62
hal yang pasti, banyaknya perkebunan yang tutup, menjadikan banyaknya pengangguran yang terjadi di Deli khususnya pada kuli Jawa laki-laki dan
perempuan.
135
5.2 Penanganan Penyakit Kelamin
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, upaya penanganan penyakit kelamin mulai diintensifkan sejak dikeluarkannya peraturan yang berisi bahwa setiap rumah
bordil yang telah dilegalkan harus memiliki fasilitas berupa air dan kamar mandi yang memadai, serta menjual alat kontrasepsi dan obat penyakit kelamin.
Sebelum adanya usaha pencegahan dari pemerintah pada waktu itu, maka upaya pencegahan dari penyakit kelamin dilakukan secara tradisional oleh perempuan itu
sendiri. Caranya adalah dengan membasuh organ vitalnya dengan menggunakan air sirih yang dicampur dengan kapur
136
. Air sirih direndam sampai airnya berubah menjadi kemerahan, kemudian dicampur dengan kapur sirih yang juga telah
dilumatkan sebelumnya. Cara yang mereka pakai ini hanya berdasarkan pengetahuan yang didapat secara turun-temurun. Tidak ada upaya penanganan lain yang mereka
lakukan selain dengan menggunakan air sirih tersebut.
137
Sebenarnya pada tahun 1871, telah didatangkan dr. H. Sanders dokter Eropa pertama asal Inggris ke perkebunan Deli Maatschappij. Awalnya upaya penanganan
135
T. Keizerina Devi, op. cit., hlm. 308.
136
Kapur yang dimaksud adalah kapur yang biasa digunakan untuk memakan sirih, bukan kapur tulis atau pun kapur barus.
137
Liesbeth Hesselink, Prostitutuin: A Necessary Evil, . . . op. cit., hlm. 223
Universitas Sumatera Utara
63
ini lebih didasari oleh kepentingan ekonomis
138
, dan karena desakan-desakan dari kelompok liberalis yang ada dalam pemerintah Hindia-Belanda. Pada tahun yang sama
juga, sebuah tempat perawatan kuli yang sakit dibangun di Medan yang menjadi cikal bakal Rumah Sakit Pusat Perkebunan Deli Maatschappij yang sekarang dikenal
dengan Rumah Sakit Tembakau Deli.
139
Akan tetapi, karena pengetahuan tentang penyakit kelamin masih rendah, maka penanganan penyakit kelamin tidak
membuahkan hasil sama sekali. Kamudian setelah dibentuknya Komisi Pengorganisasian Pelayanan Kesehatan
Masyarakat pada 1880, masyarakat banyak diberi penyuluhan-penyuluhan tentang penyakit kelamin. Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, penyuluhan
dilakukan hanya lewat selebaran yang ditempatkan pada barak-barak kuli, rumah- rumah bordil, dan di hotel-hotel tempat adanya pelacuran. Akan tetapi, karena adanya
paradigma kaum lelaki pada waktu itu bahwa belum menjadi laki-laki seutuhnya jika belum terkena penyakit kelamin, maka penyuluhan yang dilakukan oleh komisi
tersebut juga gagal. Melihat kemajuan penanganan kesehatan yang dilakukan oleh perkebunan
Senembah, Deli Maatschappij mulai belajar banyak dari sana. Rumah sakit yang ada di wilayah perkebunan Deli kemudian diintegrasikan dengan Rumah Sakit Pusat
Tanjung Morawa. Dimulai dengan adanya tempat untuk merawat kuli yang sakit yang
138
Kepentingan ekeonomis yang dimaksud adalah untuk penghematan biaya pendatangan kuli.
139
Liesbeth Hesselink, Prostitutuin: A Necessary Evil, . . . op. cit., hlm. 220
Universitas Sumatera Utara
64
disebut poliklinik. Tempat perawatan tersebut bersifat sementara dan bentuknya sederhana. Rumah Sakit Pusat Tanjung Morawa dibangun untuk mengakomodir
tempat-tempat perawatan kuli di setiap perkebunan yang ada. Fasilitas kesehatan di rumah sakit selalu diperbaharui dan ditambah. Pada tahun 1902 rumah sakit ini
dilengkapi dengan teknologi X-Ray, dan tahun 1921 ditambah lagi satu unit. Setiap satu sampai dua pekan sekali dokter kepala rumah sakit pusat datang ke tempat ini dan
melakukan pemeriksaan terhadap para kuli.
