Perumusan Masalah Ruang Lingkup Pembahasan

Prilaku ijime ini memiliki dampak bagi korban, pelaku, maupun lingkungan orang-orang yang menyaksikan ijime. Adapun dampak yang diperoleh oleh korban adalah muncul rasa takut dalam diri korban terhadap pelaku, timbulnya perasaan minder, putus asa, kesepian dan sebagainya, mendorong korban ijime untuk melakukan bunuh diri, tidak memiliki identitas diri dan korban dapat berbalik menjadi pelaku ijime. Bagi pelaku ijime, dampak yang dapat diperoleh adalah mudah marah, cenderung bersikap agresif dengan prilaku yang pro terhadap kekerasan. Sedangkan bagi lingkungan orang-orang yang menyaksikan ijime dampak yang diperoleh adalah mereka akan menganggap bahwa ijime adalah perilaku yang dapat diterima secara sosial dan mereka bergabung dengan para pelaku ijime karena takut menjadi sasaran berikutnya. Begitu mengerikannya dampak yang ditimbulkan oleh tindakan ijime, maka perlu penanggulangan agar masalah yang ditimbulkan oleh tindakan ijime tidak semakin parah. Untuk mengetahui bagaimana penanggulangan tindakan ijime di kalangan siswa di Jepang, maka penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut dengan judul “USAHA – USAHA PENANGGULANGAN IJIME DI KALANGAN SISWA DI JEPANG”.

1.2 Perumusan Masalah

Istilah ijime berasal dari kata ijimeru 苛める yang memiliki arti harafiah sebagai tindakan menyiksa, memarahi, dan mencaci maki. Kata tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah istilah sosial yang digunakan untuk menggambarkan salah satu bentuk penganiayaan yang terjadi dalam masyarakat Jepang. Pada dasarnya, masalah ijime dialami oleh setiap negara namun tidak sampai pada tahap yang mengkhawatirkan seperti yang terjadi di Jepang. Di Jepang, tak jarang kasus ijime sering berakhir dengan kematian. Di Jepang, ijime terjadi di lingkungan sekolah baik di tingkat SD, SMP, maupun SMA. Adapun perilaku ijime tersebut tentunya memiliki dampak kepada korban, pelaku maupun lingkungan orang-orang yang menyaksikan ijime. Adapun dampak-dampak yang diperoleh para korban ijime dari perbuatan ijime misalnya munculnya rasa takut dalam diri korban terhadap pelaku, tidak memiliki identitas diri bahkan mendorong korban ijime untuk melakukan bunuh diri. Bagi pelaku ijime dampak yang diperoleh adalah mudah marah, cenderung bersikap agresif dengan prilaku yang pro terhadap kekerasan. Sedangkan bagi lingkungan orang-orang yang menyaksikan ijime dampak yang diperoleh adalah mereka akan menganggap bahwa ijime adalah prilaku yang dapat diterima secara sosial dan mereka bergabung dengan para pelaku ijime karena takut menjadi sasaran berikutnya. Untuk menghindari dampak dari ijime ini, tentunya ada penanggulangan ataupun pencegahan agar masalah ini tidak semakin parah. Adapun penanggulangan ini hendaknya dilakukan oleh para siswa sendiri, orang tua, sekolah maupun pemerintah Jepang sendiri. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengangkat permasalahan dalam bentuk pertanyaan yang akan dibahas pada skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Apa – apa saja faktor penyebab ijime di Jepang? 2. Bagaimana penanggulangan tindakan ijime di kalangan siswa di Jepang?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi pembahasannya hanya mengenai bagaimana penanggulangan ijime di kalangan siswa di Jepang yang meliputi peran diri sendiri, keluarga, sekolah dan pemerintah. Agar pembahasan lebih jelas, terarah dan akurat, maka penulis dalam bab II menjelaskan juga tentang pengertian ijime, faktor-faktor penyebab ijime, bentuk- bentuk ijime dan contoh kasus berkaitan dengan ijime.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori