Gliserin .1 Uraian Bahan Gel Alginat

26 etanol meningkatkan aktivitas termodinamik obat karena etanol cepat menembus melewati stratum korneum dan memiliki sifat cepat menguap sehingga membuat obat dalam sediaan mencapai kondisi jenuh dan memberikan daya dorong permeasi yang kuat. Ketika digunakan dalam konsentrasi tinggi dan dalam jangka waktu yang panjang, etanol mengubah struktur lipid bilayer stratum korneum dengan mengekstraksi lipid Trommer dan Neubert, 2006. Etanol dapat digunakan untuk meningkatkan penetrasi dari levonorgestrel, estradiol dan hidrokortison. Efek peningkatan penetrasi etanol tergantung dari konsentrasi yang digunakan Swarbrick dan Boylan, 1995. 2.9 Gliserin 2.9.1 Uraian Bahan a. Rumus bangun : Gambar 2.6 Rumus bangun Gliserin b. Rumus molekul : C 3 H 8 O 3 c. Berat molekul : 92,09 d. Pemerian : cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, hanya boleh berbau khas lemah tajam atau tidak enak. Higroskopik, netral terhadap lakmus. e. Kelarutan : dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap. Universitas Sumatera Utara 27

2.9.2 Efek gliserin terhadap penetrasi obat melalui kulit

Gliserin adalah contoh dari komponen NMF Natural Moisturizing Factor yang juga digunakan dalam aplikasi perawatan kulit. NMF adalah sekelompok molekul higroskopis yang secara alami terdapat dalam kulit dan melindungi kulit dari pengeringan parah Bjorklund, et al, 2013. Pelembab seperti gliserin dapat digunakan untuk meningkatkan hidrasi stratum korneum, akibatnya akan menyebabkan peningkatan difusi dari obat-obat hidrofilik Trommer dan Neubert, 2006.Dengan adanya penambahan gliserin dapat meningkatkan penetrasi obat melalui kulit karena gliserin dapat meningkatkan hidrasi kulit. Gliserin dapat meningkatkan hidrasi kulit dengan cara menjaga dan mempertahankan konsentrasi air pada kulit sehingga kulit tetap lembab dan terjaga konsentrasi air pada kulit sehingga stratum korneum akan lembut dan obat akan semakin mudah menembus membran Choi et al., 2005 dan Harding et al., 2000.

2.10 Gel Alginat

Alginat adalah polisakarida alam yang umumnya terdapat pada dinding sel dari semua spesies algae coklat phaeophyceac. Asam alginat ditemukan, diekstraksi pertama sekali dan dipatenkan oleh seorang ahli kimia dari inggris Stanford tahun 1880 dengan mengekstraksi Laminaria stenophylla. Alginat merupakan karbohidrat, seperti gula danselulosa dan merupakan polimer struktural pada ganggang laut sama seperti selulosa pada tanaman. Dengan kemampuan alginat yang dapat membentuk gel, sehingga banyak digunakan untuk berbagai aplikasi industri , termasuk makanan dan obat-obatan Anderson, 2012. Alginat banyak digunakan untuk keperluan medis antara lain untuk bahan memperbaiki dan regenerasi jaringan seperti pembuluh darah, kulit, ikatan sendi. Universitas Sumatera Utara 28 Hal ini disebabkan karena sifatnya yang biodegradable dan biocompatible, dan tidak menyebabkan toksik. Alginat semakin banyak digunakan dalam berbagai bentuk fisik antara lain larutan, dispersi, gel, serat dan lain-lain Sun dan Huaping, 2013. Alginat memiliki sifat-sifat utama: 1. Kemampuan untuk larut dalam air serta meningkatkan viskositas larutan 2. Kemampuan untuk membentuk gel 3. Kemampuan membentuk film natrium atau kalsium alginat dan serat kalsium alginat Sun dan Huaping, 2013. Kelarutan alginat dan kemampuannya mengikat air bergantung pada jumlah ion karboksilat, berat molekul dan pH. Kemampuan mengikat air meningkat jika jumlah ion karboksilat semakin banyak dan jumlah residu kalsium alginat kurang dari 500, sedangkan pH dibawah 3 terjadi pengendapan Sun dan Huaping, 2013. Gel atau jelly adalah suatu sistem dispersi semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan Ditjen, POM, 1995. Sebagian gel menjadi encer setelah pengocokan dan segera menjadi setengah padat atau padat kembali setelah dibiarkan atau didiamkan untuk beberapa waktu tertentu, peristiwa ini dikenal sebagai peristiwa tiksotrofi Ansel, 1989. Penyerapan senyawa pada pemberian transdermal berkaitan dengan pemilihan bahan pembawa sehingga bahan aktif dapat berdifusi dengan mudah kedalam struktur kulit. Bahan pembawa dapat mempengaruhi keadaan dengan mengubah permeabilitas kulit dalam batas fisiologik dan bersifat reversibel terutama dengan meningkatkan kelembaban kulit Aiache, dkk., 1993. Universitas Sumatera Utara 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indometasin merupakan salah satu obat antiinflamasi nonsteroid yang paling efektif untuk pengobatan reumatoid artritis, osteoartritis, ankylosing spondylitis, dan acute gouty arthritis Insel, 1990. Indometasin lebih efektif menanggulangi peradangan dinandingkan aspirin atau AINS Antiinflamatory Non Steroidal lainnya Mycek, dkk., 2001, yang mana efektifitas antiinflamasi yang dimilikinya lima kali lebih kuat daripada kortison dan 25 kali lebih tinggi daripada fenilbutazon Foye, 1996, akan tetapi indometasin menimbulkan efek samping yang lebih besar pula dibandingkan aspirin atau AINS lainnya pada saluran cerna berupa iritasi ulkus lambung, rasa panas dan nyeri perut, mual bahkan perdarahan Insel, 1990. Efek samping lokal indometasin pada saluran cerna disebabkan kontak langsung kristal-kristal indometasin pada saluran cerna dalam waktu yang lama, sehingga merusak mukosa saluran cerna Niazi, 1979. Dewasa ini, diperdagangan terdapat sejumlah produk yang mengandung indometasin yang diberikan secara oral, salah satu contohnya yaitu Indocin ® Moffat, et al., 2005. Pemberian indometasin secara oral dapat menyebabkan iritasi pada mukosa lambung, maka pada penelitian ini dibuat sediaan transdermal indometasin yang tidak menimbulkan efek samping pada lambung. Hal ini mengingat bahwa indometasin memiliki berat molekul yang rendah dan lipofilitas yang tinggi Moffat, et al., 2005, sehingga cocok untuk diformulasi menjadi sediaan transdermal. Universitas Sumatera Utara