140
Rumah sakit terdiri dari beberapa ruangan dan bagian, yaitu ruang kerja, ruang laboratorium ronsen x-ray, ruang apotik, ruang persediaan obat, ruang mesin, ruang
operasi, ruang sterilisasi, ruang tunggu, kamar mandi dan w.c., ruang konsultasi, sumur, menara air, ruang kuli perempuan, ruang kuli jawa, ruang pegawai, dapur, dan
ruang isolasi penyakit yang terdiri dari penyakit malaria, beri-beri, penyakit sipilis, dysentri, typhus
dan kolera.
141
Rumah Sakit Pusat Tanjung Morawa dapat menampung hingga 300 pasien. Gedung di rumah sakit terbagi menjadi 6 gedung utama. Gedung I berfungsi sebagai
ruang perawatan pasien. Ruang perawatan pasien dipisah antara kuli Cina, kuli Jawa dan kuli perempuan. Setiap ruangan biasanya dijaga oleh tiga orang pegawai. Gedung
II adalah gedung untuk menampung pasien yang menderita penyakit dalam. Gedung III berfungsi untuk ruangan bedah pasien. Gedung IV terdiri dari ruang isolasi untuk
140
Kiki Maulana Affandi, op. cit., hlm. 80
141
W. A. P. Schuffner dan W. A. Kuenen, De Gezondheidstoestand van de Arbeiders, Verbonden aan de Senembah-Maatschappij op Sumatra, Gedurende de Jaren 1897 tot 1907,
Amsterdam: De Bussy, 1910, hal. 58. Beberapa fasilitas di rumah sakit dapat dilihat pada lampiran VII.
Universitas Sumatera Utara
65
penyakit malaria dan beri-beri. Gedung V juga terdiri dari ruang isolasi untuk penyakit dysentry, typhus,
dan kolera serta penyakit pencernaan lainnya. Terakhir adalah gedung VI berfungsi sebagai ruangan diagnosa awal dan juga ruangan untuk penderita penyakit
kelamin.
142
Seiring makin meluasnya wilayah perkebunan, maka pada tahun 1921 Perkebunan Senembah Maatschappij melakukan beberapa kebijakan mengenai
perawatan kesehatan. Kebijakan tersebut yaitu kebun-kebun yang letaknya jauh dari Rumah Sakit Pusat Tanjung Morawa harus melakukan perawatan kuli kontrak pada
rumah sakit pusat di perkebunan lain yang letaknya berdekatan. Perkebunan Simpang Empat, Titian Urat, Ramunia dan Melati melakukan perawatan kesehatan kuli kontrak
di Rumah Sakit Perbaungan. Perkebunan Pagar Merbau, Lubuk Pakam dan Kuala Namu berafiliasi dengan Rumah Sakit Petumbukan milik Yayasan Serdang Doktor
Fonds . Perkebunan Selayang, Wampu, Two Rivers dan Tanjung Garbus merawat kuli
yang sakit di Rumah Sakit Sei Sikambing sampai tahun 1922 karena rumah sakit tersebut ditutup sehingga Perkebunan Selayang dan Wampu dialihkan di Rumah Sakit
Bangkatan di Binjai milik Perkebunan Deli Maatschappij. Sementara itu, Perkebunan Two Rivers dan Tanjung Garbus dialihkan ke Rumah Sakit Pusat Tanjung Morawa.
143
Pada tahun 1903 sebuah laboratorium pusat patologi penyakit tropis dibangun di Medan. Laboratorium ini dibangun atas prakarsa administratur utama Perkebunan
Deli Maatschappij, J. W. van Vollenhoven dan direktur utama Perkebunan Senembah
142
Ibid., hal. 48 dan 56.
143
Kiki Maulana Affandi, op. cit., hlm. 82
Universitas Sumatera Utara
66
Maatschappij, C. W. Janssen. Pembangunan laboratorium tersebut terjadi juga berkat
kerjasama tiga perusahaan perkebunan besar di Sumatera Timur, perusahaan tersebut adalah Perkebunan Deli Maatschappij, Perkebunan Senembah Maatschappij, dan
Perkebunan Medan Tabak Maatschappij.
144
Lembaga laboratorium ini merupakan tempat untuk meneliti dan mendiagnosa penyakit-penyakit tropis dan penyakit kelamin di berbagai perkebunan di Sumatera
Timur. Penelitian yang dilakukan adalah pembuatan serum dan vaksinasi serta obat- obatan. Selain itu juga dilakukan penelitian mengenai penyebab suatu penyakit,
hubungan antara gejala dan lingkungan dengan merebaknya wabah penyakit di suatu wilayah.
145
Sejak 1909, selain 3 perusahaan perkebunan yang menjadi inisiator lembaga ini, banyak perusahaan dan berbagai rumah sakit lain yang menjadi anggotanya. Pada
tahun 1921 anggota lembaga laboratorium patologi penyakit tropis berjumlah 45 yang
dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 3. Daftar Anggota Lembaga Laboratorium Patologi.
