BAB 5 PEMBAHASAN
Pada penelitian ini ditemukan bahwa jenis rokok yang diminati oleh pegawai non- akademik di Universitas Sumatera Utara adalah rokok putih yaitu sebanyak 70.
Hasil ini hampir sama dibandingkan penelitian yang dilakukan oleh Kang, KZ 2012 yang menemukan 61,2 pegawai menghisap rokok putih dan sebanyak 38,8
menghisap rokok kretek.
37
Rokok kretek lebih enak dibandingkan rokok putih karena terdapat rasa eksotik dan penambahan eugenol yang akan memberikan efek anastetik
tetapi inhalasinya lebih mendalam dan berbahaya. Namun, dalam penelitian ini rokok putih lebih diminati subjek dibandingkan rokok kretek karena rokok putih
mempunyai filter asetat selulosa pada ujung pemegang yang bertujuan untuk menyaring nikotin dan tar sampai batas tertentu.
14
Dalam penelitian ini didapati bahwa kebanyakan pegawai mempunyai kebiasaan merokok lebih dari 10 tahun 46.Hal ini dikarenakan mereka sudah mulai merokok
sejak mereka remaja atau berada di Sekolah Menengah Atas.Selain itu, pegawai non- akademik Universitas Sumatera Utara mayoritas menghisap 1 hingga 10 batang rokok
sehari yaitu sebesar 44. Pada penelitian ini, gangguan pengecapan ditemui pada sebanyak 4 orang 8 dari
50 subjek penelitian. Berdasarkan pemeriksaan rasa yang telah dilakukan, terdapat 3 subjek yang tidak dapat mengidentifikasikan rasa manis dan 1 subjek yang tidak
dapat mengidentifikasikan rasa pahit.Analisis Fisher’s Exact Testyang dilakukan dalam penelitian ini menemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara kebiasaan merokok dengan terjadinya gangguan pengecapan.Persentase yang rendah dalam penelitian ini dapat disebabkan oleh jumlah sampel yang terlalu kecil
sehingga tidak cukup untuk menimbulkan hubungan yang signifkan.Hasil dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Vennemann, dkk 2008
yang menemukan bahwa merokok secara umum tidak meningkatkan resiko gangguan pengecapan secara signifikan karena persentase gangguan pengecapan yang ada pada
subjek rendah.
8
Penelitian Krut, dkk 1961 dan Yamauchi, dkk 2002 menemukan
Universitas Sumatera Utara
bahwa secara signifikan, threshold pada perokok lebih tinggi dari non-perokok hanya untuk rasa pahit.
38,39
Nikotin dan kandungan lain dalam rokok kemungkinan dapat menyebabkan gangguan enzim pada reseptor pahit dalam taste buds sehingga
pengecapan untuk rasa pahit terganggu.
38
Penelitian Baker 1983 menemukan bahwa perokok mempunyai threshold yang lebih tinggi untuk rasa asin dibandingkan dengan
non-perokok.
40
PenelitianKim, dkk 2005 menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan di antara suprathreshold perokok dan non-perokok untuk empat rasa
dasar.
41
Penelitian Palvidis 2009 dan Hong 2010 menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan di antara threshold
perokok dan non- perokok.
13,42
Berdasarkan hasil yang berbeda-beda, dapat disimpulkan bahwa merokok mempunyai efek yang negatif terhadap pengecapan lidah tetapi
efeknyasedikit. Walaupun terdapat perbedaan threshold antara perokok dan non- perokok, perbedaan suprathreshold di antara mereka tidak signifikan.
43
Berdasarkan jenis rokok yang dihisap, gangguan pengecapan ditemui pada 2 subjek yang menghisap rokok putih dan 2 subjek yang menghisap rokok kretek.Hal ini
disebabkan oleh kandungan nikotin yang terdapatpada kedua-dua rokok tersebut.Pembakaran tembakau yang terus menerus pada rokok dapat menyebabkan
penumpukan nikotin pada mukosa mulut.Penumpukan nikotin dapat menyebabkan taste budsterhambat sehingga zat-zat makanan tidak dapat berinteraksi dengan
reseptor pengecap secara optimal. Meskipun terdapat perbedaan dalam kandungan nikotin di antara rokok putih dan rokok kretek, efeknya terhadap taste buds tidak ada
perbedaan secara signifikan.
12
Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara jenis rokok yang dihisap dengan terjadinya gangguan pengecapan
nilai P = 0,547. Berdasarkan penelitian ini, didapati bahwa gangguan pengecapan hanya terdapat
padasubjek yang menghisap rokok lebih dari 10 tahun yaitu sebanyak 4 orang 8. Hal ini karena paparan mukosa mulut terdapat suhu tinggi dari asap rokok dalam
jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan pada ujung saraf sensoris dan taste buds. Efisiensi pengecapan akan menurun karena transmisi impuls dari taste
buds ke otak akan terganggu.
12
Namun, dari hasil yang diperoleh tidak ditemukan
Universitas Sumatera Utara
hubungan yang signifikan antara lama merokok dengan terjadinya gangguan pengecapan nilai P = 0,137.Walaupun gangguan pengecapan hanya terjadi pada
subjek yang merokok lebih dari 10 tahun 4 orang, jumlah subjekyang mempunyai pengecapan yang normal pada kategori itubanyak ditemukan yaitu sebanyak 19 orang
sehingga dalam analisis Fisher’s Exact Test tidakditemukan hubungan yang bermakna antara lama merokok dan gangguan pengecapan. Penelitan Khan, dkk
2003 menemukan bahwa reseptor rasa tidak terpengaruh oleh lama merokok karena reaksi reseptor rasa perokok dan non perokok terhadap zat perasa yang digunakan
dalam penelitiannya tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
44
Pada penelitian ini, jumlah rokok yang dihisap per hari oleh subjek penelitian menunjukkan bahwa terdapat gangguan pengecapan pada 3 orang yang menghisap
lebih dari 20 batang rokok sehari.Gangguan pengecapan juga didapati pada subjek yang menghisap rokok antara 11-20 batang per hari yaitu 1 orang. Berdasarkan
analisis data tersebut, terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah rokok yang dihisap per hari dengan terjadinya gangguan pengecapan nilai P = 0,007.
Pembakaran tembakau pada rokok dengan frekuensi yang tinggi dapat menyebabkan penumpukan nikotin pada mukosa mulut sehingga menyebabkan taste buds
terhambat. Hal ini akan menghalangi interaksi zat-zat perasa dengan reseptor pada taste buds dan mengurangkan efisiensi pengecapan.Hasil ini sesuai dengan hasil
penelitian Vennemann, dkk 2008 yang menyatakan bahwa perokok berat yang merokok lebih dari 20 batang rokok per hari mempunyai peningkatan resiko untuk
mengalami gangguan pada fungsi penciuman dan pengecapan karena persentase gangguan pengecapan tinggi di kalangan perokok berat.
8
Selain itu, penelitian Akal,dkk 2003 menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk
threshold rasa manis antara perokok dan non-perokok. Penelitiannya menemukan bahwa semakin banyak jumlah rokok yang dihisap per hari, semakin signifikan
peningkatan threshold rasa manis pada subjeknya.
43
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN