11 Biaya modal saham biasa adalah tingkat return yang diharapkan
oleh investor sebagai kompensasi atas risiko yang tidak dapat didiversifikasi yang diukur dengan beta.
3. Model Ohlson.
Model ini digunakan untuk mengestimasi nilai perusahaan dengan mendasarkan pada nilai buku ekuitas ditambah dengan nilai tunai
dari laba abnormal. � =
�
�
+ �
� + 1
− �
�
�
�
Keterangan: r
= Biaya modal ekuitas Bt
= Nilai buku per lembar saham periode t Xt
+1
= Laba per saham pada periode t+1 Pt
= Harga saham pada periode
2.1.2 Manajemen Laba
Informasi laba menjadi bagian dari laporan keuangan yang dianggap paling penting, karena informasi tersebut secara umum
dipandang sebagai representasi kinerja manajemen pada periode tertentu. Menurut Ahmed dan Belkaoui 2000 dalam Handayani dan Rachadi
2009 menyatakan bahwa Informasi laba penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan,
dengan alasan, yaitu: 1.
Laba menjadi dasar bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan deviden.
2. Laba merupakan dasar dalam memperhitungkan kewajiban
perpajakan perusahaan. 3.
Laba dipandang sebagai petunjuk dalam menentukan arah
Universitas Sumatera Utara
12 investasi dan pembuat keputusan ekonomi.
4. Laba diyakini sebagai sarana prediksi yang membantu dalam
memprediksi laba dan kejadian ekonomi di masa mendatang. 5.
Laba dijadikan pedoman dalam mengukur kinerja manajemen.
Menurut Sulistyanto 2008:5, terjadi perbedaan terhadap praktik manajemen laba mengkibatkan sampai saat ini belum ada kesepakatan
mengenai defenisi manajemen laba. Sebagian pihak memandang bahwa manajemen laba sebagai tindakan kecurangan fraud karena berusaha
untuk mengelabui pemakai laporan keuangan. Sementara itu sebagian lain menilai manajemen laba sebagai aktivitas yang wajar dilakukan manajer
dalam menyusun laporan keuangan, terlebih lagi dilakukan masih dalam lingkup prinsip akuntansi.
Menurut Harahap 2007 memberikan defenisi manajemen laba earnings management sebagai “disclosure management” dalam
pengertian bahwa: “manajemen melakukan intervansi terhadap proses pelaporan keuangan kepada pihak ekstern dengan maksud untuk
memperoleh kepentingan pribadi”. Healy and Walen dikutip Harahap 2007 mendefinisikan
manajemen laba yaitu: Manajemen laba muncul ketika manajer menggunakan keputusan
tertentu dalam pelaporan keuangan dan merubah transaksi untuk mempengaruhi laporan keuangan sehingga menyesatkan
stakeholders yang ingin mengetahui kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontrak
yang menggunakan angka-angka akuntansi yang dilaporkan itu.
Menurut Badruzzaman 2010, manajemen laba merupakan “manajemen laba merupakan cara yang ditempuh manajemen dalam
Universitas Sumatera Utara
13 mengelola perusahaan melalui pemilihan kebijakan akuntansi tertentu
dengan tujuan meningkatkan laba bersih dan nilai perusahaan sesuai dengan harapan manajemen.”
Menurut Scott 2003 manajemen laba dilakukan dengan pola sebagai berikut :
a Taking a bath
Pola manajemen laba yang melaporkan laba pada periode berjalan dengan nilai yang sangat rendah atau sangat tinggi.
b Income minimization
Pola manajemen ini seperti taking a bath tapi tidak se-ekstrim pola taking a bath. Menjadikan laba di periode berjalan lebih rendah dari
pada laba sesungguhnya. c
Income maximization Pola manajemen laba ini berkebalikan dengan income minimization.
Melaporkan laba lebih tinggi dari pada laba sesungguhnya. d
Income smoothing Pola manajemen laba yang paling menarik yaitu dengan cara
melaporkan tingkatan laba yang cenderung berfluktualisasi yang normal pada periode-periode tertentu.
Tindakan para manajer perusahaan yang melakukan pemanipulasian laporan keuangan dengan menaikkan menurunkan laba
perusahaan dinilai merugikan para pengguna laporan keuangan. Praktik manajemen laba dapat membuat para investor mengambil keputusan
Universitas Sumatera Utara
14 investasi yang salah. Manajer perusahaan memiliki motivasi-motivasi
tertentu dalam memanipulasi data keuangan perusahaan. Menurut Watt and Zimmerman dalam Suryani 2010
menyebutkan 3 tiga hal yang melatarbelakangi terjadinya praktik manajemen laba, antara lain:
1. Bonus Plan Hypothesis
Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya, yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang
memberikan bonus besar berdasarkan earnings, lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang
dilaporkan. 2.
Debt Covenant Hypothesis Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit,
cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba. Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam
pandangan pihak eksternal. 3.
Political Cost Hypothesis Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan
perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi, pemerintah
akan segera mengambil tindakan, misalnya: menaikkan pajak pendapatan perusahaan.
Walaupun menggunakan definisi yang berbeda-beda, namun inti
Universitas Sumatera Utara
15 dari definisi-definisi tersebut menyebutkan bahwa manajemen laba
merupakan upaya manajemen secara sengaja untuk mempengaruhi laporan keuangan dengan cara menaikkan atau menurunkan laba untuk
tujuan memenuhi kepentingannya sehingga informasi di dalam laporan keuangan tidak mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang
sebenarnya dan pada akhirnya menyesatkan pemakai informasi tersebut.
2.1.3 Pengungkapan Sukarela