sangat penulis harapkan.

Akhir kata penulis berserah diri pada Allah SWT, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pembaca sekalian terutama bagi penulis sendiri.

Medan, Januari 2012 Penulis

NIM. 070402025


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penulisan ... 2

1.4 Batasan Masalah... 2

1.5 Metodologi Penulisan ... 3

1.6 Sistematika Penulisan... 3

II. DIGITISASI DAN TRANSMISI SUARA ... 5

2.1 Umum ... 5

2.2 Sampling Pada Digitisasi dan Transmisi Suara ... 6

2.3 Kuantisasi dan Pengkodean Biner ... 7

III. TEORI DASAR SENTRAL TELEPON DIGITAL ... 11

3.1 Sejarah perkembangan teknologi sentral telepon digital ... 11

3.2 Faktor-faktor pendukung sentral telepon digital ... 12

3.2.1 Time Division Switching (TDS) ... 12


(8)

3.2.3 Time Division Multiplexing (TDM) ... 16

3.2.4 Time Switching (TS) ... 17

3.2.5 Space Switching (SS) ... 17

3.2.6 T-S-T Switching ... 18

3.3 Pengertian Sentral Telepon Digital ... 19

3.4 Fungsi Sentral Telepon Digital ... 19

3.5 Jenis - Jenis Sentral Telepon Digital ... 21

3.6 Pembagian Dasar Teknik Sentral Telepon Digital ... 27

3.6.1 Space division multiplex ( SDM ) ... 27

3.6.2 Frequency division multiplex ( FDM ) ... 27

3.6.3 Time division multiplex (TDM) ... 27

3.6.4 Pulse amplitude modulation (PAM) ... 28

3.6.5 Pulse code modulation (PCM) ... 28

IV. DESKRIPSI SISTEM PERANGKAT SENTRAL TELEPON DIGITAL TRAINER B4622-B ... 29

4.1 Umum ... 29

4.2 Sentral Telepon Digital Trainer Modul B4622-B ... 31

4.3 Bagian – Bagian Utama Trainer Modul B4622-B ... 31

4.3.1 Pemrosesan Catu Daya (Power Supply) ... 31

4.3.2 Prosesor utama (Central processor)... 32

4.3.3 Telepon sirkuit line stasiun ... 32

4.3.4 Tahap Channel Bank ... 33

4.3.4.1 Active Hybrid ... 34


(9)

4.3.4.3 A/D Converter ... 34

4.3.4.4 Multiplexer ... 35

4.3.4.5 Demultiplexer ... 36

4.3.5 Jaringan Switching ... 36

4.3.6 Sisi penerima DTMF-board ... 37

4.3.7 Pemrosesan nada dan Ring Generator ... 37

4.3.8 Model Exchange... 38

4.3.10 Lampu Indikator Jaringan Switching ... 38

4.3.11 Tampilan Numerik Jaringan Switching ... 38

V. PENGUJIAN SENTRAL TELEPON DIGITAL TRAINER B4622-B ... 39

5.1 Gambaran Umum ... 39

5.4 Peralatan Pengujian ... 40

5.5 Prosedur Pengujian ... 43

5.6 Hasil Pengujian Dan Analisa Data ... 44

5.6.1 Percobaan Transmisi Data Trainer B4622-B – PC ... 44

5.6.2 Analisis Sinyal Pada Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B dan Oscilloscope Pada Percakapan 2 Pesawat Telepon ... 49

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

6.1 Kesimpulan ... 57

6.2 Saran ... 58


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Transmisi digital menggunakan PAM ... 7

Gambar 2.2 Proses kuantisasi ... 8

Gambar 2.3 Fitur PCM Biner ... 9

Gambar 2.4 Sistem PCM untuk komunikasi suara ... 10

Gambar 3.1 Simple PAM time division switching sederhana ... 13

Gambar 3.2 Struktur umum time division space switching ... 15

Gambar 3.3 Gambar Space Switching... 18

Gambar 3.4 Gambar rangkaian sentral manual ... 22

Gambar 3.5 Salah satu contoh penerapan struktur hirarki sentral ... 23

Gambar 3.6 Penomoran struktur hirarki sentral ... 23

Gambar 3.7 Sinyal suara dan sinyal digital ... 23

Gambar 3.8 Konversi Digital dari Analog ke Digital. ... 26

Gambar 4.1 Alur analisis perangkat Sentral Telepon Digital Trainer Modul B4622-B ... 29

Gambar 4.2 Tampilan depan TrainerModul B4622-B ... 30

Gambar 4.3 Telepon sirkuit line stasiun, dan sinyal interface ... 42

Gambar 4.4 Struktur dari Multiplexer ... 35

Gambar 4.5 Struktur dari Demultiplexer... 36

Gambar 5.1 Diagram Blog Tahap proses penyambungan Trainer B4622-B ... 40

Gambar 5.2 (a) Perangkat Sentral Telepon Digital TrainerB4622-B ... 40


(11)

(c) Bagian kiriperangkat Sentral Digital TrainerB4622-B .... 41

Gambar 5.3 Perangkat power supply tegangan pada trainer ... 42

Gambar 5.4 Perangkat6 set pesawat telepon ... 42

Gambar 5.5 Kabel penghubung trainer ke PC yaitu port RS2623 ... 42

Gambar 5.6 Osciloscope ... 43

Gambar 5.7 Kabel penghubung trainer ... 43

Gambar 5.8 Tampilan awal pada PC dari port RS2623, modul trainer B4622B ... 45

Gambar 5.9 Menu dari tampilan port RS2623 Sebelum terjadinya panggilan ... 45

Gambar 5.10 Proses pemanggilan dari L1 (4-1) menuju L6 (4-6), namun L6 tidak diangkat oleh si penerima ... 46

Gambar 5.11 Proses pemanggilan dari L1 (4-1) menuju L6 (4-6), dan L6 telah diangkat oleh si penerima... 47

Gambar 5.12 Proses pemanggilan dari L2 (4-2) menuju L3 (4-3), namun L3 tidak diangkat oleh si penerima ... 48

Gambar 5.13 Proses pemanggilan dari L2 (4-2) menuju L3 (4-3), dan L3 telah diangkat oleh si penerima... 49

Gambar 5.14 (a) Posisi H (hook) dan (b) Posisi R (ring), maka pada oscilloscope ... 50

Gambar 5.15 Memasang kabel penghubung pada posisi antara jalur signalling interface menuju active hybrid ... 51

Gambar 5.16 Siyal pada oscilloscope (a) sebelum dan (b) sesudah terjadi proses panggilan L2 – L6 pada active hybrid ... 51


(12)

Gambar 5.17 Sinyal dari keluaran (RC) pada oscilloscope ... 52 Gambar 5.18 Tampilan lampu numeric pada Sentral Telepon Digital

Trainer B4622-B ... 53 Gambar 5.19 Gambar skematik rangkaian dari 4 buah gerbang AND ... 54 Gambar 5.20 Proses pemanggilan L2 – L6 pada Switching matrix

Di dalam Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B... 55 Gambar 5.21 Sinyal keluaran D/A Converter ... 56 Gambar 5.22 Sinyal keluaran TC6 (T=Transmission) jalur L6 ... 56


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Fungsi Dasar Peralatan Sentral ... 20 Tabel 4.1 Perencanaan Penomoran Modul Exchange B4622-B ... 38 Tabel 5.1 Ketetapan awal penomoran modul Trainer B4622-B ... 46 Tabel 5.2 Ketentuan penomoran Time Slot,


(14)

ABSTRAK

Perangkat sentral telepon digital merupakan salah satu dari teknologi telekomunikasi yang dapat membantu menyelesaikan masalah pengiriman data yang berasal dari sejumlah saluran melalui satu saluran saja, sehingga membuat sistem telekomunikasi menjadi lebih efektif dan efisien dan sering digunakan saat ini. Wawasan mengenai sentral telepon digital sangat penting untuk perkembangan teknologi telekomunikasi di bidang teknik penyambungan, dan berguna untuk lebih memahami prisip kerja dan kinerja Trainer B4622-B.

Pada pengujian ini dianalisis perangkat-perangkat sentral telepon digital

Trainer B4622-B yang meliputi pengujian pada transmisi data Trainer B4622-B – PC, menganalisis cara kerja dari Sentral Telepon Digital Trainer Modul B4622-B, teknik penyambungan Switching Stage Trainer Modul B4622-B. Dan juga dapat mengetahui proses penyambungan time slot – time slot yang di lewati pada proses pengujian Sentral Telepon Digital Trainer Modul B4622-B.

Dengan menyambungkan oscilloscope pada saat call processing dengan

Trainer Modul B4622-B ini, dan juga menyambungkan dengan PC dapat diketahui bagaimana prinsip kerja, kinerja, keluaran sinyal dan langkah – langkah pengujian perangkat Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B ini.

Setelah menganalisis perangkat Sentral Telepon Digital Trainer Modul B4622-B ini, dapat diketahui proses terjadinya call processing, dan dapat mengetahui tampilan keluaran oscilloscope saat terjadinya call processing, pada


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sentral telepon digital merupakan suatu tempat pemrosesan data (informasi) untuk disalurkan dari penelepon (subscriber) kepada subscriber lain yang dituju, juga suatu tempat pemrosesan data yang dikirim untuk disalurkan ketujuan dengan dilengkapi fitur-fitur yang disediakan oleh sentral itu sendiri.

Pada jaman sekarang ini sentral telepon digitaltelah berkembang pesat dan telah banyak dipakai oleh beberapa perusahaan telekomunikasi dan internet

provider juga PT.TELKOM yang memakai Sentral Telepon Digital untuk pelayanan telepon dan saluran pengiriman data kepada pelanggannya.

Oleh karena itu penulis tertarik mengangkat teori yang membahas perangkat Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B untuk menjadi salah satu kompetensi pada Laboratorium Telematika Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara.

Penulis tertarik mengangkat topik Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B dikarenakan masih minimnya pengujian yang membahas mengenai sentral telepon digitalkarena sangat diperlukan untuk lebih memahami mengenai saluran transmisi yang sering digunakan dan sedang berkembang saat ini.

Lalu dengan membahas mengenai pengujian Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B ini, kita dapat mengetahui bagaimana prinsip kerja, kinerja, keluaran sinyal dan langkah – langkah pengujian perangkat Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B ini.


(16)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu:

1. Bagaimana prinsip kerja saluran transmisi Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B.

2. Apa saja perangkat transmisi Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B.

3. Bagaimana langkah – langkah pengujian sebuah perangkat Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B.

4. Apa saja kinerja saluran transmisi Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B.

5. Apa yang akan di di analisis pada Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk menganalisis perangkat transmisi Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B ini, serta menjelaskan cara kerja suatu saluran Sentral Telepon Digital yang dapat digunakan untuk praktikum Laboratorium Telematika Departemen Teknik Elektro.

1.4 Batasan Masalah

Agar pembahasan penulisan tidak terlalu luas, maka penulis membatasi penulisan Tugas Akhir ini kepada 3 hal :

1. Tidak menjelaskan secara mendalam prinsip kerja komponen elektronik yang membangun sentral yang dibahas.


(17)

2. penulis atau di perpustakaan dan Tidak menjelaskan secara mendalam perangkat saluran transmisi Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B.

3. Kinerja yang dibahas hanya output perangkat saluran transmisi Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B.

1.5 Metodologi Penulisan

Metodologi penulisan yang digunakan oleh penulis pada penulisan Tugas Akhir ini adalah:

1. Studi Literatur, yaitu dengan membaca teori–teori yang berkaitan dengan topik Tugas Akhir ini dari buku-buku referensi baik yang dimiliki oleh penulis atau di perpustakaan dan juga dari artikel-artikel, serta jurnal pendukung baik dalam bentuk hard copy maupun soft copy.

2. Mempersiapkan alat yang akan digunakan.

3. Menguji perangkat transmisi sentral telepon digital, berupa langkah-langkah yang dilakukan untuk memastikan apakah perangkat transmisi sentral telepon digital tersebut telah bekerja sesuai dengan hasil pengujian.

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan Tugas Akhir ini disajikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan


(18)

masalah, metodologi penulisan, dan sistematika penulisan dari Tugas Akhir ini.

BAB II DIGITISASI DAN TRANSMISI SUARA

Bab ini membahas tentang teori – teori pendukung yang mendasari tahap-tahap proses pengujian sentral telepon digital, serta dasar teori mengenai Digitisasi dan Transmisi suara.

BAB III TEORI DASAR SENTRAL TELEPON DIGITAL

Bab ini membahas tentang teori – teori pendukung yang mendasari tahap-tahap proses pengujian, serta dasar teori sentral telepon digital.

BAB IV DESKRIPSI SISTEM ANALISIS PERANGKAT SENTRAL TELEPON DIGITAL TRAINER B4622-B

Bab ini membahas tentang perangkat yang mendasari tahap-tahap proses pengujiansentral telepon digital.

BAB V PENGUJIAN SENTRAL TELEPON DIGITAL

Bab ini membahas mengenai pengujian sentral telepon digital, data yang didapatkan dari hasil pengukuran, dan analisa data.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan Tugas Akhir.


(19)

BAB II

DIGITISASI DAN TRANSMISI SUARA

2.1 Umum

Telinga manusia memiliki kemampuan menerima frekwensi dalam kisaran 16Hz – 20 kHz, yang dikenal sebagai frekwensi audio. Suara menghasilkan frekwensi yang sempit berkisar 100 Hz – 10 kHz. Bila semua frekwensi itu ada di dalam bentuk gelombang suara yang ditransmisikan, maka suara yang diterima itu adalah lebih bersifat alami dan tidak mengalami gangguan saat suara di transmisikan. Kapasitas suara yang dapat diterima oleh frekwensi transmisi dalam kisaran 300 – 3400 Hz. Sinyal suara dengan band terbatas sering disebut kualitas suara rendah. Sebagian sistem komunikasi suara, dirancang dengan memiliki

bandwidth 3.1 kHz. Dalam kisaran band yang terbatas, telinga sangat sensitif terhadap frekwensi yang berkisar 3 kHz [1].

Saluran dalam sistem komunikasi yang memiliki transmisi terbatas akan mengarah pada gangguan kebisingan. Ketika jalur transmisi semakin panjang, maka rasio sinyal terhadap kebisingan pada saat menerima hasil akan menurun. Dalam transmisi suara analog, pengaruh kebisingan dan interferensi terlihat selama suara terhenti dan ketika besaran sinyal mendekati nol. Sistem transmisi digital mengatasi beberapa masalah yang dihadapi sistem analog. Dalam sistem transmisi digital, suara yang terhenti akan diberi kode, dan di transmisi kan secara konstan.

Kemampuan transmisi digital untuk menolak pembicaraan silang adalah keunggulan sistem transmisi digital daripada sistem analog. Pertama, tingkat


(20)

persilangan yang rendah akan dihilangkan karena sinyal amplitudo yang bergerak secara konstan. Lalu, besaran tertinggi yang menghasilkan kesalahan deteksi yang tidak beraturan. Keunggulan lain dari sistem digital adalah kemampuan untuk mendukung layanan tanpa suara dan data, mudah dimengerti dan juga mudah untuk memantau kinerja pada sistem tersebut. Namun sistem digital membutuhkan bandwidth yang besar dibandingkan dengan sistem analog, hal ini tidak menguntungkan. Namun keuntungan yang ditawarkan oleh sistem transmisi digital lebih banyak dari pada sistem analog[1].

2.2 Sampling PadaDigitisasi dan Transmisi Suara

Langkah pertama dalam digitisasi suara, merupakan rangkaian dari waktu diskrit dimana bentuk gelombang input dapat dijadikan sampel. Sampel

diskrit dapat ditempatkan pada interval / jarak regular atau irregular. Frekwensi pengambilan sampel minimum kepada kriteria Nyquist atau teorema yang dapat dinyatakan sebagai berikut :

fs ≥ 2H (2.1)

dimana,

fs = frekwensi pengambilan sampel atau nilai Nyquist.

H = komponen frekwensi yang tertinggi dalam bentuk gelombang analog input. Dalam percobaan ini, bentuk gelombang asli akan dibentuk dengan melewatkan nilai sampel melalui low pass filter yang diperhalus dan juga menyisipkan sinyal diantara nilai sampel. Pengambilan sampel adalah proses perkalian besaran konstan pada bagian impuls dengan sinyal input. Dengan


(21)

kata lain, ini adalah proses pulse amplitude modulation (PAM). Skema ini ditunjukkan pada Gambar 2.1.

(a) Pengambilan sampel dan perolehan bentuk gelombang analog

(b) Spektrum sinyal PAM

(c)Spektrum tumpang tindih ketika fs < 2H

Gambar 2.1 Transmisi digital menggunakan PAM

2.3 Kuantisasi dan Pengkodean Biner

Sistem pulse amplitudo modulation (PAM) secara umum tidak bermanfaat untuk jarak yang jauh, karena disebabkan oleh kesinggungan dari amplitudo. Dengan mengkonversi sampel PAM ke dalam format digital, besaran ini dapat berkurang ataupun menghilang. Sehingga penggunaan repeater regeneratif


(22)

berguna untuk menghilangkan ketidaksempurnaan transmisi sebelum menghasilkan error. Proses dari kuantisasi digambarkan dalam Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Proses kuantisasi.

Sinyal V adalah rentang dari VL ke VH, dan rentang ini dibagi ke dalam M (M = 8) dengan cara yang sama, ukuran langkah S dirumuskan dengan :

S = (VH – VL) / M (2.2) kita menempatkan level kuantisasi V0, V1,..., Vm-1. Sinyal kuantisasi Vq berlangsung pada salah satu nilai yang dikuantisasi. Sinyal V dikuantisasi pada level kuantisasi terdekat. Nilai batasan itu akan diseimbangkan dari dua level kuantisasi dan konvensi yang dapat diadopsi untuk mengkuantisasinya pada setiap tingkat. Misalkan :

Vq = V3 jika (V3 – S/2) ≤ V < (V3 + S/2) Vq = V4 jika (V4 – S/2) ≤ V < (V4 + S/2)

Sehingga, sinyal Vq membuat lompatan kuantum dari ukuran S dan pada kondisi waktu error dengan kuantisasi V – Vq dengan besaran yang sama dengan atau lebih kecil dari S / 2. Proses kuantisasi di dalam langkah itu merata pada kisaran sinyal yang rendah yang dikenal sebagai kuantisasi yang linier.


(23)

Proses kuantisasi itu sendiri akan membawa kebisingan tertentu terhadap sinyal.

Sistem pengkodean dari transmisi ini disebut pulse code modulation

(PCM). Fitur penting dari PCM biner dengan sinyal input analog dibatasi pada kisaran -4V hingga + 4V, dengan ukuran langkah satu volt, dan Delapan level kuantisasi akan digunakan dan berada pada -3.5 V, -2.5V, ..+3.5V, diperlihatkan dalam Gambar 2.3.

4 3 2 1 0 - 4 - 3 - 2 - 1

1.3 2.7 0.5 -1.1 -0.7 0.1 -0.1 -1.6

1.5 2.5 0.5 -1.5 -0.5 0.5 -0.5 -1.5

5 6 4 2 3 4 3 2

101 110 100 010 011 100 011 010

Sample value Quantised value Code number Binary code V 7 6 5 4 3 0 1 2 Code number

Gambar 2.3. Fitur PCM Biner.

Masing-masing nomor kode ini memiliki ekuivalensi representasi 3-bit. Dengan melihat contoh sampel yang ada dalam gambar 2.3, bila sinyal analog yang ditransmisikan, maka nilai tegangan 1.3, 2.7, 0.5 dst, akan ditransmisikan. Bila nilai yang dikuantisasi ditransmisikan, maka nilai tegangannya 1.5, 2.5, 0.5 dst, akan ditransmisikan. PCM biner dengan pola kode 101, 110, 100 akan


(24)

ditransmisikan. Diagram blok dibawah ini akan memperlihatkan apa fungsi dari sistem PCM tersebut, diperlihatkan pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4. Sistem PCM untuk komunikasi suara.

Sinyal input analog V adalah band terbatas pada 3.4 kHz. Sampel dikuantisasi untuk menghasilkan sinyal PAM yang terkuantisasi yang kemudian diberikan pada enkoder. Pengkuantisasi dan pengkodean ini dillakukan secara bersama-sama dari konversi analog ke digital. Operasi yang pertama pada receiver

adalah pemisahan sinyal dari kebisingan. Level PAM yang tekuantisasi akan dilewatkan melalui filter yang menolak komponen frekwensi, yang berada di luar

baseband dan menghasilkan bentuk rekonstruksi gelombang dari band asli dengan sinyal terbatas [1].


