Peningkat Penetrasi Enhancer TINJAUAN PUSTAKA

20 g. Flora kulit dan enzim Berbagai enzim metabolisme dan mikroba yang terdapat pada kulit dapat memetabolisme obat yang melewati kulit. Hanya sedikit obat dalam bentuk aktif yang mencapai sirkulasi di kulit, misalnya pemberian testosteron hanya diserap 95 karena adanya metabolisme di kulit.

2.5.4 Karakteristik molekul obat yang cocok untuk diformulasi menjadisediaan transdermal

Obat-obatmolekul obat yang ideal sebagai sediaan transdermal harus memiliki syarat antara lain Mishra, 1998: a. Koefisien partisi molekul obat harus tinggi b. Memiliki kelarutan yang cukup, baik dalam minyak maupun ke dalam air c. Obat harus bersifat non-ionik d. Memiliki massa molekul yang rendah, yaitu lebih kecil dari 600 Da e. Titik lebur partikel obat harus rendah 200 C f. pH antara 5-9 g. Dosis obat yang diberikan berkisar antara 10-15 mghari.

2.6 Peningkat Penetrasi Enhancer

Peningkat penetrasi dapat digunakan dalam formulasi obat transdermal untuk memperbaiki fluks obat yang melewati membran. Fluks obat yang melewati membran dipengaruhi oleh koefisien difusi obat melewati stratum corneum, konsentrasi efektif obat yang terlarut dalam pembawa, koefisien partisi antara obat dengan stratum corneum dan dengan tebal lapisan membran. Peningkat penetrasi yang efektif dapat meningkatkan penghalangan dari stratum corneum Williams Universitas Sumatera Utara 21 dan Barry, 2004. Peningkatan penetrasi obat dapat dilakukan menggunakan peningkat penetrasi kimia Sharma, et al., 2012.

2.6.1 Peningkat penetrasi secara kimia

Tujuan peningkat penetrasi adalah untuk meningkatkan permeabilitas barier stratum korneum tanpa merusak sel.Sifat enhancer kimia yang ideal adalah: a. Inert secara farmakologi. b. Non-toksik, non-iritasi dan non-alergenik. c. Onset of action obat cepat dan durasi kerja obat yang digunakan sesuaidan dapat diperkirakan. d. Dengan penghilangan enhancer, stratum korneum segera pulih kembali. e. Bekerja saru arah, yaitu dapat membantu masuknya zat dari luar ke dalam tubuh, tapi mencegah keluarnya material endogen dari dalam tubuh. f. Memiliki efikasi yang baik dan kompatibel secara fisika dan kimia dengan berbagai bahan obat. g. Merupakan pelarut yang baik bagi obat sehingga hanya dibutuhkan jumlah obat yang minimal. h. Mudah disapukan pada kulit dan cocok dengan kulit. i. Dapat di formulasi dengan mudah pada lotion, suspensi, salep, krem, gel dan aerosol. j. Tidak mahal, berbau, berasa dan berwarna Ramteke, et al., 2012 2.6.3Mekanisme kerja enhancerkimia Enhancer kimia secara umum dapat bekerja dengan salah satu atau lebih mekanisme utama berikut ini Touitou dan Barry, 2007. a. Mempengaruhi lipid interseluler stratum korneum sehingga menurunkan barier lipid bilayer terhadap molekul obat. Pengaruhnya ini dapat berupa Universitas Sumatera Utara 22 fluidisasi, ekstraksi lipid, perubahan polaritas, atau pemisahan fase yang mengakibatkan terbentuknya celah yang memungkinkan senyawa polar menembusnya. Senyawa yang bekerja dengan mempengaruhi lipid adalah azone, terpen, asam olet, DMSO dan etanol. b. Mengubah sifat melarutkan stratum korneum sehingga meningkatkan koefisien partisi obat ataupun bekerja sebagai kosolven jaringan. Contoh senyawa dengan mekanisme aksi ini adalah pirolidon. c. Mempengaruhi keratin intraseluler stratum korneum dengan cara mendenaturasi atau mengubah konformasinya sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan hidrasi. d. Memodifikasi aktivitas termodinamik sediaan permeasi cepat pelarut dari sediaan ataupun penguapannya menyebabkan senyawa obat berada pada kondisi aktif secara termodinamik dan mendorong obat untuk menembus stratum korneum. 2.6.4Jenis-jenis enhancer kimia Beberapa senyawa telah diketahui berperan sebagai enhancerkimiaseperti: a. Golongan alkohol etanol, benzil alkohol b. Golongan asam karboksilat asam oleat c. Golongan amida urea, laktam d. Dimetilsulfoksida DMSO e. Minyak essensial dan terpenoid f. Pirolidon Pathan dan Setty, 2009.

2.6.5 Lipid bilayer

Lipid bilayer terdiri dari fosfolipid yang memiliki dua bagian yaitu bagian yang bersifat hidrofilik dan bagian yang bersifat hidrofobik lipofilik. Bagian Universitas Sumatera Utara 23 hidrofilik terdiri atas gliserol, fosfat dan gugus tambahan seperti kolin, serin dan lain-lain. Sedangkan bagian lipofilik terdiri atas asam lemak. Mekanisme asam lemak dalam meningkatkan penetrasi yaitu dengan cara mengganggu struktur lipid bilayer stratum korneum secara reversibel dengan berikatan pada gugus polar lipid bilayer sehingga memungkinkan penetrasi obat melalui stratum korneum. Semakin panjang rantai asam lemak maka penetrasi obat semakin meningkat. Asam lemak dapat meningkatkan senyawa-senyawa yang bersifat hidrofilik atau lipofilik Swarbrick dan Boylan, 1995. Jalur hidrofilik dan lipofilik dari penetrasi obat dan mekanisme aksi peningkat penetrasi Enhancer dapat dilihat pada Gambar 2.3 Trommer dan Neubert, 2006. Gambar 2.3 Jalur hidrofilik dan lipofilik dari penetrasi obat dan mekanisme aksi peningkat penetrasi Enhancer Bagian hidrofilik disebut kepala, sedangkan bagian lipofilik disebut sebagai ekor. Mekanisme aksi peningkat penetrasi melalui lipid bilayer yaitu dengan cara interaksi antara enhancer dengan gugus polar dari lipid stratum Universitas Sumatera Utara 24 korneum, interaksi antar gugus-gugus lipid dan perubahan susunan lipid sehingga menyebabkan fasilitasi difusi dari obat-obat hidrofilik. Bahan enhancer juga bekerja dengan cara memecah susunan molekul interseluler, terutama lipid bilayer yang mempertahankan barrier tahanan difusi Trommer dan Neubert, 2006. 2.7 Indometasin 2.7.1 Uraian bahan