Pendidikan Sekolah Faktor Penyebab Ijime di Jepang

Walaupun ijime itu dikatakan bukan suatu perbuatan yang baik, tetapi sebenarnya di dalam dunia anak ijime merupakan proses liku – liku kehidupan anak dalam masyarakat. Misalnya, dengan cara berkelahi anak – anak ingin menunjukkan apa yang ada pada dirinya. Ada kalanya ia diijime dan ada kalanya ia mengijime. Bagi anaka itu sendiri, melalui ijime ia belajar menyesuaikan diri di dalam lingkungannya.

3. Pendidikan Sekolah

Sekolah mempunyai fungsi yang amat dan sangat khusus untuk menciptakan makhluk baru yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan masyarakat karena sekolah merupakan asosiasi yang lebih luas dari keluarga atau teman – teman. Selain itu sekolah tidak berasal dari hubungan darah, bukan juga dari pilihan bebas, tetapi dari pertemuan secara kebutuhan dan tidak dapat dielakkan di antara para murid yang dikumpulkan berdasarkan umur dan berbagai kondisi sosial yang hampir sama Nojuu, 1989 : 20 . Selain itu sekolah merupakan tempat untuk anak bertindak secara moral, yaitu bertindak dengan cara – cara tertentu yang meliputi konsistensi keteraturan tingkah laku dan wewenang. Yang disebut moral pada dasarnya adalah sesuatu yang bersifat tetap, sejauh kita berbicara mengenai jangka waktu yang tidak terlalu panjang, moral itu akan tetap sama dan tidak berubah Madubrangti, 1994 : 17 . Terdapat jarak yang besar antara moral ketika anak masih berada bersama keluarga, ketika anak menemukan dirinya dan ketika ia meninggalkan keluarga itu, sekolah dan lingkungannya merupakan sarana yang paling tepat untuk pembentukan moral anak. Ada tiga unsur dalam moral, yaitu disiplin, keterikatan pada kelompok dan otonomi si pelaku. Berarti pembentukan moral anak sekolah dapat dilihat dalam situasi di dalam kelas, karena kelas adalah suatu kelompok kecil, berarti tidak satupun dari anggota kecil ini akan bertindak sebagaimana jika mereka bertindak sendiri – sendiri karena akan mempengaruhi kelompoknya. Di kelas ada cukup banyak hal – hal yang dapat dilihat dipelihara bersama dalam kehidupan kolektif kelas, hal ini untuk membangkitkan rasa solidaritas anak seperti memiliki ide – ide bersama, perasaan besama dan tanggung jawab bersama. Sikap anak sekolah di Jepang akhir – akhir ini cenderung untuk tidak menyukai segala sesuatu bentuk – bentuk aturan yang bersifat keharusan, seperti disiplin atau aturan – aturan yang diwajibkan oleh guru kelas atau kelompok resmi di sekolah. Sehingga anak – anak sekolah di Jepang sekarang dengan adanya semacam tuntutan masyarakat sebagai Gakurekishakai ‘masyarakat beriwayat pendidikan’ yaitu masyarakat yang menuntut adanya riwayat pendidikan , dimana anak – anak sekolah dituntut untuk mengejar kemampuan ilmu pengetahuannya melalui persaingan belajar. Untuk itu berbagai usaha yang dilakukan oleh guru maupun orang tua antara lain dengan memberikan pelajaran tambahan atau menyuruh anaknya mengambil pelajaran tambahan untuk menghadapi ujian masuk Sekolah Menengah Atas atau Perguruan Tinggi favorit dalam bentuk persaingan belajar dalam usaha mencapai hensachi peringkat prestasi belajar . Kemudian karena sangat banyak peraturan serta tuntutan sekolah yang diberikan kepada murid – muridnya, sehingga apabila murid tidak melakukannya sesuai dengan peraturan dan tuntutan tersebut maka ia akan menerima hukuman fisik yang dilakukan oleh gurunya di sekolah maupun oleh orang tuanya di rumah Madubrangti, 1994 : 18 . Masalah anak sekolah yang sedang hangat dibicarakan orang pada waktu lalu yaitu masalah Konaiboryoku kebrutalan anak di sekolah, yang pada saat itu sedang menjadi pembicaraan hangat di Jepang menjadi tidak begitu menonjol. Tetapi sebenarnya dengan meradanya masalah konaiboryoku di mata masyarakat bukan berarti masalah anak dapat diatasi sepenuhnya. Konaiboryoku dilakukan oleh anak sekolah sebagai salah satu wujud protes anak terhadap aturan – aturan sekolah yang begitu banyak. Walaupun demikian kebrutalan anak – anak sekolah di Jepang yang akhir – akhir ini kelihatannya sudah semakin berkurang bukan berarti mereka sudah sadar untuk tidak melakukan kebrutalan lagi. Tetapi sebenarnya berkurangnya jumlah kebrutalan anak di sekolah itu karena anak cemas akan semakin bertambah banyak dan kerasnya peraturan – peraturan sekolah apabila ia melakukan kebrutalan di sekolah. Selain itu peraturan – peraturan kecil tentang kehidupan anakpun sudah ditekankan pada anak – anak dengan memberikan hukuman fisik jika aturan itu tidak dipatuhi. Akibatnya, cara lain yang dilakukan oleh anak untuk menghindari hukuman fisik yang diberikan oleh guru maupun orang tuanya ini, memunculkan tindakan lain yang dilakukan oleh anak sebagai ungkapan protes di dalam dirinya yaitu dengan melakukan tindakan tokokyohi tidak mau pergi ke sekolah. Selain itu mereka cenderung membentuk semacam kelompok yang bersifat protes dengan cara mengijime seorang teman dari kelompoknya yang dianggap memiliki di kelasnya. Oleh karena itu anak yang dijadikan sasaran ijime itu mempunyai kelebihan atau kelainan yang tidak dimiliki oleh mayoritas teman – teman sekelasnya atau anak itu adalah anak yang lemah fisiknya. Ijime semacam ini dilakukan oleh kelompok mayoritas anak – anak sekolah di sekolah yang sama.

4. Lingkungan Keluarga