Tahun Bergabung Nama Anggota
1909 Deli Batavia Mij.
Amsterdam Deli Cie. Deli Langkat Tabak Mij.
144
Arsip AVROS 1892-1985 No. 358, Verslag van het Pathologisch Laboratorium Medan- Deli Sumatra’s Oostkust over de Jaren 1907-1921, ANRI.
145
Kiki Maulana Affandi, op. cit., hlm. 85
Universitas Sumatera Utara
67
Amsterdam Langkat Cie. Onderneming Arnhemia Rotterdam Deli Mij.
United Langkat Plantation Cy. Bindjei Tabak Mij.
Asahan Tabak Mij. Hospital Vereeniging Padang en Bedagai
Central Hospital Martabing Hospital Rantau Pandjang
Central Hospital Perbaoengan Deli Spoorweg Mij. D. S. M.
1910 Rimboen Tabak Mij.
Soengal Tabak Mij. Hollandsche Amerikaansche Plantage Mij.
Serdang Doctor Fonds Serdang en Bedagai Doctor Fonds
1911 Tabak Mij. Soengei Diski
Tabak Mij. Tjinta Radja Bataafsche Petroleum Mij. B. P. M.
Simeloengoen Hospital Siantar Doctor Fonds
Tanjung Kassau Hospital 1913
Hospital Vereeniging Telok Dalam Hospital Vereeniging Tanah Besih
1914 Central Hospital Ajer Tawar
1915 Hospital Vereeniging Lima Poeloeh
Onderneming Kwala Pessilam 1916
Hospital Bekioen
Universitas Sumatera Utara
68
1917 Central Hospital Bindjei
1918 Deli Cultuur Mij.
Gouvernement van Nederland Indie
1919 Bila Sumatra Rubber Lands
Onderneming Bah Boelian Soengei Rampah Rubber Cocoanut Pl. Cy.
Sumatra Para Rubber Plant Cy. Central Hospital Kwala Simpang
Central Planters Hospital Langsa Central Hospital Vereeniging Boven Asahan
Hospital Soengei Bedjangkar
1920 Tabak Mij. Arendsburg
Onderneming Tindjowan Cont. Pl. Cy. Hoeta Padang
Sumatra Industry Cy. Ltd. Silau Toewa Sumber: Arsip AVROS 1892-1985 No. 358, Verslag van het Pathologisch
Laboratorium Medan- Deli Sumatra’s Oostkust over de Jaren 1907-1921,
ANRI. Pada tahun 1918 pemerintah Hindia Belanda membuat kebijakan untuk
memberikan biaya operasional pada lembaga ini sebesar f 500 per bulan.
146
Setelah itu setiap tahun anggaran ini mengalami peningkatan yang disalurkan melalui lembaga
kesehatan milik pemerintah yaitu B.G.D.
147
Selain itu Pembiayaan lembaga ini juga berdasarkan iuran yang dilakukan oleh setiap anggota. Iuran dibayar berdasarkan
146
AVROS 1892-1985, op.cit., No. 358.
147
Kiki Maulana Affandi, op. cit., hlm. 87
Universitas Sumatera Utara
69
jumlah kuli yang ada di perkebunan tersebut. Perkebunan yang menjadi anggota harus membayar iuran f 0,50 setiap kuli.
148
Direktur pertama lembaga ini adalah dr. W. A. Kuenen, dokter dari Perkebunan Senembah Maatschappij.
Beliau yang meletakkan dasar-dasar lembaga dan kegiatan yang dilakukan lembaga laboratorium tersebut dalam penelitian mengenai penyakit
tropis. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga ini yaitu selain penelitian mengenai patologi penyakit tropis juga memberikan saran dan informasi seperti
pembangunan stasiun karantina terhadap kuli yang baru datang di Pelabuhan Belawan, pemeriksaan permukiman kuli di perkebunan, sosialisasi terhadap perkebunan
mengenai bahaya pelacuran dan pentingnya kebersihan lingkungan. Dokter-dokter di lembaga ini juga sering melakukan studi banding ke Jawa atau wilayah di luar Hindia
Belanda berkenaan dengan kesehatan masyarakat dan penanganannya. Selain kegiatan- kegiatan tersebut lembaga laboratorium ini juga menerima dokter-dokter muda yang
berkompeten di bidang penyakit tropis untuk mengaplikasikan ilmunya.
149
148
Ibid.
149
AVROS 1892-1985, op.cit., No. 358.
Universitas Sumatera Utara
70
BAB VI KESIMPULAN