(25)

BAB III

TEORI DASAR SENTRAL TELEPON DIGITAL

3.1 Sejarah Perkembangan Teknologi Sentral Telepon Digital

Telepon pertama kali diperkenalkan lebih dari satu abad yang lalu yaitu pada tahun 1876. Pada awalnya telepon hanya menyalurkan voice saja. Bentuk elektrik dari sinyal suara adalah berupa gelombang analog [2].

EWSD (Electronic Wahler Sistem Digital) adalah sentral telepon digital pertama yang dikembangkan di Indonesia yang diperkenalkan tahun 1984. NEAX dan 5 ESS diperkenalkan tahun 1994. Sentral telepon digital 5ESS merupakan salah satu sentral sistem digital yang digunakan di Indonesia, sentral ini pertama kali dioperasikan tahun 1982 di Amerika Serikat dan pada tahun 1985 mulai digunakan di luar Amerika Serikat. Sampai saat ini sudah lebih dari 30 juta pelanggan yang menggunakan sentral 5ESS ini di lebih dari 13 negara di dunia. Sentral 5ESS merupakan sistem switching digital yang universal dan prosesnya bersifat terdistribusi / modular.

Telinga manusia dapat mendengar pada rentang frekuensi 20-20000 Hz, frekuensi suara yang dapat dibawa saluran telepon terbatas pada 300-3400 Hz. Pada waktu itu, masing-masing pembicaraan dibawa melalui kabel yang terpisah yang menjadikannya sangat mahal. Redaman akibat jarak yang jauh juga menyebabkan buruknya kualitas sinyal suara. Regenerasi sinyal analog secara sempurna sangat sulit dilakukan. Atas dasar inilah kemudian para ahli meneliti dan menemukan bahwa jika sinyal analog dikodekan menjadi deretan nol dan satu regenerasi menjadi mudah dilakukan. Transmisi secara digital ini diterapkan pada


(26)

telepon pada awal tahun 1960. Suatu teknik yang disebut PCM digunakan untuk menggabungkan (multiplex) beberapa sumber suara digital yang terpisah ke dalam satu saluran digital. Namun masih ada satu masalah lagi yaitu hanya sinyal analog yang dapat di-switch. Pada tandem exchange, sinyal digital yang masuk harus dikonversi terlebih dahulu menjadi sinyal analog, lalu sinyal analog di-switch. Sinyal analog kemudian dikonversi kembali menjadi sinyal digital sebelum ditransmisikan kembali ke trunk lain. Proses ini sangat tidak efisien. Baru pada tahun 1970, digunakan teknik switching baru yang disebut Time-Division Switching. Dengan teknik ini, konversi sinyal digital ke analog pada tandem exchange tidak perlu dilakukan [2].

3.2 Faktor-Faktor Pendukung Sentral Telepon Digital Faktor-faktor pendukung sentral telepon digital antara lain,

3.2.1 Time Division Switching (TDS)

Pemakaian Time Division Switching secara bersamaan ini mengawali sebuah reduksi beberapa element switching yang dibutuhkan jaringan. Dengan menggunakan nilai sampling sebesar 8Hz sebuah sampel / data akan muncul, dan berselang 125 �� sampling. Selama rentang 125��, elemen switching yang telah ditentukan tidak bekerja ± 120 �� [1]. Elemen switching tunggal dapat di gunakan untuk menyalurkan sinyal-sinyal dari beberapa inlet menuju outlet

koresponden yang dituju. Gambar sederhana PAM time division switching


(27)

(a) Switching structure

(b) Two-stage equivalent.

Gambar 3.1 Simple PAM Time Division Switching

Sinyal ini dibawa seperti PAM analog sampel dan PCM digital sampel, sekitar 125µs setiap interval. Saat sinyal PAM di switch pada formulasi Time Division, Sistem Switch ini dikenal sebagai Analog Time Division Switching. Namun jika bilangan biner dari sampel PCM di switch maka sistem ini di


(28)

namakan “Digital Time Division Switching”. Link interkoneksi ditunjukkan seperti bus penunjuk inlet-outlet yang dapat dikoneksikan melalui kontrol mekanis yang berfungsi dengan baik, sehingga banyak sinyal satu percakapan dikirim dari inlet-outlet. Terdapat sebuah pemetaan antar inlet-outlet yang membuat inlet-outlet selalu terkoneksi, sehingga mengakibatkan ketidak mungkinan terjadinya switching, kecuali jika sinyal switching dipakai bersamaan oleh semua koneksi. Jika kita meletakkan sebuah control pada sisi keluaran berbasis memori, maka kemampuan maksimal akan di dapat. Contohnya dapat dilihat jumlah control pada sisi outlet yang di berisikan alamat dari penyaluran

outlet dengan lokasi yang berkala agar tercipta koneksi dengan inlet. Kontrol memori memiliki “N” koresponden ke “N” inlet dengan lebar besaran [ log²N] bit untuk pengalamatan “N” outlet.

Sejak elemen tunggal switching bus di sebar berdasarkan waktu oleh N koneksi, maka semua N dapat bersimultan secara aktif, dan sebuah koneksi fisik dihasilkan antara inlet dan outlet saat terjadinya sinyal transfer switching ini dinamakan Time Division Space Switching (TDSS). Pada suatu kasus, switch

dinamakan output controller, karena masing-masing lokasi dari memori control

tersebut berasosiasi dengan outlet yang di berikan.

Time Division Network (TDN) lebih efektif dari segi harga dibandingkan Switch Division Network (SDN), karena itulah mengapa belakangan ini sistem switch lebih banyak menggunakan teknik Time Division

(TD). Memory-controlled Time Division Space Switch, mempunyai struktur yang lebih umum dari pada input atau output struktur control, Terlihat pada Gambar 3.2.


(29)

Gambar 3.2 Struktur umumTime division space switching.

3.2.2 Pulse Code Modulation (PCM)

Pulse Code Modulation (PCM) adalah teknik untuk mengkonversi sinyal analog menjadi sinyal digital dan sebaliknya. Menurut CCITT (Telegraph and Telephone Consultative Committee) definisi dari PCM adalah suatu proses dimana suatu sinyal disampling kemudian di kuantisasi terhadap suatu sample sinyal, baru kemudian dirubah ke kode digital, dimana kuantisasi diartikan sebagai proses pembagian menjadi elemen-elemen yang sangat kecil namun masih dapat diukur [2].

Berikut ini adalah langkah-langkah dalam transmisi digital dimana di dalamnya termasuk proses PCM:


(30)

1. Sampling: sinyal analog di-sample pada frekuensi tertentu. Sinyal yang akan di-sample sebanyak 12 kali. Hasilnya adalah sinyal PAM (Pulse Amplitude Modulation).

2. Coding: sinyal PAM kemudian dikodekan menggunakan compander yang memiliki fungsi compressor / expander. Ada dua jenis compander yang digunakan yaitu:

a) μ-Law Compander yang digunakan di Amerika Utara, Taiwan, Korea, dan beberapa negara lainnya.

b) A-Law Compander yang digunakan oleh negara-negara selain yang telah disebutkan di atas.

3. Multiplexing: Setelah sinyal input suara telah di-sample, dikuantisasi,

di-encode ke dalam bentuk digital (PCM), sinyal tersebut harus ditransmisikan ke tujuannya.

4. Decoding: di sisi penerima, proses yang dilakukan adalah kebalikannya [2].

3.2.3 Time Division Multiplexing (TDM)

Teknik PCM akan menghasilkan 8 bit sinyal untuk satu sampel. Kesatuan dari 8 bit sinyal ini dinamakan timeslot. Seperti telah disebutkan sebelumnya, langkah ketiga pada transmisi digital adalah multiplexing. Yang di-multiplex

adalah timeslot dari banyak circuit / kanal. Multiplexer dapat dianggap sebagai rotor yang menghubungkan kanal satu, dua, tiga, dan seterusnya, lalu kembali lagi ke kanal satu untuk dideteksi, maka jarak yang dapat ditempuh juga kapasitas transmisinya, ikut membesar [2].


(31)

3.2.4 Time Switching (TS)

Time switching ini pada sentral 5ESS dilakukan oleh Time Slot Interchanger (TSI) yang mampu menampung 512 timeslot. Namun untuk penjelasan berikut ini diasumsikan TSI hanya mampu menghubungkan 4 timeslot. Proses switching-nya adalah sebagai berikut:

1. Input diterima di data ram secara berurutan.

2. Timeslot 1 dimasukkan ke dalam lokasi memori 1 data ram, timeslot 2 dimasukkan ke dalam lokasi memori 2 data ram, dan seterusnya.

3. Lokasi memory di control ram, memiliki data yang sama dengan data ram. Output juga memiliki urutan yang sama dengan Control ram.

4. Data RAM dibaca menurut urutan pada control RAM. Hal ini sangat menguntungkan karena tingkat kesalahan yang ditimbulkannya amat kecil bahkan dapat diabaikan.

5. Hasilnya input timeslot 1 menjadi output timeslot 3.

3.2.5 Space Switching (SS)

Time switching hanya dapat menghubungkan panggilan antar pelanggan yang terhubung ke TSI yang sama. Administration Module (AM) yang bertanggung jawab dalam menentukan jalur di dalam TMS. Gambar Space Switching seperti yang terlihat pada Gambar 3.3.


(32)

Gambar 3.3Gambar Space Switching

Aliran data (data stream) dari masing-masing TSI dihubungkan ke TMS (Time-Multiplexed Switch) yang kemudian dihubungkan ke TSI lainnya. Switch

seperti ini disebut space switch (S-Switch). TSI bersifat sinkron dalam artian semuanya sampai pada waktu yang bersamaan di TMS. Timeslot 3 tiba pada waktu yang bersamaan untuk semua aliran data. TMS kemudian menghubungkan

timeslot 3 dari semua TSI ke tujuannya masing-masing.

3.2.6 T-S-T Switching

Dari penjelasan di bawah ini dapat diasumsikan bahwa switching digital dapat dilakukan dengan menggunakan dua jenis switching yaitu :

a) Time switching yang mengubah urutan timeslot.

b) Space switching yang menghubungkan timeslot yang sama dari dua TSI yang berbeda.


(33)

Sentral Telepon Digital TrainerModul B4622-B menggunakan kedua jenis

switching ini dengan prinsip T-S-T (Time-Space Time).[2]

3.3 Pengertian Sentral Telepon Digital

Sentral telepon digital merupakan suatu tempat pemrosesan data (informasi) untuk disalurkan dari penelepon (subscriber) kepada subscriber lain yang dituju, dan dengan dilengkapi fitur-fitur yang telah disediakan oleh sentral itu sendiri, atau biasa disebut suatu otak dari sistem telekomunikasi. Secara luas, sentral telepon digital itu sendiri di artikan sejenis sentral yang dalam menghubungkan percakapan dua orang pelanggan atau lebih melakukan proses pengubahan sinyal analog dari pesawat telepon pelanggan analog, atau sinyal digital dari pesawat telepon digital kemudian di proses dengan kode digital (8 bit PCM ) pada jalur percakapan, dan bagian terima diubah lagi ke sinyal analog supaya dapat didengar oleh penerima dengan pesawat analog.

3.4 Fungsi Sentral Telepon Digital

Sentral digital memiliki beberapa fungsi diantaranya yaitu : a. Menganalisa permintaan pembicaraan

b. Menghubungkan pemanggil dan yang dipanggil melalui saklar kanal bicara. c. Melepas semua rangkaian dan fasilitas saat pembicaraan selesai.

Dari fungsi sentral digital diatas yang disebut sebagai fungsi dasar peralatan sentral yakni fungsi yang berkaitan dengan penyambungan pembicaraan, sedangkan untuk hubungan antara fungsi dasar dan operasi pensinyalan exchange ditunjukkan pada Tabel 3.1.


(34)

Tabel 3.1 Fungsi Dasar Peralatan Sentral

Fungsi Dasar Peralatan Sentral Operasi Pensinyalan

1.Fungsi untuk mendeteksi

permintaan panggilan Mendeteksi permintaan panggilan

2. Fungsi untuk menganalisa permintaan panggilan dan memutuskan pelanggan yang dituju

Mengirim nada putar Menerima sinyal pulsa dial Menerjemahkan informasi Memilih saluran keluar

3. Fungsi untuk menyusun kanal bicara

Mengirim sinyal panggil Mengirim nada bel

Mendeteksi jawaban Menentukan titik silang kanal bicara

4. Melakukan pembicaraan

5. Fungsi memutus Mendeteksi bahwa pembicaraan telah selesai Memutus semua titik silang kanal bicara

6. Pembicaraan selesai

Keterangan dari Tabel 3.1 di atas :

1. Mendeteksi panggilan

Suatu peralatan sentral selalu mengamati asal pemanggil. Saat permintaan panggilan meningkat, misal pelanggan mengangkat handset nya, kemudian arus DC dicatukan lewat kabel dari sentral telepon ke pelanggan. Sentral dapat mengetahui bahwa adanya arus tersebut menandakan kenaikan pembicaraan telepon.

2. Menerjemahkan informasi pelanggan

Sinyal pulsa dari pelanggan memanggil dan dianalisa sentral untuk menentukan sentral mana yang dituju (saluran masuk ke sentral).


(35)

3. Saat pelanggan yang dipanggil bebas

Saluran masuk menginformasikan ke pelanggan yang dipanggil lewat nada bel, dan sentral juga menginformasikan ke pelanggan pemanggil lewat nada balik bel. Mengendalikan (mengontrol) penyambungan panggilan atas dasar instruksi pensinyalan yang datang dari luar ataupun data yang disimpan di dalam sentral. Misal : signalling, routing, fungsi penanganan penyambungan dan fungsi pemrosesan pelayanan.

4. Mendeteksi jawaban

Setelah pelanggan yang dipanggil menjawab, akan terbentuk rangkaian

loop dari sentral telepon ke pelanggan dan ke sentral telepon lagi pada saat pelanggan tersebut mengangkat handset. Pada rangkaian loop akan mengalir arus DC, arus DC tersebut menandakan jawaban dari pelanggan yang dituju.

5. Mendeteksi bahwa pembicaraan telah selesai

Selama kedua pelanggan sedang melakukan percakapan, kedua sentral (saluran keluar dan saluran masuk dari sentral) akan mengamati kedua pelanggan tersebut. Dan pada saat pembicaraan selesai, arus loop akan diputus lewat handset

yang telah diletakkan oleh salah satu pelanggan. Sentral akan mengetahui bahwa pemutusan arus DC berarti pembicaraan telah selesai.

3.5 Jenis - Jenis Sentral Telepon Digital

Tipe sentral telepon digital dibagi menjadi beberapa jenis yang telah ber-revolusi karena perkembangan jaman, yaitu :


(36)

1. Berdasar Proses Penyambungan :

a. Sentral analog / Manual

1) Sistem yang memakai tenaga manusia untuk mengkoneksikan dua orang yang akan berkomunikasi.

2) Menggunakan switchboard untuk mengkoneksikan dua orang yang akan berkomunikasi.

Gambar rangkaian sentral manual terlihat seperti Gambar 3.4. [7]

Gambar 3.4 Gambar rangkaian sentral manual. b. Sentral digital /Otomatis

Sistem yang tidak lagi memakai tenaga manusia dan switch board untuk melakukan proses komunikasi karena semua pekerjaan ini telah diambil alih oleh mesin dan komputer. Karena sentral digital adalah sentral yang mengolah sinyal di dalam bentuk digital, maka memakai metode Hirarki Sentral, yaitu :


(37)

1. Jaringan telepon membutuhkan interkoneksi antar sentral untuk merutekan trafik secara ekonomis dan efektif.

2. Sentral-sentral saling dihubungkan menggunakan sekelompok saluran trunk yang biasa disebut trunk group.

3. Jaringan berhirarki mampu menangani trafik yang besar serta menggunakan sejumlah kecil trunk groups.

Contoh penerapan struktur hirarki sentral terlihat pada Gambar 3.5. [7]

Gambar 3.5 Salah satu contoh penerapan struktur hirarki sentral

Penomoran struktur hirarki sentral dapat kita lihat seperti Gambar 3.6.


(38)

2. Berdasar Cara Pengontrolan :

a. Sistem Pengontrolan Langsung ( Direct controlled system )

Sistem pengontrolan langsung adalah proses penyambungan dikontrol langsung oleh informasi yang diberikan oleh pemanggil. Sentral telepon dengan sistem ini biasanya menggunakan teknologi analog. Contoh dari sentral telepon jenis ini adalah sentral telepon EMD. Informasi yang diberikan oleh pemanggil berupa pulsa-pulsa dari pesawat telepon putar (dial). Pulsa-pulsa tersebut akan menggerakkan selector sesuai dengan jumlah pulsa yang diterimanya, sehingga sentral telepon jenis ini lebih dikenal dengan sebutan telepon step by step [2].

b. Sistem Pengontrolan Tidak Langsung ( Indirect controlledsystem )

Dalam sistem pengontrolan tidak langsung, informasi dari pemanggil akan disimpan dalam suatu register. Sehingga sentral telepon jenis ini lebih dikenal dengan sebutan sentral SPC (Storage Program Control). Setelah informasi yang diperlukan mencukupi, maka sentral telepon akan mencari pelanggan yang dipanggil. Bila telah didapat, hubungan akan dilaksanakan. Keuntungan dari sistem ini dibandingkan sistem pengontrolan langsung adalah proses pembangunan hubungan akan lebih cepat, pemakaian peralatan akan lebih efisien dan kapasitas penyambungan lebih besar [2].

Dalam jalur analog satu kanal hanya untuk satu pasang pelanggan atau hanya satu hubungan komunikasi sedangkan jalur digital menyalurkan sinyal digital dalam bentuk bit 0 dan 1 ( sistem biner ) yang disusun dalam satuan byte.

Saat ini banyak sentral telepon yang digunakan berteknologi digital. Hal ini disebabkan keunggulannya lebih banyak dibandingkan dengan sentral analog.


(39)

Perbedaan utama antara sentral digital dengan sentral analog adalah dalam proses penyambungannya. Dalam sentral digital tidak digunakan kontak mekanik untuk menyambungkan dua pelanggan, akan tetapi proses penyambungan dilakukan dengan cara saling tukar data sinyal yang telah dikodekan. Dengan cara ini proses penyambungan akan lebih cepat, selain itu pada proses tranmisi sinyal digital diterapkan proses multiplexing sehingga pemakaian saluran physik menjadi lebih efisien, sehingga kapasitas sentral menjadi lebih besar dengan dimensi yang lebih kecil. Sentral telepon digital merupakan suatu sistem yang dikontrol oleh

processor, sehingga untuk dapat beroperasi diperlukan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software).

Sinyal analog dikarakteristikkan oleh frekuensi, amplitude dan pasa. Dalam sistem transmisi analog ini proses penyebarannya melalui media gelombang elektromagnetik yang bervariasi dengan berkelanjutan. Pada sistem transmisi digital, sinyal disebar sebagai pulsa tegangan diskrit (tegangan positif mewakili biner 1, dan tegangan negatif mewakili biner 0) sinyal digital diukur pada bit per detik (bps). Pada komunikasi data, sinyal analog digunakan untuk mentransmisi informasi ke sistem telepon atau ke sistem komunikasi radio. Sinyal suara dan sinyal digital seperti ditunjukkan pada Gambar 3.7.


(40)

Sistem transmisi ini melibatkan transmisi analog ( komunikasi suara ) dan transmisi digital. Media untuk transmisi analog mungkin menggunakan kabel

twisted pair, kabel coaxial, kabel fiber optic radio gelombang mikro dan satelit. Sebuah modem (Modulator/Demodulator) mengubah data digital ke sinyal analog dan sinyal analog dapat diubah ke informasi digital. Proses ini melibatkan sampling dan kuantisasi. Proses ini dipanggil pendigitan. Transmisi analog mengambil tempat hanya diantara pertukaran lokal, kantor dan rumah. Proses konversi digital ke analog ke digital ditunjukkan pada blok diagram, seperti ditunjukkan pada gambar 3.8. [5 – 6]

Gambar 3.8 Konversi Digital dari Analog ke Digital.

3. Berdasar Jenis Komponen Utama

a. Sentral telepon digital full elektronik

Sentral telepon digital ini proses penyambungannya dikendalikan oleh suatu program yang disimpan dalam processor (SPC = Store Programmable Control) yang prosesor dan bagian lintas percakapan antar pelanggan sudah bekerja secara digital.

b. Sentral telepon digital semi elektronik

Sentral telepon digital jenis ini penyambungannya dikendalikan oleh suatu program yang disimpan dalam prosesor (SPC), namun lalu lintas antar pelanggan masih bersifat analog.


(41)

3.6Pembagian Dasar Teknik Sentral Telepon Digital

Pembagian dasar teknik sentral telepon digital antara lain :

3.6.1 Space Division Multiplex ( SDM )

Hubungan dua telepon dimulai dengan menghubungkan dua pesawat telepon pelanggan melalui jalur individual. Prinsipnya hanya dapat menyalurkan satu pembicaraan saja, umumnya sistem 2 wire.

3.6.2Frequency Division Multiplex ( FDM )

Suatu cara dengan membagi-bagi jalur frekuensi pada satu bandwidth

frekuensi menjadi sub-band frekuensi. Sistem ini biasanya untuk hubungan jarak jauh. Sistem SDM memerlukan biaya investasi yang sangat besar sehingga dikembangkan menjadi sistem FDM. Dengan FDM satu jalur phisik ( 2 atau 4 kawat) dapat menyalurkan beberapa kanal pembicaraan sekaligus dengan menggunakan frequensi pembawa yang bekerja pada BW 60 kHz - 108 kHz. Frequensi carrier tersebut dibagi - bagi dalam daerah frekuensi 4 kHz, sehingga didapatkan 12 kanal yang cukup untuk membawa frekuensi suara (telepon) tetapi tidak cukup untuk transmisi data atau gambar [4].

3.6.3Time Division Multiplex (TDM)

Merupakan suatu teknik dengan jalan mengatur waktu pengiriman signal suara atau level analog dari pembicaraan telepon dengan cara mengirimkan satu level sampling amplitudo dari signal bicara yang harus diulangi setiap 125 µs, dimana FA= 8000 hz yang sudah ditetapkan oleh CCITT ( ITU-T ) harus 2 kali lebih besar dari frekuensi bicara. Signal pembicaraan dikodekan dalam 8 bit kode


(42)

biner, dan diulang terus menerus setiap 125µ s selama dua pelanggan sedang bicara. Dengan hanya satu saluran penghantar dapat melewatkan 30 pembicaraan sekaligus. [4]

3.6.4 Pulse Amplitude Modulation (PAM)

Dalam teori TDM dapat disimpulkan bahwa dari suatu signal analog

sinussoidal tidak perlu dikirimkan seperti aslinya, tetapi cukup dikirimkan

sample-nya dengan periode waktu tertentu dan secara periodik terus menerus pada waktu tertentu (setiap interval 125 µs). Untuk itu signal sinusoida analog

di-sampling setiap interval 125 µs. Hasil dari pengubahan bentuk sinyal analog secara sampling akan menghasilkan sinyal PAM. Disini yang dipentingkan besaran / level dari amplitudo sampling (volt) per satuan waktu (t), bukan berapa lebar pulsa positif atau negatif dari pulsa sampling tersebut, karena lebarnya tergantung dari frekuensi carrier atau pembawa.

3.6.5 Pulse Code Modulation (PCM)

Dalam sistem digital, besaran sampling dari amplitudo PAM signal di ubah kedalam kode biner, sehingga yang dilewatkan pada jalur bicara adalah besaran amplitudo yang sudah diubah kedalam kode-kode biner, proses ini disebut PCM. Kode - kode biner tersebut selanjutnya dikirimkan ke sisi penerima, dan pada bagian penerima kode biner ini diubah lagi ke bentuk signal PAM untuk selanjutnya diubah ke sinyal analog sesuai aslinya. Sinyal PCM inilah yang merupakan dasar dari sentral telepon digital [2].


(43)

BAB IV

DESKRIPSI SISTEM PERANGKAT SENTRAL TELEPON DIGITAL TRAINER B4622-B

4.1 Umum

Sentral Telepon Digital ini terlebih dahulu dirancang dengan perancangan tertentu dan dirakit dengan komponen – komponen elektronika yang sesuai untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Maka alur perancangan dan perakitan Sentral Telepon Digital Trainer Modul B4622-B dapat digambarkan sesuai dengan diagram alur pada Gambar 4.1. [9]

Mulai

Mengumpulkan teori dan komponen yang dibutuhkan

serta menetukan parameter

Memahami deskripsi sistem Perangkat Sentral Telepon Digital Trainer Modul

Trainer B4622-B

Memahami Tahap – tahap pada pengujian Sentral Telepon Digital Trainer Modul

Trainer B4622-B

Menguji Sentral Telepon digital Trainer B4622-B Apakah Berfungsi Baik ?

Membuat Kesimpulan

Selesai

Tidak


(44)

Dan gambar dari bagian – bagian utama dari Sentral Telepon Digital Trainer B4622-Bdapat ditunjukkan pada Gambar 4.2.


(45)

Gambar 4.2, menunjukkan bagian depan modul (alat). Hal ini mencakup semua item yang diperlukan untuk pengoperasian sistem, serta diagram blok yang jelas memungkinkan arsitektur dan organisasi sistem untuk dipahami. Maka, setelah itu kita melakukan pengujian TrainerModul B4622-B.

4.2Sentral Telepon Digital Trainer

Sentral Telepon Digital merupakan suatu tempat pemrosesan data (informasi) untuk disalurkan dari penelepon (subscriber) kepada subscriber lain yang dituju dan juga suatu tempat pemrosesan data yang dikirim untuk disalurkan ketujuan dengan dilengkapi fitur-fitur yang telah disediakan oleh sentral itu sendiri, atau biasa disebut suatu otak dari sistem telekomunikasi. Dengan melakukan proses pengubahan sinyal analog dari pesawat telepon analog, atau sinyal digital dari pesawat telepon digital kemudian di proses dengan kode digital (8 bit PCM ) pada jalur percakapan, dan kemudian diubah lagi ke sinyal analog agar dapat didengar oleh penerima dengan pesawat telepon analog.

Modul B4622-B

4.3 Bagian – Bagian Utama Sentral Telepon Digital Trainer

Bagian – Bagian Utama Sentral Telepon Digital Trainer

Modul B4622-B

Modul B4622-B

adalah sebagai berikut [9] :

4.3.1 Pemrosesan Catu Daya (Power Supply)

Modul (alat) dapat langsung dihidupkan dengan tegangan 110V, 130V, 220V dengan frekuensi 50 sampai 60Hz. Unit ini diwakili dalam diagram blok yang terletak di ujung kiri atas modul. Ini mencakup 3 slot tegangan AC, saklar


(46)

dan lampu power on,power supply yangmenghasilkan dan memberikan tegangan, digunakan secara internal untuk pengoperasian sistem.

4.3.2 Prosesor utama (Central processor)

Prosesor utama (central processor) mempunyai 3 mode pada pengoperasiannya yaitu mode “RUN”, “HOLD”, dan “reset”. Prosesor utama

(central processor) dapat dioperasikan dalam mode “RUN” untuk operasi normal dan juga dapat dijalankan untuk menampilkan dan menganalisa aliran data selama beroperasinya sistem time-division. Central processor adalah bagian yang paling bertanggung jawab untuk pemrosesan panggilan, dan dibuat untuk menghemat waktu prosesor. Level fungsi yang paling tinggi pada modul (alat) ini terdapat pada central processor, karena selain sebagai otak penggerak alat ini juga berfungsi untuk mengamati modul secara terus-menerus dan mendeteksi transmisi untuk tindakan yang diambil. Pada mode “HOLD” tidak ada suara yang dapat ditransmisikan, karena pada proses dan penyampaiannya suara dihentikan pada tiap langkah. Dan mode “reset” dapat digunakkan ketika mode “HOLD”,

untuk mengizinkan clearing software pada penghitung time slot, agar prosedur aliran sinyal yang melewati saklar dapat di “start” ulang sesuai yang diinginkan untuk kejelasan dari pencarian data tersebut.

4.3.3 Telepon Sirkuit Line Stasiun / Sirkuit Garis Kompatibel

Bagian-bagian sirkuit ini diantara lain :

a. Jack telepon standar, alat yangdapat menghubungkan alat komunikasi seperti telepon, ataupun modem.


(47)

b. Ring driver sirkuit, terdiri dari relay dan dioperasikan dengan perintah dari kontrol pusat ketika sinyal dering dikirim ke stasiun telepon.

c. Garis jembatan penyalur, garis ini diberikan -24V melalui jembatan resistif, memungkinkan untuk mengalirkan loop dari 20 hingga 30mA, sesuai untuk elektronik modern, juga sama baiknya dengan telepon elektromekanik tradisional.

d. Jaringan port interface, ini adalah sirkuit yang memisahkan saluran langganan dengan jaringan switching. Hanya sinyal suara yang diperbolehkan untuk melewati hambatan agar lebih terarah.

Telepon sirkuit line stasiun ini terlihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Telepon sirkuit line stasiun, dan sinyal interface.

4.3.4 Tahap Channel Bank

Tahap Channel bank adalah tahap yang merangkum semua fasilitas untuk membangun alur PCM Multiplex, mulai dari garis sinyal analog. Fasilitas ini


(48)

meliputi active hybrid, A/D converter dengan filter yang sesuai, multiplexer dengan satu jalur, demultiplexer transmisi, D/A converter dan filter LP sebagai transmisi pelengkap. Channel bank ini meliputi :

4.3.4.1Active Hybrid

Alat ini beroperasi secara dua arah sering juga diartikan dengan konversi 2 kabel menjadi 4 kabel. Pada dasarnya, alat yang mempunyai 4 port ini bertugas untuk merutekan sinyal yang datang dari jalur L1 ke terminal RC1

(R=reception) dan merutekan sinyal yang datang dari port TC1

(T=Transmission) ke jalur L6.

4.3.4.2Low-Pass Filter

Dalam sisis transmisi, kita menemukan tahap low-pass filter.Di dalam

low-pass filter kita temui teorema ”Nyquist’’. Dari teorema Nyquist kita ketahui bahwa komponen frekuensi maksimum dari sinyal yang akan ditransmisikan oleh Time-Division Sistem sama dengan 1/2 frekuensi sampling. Dalam hal ini dapat di katakan 8000/2 = 4 kHz band untuk sinyal suara, dengan ketentuan garis standar 340-3400 Hz dari saluran telepon.

Sinyal melakukan lebih dari 1/2 frekuensi sampling, dan tidak satupun yang tidak melewati sistem transmisi, tetapi juga tidak diperbolehkan melewati sampler, karena jika terlewati maka akan ada kesalahan pada decode output dan akan menghasilkan distorsi parah (Aliasing).

4.3.4.3A / D Converter

Perangkat ini bekerja untuk mengoperasikan konversi analog ke konversi digital pada sinyal start eksternal, keluaran digital (8 bit paralel), start diulang


(49)

setiap 8000 kali per detik. Setelah itu A / D converter menggabungkan sampler dengan quantizer. Skema kuantisasi untuk trainer ini adalah linier. Ini berarti bahwa setiap sampel amplitudo linier dibuat untuk sesuai dengan nomor digital 0 sampai 255. Sinyal suara terhadap waktu telah dianalisis dan telah ditemukan bahwa tingkat amplitude rendah jauh lebih sering daripada tingkat amplitudo tinggi, dengan kata lain sinyal suara manusia yang muncul secara kasar, dianggap sebagai sinyal acak.

4.3.4.4Multiplexer

Unit ini salah satu yang membangun kerangka PCM. Unit ini terdiri dari sekumpulan gerbang-gerbang logika. Struktur dari Multiplexer dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Struktur dari Multiplexer 4.3.4.5 Demultiplexer

Demultiplexer ini memiliki fungsi yang saling melengkapi dengan

multiplexer, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Ini menghasilkan 6 jenis 8-bit PCM sinyal, dalam bentuk paralel dari 6- sinyal multiplexTime Slot PCM


(50)

yang diterima dari jaringan switching. Demultiplexer ini digambarkan dalam Gambar 4.5.

Gambar 4.5 Struktur dari Demultiplexer

4.3.5 Jaringan Switching

Jaringan switching memiliki fungsi memberikan jalur / koneksi yang menghubungkan antara input dan output yang memungkinkan terjadinya proses percakapan. Contoh jaringan switching semi-elektronik adalah switch yang terdiri dari matriks relay (penghubung). Setiap relay berfungsi menggerakkan transistor, lalu menutup satu kolom dari matriks, sehingga membentuk panggilan. Jaringan switching elektronik ini, menggunakan solid state switch

analog bukan relay.

Dalam jaringan switching yang static, disimpulkan bahwa alur diaktifkan dengan menutup saklar yang tetap beroperasi sampai pelepasan percakapan. Jaringan ini juga termasuk jenis space-division, karena masing-masing pemutusan beralih secara permanen melalui kabel ke saluran tertentu dari sirkuit. Sistem


(51)

time-division multiplex adalah sebuah sirkuit (sistem transmisi, suatu saklar dll) yang mampu membagi antara banyak pengguna dengan masing-masing penerima layanan secara kontinu. Contoh jaringan switching ini salah satunya Time-division Switching dengan konfigurasi T-S-T (Time-Space-Time), yang menunjukkan bahwa jaringan switching terdiri dari tiga tahap interworking, yaitu matriks waktu, matriks ruang, dan matriks waktu akhir.

4.3.6 Sisi Penerima DTMF-board

Unit telepon tertentu yang mampu manghasilkan pulsa multifrekuensi. Pada suatu telepon, pemilihan DTMF (Dual Tone Multi-Frequency) ketika suatu tombol ditekan, sepasang frekuensi nada dikirimkan menuju sentral. DTMF

receiver pada sentral trainer terdiri dari 7 dekoder nada jenis PLL (LM567). Alat ini disesuaikan untuk mendeteksi kemunculan 1 pasang dari 7 pasang frekuensi yang mungkin dan mengaktifkan suatu sinyal keluaran logik. Dengan kata lain DTMF-board ini berfungsi untuk, mendeteksi dan menampilkan informasi panggilan yang dihasilkan.

4.3.7 Pemrosesan Nada dan Ring Generator

Berdasarkan jenis-jenis dari telepon yang digunakan di beberapa negara, modul trainer B4622-B mengadopsi sistem yang digunakan secara luas.

Contohnya adalah nada yang tidak terputus-putus untuk “pendudukan saluran” sama dengan panggilan yang dilakukan dengan frekwensi 300 Hz, nada berkisar diantara 1 detik ON/ nada 1 detik OFF. Untuk "jalur sibuk", nada dering pada nominal 1 detik ON/4 detik OFF.


(52)

4.3.8 Model Exchange

Alat ini dapat dihubungkan dengan menggunakan data link RS232C ke PC yang disediakan oleh komponen perangkat lunak, yang disesuaikan untuk melihat proses panggilan dan tampilan informasi status lainnya. Alat ini dibantu oleh 6 set telepon yang mampu membuat panggilan dan juga menghasilkan nada dengan baik, menghubungkan kabel, penghantar listrik, PC monitor software, dan instruksi manual. perencanaan penomoran modul exchange trainer B4622-B dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Perencanaan Penomoran Modul Exchange B4622-B

Stasiun Telepon Penomoran

Stasiun 1 4-1

Stasiun 2 4-2

Stasiun 3 4-3

Stasiun 4 4-4

Stasiun 5 4-5

Stasiun 6 4-6

4.3.9 Lampu Indikator Jaringan Switching

Jaringan switching disediakan dengan indikator cahaya untuk menampilkan isi dari setiap sel memori kontrol sesuai dengan time slot. Di mana time slot lampu pada matriks T (time) menunjukkan bagian dari Random Acess Memory (RAM) untuk menjadi output dari T matriks.

4.3.10 Tampilan Numerik Jaringan Switching

Tampilan numerik dari jaringan switching, mewakili sampel digital yang ditangani oleh berbagai bagian dari jaringan dalam bentuk Bit Code Demultiplexing (BCD).


(53)

BAB V

PENGUJIAN SENTRAL TELEPON DIGITAL TRAINER B4622-B

5.1Gambaran Umum

Bab ini membahas tentang bagaimana cara menguji Sentral Telepon Digital Trainer Modul B4622-B yang telah di buat sebelumnya. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah sentral telepon digital yang dirancang sudah mendekati hasil yang diinginkan atau tidak.

Bagian ini akan menggambarkan persiapan pengujian untuk pengoperasian dan pengaplikasian Sentral Telepon Digital Trainer Modul B4622-B, dan selanjutnya akan dianalisis keluaran (output) dari jalur – jalur percobaan pada modul Trainer B4622-B yang akan ditampilkan oleh oscilloscope.

5.2 Tahap – Tahap Proses Pengujian

Tahap – tahap pada pengujian Sentral Telepon Digital Trainer Modul B4622-B antara lain meliputi, pengujian pada transmisi data Trainer B4622-B – PC, menganalisis cara kerja dari Sentral Telepon Digital Trainer Modul B4622-B, teknik penyambungan Switching Stage Sentral Telepon Digital Trainer Modul B4622-B. Dan juga dapat mengetahui proses penyambungan

time slot – time slot yang di lewati pada proses pengujian Sentral Telepon Digital Trainer Modul B4622-B. Tahap proses penyambungan Trainer Modul B4622-B ini, terlihat pada Gambar 5.1.


(54)

Gambar 5.1 Diagram blog Tahap proses penyambungan Trainer B4622-B.

5.3Peralatan Pengujian

Untuk memperoleh hasil dari pengujian perangkat Sentral Telepon Digital TrainerB4622-B, peralatan – peralatan yang dibutuhkan selama percobaan adalah sebagai berikut :

a. Perangkat Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B, dapat kita lihat pada Gambar5.2 (a), (b), (c).


(55)

Gambar 5.2 (b) Bagian kananperangkat Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B.

Gambar 5.2 (c) Bagian kiriperangkat Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B.


(56)

b. Power supply, tegangan pada trainer yang cocok dengan sumber tegangan AC yang tersedia. dapat kita lihat pada Gambar 5.3.

Gambar 5.3 Perangkat power supply tegangan pada trainer

c. 6 set pesawat telepon. dapat dilihat pada Gambar 5.4.

Gambar 5.4 Perangkat6 set pesawat telepon

d. Kabel penghubung trainer ke PC yaitu port RS2623, dapat kita lihat pada Gambar 5.5.


(57)

e. Personal Computer (PC)

f. Osciloscope , dapat kita lihat pada Gambar 5.6.

Gambar 5.6 Osciloscope g. Kabel penghubung, dapat kita lihat pada Gambar 5.7.

Gambar 5.7 Kabel penghubung trainer

5.4Prosedur Pengujian

Langkah – langkah yang harus dilakukan dalam prosedur pengujian tahap penyambungan Sentral Telepon Digital Trainer Modul B4622-B, adalah sebagai berikut :

1. Hubungkan perangkat Sentral Telepon Digital Trainer, osiloskop, 6 set pesawat telepon, dan power supply dengan kabel penghubung.

2. Dengan menggunakan 6 set pesawat telepon, maka kita dapat mengamati proses pemanggilan dari tiap – tiap bagian Trainer Modul B4622-B, dengan


(58)

cara mengirimkan paket data dari port RS2623C Trainer Modul B4622-B ke komputer penerima (Reicever).

3. Amati bentuk gelombang sinyal keluaran Sentral Telepon Digital Trainer Modul B4622-B pada osiloskop, seperti dari line circuit {H (hook), R (ring)}, chanel bank {(RC), (TC)}, active hybrid, multiplexing, dan demultiplexing, serta T-S-T switching matrix.

4. Percobaan selesai.

5.5Hasil Pengujian Dan Analisa Data

Dari langkah-langkah prosedur pengujian di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis pengujian yang dilakukan terhadap perangkat Sentral Telepon Digital TrainerModul B4622-B, yaitu pengujian transmisi data Trainer B4622-B – PC, Analisis Sinyal Pada Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B dan

Oscilloscope pada percakapan 2 pesawat telepon. Disini kita melihat sistem kerja dari proses – proses tersebut, untuk memahami kinerja dari Sentral Telepon Digital TrainerModul B4622-B.

5.5.1Percobaan Transmisi Data TrainerB4622-B – PC

Percobaan Transmisi Data Trainer Modul B4622-B – PC dilakukan dengan cara mengirimkan paket data dari port RS2623 Trainer Modul B4622-B ke komputer penerima (Reicever). Dengan mengirimkan data proses calling

dari port RS2623 Trainer Modul B4622-B ke PC penerima. Tampilan awal program untuk percobaan Trainer Modul B4622-B – PC, ditunjukkan pada Gambar 5.8.


(59)

Gambar 5.8 Tampilan awal pada PC dari port RS2623, modul trainer B4622B.

Sebelum terjadinya panggilan, maka pada tampilan di PC tidak akan terlihat apapun, hanya menu dari tampilan port RS2623, modul trainer B4622-B. Gambar tampilan PC sebelum ada proses terjadinya panggilan, terlihat pada Gambar 5.9.

Gambar 5.9 Menu dari tampilan port RS2623 Sebelum terjadinya panggilan


(60)

Setelah proses terjadinya pemanggilan, maka Ring tone akan berbunyi dan pesawat telepon akan berdering, lalu menu dari tampilan port RS2623 akan menunjukkan tombol yang ditekan untuk proses pemanggilan. Maka kita mengambil sample proses pemanggilan L1 – L6, dimana telah di tentukan bahwa ketetapan awal penomoran di dalam trainer ini ditunjukkan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Ketetapan awal penomoran modul trainer B4622-B

Penomoran modul trainer

B4622-B

Tombol dial pada pesawat Telepon

L1 4-1

L2 4-2

L3 4-3

L4 4-4

L5 4-5

L6 4-6

Setelah mendial L1 (4-1) memanggil L6 (4-6) maka pesawat telepon pada penomoran L6 akan berbunyi dan menghasilkan dering, namun L6 belum di angkat. Terlihat pada layar menu dari tampilan port RS2623 pada PC, seperti pada Gambar 5.10.

Gambar 5.10 Proses pemanggilan dari L1 (4-1) menuju L6 (4-6), namun L6 tidak angkat oleh si penerima.


(61)

Lalu setelah L1 memanggil, L6 pun diangkat dan terjadi percakapan dari kedua pesawat telepon tersebut, maka tampilan pada layar menu dari tampilan

port RS2623 menunjukkan adanya percakapan dari si pemanggil (L1) ,dengan si penerima (L6) lalu Network Map akan bekerja menampilkan hasil data dari chanel bank, time slot, dan juga T-S-T stage. Terlihat pada layar menu dari tampilan

port RS2623 pada PC, seperti terlihat pada Gambar 5.11.

Gambar 5.11 Proses pemanggilan dari L1 (4-1) menuju L6 (4-6), dan L6 telah di angkat oleh si penerima.

Lalu kita menggambil sample lain, yaitu panggilan dari L2 – L3, dimana tahap pertama kita memperhatikan L3 yang dihubungi, maka pesawat telepon pada penomoran L3 akan berbunyi dan menghasilkan dering, namun L3 belum di angkat. Terlihat pada layar menu dari tampilan port RS2623 pada PC, seperti terlihat pada Gambar 5.12.


(62)

Gambar 5.12 Proses pemanggilan dari L2 (4-2) menuju L3 (4-3), namun L3 tidak angkat oleh si penerima.

Sama seperti proses pemanggilan L1-L6 diatas tadi, setelah L2 memanggil, L3 pun diangkat dan terjadi percakapan dari kedua pesawat telepon tersebut, maka tampilan pada layar menu dari tampilan port RS2623

menunjukkan adanya percakapan dari si pemanggil (L2) ,dengan si penerima (L3) lalu Network Map akan bekerja menampilkan hasil data dari chanel bank, time slot, dan juga T-S-T stage. Terlihat pada layar menu dari tampilan port RS2623


(63)

Gambar 5.13 Proses pemanggilan dari L2 (4-2) menuju L3 (4-3), dan L3 telah di angkat oleh si penerima.

Jadi dapat kita simpulkan bahwa, proses pemanggilan dengan penomoran apapun tidak memiliki perbedaan yang signifikan, hanya chanel bank dan time slot yang berubah-ubah, sesuai line pemanggil dan line si penerima.

5.5.2 Analisis Sinyal Pada Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B dan Oscilloscope Pada Percakapan 2 Pesawat Telepon

Di dalam tahap proses analisis sinyal pada Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B dan oscilloscope pada percakapan 2 telepon, kita memakai

sample dengan penomoran pesawat telepon L2 (4 – 2) dengan L6 (4 - 6). Didalam percobaan ini, kita akan menggambil sample proses panggilan dari L2 memanggil L6. Saat melakukan panggilan kita harus memastikan bahwa tombol berada pada posisi “RUN” agar suara pada transmitter dan reiceiver


(64)

saat melakukan panggilan dan melakukan pangembilan sampel data. Dan apabila kita ingin melihat tampilan angka pada modul kita diharuskan memposisikan tombol “RUN” tadi menjadi pada posisi “HOLD” dan semua angka digital (tampilan lampu numeric) akan tampil pada modul.

Maka kita dapatkan hasil, sebagai berikut :

1. Ketika percakapan dilakukan dari L2 – L6, maka sinyal dari L2 akan masuk

ke signaling interface, pada signalling interface ini, terdapat 2 titik uji H (hook) n R( ring),maka sinyal yang di hasilkan seperti Gambar 5.14.

(a) (b)

Gambar 5.14 (a) Posisi H (hook) dan (b) Posisi R (ring), maka pada

oscilloscope

Terlihat pada Gambar 5.14, sinyal yang di hasilkan H (hook) dan R (ring), pada oscilloscope berbeda. Terlihat pada oscilloscope sinyal yang di hasilkan H lebih kecil dari pada sinyal yang di hasilkan R. Dan saat melakukkan pembicaraan sinyal yang dihasilkan keduanya tetap sama.

2. Lalu kita memasang kabel penghubung pada posisi antara jalur signalling interface menuju active hybrid, sepertiterlihat pada Gambar 5.15.


(65)

Gambar 5.15 Memasang kabel penghubung pada posisi antara jalur

signalling interface menuju active hybrid.

Seperti halnya sinyal pada H dan R setelah terjadi proses panggilan, maka sinyal pada L2 (pemanggil) akan bergerak secara sinusoidal. Maka pada

oscilloscope akan muncul seperti Gambar5.16.

(a) (b)

Gambar 5.16 Sinyal pada oscilloscope (a) sebelum dan (b) sesudah terjadi proses panggilan L2 – L6 pada active hybrid

3. Dari active hybrid kita akan menuju Low Pass Filter (LPF) dimana Active hybrid ini beroperasi secara dua arah sering juga diartikan dengan konversi 2 kabel menjadi 4 kabel. Pada dasarnya, alat yang mempunyai 4 port ini bertugas untuk merutekan sinyal yang datang dari jalur L1 ke terminal RC1


(66)

(R=reception) dan merutekan sinyal yang datang dari port TC1

(T=Transmission) ke jalur L6.

4. Lalu setelah itu kita mencoba memasang kabel penghubung pada posisi

Channel Bank (RC), yang berada di antara Active hybrid dengan LPF. Dengan proses pemanggilan dari L2 menuju ke L6, maka kita menganalisa sinyal

oscilloscope dari keluaran (RC). Pada dasarnya hasil yang di keluarkan (RC) dan (TC) adalah sama, maka dapat kita lihat sinyal dari keluaran (RC) pada

oscilloscope, seperti terlihat pada Gambar 5.17.

Gambar 5.17 Sinyal dari keluaran (RC) pada oscilloscope

5. Kemudian sinyal tersebut masuk ke LPF (low pass filter), dimana LPF akan mengurangi noise atau gangguan yang terdapat pada sinyal suara.

6. Lalu masuk ke A/D Converter, dimana pada A/D Converter, sinyal suara yang telah di filter akan diubah menjadi sinyal digital yang berupa digit-digit biner.

7. Kemudian digit-digit biner tersebut menuju multiplexer, dan dikeluarkan menjadi satu deretan digit biner, setiap 8 digit biner akan di tampilkan pada


(67)

tampilan lampu numeric berupa bilangan heksa decimal, seperti terlihat pada Gambar 5.18.

Gambar 5.18 Tampilan lampu numeric pada modul trainer Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B

8. Digit-digit biner keluaran multiplexer, masuk ke S-Matrix yang berupa suatu rangkaian dari 4 buah gerbang “AND”, S-matrix ini adalah jembatan menuju receiver yang akan kita tuju, disini adalah pembagian jalur antara

multiplexer 1 dan multiplexer 2 untuk menuju ke demultiplexer 1 dan

demultiplexer 2. Disini terbagi menjadi 4 gerbang, yaitu 2 gerbang untuk panggilan sesama multiplexer dan 2 gerbang lagi untuk panggilan berbeda


(68)

CONTROL MEMORY CENTRAL PROCESSOR 8 8 8 8 FROM MUX1 FROM MUX2 TO DEMUX1 TO DEMUX2 BIT0

BIT3 BIT2 BIT1

D C B A 1 FRAME TS1

TS4 TS3 TS2

Gambar 5.19 Gambar skematikrangkaian dari 4 buah gerbang AND.

Pada dasarnya T-S-T-matrix adalah sebuah memory yang terdiri dari 4 sel data

RAM, .dengan ketentuan yang dapat ditunjukan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Ketentuan penomoran Time Slot pada modul Trainer B4622-B

Node tahap

S-switch

D C B A Keterangan

Kontrol

kata BIT3 BIT2 BIT1 BIT0

TSI 0 0 1 0 Dipakai untuk jalur

pembicaraan L2→L6

TS2 0 1 0 0 Dipakai untuk jalur

pembicaraan L6→L2

TS3 0 0 0 0 tidak jalan


(69)

Panggilan dari mux1 melalui L2 menuju L6 akan di teruskan dan masuk pada TS1 dan dengan otomatis akan menghidupkan lampu pada gerbang B dan diteruskan sampai diterima pada demux 2 melalui line 6. Dan apabila dilakukan panggilan sebaliknya akan melalui TS2 dan secara otomatis akan menghidupkan lampu pada gerbang C. yang akan diteruskan dan diterima di mux 1.

9. Pada S-matrix ini terjadi proses penyambungan (Switching) antara

multiplexer dengan demultiplexer, dan jika L2 menghubungi L6, maka led B pada S-matrix akan menyala. Hal ini menandakan terjadi penyambungan antara multiplexer 1 dengan demultiplexer 2. Seperti kita lihat pada Gambar 5.20.

Gambar 5.20 Proses pemanggilan L2 – L6 pada Switching matrix di dalam modul trainer Sentral TeleponDigital Trainer B4622-B.

