waktu pantas maka auditor wajib mengevaluasi rencana manajemen. Dalam hal satuan usaha tidak memiliki rencana
manajemen atau auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen entitas tidak dapat secara efektif mengurangi dampak
negatif kondisi atau peristiwa tersebut maka auditor menyatakan tidak memberikan pendapat.
3. Apabila auditor telah berkesimpulan bahwa rencana manajemen
dapat secara efektif dilaksanakan maka auditor harus mempertimbangkan mengenai kecukupan pengungkapan
mengenai sifat dan dampak kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan ia yakin adanya kesangsian mengenai kelangsungan
hidup satuan usaha, mitigating faktor dan rencana manajemen serta ia akan memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian
dengan paragraf penjelasan. 4.
Jika auditor berkesimpulan bahwa pengungkapan tersebut tidak memadai maka ia akan memberikan pendapat wajar dengan
pengecualian atau pendapat tidak wajar karena terdapat penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
2.1.4 Kualitas Audit
Kualitas audit yang baik akan menghasilkan informasi yang berguna bagi para pemakai laporan keuangan dalam hal pengambilan keputusan. Auditor yang
Universitas Sumatera Utara
memiliki kualitas audit yang baik cenderung mengeluarkan opini audit going concern apabila klien tidak mempunyai masalah mengenai kelangsungan hidup
perusahaannya. Penelitian De Angelo 1981 dalam Wedari Sentosa 2007:145 menyatakan bahwa auditor skala besar memiliki insentif yang lebih untuk
menghindari kritikan kerusakan reputasi dari pada auditor skala kecil. Auditor skala besar juga lebih cenderung mengungkapkan masalah-masalah yang ada
karena mereka lebih kuat menghadapi resiko proses peradilan. Argumen tersebut berarti bahwa auditor skala besar memiliki kemungkinan atau dorongan yang
lebih untuk melaporkan masalah going concern kliennya apabila terbukti klien terdapat masalah untuk melangsungkan usahanya dibandingkan dengan auditor
skala kecil. Kantor Akuntan Publik besar big four accounting firms dipersepsikan akan
melakukan audit dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan Kantor Akuntan Publik kecil non big four accounting firm. Hal tersebut karena Kantor
Akuntan Publik besar memiliki lebih banyak sumber daya dan lebih banyak klien sehingga mereka tidak tergantung pada satu atau beberapa klien saja, selain itu
karena reputasinya yang telah dianggap baik oleh masyarakat menyebabkan mereka akan melakukan audit dengan lebih berhati-hati.
Kantor Akuntan Publik big four di Indonesia terdiri dari : a. Deloitte Touche Tohmatsu Deloitte, bekerja sama dengan KAP Osman,
Bing, Satrio Eny. b. Ernst Young E Y, yang bekerja sama dengan KAP Purwantono,
Suherman Surja.
Universitas Sumatera Utara
c. Pricewaterhouse Cooper PWC, bekerja sama dengan KAP Tanudiredja, Wibisana, Rintis Rekan.
d. Klynveld Peat Marwick Goerdeler KPMG, bekerja sama dengan KAP Sidharta Widjaja Rekan.
2.1.5 Kondisi Keuangan Perusahaan
Kondisi kesehatan suatu perusahaan dapat dinilai dari kondisi keuangan perusahaan. Nilai Z – Score biasa digunakan untuk melihat kemungkinan
financial distress kebangkrutan pada suatu perusahaan. Financial distress sendiri bisa diartikan perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang parah
sehingga perusahaan tidak bisa lagi menjalankan kegiatan operasional dengan baik yang dapat mengakhiri operasional perusahaan tersebut. Pada perusahaan
yang tidak sehat dapat memunculkan masalah going concern. Santosa dan Wedari 2007:145 menyatakan bahwa semakin kondisi
keuangan perusahaan terganggu atau memburuk maka akan semakin besar perusahaan menerima opini audit going concern dari auditor. Hal tersebut
menjelaskan bahwa auditor hanya akan memberikan opini ini jika perusahaan dikatakan bangkrut atau sulit mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Hal
ini sejalan dengan Wahyu 2009:28 menyatakan bahwa auditor hampir tidak pernah memberikan opini audit going concern pada perusahaan yang tidak
mengalami kesulitan keuangan. Edward I Altman di New York University pada tahun 1960 menggunakan
analisis diskriminan dengan menyusun suatu model untuk memprediksi
Universitas Sumatera Utara
kebangkrutan perusahaan. Fungsi diskriminan Z Zeta yang ditemukannya adalah:
Z = 1,2 Z1 + 1,4 Z2 + 3,3 Z3 +0,6 Z4 + 0,999 Z5 Dimana :
Z1 = Working CapitalTotal Asset Z2 = Retain EarningTotal Asset
Z3 = Earning Before Interest and Taxes Total Asset Z4 = Market CapitalizationBook Value of Debt
Z5 = SalesTotal Asset Model yang telah dibuat Altman ini mengalami suatu revisi. Revisi ini
merupakan penyesuaian agar model prediksi kebangkrutan ini tidak hanya untuk perusahaan – perusahaan manufaktur Tbk melainkan juga dapat diaplikasikan
untuk perusahaan – perusahaan di sektor swasta go public maupun non go public. Oleh karena itu diperoleh formula sebagai berikut:
Z = 0,717 Z1 + 0,84 Z2 + 3,10 Z3 +0,420 Z4 + 0,998 Z5 Dimana :
Z1 = Working CapitalTotal Asset Z2 = Retain EarningTotal Asset
Z3 = Earning Before Interest and Taxes Total Asset Z4 = Book CapitalizationTotal Liabilities
Z5 = SalesTotal Asset Dari hasil analisa model Altman, akan diperoleh nilai Z-Score yang dibagi
dalam tiga tingkatan atau kategori, yaitu sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Z-score 2,90 dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat sehingga
tidak mengalami kesulitan keuangan. b.
1,23Z-Score2,90 berada di daerah abu-abu sehingga dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan, namun kemungkinan
terselamatkan dan kemungkinan bangkrut sama besarnya tergantung dari keputusan kebijaksanaan manajemen perusahaan sebagai pengambilan
keputusan. c.
Z-Score 1,23 dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan yang sangat besar dan beresiko tinggi sehingga kemungkinan
bangkrut sangat besar.
Tabel 2.1 Titik Cut-Off model Altman Modifikasi
Private Firm Kategori
Nilai
Sehat jika Z 2,99
Daerah Rawan Grey Area jika Z 1,23 – 2,99
Bangkrut jika Z 1,23
Sumber: Altman 2000
Pada penelitian terdahulu yang dilakukan Putri 2011 digunakan model prediksi kebangkrutan untuk mengukur kondisi keuangan perusahaan yaitu Z-
Score Altman 1968. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Z-Score Altman Modifikasi 1995 sebagai proksi untuk mengukur kondisi keuangan perusahaan.
Jika nilai Z-Score semakin tinggi menunjukkan bahwa semakin kecil kemungkinan perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Opini Audit Tahun Sebelumnya