masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama”.
Para ahli antropologi mendeskripsikan masyarakat sebagai wadah hidup bersama dari individu-individu yang terjalin dan terikat dalam hubungan interaksi serta interelasi sosial.
Masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari berbagai manusia, yang dengan atau sendirinya bertalian secara golongan dan mempunyai pengaaruh kebatinan satu sama lain
hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri. Sekelompok manusia dapat
dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistematuran yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut.
Masyarakat sering
diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian Hassan Shadily dan Auguste Comte dalam Abdul Syani, 1995: 46-47.
2.3 Landasan Teori
Teori merupakan pendapat yang didasarkan atas penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2008:1444.
Sesuai dengan permasalahan yang akan dianalisis dalam skripsi ini, maka penulis akan menggunakan teori fungsional dan teori semiotik.
2.3.1 Teori Fungsional
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Bronislaw Malinowski 1884-1942 mengajukan suatu orientiasi teori yang dinamakan fungsionalisme, yang beranggapan atau berasumsi ahwa semua unsure kebudayaan bagi
masyarakat di mana unsur itu terdapat. Dengan kata lain pandangan fungsionalme kebudayaan mempertahankan bahwa setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan,
setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat, memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam beberapa fungsi yang bersangkutan
Koentjaraningrat, 1987:167. Bagi Malinowski T.O Ihromi 2006, mengajukan sebuah orientasi teori yang
dinamakan fungsionalisme, yang berasumsi bahwa semua kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat dimana unsur itu masih terdapat. Dengan kata lain, pandangan fungsionalisme
terhadap kata lain memperthanakan bahwa setiap pola kelakuan yang menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan suatu masyarakat,
memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam kebudayaan yang bersangkutan. Untuk menganalisis fungsi Feng Shui di dalam kehidupan masyarakat Tionghoa di
Medan, penulis menggunakan teori fungsional. Sesuai dengan yang diasumsikan di dalam teori fungsional, bagaimana masyarakat Tionghoa yang menjadi objek penelitian
menggunakan Feng Shui dalam menata ruangan di dalam rumahnya. Penlis menganalisis Feng Shui tersebut di dalam kehidupan mereka.
2.3.2 Teori Semiotik
Dalam membahas makna Feng Shui bagi masyarakat digunakan teori semiotik yang dikemukakan oleh Jan Van Lexemburg. Teori semiotik adalah ilmu yang secara sistemik
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mempelajari tanda-tanda dan lambang-lambang, sistem lambang-lambang dan proses-proses perlambangan. Ada juga bahasa-bahasa yang diciptakan manusia sendiri, jadi yang tidak
berkembang dengan sendirinya, dan yang dinamakan dengan sistem lambang, seperti tanda- tanda lalu litas atau sistem lambang sekunder yang berfungsi didalam rangka sebuah sistem
primer, misalnya dalam bahasa-bahasa alamiah. Dalam rangka sebuah sistem lambang kita mengartikan gejala-gejala tertentu berdasarkan sebuah kaidah atau sejumlah kaidah. Kaidah-
kaidah itu merupakan kode, yaitu alasan atau dasar mengapa kita mengartikan suatu gejala- gejala yang menjadi suatu tanda Dick Hartato, 1992:44.
Dalam penelitian ini teori semiotik digunakan untuk menganalisis bagaimana masyarakat Tionghoa yang menjadi objek penelitian memaknai Feng Shui di dalam
kehidupannya, serta menerapkan Feng Shui tersebut di dalam menetapkan letak bangunan dan menata setiap ruangan di dalamnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian