Tinjauan Pustaka Kerangka Teori

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi pembahasannya hanya mengenai bagaimana penanggulangan ijime di kalangan siswa di Jepang yang meliputi peran diri sendiri, keluarga, sekolah dan pemerintah. Agar pembahasan lebih jelas, terarah dan akurat, maka penulis dalam bab II menjelaskan juga tentang pengertian ijime, faktor-faktor penyebab ijime, bentuk- bentuk ijime dan contoh kasus berkaitan dengan ijime.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1. Tinjauan Pustaka

Ijime, seperti yang dikenal di Jepang, merupakan masalah manusia yang akan terus berlangsung hingga sampai kapan pun. Segala jenis penindasan, hardikan di sekolah, gangguan atau diskriminasi di dalam masyarakat. Itu semua adalah ijime Uchida, 1993:1. Sementara menurut Akiko Dogakunai 2005:2, ijime diartikan secara harafiahnya sebagai masalah kenakalan anak-anak sekolah di tingkat pendidikan dasar dan menengah berupa penganiayaan, penghinaan , penyiksaan, baik segi mental maupun fisik yang mereka lakukan di antara mereka sendiri. Morita 1985,2001 yang menyebut bahwa ijime adalah sebuah tipe tindakan agresif dari seseorang yang memiliki posisi dominan di dalam proses interaksi sebuah grup melalui tindakan yang disengaja atau serangkaian tindakan yang menimbulkan penderitaan mental dan atau fisik bagi orang lain yang berada di dalam grup yang sama. Ijime di Jepang lebih mirip dengan “bullying” di Barat, yakni tekanan untuk menyakiti perasaan korban yang dilakukan oleh orang-orang dalam sebuah komunikasikelompok yang saling mengenal. Persepsi orang untuk menyamakan “ijime” dengan “bullying” adalah karena arti ijime jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris memang paling mendekati arti “bullying”. Dalam melakukan ijime, pelaku ijime biasanya melakukan perbuatan dengan berbagai cara. Adapun menurut Murakami 1993:149-150 bentuk-bentuk ijime kedalam dua kelompok yaitu: 1. Penganiayaan mental. 2. Penganiayaan fisik. Selain itu, Barbara Coloroso 2006:47-50 juga memaparkan bentuk-bentuk ijime ke dalam 4 kelompok, yaitu: 1. Ijime verbal. 2. Ijime secara fisik. 3. Ijime secara relasional pengabaian. 4. Ijime elektronik.

2. Kerangka Teori

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan konsep ijime, konsep penanggulangan dan pendekatan sosiologis. Dalam konsep ijime, penulis menggunakan pendapat Akiko Dogakunai dan Morita. Menurut Akiko Dogakunai 2005:2, ijime diartikan secara harafiah sebagai masalah kenakalan anak-anak sekolah di tingkat pendidikan dasar dan menengah berupa penganiayaan, penghinaan, baik segi mental maupun fisik yang mereka lakukan di antara mereka sendiri. Hal yang hampir sama juga disebutkan oleh Morita. Morita 1985,2001 berpendapat bahwa ijime adalah sebuah tipe tindakan agresif dari seseorang yang memiliki posisi dominan di dalam proses interaksi sebuah grup melalui tindakan yang disengaja atau serangkaian tindakan yang menimbulkan penderitaan mental dan atau fisik bagi orang lain yang berada di dalam grup yang sama. Dalam konsep penanggulangan, penulis menggunakan pengertian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI online. Penanggulangan berasal dari kata kerja tanggulang yang berarti menghadapi, mengatasi. Lalu mendapat awalan pe- dan akhiran –an sehingga berubah penanggulangan yang merupakan kata benda yang berarti proses, cara, perbuatan mengatasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa penanggulangan adalah cara, perbuatan untuk menghadapi ataupun mengatasi suatu hal www.kbbi.web.id. Agar dapat menjelaskan kasus ijime diperlukan sebuah teori pendekatan yang sesuai dengan objek dan tujuan dari penulisan ini. Dalam hal ini, penulis menggunakan teori pendekatan sosiologi untuk meneliti ijime yang terjadi pada masyarakat Jepang. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat tidak sebagai individu yang terlepas dari kehidupan masyarakat. Fokus bahasan sosiologi adalah interaksi manusia, yaitu pengaruh timbal balik di antara dua orang atau lebih dalam perasaan, sikap, dan tindakan. Ruang kajiannya dapat berupa masyarakat, komunitas, keluarga, perubahan gaya hidup, struktur, mobilitas sosial, gender, interaksi sosial, perubahan sosial, perlawanan sosial, konflik, integrasi sosial, norma dan sebagainya Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, 2004:3-4.

1.5 Tujuan dan Mamfaat Penelitian