10.Kemudian sinyal suara yang telah diubah menjadi digit-digit biner tadi masuk ke demultiplexer. Kemudian sinyal keluaran demux ini masuk ke D/A

Converter, untuk di ubah menjadi sinyal analog, keluaran D/A Converter


(70)

Gambar 5.21 Sinyalkeluaran D/A Converter

11.Kemudian sinyal analog ini di filter dan dikuatkan oleh Low Pass Filter dan

amplifier. Sinyal yang telah ter-filter dan dikuatkan dapat dilihat melalui titik uji TC6.seperti pada Gambar 5.22.

Gambar 5.22 Sinyalkeluaran TC6 (T=Transmission) jalur L6. Begitu juga sebaliknya jika kita melakukan proses panggilan dari L6 menuju ke L2. Tidak terlihat perubahan yang signifikan.

12.Keluaran dari LPF dan Amplifier masuk kembali ke active hybrid. Maka,

active hybrid meneruskan sinyal ke signaling interface, lalu diteruskan kembali ke line circuit ( dalam kasus ini L6).

13.Ketika L6 dalam keadaan on hook ,maka percakapan telah dapat dilakukan diantara L2 dan L6.


(71)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat penulis berikan pada tugas akhir ini adalah:

1. Dengan melakukan pengujian ini maka dapat diketahui cara kerja dari Sentral Telepon Digital TrainerModul B4622-B.

2. Dengan melakukan pengujian ini, dapat mengetahui proses terjadinya call processing, dan dapat mengetahui tampilan keluaran oscilloscope pada saat terjadinya call processing, pada Sentral Telepon Digital Trainer Modul B4622-B ini.

3. Pada Pengujian Transmisi Data Trainer Modul B4622-B – PC dilakukan dengan cara mengirimkan paket data dari port RS2623 Trainer Modul B4622-B ke komputer penerima (Reicever). Proses pemanggilan dengan penomoran apapun tidak memiliki perbedaan yang signifikan, hanya chanel bank dan time slot yang berubah-ubah, sesuai line pemanggil dan line si penerima.

4. Pada pengujian analisis sinyal Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B dan

Oscilloscope pada percakapan 2 pesawat telepon, tahap penyambungan dari L2-L6 menghasilkan suara setelah active hybrid meneruskan sinyal sampai ke signaling interface, lalu diteruskan kembali ke line circuit ( dalam kasus ini L6), saat L6 dalam keadaan on hook, maka call processing dapat dilakukan. Begitu juga sebaliknya jika kita melakukan proses panggilan dari L6 menuju ke L2. Tahap-tahap penyambungannya sama dengan proses panggilan L2-L6. Tidak terlihat perubahan yang signifikan.


(72)

6.2 Saran

Beberapa saran yang dapat penulis berikan pada tugas akhir ini adalah: 1. Percobaan ini layak untuk digunakan pada Laboratorium Telematika

Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara.

2. Akan lebih baik lagi, jika pengembangan dari Tugas Akhir ini dapat digunakan pada teknologi wireless


(73)

DAFTAR PUSTAKA

1. Viswanathan, Thiaganrajan ,”Switching NetworkTransmission and Speech Digitisation”, 2001. Hal :141 – 147, and 183 – 235.

2. Tarigan, Ari Sudrajat. 2008. Kinerja Switching dalam Call Processing di Sentral Telepon Digital 5ESS AT&T UNR DIVRE III PT.Telekomunikasi Indonesia. Laporan Kerja Praktek. Universitas Komputer Indonesia. Bandung. 2008.

3. Anonim,18 Oktober 2011, Jenis-jenis Sentral Telephone Digital

4. Gnanasivam, P. ME.,M.B.A. 2005. “Telecommunication Switching and Network”. St. Joseph’s College of Engineering, New-Delhi.

5. Student Handbook 5ESS System Overview Volume 1. AT&T Network System Netherland.

6. International 5ESS Switch Translation. AT&T – TELKOM Training Center.

7. Suherman, R F. Jaringan Telekomunikasi. Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU. Medan. 2006.

8. Anonim, 8 Januari 2012, Software Pengendali Untuk Sentral Telepon Digital

9. Anonim, 18 Oktober 2011, Jenis-jenis Sentral Telephone Digital

10. Instruction Manual Trainer B4622-B, ”Digital Exange Trainer”. 2009. Merlino-Milano, Italy.


(1)

CONTROL MEMORY CENTRAL PROCESSOR 8 8 8 8 FROM MUX1 FROM MUX2 TO DEMUX1 TO DEMUX2 BIT0

BIT3 BIT2 BIT1 D C B A 1 FRAME TS1

TS4 TS3 TS2

Gambar 5.19 Gambar skematikrangkaian dari 4 buah gerbang AND.

Pada dasarnya T-S-T-matrix adalah sebuah memory yang terdiri dari 4 sel data

RAM, .dengan ketentuan yang dapat ditunjukan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Ketentuan penomoran Time Slot pada modul Trainer B4622-B Node

tahap S-switch

D C B A Keterangan

Kontrol

kata BIT3 BIT2 BIT1 BIT0

TSI 0 0 1 0 Dipakai untuk jalur

pembicaraan L2→L6

TS2 0 1 0 0 Dipakai untuk jalur

pembicaraan L6→L2

TS3 0 0 0 0 tidak jalan


(2)

Panggilan dari mux1 melalui L2 menuju L6 akan di teruskan dan masuk pada TS1 dan dengan otomatis akan menghidupkan lampu pada gerbang B dan diteruskan sampai diterima pada demux 2 melalui line 6. Dan apabila dilakukan panggilan sebaliknya akan melalui TS2 dan secara otomatis akan menghidupkan lampu pada gerbang C. yang akan diteruskan dan diterima di mux 1.

9. Pada S-matrix ini terjadi proses penyambungan (Switching) antara

multiplexer dengan demultiplexer, dan jika L2 menghubungi L6, maka led B pada S-matrix akan menyala. Hal ini menandakan terjadi penyambungan antara multiplexer 1 dengan demultiplexer 2. Seperti kita lihat pada Gambar 5.20.

Gambar 5.20 Proses pemanggilan L2 – L6 pada Switching matrix di dalam modul trainer Sentral TeleponDigital Trainer B4622-B.

10.Kemudian sinyal suara yang telah diubah menjadi digit-digit biner tadi masuk ke demultiplexer. Kemudian sinyal keluaran demux ini masuk ke D/A

Converter, untuk di ubah menjadi sinyal analog, keluaran D/A Converter

dapat kita llihat dengan menghubungkan oscilloscope ke titik uji, seperti yang ditunjukkan Gambar 5.21.


(3)

Gambar 5.21 Sinyalkeluaran D/A Converter

11.Kemudian sinyal analog ini di filter dan dikuatkan oleh Low Pass Filter dan

amplifier. Sinyal yang telah ter-filter dan dikuatkan dapat dilihat melalui titik uji TC6.seperti pada Gambar 5.22.

Gambar 5.22 Sinyalkeluaran TC6 (T=Transmission) jalur L6.

Begitu juga sebaliknya jika kita melakukan proses panggilan dari L6 menuju ke L2. Tidak terlihat perubahan yang signifikan.

12.Keluaran dari LPF dan Amplifier masuk kembali ke active hybrid. Maka,

active hybrid meneruskan sinyal ke signaling interface, lalu diteruskan kembali ke line circuit ( dalam kasus ini L6).

13.Ketika L6 dalam keadaan on hook ,maka percakapan telah dapat dilakukan diantara L2 dan L6.


(4)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat penulis berikan pada tugas akhir ini adalah:

1. Dengan melakukan pengujian ini maka dapat diketahui cara kerja dari Sentral Telepon Digital TrainerModul B4622-B.

2. Dengan melakukan pengujian ini, dapat mengetahui proses terjadinya call processing, dan dapat mengetahui tampilan keluaran oscilloscope pada saat terjadinya call processing, pada Sentral Telepon Digital Trainer Modul B4622-B ini.

3. Pada Pengujian Transmisi Data Trainer Modul B4622-B – PC dilakukan dengan cara mengirimkan paket data dari port RS2623 Trainer Modul B4622-B ke komputer penerima (Reicever). Proses pemanggilan dengan penomoran apapun tidak memiliki perbedaan yang signifikan, hanya chanel bank dan time slot yang berubah-ubah, sesuai line pemanggil dan line si penerima.

4. Pada pengujian analisis sinyal Sentral Telepon Digital Trainer B4622-B dan

Oscilloscope pada percakapan 2 pesawat telepon, tahap penyambungan dari L2-L6 menghasilkan suara setelah active hybrid meneruskan sinyal sampai ke signaling interface, lalu diteruskan kembali ke line circuit ( dalam kasus ini L6), saat L6 dalam keadaan on hook, maka call processing dapat dilakukan. Begitu juga sebaliknya jika kita melakukan proses panggilan dari L6 menuju ke L2. Tahap-tahap penyambungannya sama dengan proses panggilan L2-L6. Tidak terlihat perubahan yang signifikan.


(5)

6.2 Saran

Beberapa saran yang dapat penulis berikan pada tugas akhir ini adalah: 1. Percobaan ini layak untuk digunakan pada Laboratorium Telematika

Departemen Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara.

2. Akan lebih baik lagi, jika pengembangan dari Tugas Akhir ini dapat digunakan pada teknologi wireless


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Viswanathan, Thiaganrajan ,”Switching NetworkTransmission and Speech Digitisation”, 2001. Hal :141 – 147, and 183 – 235.

2. Tarigan, Ari Sudrajat. 2008. Kinerja Switching dalam Call Processing di Sentral Telepon Digital 5ESS AT&T UNR DIVRE III PT.Telekomunikasi Indonesia. Laporan Kerja Praktek. Universitas Komputer Indonesia. Bandung. 2008.

3. Anonim, 18 Oktober 2011, Jenis-jenis Sentral Telephone Digital

4. Gnanasivam, P. ME.,M.B.A. 2005. “Telecommunication Switching and Network”. St. Joseph’s College of Engineering, New-Delhi.

5. Student Handbook 5ESS System Overview Volume 1. AT&T Network System Netherland.

6. International 5ESS Switch Translation. AT&T – TELKOM Training Center.

7. Suherman, R F. Jaringan Telekomunikasi. Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik USU. Medan. 2006.

8. Anonim, 8 Januari 2012, Software Pengendali Untuk Sentral Telepon Digital

9. Anonim, 18 Oktober 2011, Jenis-jenis Sentral Telephone Digital

10. Instruction Manual Trainer B4622-B, ”Digital Exange Trainer”. 2009. Merlino-Milano, Italy.