3.4 Pemerintah
Pemerintah Jepang sebenarnya sudah membuat undang – undang ataupun peraturan tentang ijime. Namun, hal itu belum sanggup untuk menanggulangi
tindakan ijime di Jepang. Oleh sebab itu, pemerintah Jepang hendaknya harus membuat peraturan yang lebih tegas tentang ijime. Selain itu, untuk mendukung
peraturan dan undang – undang yang telah dibuat oleh pemerintah, perlu juga menggiatkan program kebijakan anti ijime di setiap sekolah. Program anti ijime
ini hendaknya melibatkan pihak sekolah, orang tua dan siswa dengan memberikan penyuluhan tentang apa itu ijime dan akibatnya. Bagaimana strategi pencegahan
dan cara menghadapi tindakan ijime. Dengan adanya peraturan dan undang ijime yang disertai dengan penggiatan kebijakan anti ijime, diharapkan dapat menekan
dan menanggulangi tindakan ijime di Jepang. Pelaku dalam kasus ijime di sekolah Jepang sering sekali adalah guru. Oleh
sebab itu, dalam proses penerimaan seorang guru perlu seleksi yang ketat dan sertifikasi terhadap guru. Hal ini Untuk menjamin bahwa guru-guru memiliki
kemampuan dasar yang standar sebagai tenaga pengajar dan sebagai bentuk pertanggungjawaban akan kualitas pendidikan yang akan diberikan.
Seleksi dalam penerimaan guru, bukan hanya berdasarkan kemampuan kognitif dan psikomotornya, tetapi juga kemampuan afeksinya. Hal ini penting
agar setiap guru dapat menjadi seorang guru yang berempati sehingga apabila murid terlibat masalah termasuk masalah ijime, maka guru memiliki rasa empati
kepada muridnya yang bermasalah sehingga murid yang bermasalah bukan balik diijime tetapi dibimbing dengan penuh kasih.
Dalam setiap kurun waktu tertentu juga, pemerintah perlu juga melakukan evaluasi terhadap kinerja guru. Dengan adanya evaluasi ini, maka diharapkan
bertujuan untuk mendorong guru untuk memiliki komitmen terhadap rencana dan tujuan yang dituliskannya, sekaligus untuk membantu guru memahami letak
kekurangan dan kelebihan atau potensi dirinya yang perlu diperbaiki atau dikembangkan.
Munculnya berita – berita mengenai masalah ijime yang serius melalui media massa seperti berita dengan judul : “Ijime Peristiwa Bunuh diri’ atau
“Peristiwa Pembunuhan Balas Dendam Akibat di Ijime” dan lain – lain yang berkaitan dengan ijime, membuat kata ijime muncul sebagai istilah yang populer.
Bukan populer terhadap kata itu saja, tetapi juga populer di dalam dunia anak – anak karena melalui acara – acara televisi atau buku cerita bergambar anak,
membuat mereka mengenal apa yang disebut ijime. Banyak acara televisi yang dianggap tidak baik dan dapat mempengaruhi dunia anak salah satunya adalah
acara yang menyangkut tentang ijime. Hal ini tentu sangat berbahaya bagi anak sebab tayangan yang mengandung unsur – unsur kekerasan akan berbahaya bila
ditonton oleh anak – anak. Pengaruh media dalam perilaku ijime sangat menentukan. Hal ini terbukti
sebab biasanya anak akan meniru gerakan dan kata – kata dari tontonan yang dilihatnya. Tontonan yang mengandung kekerasan tersebut secara tidak langsung
akan mempengaruhi cara berpikir dan perilaku anak. Anak yang biasanya menonton kekerasan di media cenderung akan berperilaku agresif dan
menggunakan agresi untuk memecahkan masalah. Oleh sebab itu, pemerintah Jepang diharapkan mampu untuk membatasi dan mengurangi berita ataupun
tayangan yang berkaitan dengan ijime atau tindakan kekerasan lainnya sebab itu sangat berbahaya bagi anak – anak dan dapat semakin meningkatnya ijime di
Jepang.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan