PEMBAHASAN Kelainan Mukosa Oral pada masyarakat penyirih di Desa Bandar Seribu Kecamatan Haranggaol Horison Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk melihat kelainan-kelainan mukosa oral pada masyarakat yang memiliki kebiasaan menyirih di Desa Bandar Seribu Kecamatan Haranggaol Horison Kabupaten Simalungun. Istilah yang sering digunakan di desa ini untuk kebiasaan menyirih adalah ”mardemban” yang artinya menyirih. Kebiasaan menyirih dilakukan sehari-hari dan merupakan tradisi yang sudah berlangsung lama dan masih membudaya sampai saat ini. Pada acara-acara pertemuan keluarga, pesta perkawinan, pemakaman dan istirahat setelah bekerja akan memberikan waktu yang lebih lama lagi bagi para penyirih untuk bercakap-cakap sambil menyirih. Kebiasaan mengunyah sirih pada penelitian ini lebih sering ditemukan pada wanita75,9 dibandingkan pria 24,1. Kebiasaan menyirih lebih sering ditemukan pada wanita, karena wanita lebih banyak dalam melakukan kegiatan dirumah, sehingga mempunyai lebih banyak waktu luang untuk melakukan kegiatan menyirih setelah aktifitas dirumah selesai. Sedangkan pada kaum pria sendiri seringnya melakukan kegiatan merokok dibandingkan menyirih karena alasan yang paling sering disebutkan subyek karena lebih praktis dan juga penghilang stress pada saat melakukan aktifitas pekerjaan.Penelitian yang sama juga pernah dilakukan di Malaysia oleh Flora, dimana prevalensi menyirih juga lebih sering ditemukan oleh wanita 26,3 terutama yang sudah lama berumah tangga dan usia lanjut daripada pria 10,8. 38 Sementara itu, penelitian yang dilakukan Hasibuan, dkk di Tanah Karo menemukan penyirih hanya terbatas pada wanita saja terutama yang sudah berumah tangga. 6 Menyirih juga dilakukan pada tingkat usia yang bervariasipada saat memulai kebiasaan menyirihdi mulai dari anak- anak, remaja, dewasa bahkan usia lanjut seperti di India kebiasaan mengunyah sirih dimulai dari kalangan anak-anak dan remaja. Karena di India campuran sirih diujual dalam bentuk kemasan seperti permen yang dapat menarik perhatian anak-anak dan remaja. 42-3 Pada penelitian di Desa Bandar Seribu usia ditemukan pada usia 20 sampai 77 tahun. Pada kelompok usia ini Universitas Sumatera Utara sudah banyak wanita yang berumah tangga dan melakukan pekerjaan seperti bertani.Pada kelompok20 sampai 29 tahun kebiasaan menyirih lebih sedikit ditemukan.Rendahnya jumlah subyek yang memulai kebiasaan menyirih di usia muda disebabkan karena banyaksubyek yang masih menjalani sekolah dan belum memasuki kehidupan rumah tangga. Menurut penelitian yang dilakukan di India oleh Gandhi, pada 235 subyek ditemukan bahwa sebagian besar penyirih mempunyai pekerjaan, dan berada pada ekonomi menengah kebawah, seperti pengemudi, penjaga toko, dan buruh. Subyek p+enyirih kebanyakan berada pada usia 22 sampai 44 tahunpada usia ini subyek dikatakan sebagai usia produktif. Kemudian ada yang berumur diantara 14-23 tahun. 44 Penelitian yang sama juga dilakukan di masyarakat Batak Karo Kecamatan Pancur Batu, dimana pada usia 22 sampai 44 tahun paling banyak ditemukan penyirih dikarenakan seringnya melakukan aktifitas pekerjaan seperti bejualan dipasar, kemudian ada juga yang berada pada usia diatas 52 tahun. 2 Sebanyak 43 orang 54,4 penyirih pada penelitian ini mempunyai kebiasaan mengunyah sirih lebih dari 10 tahun. Penelitian seperti ini juga pernah dilakukan di India dimana sebanyak 57,6subyek mempunyai kebiasaan mengunyah sirih lebih dari 10 tahun. 39 Berdasarkanfrekuensi menyirih sebanyak 67,1 subyek pada penelitian ini melakukan kegiatan menyirih sebanyak 1 sampai 5kali sehari. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian lainnya di India dimana di India ditemukan lebih banyak subyek mengunyah sirih sebanyak 1 sampai 3 kali sehari 51,9. 40 Dari hal ini dapat dilihat bahwa menyirihbukan saja suatu aktifitas bagi penduduk di Desa Bandar Seribu akan tetapi sudah menjadi kebiasaan yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan sehari-hari sama halnya dengan makan. 40 Menurut penelitian Solihin, kebanyakan penyirih beranggapan bahwa menyirih secara terus-menerus memiliki khasiat utama terhadap kesehatan dan juga sebagai sejenis narkotik ringan yang berfungsi menenangkan pikiran atau penghilang rasa stres, sehingga dapat menimbulkan efek menentramkan hati dan pikiran. 47 Lama papar menyirih yang dilakukan oleh subyek pada penelitian ini biasanya dilakukan dalam jangka 1 sampai 10 menit bahkan lebih dari 10 menit. Lama papar menyirih yang paling banyakdilakukan oleh subyek sekitar 6 sampai Universitas Sumatera Utara 10menit41,7.Pada penelitian Hasibuan dkk lama subyek melakukan frekuensi mengunyah sirih sekitar 2 sampai 30 kali, rata-rata frekuensi adalah 11,0 kali. Waktu yang diperlukan unuk satu kali mengunyah berkisar dari 5 sampai 30 menit dengan rata-rata 10,9 menit. Lama kebiasaan dan lama kontak atau exposure time mulai dari 121,60 jam samapai 82.125 jam, rata-rata exposure time adalah 12.558,9 jam. 6 Komponen sirih yang digunakan subyek penelitian bervariasi.Campuran yang paling sering digunakan yaitu daun sirih, pinang, kapur, gambir dan tembakau. Subyek yang melakukan hal tersebut sebanyak 65 orang 82,3 pada penelitian ini, subyek penelitian juga ada yang hanya mencampurkan daun sirih, kapur, pinang lalu dikunyahsebanyak 14 orang 17,7 setelah itu dilanjutkan dengan melakukan kegiatan menyuntil. Banyaknya masyarakat Desa Bandar seribu menyirih dikarenakan bahan campuran sirih di daerah tersebut begitu mudah didapat atau dibeli dipasar tradisional. Hal yang berbeda ditemukan pada penelitianWowor pada mahasiswa Papua yang berada di Manado hasil penelitian menunjukkan bahwa campuran sirih yang paling banyak digunakan yaitu terdiri dari daun sirih, pinang, dan kapur 90. Hal ini terjadi dikarenakan kebiasaan menyirih hanya dilakukan jika bahan campuran menyirih tersedia. Di Manado sendiri bahan campuran sirih sulit diperoleh, sehingga bahan campuran untuk menyirih tidak terlalu bervariasi. Berbeda dengan di Papua, dimana bahan campuran sirih lebih mudah untuk didapat terutama pinang dan tembakau. 3 Pada penelitian ini subyek penelitian paling banyak mengunyah sirih pada sisi kiri mulut sebanyak 70,8 dan yang mengunyah pada sisi kanan 29,2 subyek yang hanya melakukan kebiasaan menyirih pada satu sisi memperlihatkan lesi terbatas pada sisi dimana lokasi sirih yang di kunyah tersebut dilakukan.Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasibuan dkk dimana pada penelitian tersebut dikatakan bahwa 59 orang 60,2 yang diteliti menyirih dikedua sisi secara bersamaan atau berganti-ganti disisi kiri dan kanan dalam satu kali menyirih, 22 orang 22,4 menyirih terutama pada sisi kiri dan 17 orang 17,3 menyirih pada sisi kanan. 6 Universitas Sumatera Utara Pada penelitian ini hampir semua subyek penelitian mengunyah campuran sirih tersebut sampai beberapa menit lalu membuang ampas sirih bila rasa sudah mulai hilang 89,9, tetapi ada juga beberapa subyek penyirih dengan menyuntil atau menggosok-gosokkan tembakau pada sisi gigi 10,1. Penelitian yang dilakukan oleh Hasibuan dkk ditemukan dimana ramuan sirih dikunyah atau ditumbuk, alat penumbuk sirih yang disebut dengan tuk-tuk bagi mereka yang tidak bergigi. Ramuan ini dikunyah dalam waktu yang bervariasi antara 5 sampai 30 menit, kemudian semua penyirih membersihan gigi geligi dan mulut bagian depan dengan gumpalan tembakau. Gumpalan tembakau ini digeser-geserkan dengan gerakan yang perlahan-lahan dan berulang-ulang tanpa membiarkan tembakau tersebut berada lama-lama didalam mulut. 6 Menyirih telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat suku batak Toba khusus nya di desa Bandar Seribu Kecamatan Haranggaol Horison, hal ini tampak dalam alasan menyirihsebagai suatu kebiasaan di desa tersebut. Alasan memulai dan meneruskan kebiasaan menyirih yang paling banyak dikatakan subyek penelitianyaitu karena menyirih sudah menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat di desa tersebut dan menjadi sumber kesenangan bagi kalangan penyirih. Mengunyah bahan sirih tersebut dapat memberikan efek tenang dan euforia yang luar biasa dipikiran kalangan penyirih tersebut.Subyek penelitian juga ada yang mengatakan rasa sirih tersebut membuat rasa ketagihan pada saat mengonsumsinya.Penelitian di Malaysia memperlihatkan hal yang berbeda dimana teman merupakan alasan untuk meneruskan kebiasaan menyirih. Alasan lain dari penyirih untuk meneruskan kebiasaan ini adanya rasa senang setelah menyirih karena daun sirih dapat memberikan efek euforia ringan. 41 Kebiasan menyirih mempunyai prevalensi yang cukup tinggi, telah banyak penelitian yang menyatakan dengan frekuensi menyirih lebih dari 1-5 kali sehari, lama kebiasaan menyirih lebih dari 15 tahun, dan cara menyirih seperti bahan menyirih di daerah sulkus bukal rahang bawah, serta meletakkan kapur di commissuremulut saat menyirih telah dinyatakan berpengaruh terhadap cepat lambatnya seseorang terkena kelainan rongga mulut pada mukosa mulut seperti Universitas Sumatera Utara kanker mulut. 46-8 Kandungan pinang salah satunya nitrosamine adalah alkaloids yang merupakan pemicu tumor pada manusia. Alkaloiddiantaranya adalah arecoline, arecadine, guvacine, dan guvacoline. Arecadine alkaloid utama terdiri dari N- Nitrosoguvacoline, N-Nitrosoguvacaine,3-methylnitrosamino propionitrile, dan 3- methylnitrosamino propionitrile jika dikomsumsi bersamaan dengan ekstrak dari kapur dapat menghasilkan radikal reaktif yang ddapat menyebabkan kerusakan DNA. 49,50-1 Kapur yang digunakan untuk menyirih dapat meningkatkan PH menjadi 10. Hal tersebut dapat memicu pertumbuhan sel yang bersifat karsinogenik apabila dikomsumsi bersama komponen sirih lain nya. 49,50-1 Daun sirih muda mengandung safrole yang tinggi bersifat karsinogenik. Eugenol, sebuah polifenol utama menyirih bersifat sitotoksik terhadap fibroblas mukosa bukal dengan menurunkan tingkat ATP selular dan peroksidasi lipid 50-1 . Tembakau yang mengandung senyawa polycylic aromatic hydrocarbons, aldehydes, aromaticamines, dan nitrosamine yang juga bersifat karsinogenik. Senyawa-senyawa tersebut menyebabkan kerusakan DNA dan system perbaikan selanjutnya. Kerusakan DNA itu sendiri terjadi karena ketidakseimbangan antara aktivasi dan detoksifikasi karsinogen. 8 kebiasaan mengonsumsi komponen sirih dapat meningkatkan resiko munculnya lesi praganas seperti, mukosa penyirih, submukus fibrosis oral, dan leukoplakia yang merupakan lesi mukosa praganas yang berpotensi menjadi kanker mulut. 51 Mukosa penyirih kondisi dimana mukosa mulut mengalami deskuamasi yang disebabkan oleh bahan-bahan menyirih atau efek traumatik pada saat menyirih atau kedua-duanya. 20 Lesi terlihat terlokalisir pada tempat sirih diletakkan dan memiliki satu atau lebih karakteristik seperti perubahan warna mukosa menjadi kuning atau coklat kemerahan, mukosa yang kasar, penebalan pada pinggir rongga mulut akibat menyirih dan menyuntil dari bahan sirih dan permukaan epitel yang berwarna putih keabuan yang tidak dapat dikerok. 49,51 Submukus fibrosis oral merupakan lesi prakanker yang dapat terjadi pada mukosa mulut hingga faring, akibat pinang yang digunakan untuk menyirih. Universitas Sumatera Utara Submukus fibrosis juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu terutama akibat kebiasaan menyirih, penggunaan tembakau, dan defisiensi vitamin. Submukus fibrosis biasanya mengenai mukosa bukal, mukosa labial, palatum lunak. 48 Leukoplakia merupakan lesi putih yang tidak dapat dihilangkan dan dikerok dan tidak dapat didiagnosa sebagai suatu penyakit tertentu.Diduga berhubungan dengan kebiasaan mengonsumsi tembakau yang memicu perubahan genetik.Berupa bercak-bercak putih sampai merah pada mukosa mulut dengan permukaan rata, licin sampai agak menonjol,dan brbatas jelas. 49 Kanker rongga mulut adalah neoplasmas ganas yang berasal dari mukosa yang melapisi rongga mulut.Lokasiyang sering terjadi kanker rongga mulut adalah mukosa labial, lidah, gingival, palatum keras, palatum lunak dasar mulut dan mukosa bukal. 37 Kebiasaan mengunyah sirih sebagai penyebab kanker mulut telah dikenal beberapa penelitian. Guha 2006, menemukan hubungan yang kuat antara kanker mulut dan menyirih. Hal ini disebabkan karena saat menyirih sering digunakan daun sirih mentah yang mengandung kira-kira 1 safrole, dimana bahan ini diduga bersifat karsinogenik pada manusia. Penambahan tembakau pada sirih atau penggunaan tembakau setelah menyirih akan menambah efek karsinogenik. 8 Dari 79 subyek penelitian ditemukan yang memiliki kelainan mukosa yaitu 78,5 dan yang tidak mempunyai kelainan mukosa yaitu 21,5.Kelainan mukosa oral yang paling banyak dijumpai pada penelitian ini adalah mukosa penyirih63,8, leukoplakia 4,8, kemudian diikuti oral submukus fibrosis45,7, oral submukus fibrosis yang ditemukan dalam penelitian ini baru merupakan tahap awal yang terlihat sebagai mukosa yang pucat. Tidak ada satupun subyek yang berada dalam stadium yang sudah lanjut yaitu yang mengalami kekakuan untuk membuka mulut sehingga mengganggu makan, menelan maupun berbicara. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Lopaikat Kabupaten Tapin prevalensi lesi praganas wanita lanjut usia pada mukosa mulut dengan menyirih sebanyak 16,6 yaitu lesi praganas jenis oral submukus fibrosis sebanyak 10, leukoplakia tidak ditemukan dan lesi lain yang diduga kanker rongga mulut 3,3. 7 sedangkan penelitian yang dilakukan Hasibuan dkk juga menemukan hal Universitas Sumatera Utara yang sama terhadap penyirih di tanah Karo yang memperlihatkan kelainan mukosa oral yang paling banyak berupa mukosa penyirih, diikuti preleukoplakia, leukoplakia, dan orang submukus fibrosis, mukosa penyirih. 6 Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN