BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa: 1.
Kelompok anak yang memiliki karies dengan keterlibatan pulpa lebih beresiko memiliki indeks massa tubuh yang rendah dibandingkan dengan
kelompok anak yang memiliki karies tanpa keterlibatan pulpa, tetapi semakin banyak karies tanpa keterlibatan pulpa akan tetap memengaruhi indeks massa
tubuh anak. 2.
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara DMFT tanpa PUFA dengan IMT p=0,152. Korelasi antara rerata DMFT tanpa PUFA dengan rerata IMT
sebesar -0,098. 3.
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara PUFA dengan IMT p=0,084. Korelasi antara rerata pufa dengan rerata IMT sebesar 0,167.
4. Usia 14 tahun memiliki rerata DMFT tanpa PUFA yang lebih tinggi
dibanding usia 12 dan 13 tahun. 5.
Usia 14 tahun memiliki rerata PUFA lebih tinggi dibandingkan usia 12 dan 13 tahun.
6. Anak laki-laki memiliki rerata DMFT tanpa PUFA yang lebih tinggi
dibanding anak perempuan. 7.
Anak laki-laki memiliki rerata PUFA yang lebih tinggi dibandingkan anak perempuan
8. Rerata DMFT dan PUFA pada anak kelompok PUFA4,08 dan 1,82 secara
berurutan.
Universitas Sumatera Utara
6.2 SARAN
1. Diharapkan peran orangtua dalam memotivasi anak untuk meningkatkan kebersihan rongga mulut dan melakukan kontol berkala ke dokter gigi untuk
melakukan pemeriksaan rutin. 2. Diharapkan instansi kesehatan baik dokter gigi, perawat gigi agar melakukan
penyuluhan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut secara rutin, pelayanan kesehatan gigi dan mulut sehingga orangtua dan anak dapat melakukan pencegahan karies dini
dengan menyikat gigi dan melakukan pemeriksaan rutin ke dokter gigi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karies Gigi
Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu enamel, dentin, dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu
karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Invasi bakteri
dan kerusakan pada jaringan pulpa, penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri disebabkan karena terjadinya demineralisasi jaringan keras
gigi.
2
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013, indeks DMF-T Decayed, Missing, Filling, dan Tooth di Indonesia sebesar 4,6 yang berarti kerusakan gigi
penduduk Indonesia 460 gigi per 100 orang dan termasuk dalam kategori tinggi. Indeks DMF-T pada laki-laki 4,1 dan pada perempuan adalah 4,9. Hasil Riskesdas
tahun 2013 berdasarkan kategori karakteristik kelompok usia 12-14 tahun memiliki indeks DMF-T sebesar 1,4 termasuk kategori rendah.
4
Karies yang merupakan salah satu penyakit gigi dapat mengakibatkan stress sehingga dapat menciptakan kecemasan, nyeri dan ketakutan.
3
Penelitian lain juga menyatakan bahwa karies yang tidak dirawat yang telah mengenai pulpa dapat
menyebabkan anak kurang tidur, mengakibatkan rasa sakit dan ketidaknyamanan.
13
Karies gigi pada anak dapat berdampak terhadap menurunnya efektifitas belajar dan nafsu makan yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
kekurangan gizi pada anak. World Health Organization WHO merekomendasikan untuk dilakukan pengukuran karies gigi pada anak usia 12 tahun karena menurut
WHO pada usia 12 tahun anak lebih mudah diajak berkomunikasi dan diperkirakan semua gigi permanen telah erupsi, kecuali gigi molar tiga.Anak usia 12 tahun
merupakan kelompok yang mudah dijangkau oleh Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
Universitas Sumatera Utara
UKGS, sehingga usia 12 tahun ditetapkan sebagai pemantauan global untuk karies gigi.
5,14,15
2.2 Etiologi Karies